Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

SELF CARE PASIEN DIABETES MELITUS

RUMAH SAKIT KARTIKA CIBADAK SUKABUMI


Jln.Siliwangi No 139 Cibadak
Telp.(0266)7160071. Fax. (0266) 535586
SATUAN ACARA PENGAJARAN(SAP)

Poko Bahasan : Mengenal Self Care bagi pasien DM

Sasaran : Pengunjung Rawat Jalan Rs Kartika Cibadak

Tempat : Ruang Tunggu Rawat Jalan Rs Kartika Cibadak

WAKTU : 45 Menit

Hari/Tanggal : Kamis, 22 Maret 2018

Penyuluh : Br.Nuzula Firdaus, S.Kep.Ch.CCh

A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah Mengikuti diklat selama 45 Menit peserta dapat memahami dan mengerti Self Care bagi
penderita DM
2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelahmengikuti kegiatan Diklat selama 45 Menit peserta di harapkan dapat memahami tentang
:
a. Pengertian Self Care :
b. Menjelaskan Aktifitas Self Care
c. Menjelaskan Bagian dari Aktifitas Self Care
d. Menjelaskan Cara memeriksa Kaki
e. Menjelaskan Perawatan Kaki sebelum adanya Luka
f. Menjelaskan Cara memilih Alas kaki
g. Menjelaskan Cara perawatan Kaki setelah adanya Luka

B. Poko Bahasan

Konsep Self Care Penderita DM


C. Sub Poko Bahasan
1.Pengertian
2.Tujuan
3.Alat dan bahan
4.Prosedur Kerja

D. Metode
Ceramah dan Diskusi

E. Materi
Di Lampirkan

F. Media
1. Infokus
2. Alat Peraga

G. Kegiatan Pembelajaran

No Waktu Kegiatan Role Play Model Kegiatan Pesera Media dan Alat
Pengajaran
Pembukaan - Menjawab salam - Infokus
- Memberikan Salam - Mendengarkan
- Perkenalan - Memperhatikan
- Menjelaskan Tujuan
1 5 Menit
Pembelajaran
- Menyebutkan Materi atau
pokok bahasan yang di
sampaikan
Pelaksanaan Materi - Menyimak - Infokus dan Alat
- Pelaksanaan Materi dan- Memperhatikan peraga
2 25 Menit
Demonstrasi secara
berurutan dan teratur
Evaluasi - Bertannya dan - Infokus dan Alat
- Menyimpulkan isi materi mempraktikan Peraga
dan demonstrasi
- Memberi Kesempatan
kepada audiens untuk
bertannya
3 10 Menit
- Memberi kesempatan
kepada audiens untuk
mempraktikan kembali
yang sedah di
demonstrasikan

5 Menit Penutup - Menjawab salam - Infokus


4
- Menyimpulkan materi yang
telah disampaikan
- Menyampaikan terimakasih
atas waktu yang telah
diberikan oleh peserta
- Mengucapkan Salam

H. Evaluasi
Metode Evaluasi : Diskusi tanya jawab
Jenis Pertannyaan : Lisan
Jumlah Soal : 10 Soal
LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Self care Diabetes

Self care merupakan salah satu teori keperawatan yang dikembangkan oleh
Dorothea E Orem. Pengertian self care menurut Orem ialah kegiatan yang dilakukan oleh
pasien itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahterannya sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit. Orang dewasa
dapat merawat diri sendiri, sedangkan orang sakit memerlukan bantuan dalam pemenuhan
aktivitas self care. Manusia memiliki hak masing-masing untuk memenuhi kebutuhan
mereka. Perawat mengupayakan agar pasien mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan
mereka sendiri. Sama halnya dengan pasien diabetes, mereka diharapkan dapat
melakukan self care diabetes secara mandiri (Tomey & Alligood dalam Kusniawati,
2011).

