SULISTIANI
NPM PO71202220074
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI JURUSAN
KEPERAWATANPROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2023
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN LATIHAN BUERGER
ALLEN EXERCISE UNTUK MENINGKATKAN PERFUSI
PERIFER PADA PASIEN DIABETES MELLITUS
TIPE II DIPUSKESMAS SUNGAI ABANG
KABUPATEN TEBO
TAHUN 2023
SULISTIANI
NPM PO71202220074
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI JURUSAN
KEPERAWATANPROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2023
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Tugas Akhir Ners oleh Sulistiani NIM PO71202220074 dengan judul
“Asuhan Keperawatan dengan Latihan Buerger Allen Exercise untuk
Meningkatkan Perfusi Perifer pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di
Puskesmas Sungai Abang Kabupaten Tebo Tahun 2023”.
Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan dihadapan tim penguji Laporan
Tugas Akhir Ners Program Studi Pendidikan Ners Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jambi.
Ns. Mashudi, S. Kep, M. Kep Ns. Ismail Fahmi, M. Kep, Sp. Kep. MB
NIP. 198112082006042002 NIP. 196907231995032001
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir Ners oleh Sulistiani NIM PO71202220074 dengan judul
“Asuhan Keperawatan dengan Latihan Buerger Allen Exercise untuk
Meningkatkan Perfusi Perifer pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di
Puskesmas Sungai Abang Kabupaten Tebo Tahun 2023”.
Telah diujikan dan disetujui Tim Penguji Laporan Tugas Akhir Ners Program
Studi Pendidikan Profesi Ners Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Jambi untuk dilanjutkan ke tahapan pengambilan kasus.
Jambi,……………………...2023
Tim Penguji
Hj. Ernawati, S.Kp, M. Kep Ns. Mashudi, S. Kep, M. Kep Ns. Ismail Fahmi, M. Kep, Sp. Kep. MB
NIP 196907231995032001 NIP. 198112082006042002 NIP. 196907231995032001
iii
Asuhan Keperawatan Dengan Latihan Buerger Allen Exercise Untuk
Meningkatkan Perfusi Perifer Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Dipuskesmas Sungai Abang Kabupaten Tebo Tahun 2023
Sulistiani (2023)
ABSTRAK
Latar Belakang: Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya. Peripheral arterial disease (PAD)
merupakan salah satu komplikasi pada penderita DM tipe 2 akan terjadinya ulkus
diabetikum dan dapat menyebabkan ganggren dan amputasi pada ekstermitas
bawah. Buerger Allen Exercise merupakan latihan khusus yang ditujukan untuk
meningkatkan sirkulasi ke kaki dengan menggunakan perubahan gravitasi pada
posisi yang diterapkan dan muscle pum dengan cara melakukan latihan untuk
insufisiensi arteri tungkai bawah, yang terdiri dari kaki elevasi, diikuti oleh kaki
yang menjuntai atau menggantung ditepi tempat tidur, dan posisi yang ketiga
adalah posisi kaki horizontal untuk beristirahat
Metode : jenis studi kasus yang digunakan dalam studi kasus ini yaitu penerapan
Buerger Allen Exercie pada pasien diabetes mellitus II yang dilakukan selama 5
hari. Pada pasien I dilakukan pada tanggal 07 Maret s/d 12 Maret 2023 dan pada
pasien II dilakukan pada tanggal 14 Maret s/d 19 Maret 2023.
Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan pada pasien 1
dan pasien 2 diperoleh masalah keperawatan utama yaitu perfusi perifer tidak
efektif berhubungan dengan hiperglikemia. ditandai dengan adanya keluhan kram
pada kaki, kaki sering merasa kesemutan, oedema pada ekstermitas bawah, CRT >
3 detik, kulit tampak pucat, akral teraba dingin. Intervensi yang dilakukan
berdasarkan masalah keperawatan utama yaitu manajemen sensasi perifer dengan
EBNP Buerger Allen Exercise yang dilakukan selama 6 hari.
Kesimpulan : Setelah dilakukan intervensi Buerger Allen Exercise selama 6 hari
pPada pasien 1 terlihat peningkatan nilai ABI pada kunjungan ke 6 sebelum
dilakukan intervensi dengan nilai ABI 0,58 (sedang) dan setelah dilakukan
intervensi dengan nilai ABI 0,77 (ringan) dan pasien 2 terlihat peningkatan nilai
ABI pada kunjungan ke 5 sebelum dilakukan intervensi dengan nilai ABI 0,68
(sedang) dan setelah dilakukan intervensi terjadi peningkatan yaitu 0,77 (ringan).