Self care sering diartikan sebagai self management pada pasien DM. Menurut Bai
et al, self care diabetes adalah program yang harus dijalankan sepanjang hidup dan
menjadi tanggungjawab penuh bagi pasien DM. Dalam kamus kesehatan, self care
diabetes diartikan sebagai tindakan mandiri untuk mengontrol diabetes yang meliputi
tindakan pengobatan dan pencegahan komplikasi (Medikal Dictionary, 2009)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa self care diabetes adalah
tindakan atau program bagi pasien DM dalam hal perawatan diri sendiri yang bertujuan
untuk mengontrol gula darah dan mencegah

komplikasi.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self care Diabetes

Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang

melakukan self care diabetes yaitu (Kusniawati, 2011):

a. Usia
Usia memiliki hubungan yang positif terhadap self care diabetes. Semakin
bertambah usia, pola pikir seseorang akan semakin rasional mengenai manfaat yang
akan dicapai jika mereka melakukan self care diabetes dalam kehidupan sehari-hari.

b. Sosial ekonomi

Tingkat sosial ekonomi seorang berpengaruh positif terhadap tingkah laku self care
seseroang. Dengan status sosial ekonomi yang tinggi maka perilaku self care
diabetes akan meningkat (Bai et al, 2009). Penyakit DM memerlukan perawatan
dengan biaya yang cukup mahal. Jika status ekonomi klien kurang memadai, akan
menyebabkan klien mengalami kesulitan dalam melakukan kunjungan ke pusat
pelayanan kesehatan secara teratur (Nwanko et al, 2010).

c. Lama menderita DM

Klien dengan waktu DM lebih lama memiliki skor self care diabetes yang lebih
tinggi dibandingkan klien dengan durasa DM lebih pendek (Bai et al, 2009). Waktu
DM yang lebih lama pada umumnya memliki pemahaman yang adekuat tentang
pentingnya self care diabetes sehingga dapat dijadikan sebagai dasar untuk mencari
infomasi mengenai perawatn DM.

d. Aspek emosional

Masalah emosional yang dialami oleh klien DM ialah stres, sedih, khawatir akan
kehidupan kedepan, memikirkan komplikasi jangka panjang, perasaan takut hidup
dengan diabetes, merasa tidak semangat dengan program yang harus dijalani,
khawatir dengan perubahan kadar gula darah, rasa bosan dengan perawatan rutin
yang harus dijalani. Perubahan emosional tersebut dapat mempengaruhi perilaku self
care diabetes klien. Ketika seseorang mampu menyesuaikan emosional yang tinggi,
maka ia pun dapat beradaptasi dengan kondisi penyakitnya dan menerima
konsekuensi perawatan yang harus dijalani.

e. Motivasi

Motivasi merupakan faktor terpenting bagi pasien DM karena mampu memberikan


dorongan untuk melakukan perilaku self care diabetes. Shigaki et al (2010)
menejelaskan bahwa motivasi diri adalah faktor yang signifikan mempengaruhi
pasien DM dalam hal mempertahankan diet dan monitor gula darah (Shigaki et al,
2010 dalam Kusniawati, 2011). Pasien DM yang memiliki motivasi baik akan
melakukan self care diabetes dengan baik pula untuk mencapai tujuan yang
diinginkan yaitu pengontrolan gula darah sehingga komplikasi dapat diminimalkan.

f. Komunikasi dengan petugas kesehatan

Tenaga kesehatan memiliki kontribusi yang penting dalam meningkatkan


kemandirian pasien dengan cara memberikan edukasi. Dengan adanya edukasi,
dapat membantu pasien dalam menetapkan tujuan yang jelas dan realistik untuk
merubah perilaku dan mempertahankan dukungan serta dorongan emosional yang
berkelanjutan. Hubungan yang baik antara pasien dengan petugas kesehan dapat
memfasilitasi pasien dalam melakukan self care diabetes. Peningkatan komunikasi
dengan petugas kesehatan akan meningkatkan kepuasan, kepatuhan terhadap
perencanaan pengobatan yang harus dijalankan dan meningkatkan status kesehatan.
Aspek komunikasi yang dibutuhkan yaitu penjelasaan yang berhubungan dengan
self care diabetes yang meliputi diet, latihan, monitoring gula darah, obat-obatan dan
perawatan kaki (Kusniawati, 2011).

g. Pengetahuan

Seseorang dengan tingkat pengetahuan yang tinggi, mampu berfikir kritis dan
mampu mengambil keputusan bagi dirinya sendiri. Ketika seseorang mampu
melakukan self care diabetes secara mandiri, ia merasa membutuhkan tindakan
tersebut untuk melakukan pencegahan dini terhadap komplikasi dari penyakit DM
tipe 2. Pasien dengan tingkat pengetahuan yang tinggi, mampu melakukan self care
secara mandiri dengan baik. Sedangkan pasien dengan tingkat pengetahun rendah,
self care diabetes pun rendah pula (Saleh, Farzana, 2012).