Saran: diharapkan bagi puskesmas untuk menerapkan intervensi EBNP BUerger
Allen Exercise dalam melakukan perawatan pada pasien DM untuk mencegah
terjadinya komplikasi DM.
iv
Nursing Care Using the Buerger Allen Exercise to Improve Peripheral
Perfusion in Type II Diabetes Mellitus Patients at the Sungai Abang
Community Health Center, Tebo Regency in 2023
Sulistiani (2023)
Keywords: Buerger Allen Exercise, Diabetes Mellitus Type II XIV + 54, 1 Chart,
6 Table, 6 Appendix
ABSTRACT
Background: Diabetes Mellitus (DM) is a group of metabolic diseases
characterized by hyperglycemia that occurs due to defects in insulin secretion,
insulin action, or both. Peripheral arterial disease (PAD) is one of the
complications in patients with type 2 DM which can lead to diabetic ulcers and
can cause gangrene and amputation of the lower extremities. Buerger Allen
Exercise is a special exercise aimed at increasing circulation to the feet by using
changes in gravity in the applied position and muscle pump by doing exercises for
arterial insufficiency of the lower limbs, consisting of elevation of the feet,
followed by dangling the legs or hanging off the edge of the bed , and the third
position is the horizontal leg position to rest
Methods: the type of case study used in this case study is the application of the
Buerger Allen Exercie in patients with diabetes mellitus II which was carried out
for 5 days. In patient I it was carried out from 07 March to 12 March 2023 and in
patient II it was carried out from 14 March to 19 March 2023.
Research Results: Based on the results of data analysis conducted on patient 1
and patient 2, the main nursing problem was obtained, namely ineffective
peripheral perfusion associated with hyperglycemia. characterized by complaints
of cramps in the legs, feet often feel tingling, edema in the lower extremities, CRT
> 3 seconds, the skin looks pale, the acral feels cold. The intervention was carried
out based on the main nursing problem, namely peripheral sensation management
with the EBNP Buerger Allen Exercise which was carried out for 6 days.
Conclusion: After the Buerger Allen Exercise intervention for 6 days in patient 1,
there was an increase in the ABI value at the 6th visit before the intervention with
an ABI value of 0.58 (moderate) and after the intervention with an ABI value of
0.77 (mild) and in patient 2 there was an increase in the ABI value at the 5th visit
before the intervention was carried out with an ABI value of 0.68 (moderate) and
after the intervention there was an increase of 0.77 (mild). Suggestion: it is
expected that puskesmas will implement the EBNP Buerger Allen Exercise
intervention in treating DM patients to prevent DM complications
Bibliography : 33 (2015-2022)
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Jambi, 2023
Pembuat Pernyataan
SULISTIANI
NIM PO71202220074
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Sulistiani
Tempat/Tanggal Lahir : Bajubang, 19 Maret 1988
Agama : Islam
Nama Bapak : Alm. Muhammad Nasir Bafadhal
Nama Ibu : Alm Warinah
Alamat : Desa Aur Cino Kecamatan VII Koto Kab. Tebo
Riwayat Pendidikan : SD YKPP Tamat Tahun 2000
SMPN 2 Batanghari Tamat Tahun 2003
SMAN 5 Batanghari Tamat Tahun 2006
S1 Keperawatan Baiturahhim Tamat Tahun 2011
Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Jambi tahun
2022/Sekarang
vii
KATA PENGANTAR
viii
7. Kepada semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu, terimakasih atas bantuan, dukungan dan do’anya.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan Laporan
Tugas Akhir ini, penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini bermamfaat
bagi kita semua khususnya bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala selalu melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua. Amin
Jambi, 2023
Sulistiani
ix
DAFTAR ISI
x
BAB V PEMBAHASAN ----------------------------------------------------------------48
5.1 Analisis dan Diskusi Hasil ---------------------------------------------------------48
5.2 Keterbatasan Pelaksanaan -----------------------------------------------------------52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR BAGAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
secara tepat. Deteksi dini dan pengelolaan faktor risiko PAD merupakan kunci
pengendalian komplikasi DM. PAD dapat dicegah dengan gaya hidup sehat
sedini mungkin khususnya minum obat secara teratur, pola makan sehat dan
seimbang, beraktivitas fisik secara rutin dan jaga kadar gula darah secara rutin.
Deteksi PAD dapat dinilai dengan pemeriksaan hasil ankle brachial index (Rudy
& Richard, 2022).
Ankle Brachial Indeks (ABI) merupakan penilaian kwantitatif dari sirkulasi
perifer. Test ABI dilakukan dengan menghitung rasio Tekanan Darah (TD)
sistolik pembuluh darah arteri pergelangan kaki dibandingkan dengan pembuluh
darah arteri lengan. Interpretasi nilai ABI menurut ADA yaitu, nilai normal 0,91 –
1.40, dikatakan PAD ringan sampai sedang nilai ABI 0,40 – 0,90, dan PAD berat
dengan nilai ABI 0,00 – 0,39 (Jun Shu, 2018). Pemeriksaan ABI berguna untuk
mengetahui adanya gangguan peredaran darah kaki maupun lengan pada penderita
DM sehingga akan lebih mudah untuk melakukan intervensi. Tujuan intervensi
adalah meningkatkan sirkulasi perifer dan mencegah terjadinya PAD. Tindakan
untuk meningkatkan sirkulasi perifer dapat dilakukan dengan buerger allen
exercise, progressive muscle relaxation, diabetic foot spa, acupressure dan
aktifitas fisik dengan senam kaki (Azis, 2018).
Buerger Allen Exercise merupakan latihan khusus yang ditujukan untuk
meningkatkan sirkulasi ke kaki dengan menggunakan perubahan gravitasi pada
posisi yang diterapkan dan muscle pum dengan cara melakukan latihan untuk
insufisiensi arteri tungkai bawah, yang terdiri dari kaki elevasi, diikuti oleh kaki
yang menjuntai atau menggantung ditepi tempat tidur, dan posisi yang ketiga
adalah posisi kaki horizontal untuk beristirahat. Buerger Allen Exercise dapat
dilakukan dipagi hari untuk menurunkan hipeglikemi, karena bila terjadi
hiperglikemi terlebih dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan berbagai
komplikasi pada penderita DM, yang salah satunya adalah vaskularisasi perifer.
Selain dipagi hari, sore hari merupakan waktu yang tepat untuk melakukan
exercise karena suhu tubuh manusia diketahui berada pada tingkat tertitnggi akan
menyebabkan otot menjadi lebih fleksibel sehingga menghasilkan kekuatan otot
pada tingkat tertinggi yang bearti otot-otot dan sendi yang lebih siap untuk
4
latihan. Prinsip pelaksanaan Buerger Allen Exercise yang salah satunya dengan
menggunakan kontraksi otot (Bahjatun & Supriatna, 2021).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ainul dan Nurul (2020) tentang Efek
Buerger Allen Exercise terhadap perubahan nilai ABI (ankle Brachial Index)
pasien diabetes tipe II menunjukkan terdapat perubahan nilai ABI yang sangat
signifikan setelah melakukan Buerger Allen Exercise. Penelitian yang sama
dilakukan oleh Jannaim dkk (2018) tentang pengaruh Buerger Allen Exercise
terhadap sirkulasi ekstermitas bawah pada pasien luka kaki diabetik
menyimpulkan Buerger Allen Exercise efektif untuk meningkatkan sirkulasi luka
kaki diabetes karena perubahan posisi dan gaya gravitasi membantu
mengosongkan dan mengisi kolom darah, sedangkan kontraksi muskulus
gastrocnemius sebagai musle pump mengaktivasi pembuluh darah vena dan arteri
untuk membuka jalur sirkulasi collateral local. Penelitian yang dilakukan oleh
Erza dkk (2022) Pengaruh Buerger Allen Exercise terhadap peningkatan Nilai
Sensitivitas kaki pada klien diabetes mellitus menunjukkan bahwa pemberian
buerger allen exercise pada pasien diabetes mellitus dapat meningkatkan nilai
sensitivitas kaki.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Sungai Abang
dari wawancara langsung yang dilakukan pada pasien rawat inap dengan DM Tipe
2 mengatakan bahwa pasien sering mengalami kram atau kesemutan pada
ekstermitas bawah dan juga terasa nyeri serta diketahui bahwa pasien juga jarang
melakukan aktivitas fisik sehingga pasien selalu mengalami penigkatan dula
darah. Hasil wawancara langsung yang dilakukan kepada perawat UGD
Puskesmas Sungai Abang mengatakan bahwa intervensi Buerger Allen Exercise
belum pernah dilakukan sebelumnya pada penderita DM yang sering mengalami
masalah kesemutan atau nyeri pada ekstermitas bawah, pengukuran ankle
brachial index untuk deteksi PAD juga belum pernah dilakukan. Intervensi yang
dilakukan pada penderita DM dipuskesmas selama ini yaitu dengan melakukan
pemeriksaan rutin kontrol gula darah, edukasi dan senam prolanis untuk penderita
Penyakit Tidak Menular (PTM) di kegiatan posbindu.
Berdasarkan latar belakang dan uraian masalah diatas, penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan Latihan
5
Buerger Allen Exercise untuk meningkatkan perfusi perifer pada pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Sungai Abang Kabupaten Tebo Tahun 2023”.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Manfaat bagi penulis adalah dapat menegakkan diagnosa keperawatan dan
intervensi dengan tepat dengan penerapan latihan Buerger allen exercise dalam
mengatasi Perifer Arteri Diseasis (PAD) pada asien Diabetes Millitus Tipe 2
7
8
2.1.2 Etiologi
Menurut (Perkeni, 2019) berlandaskan pada asal mula yang mendasari
kemunculannya, Diabetes Melitus terbagi menjadi beberapa kategori, yakni:
1. DM Tipe 1
Salah satu faktor pemicu Diabetes Melitus Tipe 1 ialah destruksi sel beta dan
defisiensi insulin absolut seperti penyakit auto-imun (tidak berfungsinya
sistem imunitas tubuh) dan idiopatik (penyebab yang tidak diketahui) yang
mengganggu proses sekresi insulin terutama sel β pada pankreas yang terjadi
secara menyeluruh. Oleh sebab itu, pankreas akan kehilangan kemampuannya
dalam memproduksi serta melepaskan insulin yang dibutuhkan oleh tubuh.