h. Dukungan keluarga

Dukungan sosial merupakan bantuan yang diperoleh individu dari interaksinya


dengan orang lain yang menumbuhkan perasaan nyaman dan aman bagi individu
yang bersangkutan. Pada penderita DM tipe 2 cenderung mengalami banyak stresor
akibat perkembangan penyakit maupun pengelolaannya, sehingga akan berdampak
pada perilaku dalam mempertahankan kesehatannya. Dukungan keluarga dapat
menjadi faktor pendukung bagi perilaku self care pasien DM tipe 2 (Gao, Junling, et
al,

2013).

C. Pengukuran Self care Diabetes

Pengukuran self care diabetes menggunakan kuesioner Summary SelfCare Diabetes


Activity (SCDA) yang dikembangkan oleh Toobert, D.J et al (2000). Yang termasuk
aktivitas self care diabetes adalah pengaturan pola makan, latihan fisik, pemantauan gula
darah, pengobatan dan perawatan kaki.

1. Pengaturan pola makan (diet)

Tujuan dari pengaturan pola makan terhadap pasien DM tipe 2 adalah untuk
memperbaiki kebiasaan makan, mengatur kadar gula darah, serta meningkatkan
kesejahteraan melalui asupan gizi seimbang (Sukardji, 2009). Bagi penderita DM tipe
2, penting untuk mengatur jadwal, jumlah, dan jenis makanan yang dikonsumsi
(Yusra, 2010). Ketika seorang mampu melakukan pengaturan pola makan (diet), hal
tersebut akan memberikan dampak positif pada kualitas hidupnya, dikarenakan
pengaturan diet adalah salah satu penanganan dalam hal pengontrolan gula darah pada
pasien DM tipe 2 (Kusniawati, 2011)

2. Latihan fisik

Prinsip latihan fisik bagi pasien DM tipe 2 wajib memenuhi beberapa hal seperti,
frekuensi, jenis, intensitas dan durasi. Bagi pasien DM tipe 2, durasi latihan fisik 3-5
kali seminggu selama 30-60 menit dengan intensitas ringan hingga sedang. Latihan
fisik dapat mengendalikan berat badan, kadar gula, meningkatkan produksi dan
kinerja dari insulin. Latihan fisik dan jasmani pada pasien DM tipe 2 merupkan hal
esensial dalam hal pengelolaan DM tipe 2. Latihan fisik dapat mengurangi risiko
peningkatan komplikasi dan peningkatan kualitas hidup. Kebiasan aktivitas fisik yang
kurang baik memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas hidup (Yusra, 2010).

3. Pemantauan gula darah

Pemantauan kadar gula darah tidak lepas dari pengelolaan DM. pengelolaan kadara
gula yang baik terbukti menurunkan risiko komplikasi mikrovaskuler jangka panjang
(Soewondo, 2009). Ketika pasien telah mampu melakukan pemantauan gula darah
dan hasilnya menunjukkan kadar gula darah dalam nilai normal, hal tersebut akan
memberikan kepuasaan dan akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup pasien
DM tipe 2 (Yusra, 2010).

4. Pengobatan dan perawatan kaki

Pengobatan yang digunakan pasien DM tipe 2 adalah obat hipoglikemik oral dan
insulin. Terdapat 2 jenis obat hipoglikemik oral, pertama sebagai pemicu sekresi
insulin (sulfonylurea dan glinid), kedua sebagai penambah sensitivitas terhadap
insulin (biguanid, tiazolindidion, penghambat glukoside alfa dan inkretin mimetic)
(Yusra, 2010). Sementara insulin bekerja berdasarkan waktu, yang terbagi menjadi
empat yaitu, insulin kerja cepat (rapid acting insulin), insulin kerja pendek (short
acting insulin), insulin kerja menengah (intermediate acting insulin), dan insulin kerja
panjang (long acting insulin) (PERKENI, 2006).
Perawatan kaki yang dianjurkan bagi penderita DM adalah mencuci dan
mengeringkan kedua kaki, memeriksa kondisi kaki setiap hari, merawat kuku, berhati-
hati saat olahraga, melindungi kaki dengan kaos kaki dan sepatu (Ariayanti, 2012).