2. DM Tipe 2
Diabetes Melitus tipe 2 diakibatkan oleh campuran, seperti resistensi insulin
dan disertai defisiensi insulin relatif. DM tipe 2 umumnya disebut dengan
diabetes life style sebab tidak hanya aspek genetik saja yang bisa
mempengaruhi namun bisa juga diakibatkan oleh pola gaya hidup yang tidak
sehat.
3. Tipe lain
Diabetes tipe lain diakibatkan oleh kondisi ketika glukosa dalam darah di atas
normal yang faktor pencetusnya meliputi sindrom genetik, endokrinopati,
insiufisiensi eksokrin pankreas, induksi obat ataupun zat kimia, akibat
imunologi yang kurang, infeksi dan lain sebagainya.
4. Diabetes Gestasional/Diabetes Kehamilan
Diabetes gestasional merupakan diabetes yang terjadi ketika baru mengalami
kehamilan yang pertama atau diabetes yang kemungkinan muncul pada saat
masa kehamilan. Umumnya diabetes ini dapat diketahui pada minggu ke-24
(bulan keenam). Diabetes ini biasanya akan menghilang setelah melahirkan.
1.4.2 Patofisiologi
Dalam proses patofisiologi diabetes melitus tipe 2 ada sebagian kondisi
yang turut serta berperan yaitu : resistensi insulin dan disfungsi sel β pankreas.
Diabetes melitus tipe 2 tidak diakibatkan oleh terbatasnya sekresi insulin, akan
tetapi akibat sel sel target insulin gagal atau ketidakmampuan dalam merespon
9
insulin secara normal. Kondisi ini umum disebut sebagai “resistensi insulin”.
Resistensi insulin sebagian besar terjadi akibat dari obesitas dan minimnya
aktivitas fisik serta proses dari penuaan. Pada penderita diabetes melitus tipe 2
bisa saja terjadi produksi glukosa hepatik yang mungkin berlebihan tetapi tidak
terjadi kerusakan pada sel-sel β langerhans secara autoimun seperti diabetes
melitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin khususnya pada penderita diabetes melitus
tipe 2 hanya bersifat relatif serta tidak absolut. Berawal pada perkembangan
diabetes melitus tipe 2, sel B menandakan adanya gangguan pada sekresi insulin
fase awal, dalam artian sekresi insulin gagal dalam mengkompensasi resistensi
insulin. Jika tidak ditanggulangi dengan baik, pada perkembangan berikutnya
dapat terjadi kerusakan sel B pankreas. Kerusakan sel B pankreas seiring
berjalannya waktu dapat menyebabkan penuruna produksi insulin, maka dari itu
penderita diabetes melitus memerlukan insulin eksogen. Penderita diabetes
melitus tipe 2 pada umumnya sering diakitkan dengan dua faktor yang
menyertainya, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin (Rosliana, 2022).
Kondisi awal dari diabetes tipe 2 ialah terbentuknya resistensi insulin serta
hiperinsulinemia. Tetapi dengan berjalannya waktu, mekanisme kompensasi ini
tidak lagi bisa menahan progresifitas penyakit ini, sehingga timbul diabetes tipe 2.
Tetapi pada kebanyakan pengidap diabetes tipe 2 terbentuknya suatu kondisi yang
kompleks antara sekresi insulin serta resistensi insulin dan besarnya menyerupai
derajat hiperglikemia. Apabila sel B pankreas tidak bisa memproduksi sekresi
insulin dengan kapasitas yang memadai sepadan sesuai dengan resistensi insulin
maka dapat menimbulkan hiperglikemia. Pada sebagian penyandang diabetes tipe
2, timbulnya kerusakan pada sel B dapat dimanifestasikan sebagai bagian dari
permulaan terganggunya sekresi insulin. Resistensi insulin terbentuk akibat dari
gangguan pada sekresi insulin. Namun, pada kebanyakan penyandang diabetes
tipe 2, kendala sensitivitas insulin serta sekresi insulin secara bersamaan
menimbulkan intoleransi glukosa yang terjadi secara berkala (Rosliana, 2022).