D. Perawatan Kaki Bagi Penderita Diabetes

1. Pengertian

Kaki Diabetes adalah kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus yang tidak terkendali.
Kelainan kaki diabetes melitus dapat disebabkan adanya gangguan pembuluh darah, gangguan
persyarafan, dan adanya infeksi (Tambunan&Gultom. 2009. hlm 321).

Diabetic Foot Infection (DFI) merupakan suatu infeksi (kulit, jaringan otot, tulang) yang terjadi
ada kaki seseorang, yang disebabkan oleh kerusakan sistim saraf dan vaskuler sebagai komplikasi
Diabetes Melitus (Riyanto. 2007. hlm 155)

2. Penyebab Kaki Diabetes

Umumnya kaki diabetik didahului dengan adanya ulkus (luka). Hanya sekitar dua pertiga dari
ulkus yang dapat sembuh dengan cepat, sisanya berakhir dengan amputasi. Rata-rata diperlukan
waktu sekitar enam bulan untuk penyembuhan luka. Baik ulkus maupun amputasi, memiliki
dampak yang besar pada kualitas hidup penyandang diabetes yakni terbatasnya kebebasan
bergerak, terisolasi secara sosial, dan menimbulkan stress psikologi.
a) Kerusakan Saraf. Masalah pertama yang timbul adalah kerusakan saraf di tangan
dan kaki. Saraf yang telah rusak membuat penyandang diabetes tidak dapat merasakan
sensasi sakit, panas, atau dingin pada kaki dan tangan. Luka pada kaki dapat menjadi
buruk karena penyandang diabetes tidak menyadari luka tersebut. Hilangnya sensasi
rasa ini disebabkan kerusakan saraf yang disebut sebagai “neuropati diabetik”.
Neuropati diabetik terjadi pada 50% penyandang diabetes. Gejala yang umum terjadi
adalah rasa kebas (baal) dan kelemahan pada kaki. (Saraswati. 2009. hlm )
b) Gangguan Pembuluh Darah. Masalah kedua adalah terjadinya gangguan pada
pembuluh darah sehingga menyebabkan tidak cukupnya aliran darah ke kaki. Aliran
darah yang buruk ini akan menyebabkan luka dan infeksi sukar sembuh. Ini disebut
penyakit pembuluh darah perifer (pembuluh darah tepi) yang umum menyerang kaki
dan tangan. Penyandang diabetes yang merokok akan semakin memperburuk aliran
darahnya. (Saraswati. 2009. hlm )
c) Infeksi. Penurunan sirkulasi darah pada daerah kaki akan menghambat proses
penyembuhan luka, akibatnya kuman masuk ke dalam luka dan terjadi infeksi.
Peningkatan gula darah akan menghambat kerja leukosit dalam mengatasi infeksi,
luka menjadi ulkus gangrene dan terjadi perluasaan infeksi sampai ke tulang. Kaki
yang mengalami ulkus gangren luas, sulit untuk diatasi dan konsekuensi yang lebih
serius seperti amputasi (Tambunan&Gultom. 2009. hlm 322)
d) Trauma. Luka timbul spontan sering disebabkan karena trauma misalnya kemasukan
pasir, tertusuk duri, lecet akibat pemakaian sepatu/sandal yang sempit dan bahan yang
keras. Mulanya hanya kecil, kemudian meluas dalam waktu yang tidak begitu lama.
Luka akan menjadi borok dan menimbulkan bau yang disebut gas gangren. Ketika
ujung kuku tumbuh ke dalam kulit dan menimbulkan tekanan yang dapat merobek
kulit sehingga kulit bengkak kemerahan dan terinfeksi. Kuku kaki yang tumbuh ke
dalam dapat terjadi jika memotong kuku sampai ke ujung, dapat pula disebabkan
pemakaian sepatu yang terlalu ketat atau trauma kaki karena aktivitas seperti berlari
dan aerobik. (Febiliawanti. 2010. hlm 8)
3. Jenis-Jenis Masalah pada Kaki Diabetes

Terjadinya kaki diabetik tidak terlepas dari tingginya kadar gula (glukosa) darah pada penyandang
diabetes. Tingginya kadar gula darah yang berkelanjutan dan dalam jangka waktu yang lama dapat
menimbulkan masalah pada kaki menyandang diabetes.