Diabetes melitus tipe 2 ditandai dengan defisiensi insulin sebagai akibat dari
resistensi insulin, kurangnnya produksi insulin, dan terjadi kerusakan sel beta
pankreas. Hal ini dapat menimbulkan penurunan konsentrasi dalam pelepasan
glukosa ke hati, sel otot, serta sel lemak. Kemungkinan lain terjadi peningkatan
10
Bagan 2.1
WOC DM Tipe 2
Tabel 2.2
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa Plasma < 100 100 – 199 ≥ 200
Vena
Darah sewaktu Darah
(mg/dL) kapiler < 90 90 – 199 ≥ 200
Kadar glukosa Plasma < 100 100 – 125 ≥ 126
Vena
darah puasa Darah < 90 90 – 99 ≥ 100
(mg/dL) kapiler
1.4.5 Komplikasi
Penyakit diabetes yang tidak ditanggulangi secara baik bisa menimbulkan
hiperglikemia yang pada waktu-waktu tertentu bisa menyebabkan komplikasi
berupa kerusakan pada sistem tubuh terutama pada sistem saraf dan pembuluh
darah. Penyakit diabetes melitus adalah salah satu faktor resiko yang
mengakibatkan timbulnya penyakit lain seperti jantung, stroke, neuropati,
retinopati, dan gagal ginjal. Seseorang yang menderita diabetes melitus cenderung
beresiko mengalami kematian dua kali lebih cepat dibandingkan dengan seseorang
yang bukan menderita penyakit diabetes melitus (Lemone dkk, 2020).
Komplikasi akut dari diabetes melitus meliputi hipoglkemia, hiperglikemia
dan ketoasidosis sedangkan untuk komplikasi kronis dari diabetes melitus secara
luas dikelompokan menjadi mikrovaskular dan makrovaskular, Komplikasi
14
1.4.6 Penatalaksanaan
Menurut (Rosliana, 2022), penatalaksanaan baik secara medis maupun
keperawatan dilakukan untuk meningkatkan derajat kualitas hidup penderita
diabetes melitus, dalam proses penatalaksanaan secara umum mempunyai tujuan
jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek yaitu utnuk
memperbaiki kualitas hidup, meminimalisir risiko terjadinya komplikasi dan
mengurangi keluhan diabetes melitus, sedangkan tujuan jangka panjang yaitu
untuk mencegah dan menghambat progesivitas kerusakan pada pembuluh darah,
serta bertujuan untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas diabetes
melitus.
Dalam penatalaksanaan terhadap pasien diabetes melitus sering di kenal
dengan istilah 4 pilar sebagai acuan untuk mencegah ataupun untuk mengontrol
proses perjalanan penyakit dan terjadinya komplikasi, 4 pilar tersebut meliputi
edukasi, terapi nutrisi, aktivitas fisik dan terapi farmakologis. Selain itu, untuk
mengukur sejauh mana keberhasilan dalam proses penatalaksanaannya maka perlu
dilakukan pengontrolan kadar glukosa darah atau kadar hemoglobin yang
terglikosilasi (HbA1c) sebagai indikator penilaiannya (Putra, I. W. A., & Berawi,
2015 dalam kutipan Rosliana, 2022). Empat pilar dalam penatalaksanaan penyakit
15
diabetes melitus menurut (Hartanti et al., 2013 dalam Kutipan Rosliana, 2022)
meliputi :
1. Edukasi
Penyakit diabetes melitus tipe 2 biasanya sering terjadi pada orang- orang
dewasa hingga lansia, dimana dalam waktu-waktu tertentu akan membentuk
perubahan pada perilaku atau pola gaya hidup. Pengelolaan secara mandiri
sangat diperlukan bagi penderita diabetes terutama dalam mengoptimalisasi
dan berkontribusi secara aktif untuk mengubah perilaku yang tidak sehat.
Peran tenaga kesehatan sangat berpengaruh dalam mengubah perilaku
tersebut dalam mencapai keberhasilan maka diperlukan edukasi atau
pengetahuan, pengembangan ketrampilan (skill), perubahan perilaku dan
motivasi bagi penderita diabetes.
2. Terapi nutrisi
Terapi nutrisi atau manajemen dalam perencanaan pemberian makanan sangat
berpengaruh pada penyandang diabetes, dalam pemberian makan perlu
diperhatikan proporsi sesuai dengan keadaan individu yang mengalami
diabetes. Ketentuan yang harus diberikan dalam pemberian makanan harus
diperhatikan terkait keseimbangan komposisi dalam makanan yang meliputi
karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain untuk mencukupi status gizi yang
baik.
3. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik sangat berpengaruh dalam proses penatalaksanaan diabetes
melitus yang berguna untuk memperbaiki sensivitas kinerja insulin. Aktifitas
fisik sederhana yang bisa dilakukan misalnya jalan kaki, bersepeda dan lain-
lain, dalam melakukan aktifitas fisik perlu disesuaikan dengan kondisi
masing-masing individu yang dapat disesuaikan dengan umur, kondisi
ekonomi, sosial dan budaya serta kondisi fisik.
4. Terapi famakologis
Setelah menerapkan pola nutrisi dan aktifitas fisik namun kadar glukosa
dalam darah belum mencapai target yang ditentukan maka diperlukan
penggunaan obat-obatan sesusai dengan indikasi dan dosis yang sudah
direncanakan atau ditentukan oleh tenaga ahli kesehatan.
16
9) Pola Seksual-Reproduksi
Penyakit diabetes yang menahun dapat menimbulkan kelainan pada organ
reproduksi, penurunan rangsangan dan gairah pada penderitanya.