a) Kalus. Ini adalah penebalan kulit yang umumnya terjadi di telapak kaki. Kalus
disebabkan gesekan atau tekanan berulang pada daerah yang sama, distribusi berat
tubuh yang tidak seimbang, sepatu yang tidak sesuai, atau kelainan kulit. Kalus dapat
menjadi berkembang menjadi infeksi.
b) Kulit Melepuh. Komplikasi ini bisa terjadi jika sepatu selalu menggesek kaki pada
daerah yang sama. Penyebabnya adalah penggunaan sepatu yang kurang pas atau
tanpa kaus kaki. Kulit melepuh dapat berkembang menjadi infeksi. Hal penting untuk
menangani kulit melepuh adalah dengan tidak meletuskannya karena kulit melindungi
lepuhan dari infeksi.
c) Kuku kaki yang tumbuh kedalam. Terjadi ketika ujung kuku tumbuh ke dalam kulit
dan menimbulkan tekanan yang dapat merobek kulit sehingga kulit menjadi
kemerahan dan terinfeksi. Kuku kaki yang tumbuh ke dalam dapat terjadi jika
memotong kuku sampai ke ujungnya, dapat pula disebabkan pemakaian sepatu yang
terlalu ketat, atau trauma kaki karena aktivitas seperti berlari dan aerobik. Jika ujung
kuku kaki kasar, gunakan kikir untuk meratakan.
d) Pembengkakan Ibu Jari Kaki. Terjadi jika ibu jari kaki condong kearah jari di
sebelahnya sehingga menimbulkan kemerahan, rasa sakit, dan infeksi. Dapat terjadi
pada salahsatu atau kedua kaki karena penggunaan sepatu berhak tinggi dan ujung
yang sempit. Pembengkakan yang menimbulkan rasa sakit dan deformitas (perubahan
bentuk) kaki dapat diatasi dengan pembedahan.
e) Plantar Warts. Kutil terlihat seperti kalus dengan titik hitam kecil dipusatnya. Dapat
berkembang sendiri atau berkelompok. Timbulnya kutil disebabkan oleh virus yang
menginfeksi lapisan luar telapak kaki.
f) Jari Kaki Bengkok. Terjadi ketika otot kaki menjadi lemah. Kerusakan saraf karena
diabetes dapat menyebabkan kelemahan ini. Otot yang lemah dapat menyebabkan
tendon (jaringan yang menghubungkan otot dan tulang) di kaki memendek sehingga
jari kaki menjadi bengkok. Akan menimbulkan masalah dalam berjalan dan kesulitan
menemukan sepatu yang tepat. Dapat juga disebabkan pemakaian sepatu yang terlalu
pendek.
g) Kulit Kaki Kering dan Pecah. Dapat terjadi karena saraf pada kaki tidak
mendapatkan pesan dari otak (karena netropati diabetik) untuk berkeringat yang akan
menjaga kulit tetap lembut dan lembab. Kulit yang kering dapat pecah. Adanya
pecahan pada kulit dapat dapat membuat kuman masuk dan menyebabkan infeksi.
Dengan kadar gula darah yang tinggi, kuman akan mendapatkan makanan untuk
berkembang sehingga memperburuk infeksi.
h) Athlete’s Foot (Kaki Atlet). Disebabkan jamur yang menimbulkan rasa gatal,
kemerahan, dan pecahnya kulit. Pecahnya kulit di antara jari kaki memungkinkan
kuman masuk ke dalam kulit dan menimbulkan infeksi. Infeksi dapat meluas sampai
ke kuku kaki sehingga membuat kuku tebal, kekuningan, dan sulit dipotong.

4. Pemeriksaan dan perawatan kaki diabetes secara mandiri Sebelum Adanya Luka

Pemeriksaan dan perawatan kaki diabetes merupakan semua aktivitas khusus (senam kaki,
memeriksa dan merawat kaki) yang dilakukan oleh para diabetesi atau individu yang beresiko
sebagai upaya dalam mencegah timbulnya ulkus diabetikum. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan
secara rutin dan minimal sekali sehari.