10) Pola peran berhubungan dengan orang lain
Penderita diabetes yang mengalami luka yang tak kunjung sembuh akan
menyebabkan dirinya merasa minder atau merasa malu dan cenderung
akan menarik diri.\
11) Pola nilai dan kepercayaan
Akibat dari penyakit diabetes melitus dapat mempengaruhi fungsional
struktur tubuh sehingga dapat menyebabkan perubahan status kesehatan
pada penderita diabetes dan akan mempengaruhi perubahan dalam
pelaksanaan kegiatan dalam beribadah.
12) Pemeriksaan fisik Head to Toe
Suatu tindakan dalam memeriksa keseluruhan tubuh pasien dari ujung
kepala sampai dengan ujung kaki dengan menggunakan metode
pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan pasien.
Tabel 2.3
Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1 Perfusi perifer tidak Tujuan: Edukasi Latihan Fisik
efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi
dengan hipeglikemia keperawatan selama 3x24 jam 1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
diharapkan perfusi perifer informasi.
meningkat, dengan kriteria hasil Terapeutik
sebagai berikut: 2) Sediakan materi dan media pendidikan
1) Denyut nadi perifer kesehatan.
meningkat 3) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
2) Warna kulit pucat menurun kesepakatan.
3) Edema perifer menurun 4) Berikan kesempatan untuk bertanya.
4) Nyeri ekstermitas menurun Edukasi
5) Kelemahan otot menurun 5) Jelaskan manfaat kesehatan dan efek
6) Kram otot menurun fisiologis olahraga.
7) Bruit femoralis menurun 6) Jelaskanjenis latihan yang sesuai dengan kondisi
8) Pengisian kapiler membaik kesehatan.
9) Tekanan darah sistolik 7) Jelaskan berapa kali dilakukan senam kaki, berapa
membaik lama waktunya dan berapa kali latihan yang
10) Tekanan darah diastolic dilakukan dalam program pelatihan senam kaki
membaik yang diinginkan.
11) Tekanan arteri rata-rata indeks 8) Ajarkan latihan pemanasan dan pendinginan yang
ankle brachial membaik tepat.
9) Ajarkan teknik pernapasan yang tepat untuk
memaksimalkan penyerapan oksigen selama
latihan fisik.
20
1. Usia
Kerentanan terhadap aterosklerosis koroner meningkat seiring bertambahnya
usia. Namun pada pasien diabetes melitus tipe II dengan onset terjadi di atas
umur 30 tahun, sering kali diantara usia 40-60 tahun, mengalami gangguan
tekanan darah oleh karena resistensi insulin. Makin bertambah usia, insulin pada
perempuan meningkat sedangkan pada laki-laki menurun. Resistensi insulin
menyebabkan gangguan metabolisme lemak yaitu dislipidemia, yang
mempercepat proses aterosklerosis dan berdampak terganggunya aliran darah
dan tekanan darah (Price & Wilson, 2006).
2. Jenis kelamin
Secara keseluruhan risiko aterosklerosis koroner lebih besar pada laki-laki dari
pada perempuan. Perempuan agaknya relatif kebal terhadap penyakit ini sampai
usia setelah menopause, tetapi pada pada kedua jenis kelamin pada usia 60-70an
frekuensi menjadi setara (Price & Wilson, 2006 dalam kutipan Bahjatun &
Supriatna, 2021). Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dan tekanan
darah pada anak laki-laki ataupun perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung
memiliki bacaan tekanan darah lebih tinggi. Setelah menopause, perempuan
cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pria pada usia tersebut
(Potter & Perry, 2005 Bahjatun & Supriatna, 2021).
3. Durasi penyakit diabetes melitus yang lama
Lama menderita diabetes melitus tipe II dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi. Penyebab yang spesifik dan patogenesis setiap komplikasi masih
terus diselidiki, namun peningkatan kadar glukosa darah tampaknya berperan
dalam proses terjadinya kelainan neuropatik, komplikasi mikrovaskuler dan
sabagai faktor risiko timbulnya komplikasi makrovaskuler. Komplikasi jangka
panjang tampak pada diabetes I dan II (Waspadji, 2010). Komplikasi terjadi
pada pasien yang menderita diabetes melitus rata-rata selama 5-10 tahun dengan
kadar gula darah yang tidak terkontrol yaitu dimana kadar gula darah sewaktu ≥
200 mg/dL dan kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dL (Be Healthy Enthusiast,