Cara melakukan pemeriksaan kaki diabetes (inspeksi)

a. Menggunakan cermin untuk memeriksa seluruh bagian kaki yang sulit dijangkau
terutama telapak kaki dari luka atau kelainan yang lain (gambar 2.2)
b. Menggunakan kaca pembesar (lop) untuk mengetahui hasil yang lebih baik
c. Jika penglihatan klien berkurang, maka klien dapat meminta bantuan anggota keluarga
atau orang lain untuk memeriksanya.
b. Kuku jari: periksa adanya kuku tumbuh di bawah kulit (ingrown nail), robekan atau
retakan pada kuku (gambar 2.3)
c. Kulit: periksa kulit di sela-sela jari (dari ujung hingga pangkal jari), apakah ada kulit
retak, melepuh, luka, atau perdarahan (gambar 2.4)
d. Telapak kaki: Periksa kemungkinan adanya luka pada telapak kaki, apakah terdapat
kalus (kapalan), palantar warts, atau kulit telapak kaki yang retak (fisura) (gambar 2.5)
e. Kelainan bentuk tulang pada kaki: periksa adanya kelainan kaki seperti kaki bunion,
charchot’s atropathy, hammer toe, clawed toe (gambar 2.6)
f. Kelembaban kulit: periksa kelembaban kulit dan cek kemungkinan adanya kulit
berkerak dan kekeringan kulit akibat luka (gambar 2.7)
g. Bau: periksa kemungkinan adanya bau dari beberapa sumber pada daerah kaki (IDF,
2009).

Perawatan (mencuci dan membersihkan) kaki

a. Menyiapkan air hangat: uji air hangat dengan siku untuk mencegah cedera
b. Cuci kaki dengan sabun yang lembut (sabun bayi atau sabun cair) untuk menghindari
cedera ketika menyabun.
c. Keringkan kaki dengan handuk bersih, lembut. Keringkan sela-sela jari kaki, terutama
sela jari kaki ke-3-4 dan ke-4-5.
d. Oleskan lotion pada semua permukaan kulit kaki untuk menghindari kulit kering dan
pecah pecah
e. Jangan gunakan lotion di sela-sela jari kaki. Karena akan meningkatkan kelembapan
dan akan menjadi media yang baik untuk berkembangnya mikroorganisme (fungi)
(Nico, A, 2008).

Perawatan kuku kaki

a. Potong dan Rawat kuku secara teratur. Bersihkan kuku setiap hari pada waktu mandi
dan berikan cream pelembab kuku.
b. Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu pendek atau
terlalu dekat dengan kulit, kemudian kikir agar kuku tidak tajam (gambar 2.9). Jika
ragu, Anda bisa meminta bantuan keluarga atau dokter untuk memotong kuku Anda
(Nico, A, 2008)
c. Hindarkan terjadinya luka pada jaringan sekitar kuku. Bila kuku keras, sulit dipotong,
rendam kaki dengan air hangat selama ± 5 menit.

Hal-hal yang harus dihindari dalam perawatan kaki diabetes

a. Jangan berjalan tanpa menggunakan alas kaki


b. Hindari penggunaan plester pada kulit
c. Jaga agar kaki tidak kontak dengan air panas (jangan gunakan botol panas atau
peralatan listrik untuk memanaskan kaki ketika mengalami nyeri)
d. Jangan gunakan batu /silet untuk mengurangi kapalan (callus)
e. Jangan gunakan pisau /silet untuk memotong kuku kaki
f. Jangan membiarkan luka kecil di kaki, sekecil apa pun luka tersebut

Pemilihan alas kaki yang baik

Sepatu memiliki peranan yang penting dalam kehidupan kita. Kaki menahan berat yang
keseluruhan sama dengan beberapa ton setiap harinya. Karena itulah kaki lebih sering terluka
dibandingkan bagian tubuh yang lain, sehingga penting untuk merawat kaki dan memakai
sepatu yang tepat. Berikut adalah cara dalam memilih sepatu yaitu:

a. Pakai alas kaki sepatu atau sandal untuk melindungi kaki agar tidak terjadi luka, tidak
terkecuali di dalam rumah
b. Usahakan membeli sepatu pada sore hari, karena saat itu kaki melebar optimal karena
aktifitas.
c. Jangan memakai sepatu baru lebih dari satu jam dalam sekali pakai dan pastikan sepatu
tidak ada jahitan yang lepas atau rusak.
d. Pilih sepatu dengan ukuran dan lebar yang sesuai, pastikan bagian terlebar dari kaki
terpasang pada sepatu dengan aman dan nyaman (sepatu yang agak lebar) jangan yang
lancip dan khususnya wanita jangan dengan sepatu hak tinggi. Sepatu sebaiknya 0,5
inchi lebih panjang dari jari kaki terpanjang (jempol kaki) untuk menghindari cedera
(gambar 2.10) (IDF, 2009)
e. Periksa bagian dalam sepatu sebelum pemakaian: tumit sepatu, telapak kaki, bagian
atas, bagian dalam dasar (alas) dan tepi.
f. Selalu periksa sepatu dan kaos kaki dari benda asing/ benda tajam: menghilangkan
benda asing sebelum memakainya.
g. Jangan mempergunakan kaos kaki yang terlalu ketat/ elastik, gunakan kaos kaki yang
terbuat dari kapas, wol, atau campuran kapas dan wol. Selain itu, gunakan kaos kaki
yang berwarna terang (putih) (gambar 2.11). Khusus pada wanita dianjurkan untuk
tidak memakai stocking.
5. Perawatan Kaki Sesudah Terjadi Luka :

Penatalaksanaan ulkus diabetik dilakukan secara komprehensif melalui upaya; mengatasi penyakit
komorbid, menghilangkan/mengurangi tekanan beban (offloading), menjaga luka agar selalu lembab
(moist), penanganan infeksi, debridemen, revaskularisasi dan tindakan bedah elektif, profilaktik,
kuratif atau emergensi.

a. Debridemen

Tindakan debridemen merupakan salah satu terapi penting pada kasus ulkus diabetika.
Debridemen dapat didefinisikan sebagai upaya pembersihkan benda asing dan jaringan nekrotik
pada luka. Luka tidak akan sembuh apabila masih didapatkan jaringan nekrotik, debris, calus,
fistula / rongga yang memungkinkan kuman berkembang. Setelah dilakukan debridemen luka
harus diirigasi dengan larutan garam fisiologis atau pembersih lain dan dilakukan dressing
(kompres).

b. Mengurangi beban tekanan (off loading)

Pada saat seseorang berjalan maka kaki mendapatkan beban yang besar. Pada penderita DM yang
mengalami neuropati permukaan plantar kaki mudah mengalami luka atau luka menjadi sulit
sembuh akibat tekanan beban tubuh maupun iritasi kronis sepatu yang digunakan.

Salah satu hal yang sangat penting namun sampai kini tidak mendapatkan perhatian dalam
perawatan kaki diabetik adalah mengurangi atau menghilangkan beban pada kaki (off loading).

Upaya off loading berdasarkan penelitian terbukti dapat mempercepat kesembuhan ulkus.
Metode off loading yang sering digunakan adalah: mengurangi kecepatan saat berjalan kaki,
istirahat (bed rest), kursi roda, alas kaki, removable cast walker, total contact cast, walker, sepatu
boot ambulatory.

TCC dirancang mengikuti bentuk kaki dan tungkai, dan dirancang agar tekanan plantar kaki
terdistribusi secara merata. Telapak kaki bagian tengah diganjal dengan karet sehingga
memberikan permukaan rata dengan telapak kaki sisi depan dan belakang (tumit).

c. Tehnik Dressing pada luka Diabetikum

Tehnik dressing pada luka diabetes yang terkini menekankan metode moist wound healing atau
menjaga agar luka dalam keadaan lembab. Luka akan menjadi cepat sembuh apabila eksudat
dapat dikontrol, menjaga agar luka dalam keadaan lembab, luka tidak lengket dengan bahan
kompres, terhindar dari infeksi dan permeabel terhadap gas. Tindakan dressing merupakan salah
satu komponen penting dalam mempercepat penyembuhan lesi. Prinsip dressing adalah
bagaimana menciptakan suasana dalam keadaan lembab sehingga dapat meminimalisasi trauma
dan risiko operasi. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dressing
yang akan digunakan, yaitu tipe ulkus, ada atau tidaknya eksudat, ada

tidaknya infeksi, kondisi kulit sekitar.

d. Pengendalian Infeksi

Pemberian antibitoka didasarkan pada hasil kultur kuman. Namun sebelum hasil kultur dan
sensitifitas kuman tersedia antibiotika harus segera diberikan secara empiris pada kaki diabetik yang
terinfeksi. Antibiotika yang disarankan pada kaki diabetik terinfeksi.

Anda mungkin juga menyukai