2012 Bahjatun & Supriatna, 2021).
25
Sistol Lengan
Tabel 2.5
Interpretasi Nilai Ankle Brachial Index (ABI)
1.5.6 Ankle brachial index (ABI) pada pasien diabetes melitus tipe II
Diabetes melitus tipe II adalah kondisi kronis yang terjadi akibat peningkatan
kadar glukosa dalam darah karena tubuh tidak bisa atau tidak cukup dalam
menghasilkan hormon insulin atau hormon insulin tidak bisa digunakan secara
efektif. Insulin adalah hormon penting yang diproduksi di kelenjar pankreas dan
bertugas mengedarkan glukosa dari peredaran darah ke sel tubuh dimana glukosa
diubah menjadi energi. Kurangnya insulin atau ketidakmampuan sel untuk merespon
insulin menyebabkan kadar glukosa darah tinggi, atau hiperglikemia, yang
merupakan ciri khas diabetes (IDF, 2019)
Diabetes mellitus tipe II akan menyebabkan terjadinya komplikasi apabila
tidak dikelola dengan baik. Pada penyandang DM tipe II dapat terjadi komplikasi
pada semua tingkat sel dan semua tingkatan anatomik. Manifestasi komplikasi kronik
dapat terjadi pada tingkat pembuluh darah kecil (mikrovaskular) berupa kelainan
pada retina mata, glomerolus ginjal, syaraf, dan pada otot jantung (kardiomiopati).
Pada pembuluh darah besar (makrovaskular), manifestasi komplikasi kronik DM
dapat terjadi pada pembuluh darah serebral, jantung (penyakit jantung kororner) dan
pembuluh darah perifer (tungkai bawah). Komplikasi lain DM dapat berupa
kerentanan berlebih terhadap infeksi dengan akibat mudahnya terjadi infeksi saluran
kemih, tuberculosis paru, dan infeksi kaki, yang kemudian dapat berkembang
menjadi ulkus atau gangren diabetes (Kemenkes RI, 2018).
27
iskemik (Sudoyo dkk, 2006). Pada pasien yang mengalami gangguan peredaran
darah kaki maka akan ditemukan tekanan darah tungkai lebih rendah dibandingkan
tekanan darah lengan yang mengakibatkan nilai ankle brachiali index (ABI) menjadi
menurun. (Smeltzer & Bare, 2010 dalam kjtipan Supriyadi, 2017).
30
31
4. Fase Resolusi
1) Persiapan
a. Mempersiapkan peralatan untuk pelaksanaan intervensi yaitu
spymomanometer dan stetoskop untuk memperoleh skor ABI, dan
lembar observasi
b. Mempersiapkan instrumen pengukuran berupa format pengkajian,
penegakan diagnosa dengan menggunakan SDKI, SLKI dan SIKI dan
lembar observasi.
c. Mengkondisikan ruangan yang nyaman dengan memperhatikan
kebisingan, pendingin ruangan, cahaya lampu
d. Memposisikan pasien yang nyaman
2) Pelaksanaan
a. Perawat meminta persetujuan kepada pasien dan menandatangi Informed
Consent
b. Perawat terlebih dahulu menjelaskan tentang tujuan intervensi buerger
allen exercise
c. Perawat selanjutnya menjelaskan tentang prosedur intervensi yang akan
dilakukan, tujuan intervensi, manfaat intervensi serta menjelaskan waktu
pelaksanaan intervensi. Intervensi dilakukan selama 6 hari dilakukan
setiap pagi hari pukul. 09.00 wib (pasien 1) dan pukul 10.00 wib (pasien
2).
d. Sebelum dilakukan intervensi perawat mengkaji keluhan pasien dan
melakukakan pengkuran ABI.
e. Intervensi buerger allen exercise dilakukan sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan.
f. Evaluasi dilakukan setiap hari setelah dilakukan latihan buerger allen
exercise dan didokumentasikan dengan menggunakan lembar observasi.
33
3.6.2 Observasi
Penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap respon perilaku
pasien selama dilakukan intervensi buerger allen exercise yang meliputi
kemampuan fisik pasien pada saat dilakukan latihan (exercise) dan hasil pengukuran
nilai ABI.
yang diperoleh dan penafsiran terhadap data tersebut memiliki validitas sehingga
kesimpulan yang ditarik menjadi kokoh.
3.8.2 Confidentiality
Penulis menjelaskan kepada pasien yang dijadikan sebagai responden studi kasus
bahwa informasi yang diperoleh akan dijaga kerahasiaannya, baik itu informasi dari pasien,
keluarga maupun data yang telah penulis peroleh terkait masalah kesehatan pasien.
3.8.3 Beneficience
Intervensi yang dilakukan bertujuan untuk memberikan manfaat pada pasien yaitu
untuk meningkatkan perfusi perifer pada pasien DM tipe 2.
3.8.4 Nonmaleficience
Prinsip yang bearti seseorang perawat dalam melakukan pelayanannya sesuai dengan
ilmu dan kiat keperawatan dengan tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pada pasien.
3.8.5 Justice
Dalam melakkan studi kasus ini penulis tidak membedakan jenis kelamin, suku atau
budaya, maupun agama asien dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
DM tipe 2.
BAB IV
LAPORAN STUDI KASUS
4.1 Pengkajian
4.1.1 Pasien 1
Pengkajian dilakukan pada tanggal 06 Maret 2023 Pukul 09.00 WIB di
Puskesmas Sungai Abang Kabupaten Tebo, hasil pengkajian didapatkan pada pasien
1 dengan identitas klien Ny. M usia 55 tahun, alamat Desa Aur Cino Kecamatan VII
Koto Kabupaten Tebo, agama islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan sebagai
Ibu Rumah Tangga. Identitas penanggung jawab pasien yaitu Tn. B yang merupakan
suami dari Ny. M usia 60 tahun alamat Desa Aur Cino Kecamatan VII Koto
Kabupaten Tebo, pendidikan terakhir SMA. Keluhan utama pasien saat pengkajian
pasien mengatakan kaki terasa kram dan sering mengalami kesemutan dan rasa kebas
pada kaki, edema ekstermitas (+) 1, disertai kepala terasa pusing, badan lemas, rasa
haus meningkat, mukosa mulut kering, frekuesni urine meningkat 8-8x/hari. Hasil
pemeriksaan GDS 424 mg/dl. Riwayat penyakit sekarang pasien mengatakan dirawat
di Puskesmas Sungai Abang pada tanggal 05 Maret 2023 pada jam 08.00 WIB pasien
masuk dengan keluhan badan terasa lemas dan pusing. Pada saat dilakukan
pengkajian pasien mengatakan kepala masih terasa pusing, badan lemah dan letih,
pasien mengatakan mudah merasa haus, sering mengalami kesemutan pada kaki,
kram pada kaki, sering BAK di malam hari, pasien mengatakan nafsu makan
berkurang, pasien hanya menghabiskan ½ porsi diet yang diberikan dipuskesmas,
pasien tampak lesu dan aktivitas dibantu oleh keluarga.
Berdasarkan riwayat kesehatan dahulu pasien mengatakan suka
mengkonsumsi makanan yang bersantan, manis, dan pola makan tidak teratur. Pasien
rutin minum teh manis setiap pagi, kopi sekali-kali, dan minuman instan lainnya.
Pasien mengatakan mengalami Diabetes Melitus Tipe II sejak tahun 2014 dan pernah
dirawat dengan keluhan yang sama pada tahun 2014 (sekitar 8 tahun yang lalu).
Pasien mengatakan ayah pasien juga mengalami penyakit yang sama yaitu riwayat
diabetes. Tidak ada riwayat penyakit keturunan lainnya seperti hipertensi, Penyakit
jantung koroner, stroke dan lain-lainya. Selama dirawat pasien mendapakan diet
36
37
dari puskesmas, pasien hanya menghabiskan 1/2 porsi saja, sering merasa haus, BAK
lebih kurang 8-9 kali sehari. Pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap pasien
didapatkan hasil kesadaran compementis, GCS : 15, tinggi badan 155 cm, berat
badan : 49 kg, nadi : 88x/menit, pernapasan : 18x/menit, tekanan darah : 120 / 87
mmHg, suhu : 36,5 C, nadi perifer teraba dan lemah, nilai ABI 0,56 mmHg.
Pemeriksaan pada ekstermitas atas : terpasang infus RL 8 jam/kolf di tangan kanan,
CRT <2 detik, akral teraba dingin, dan pada ekstermitas bawah : terdapat edema +1,
kaki sering merasa kebas dan kesemutan, tidak terdapat lesi, CRT <3 detik, turgor
kulit menurun, suhu kaki menurun, akral kaki teraba dingin. Hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan hemoglobin : 10,8 g/dl, leukosit: 7.300/mm3, GDS 424
mg/dl. Hematokrit 42%, trombosit 400.000 mm. Terapi pengobatan pada pasien
diberikan IVFD RL 8 jam/kolf, ranitidin 2 x 50 mg (IV), ceftriaxone 2 x 1gr (IV),
glibenamid 1x2,5mg (oral), metformin 2x500 mg (oral).
4.1.2 Pasien 2
Pengkajian dilakukan pada tanggal 13 Maret 2023 Pukul 09.30 dengan
identitas pasien 2 yaitu Ny.Y usia 58 tahun beragama Islam, suku indonesia, status
menikah, pekerjaan IRT dan alamat di desa Sungai Abang Kecamatan VII Koto
Kabupaten Tebo. Pasien datang kepoli lansia dengan keluhan kaki terasa kram dan
sering kesemutan, edema pada ekstermitas bawah, badan terasa lemas, kepala
pusing, wajah pucat, pasien memiliki riwayat diabetes mellitus lebih kurang 6 tahun
yang lalu, pasien melakukan kontrol ke puskesmas jika memiliki keluhan. Hasil
pemeriksaan GDS 356 mg/dl. Pasien juga mengatakan sudah sering dirawat di
Puskesmas dengan penyakit diabetes melitus di sekitar 1 tahun yang lalu. Pasien tidak
mempunyai riwayat merokok, dan alkohol, dan pasien juga tidak mempunyai
riwayat alergi.
Pada saat dilakukan pengkajian kebutuhan aktivitas/mobilisasi pasien
mengatakan badannya lemas, terdapat perasaan lemah otot, dan terdapat keterbatasan
pergerakan dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas seperti personal hygine. Hasil
pemeriksaan fisik tekanan darah 120/84 mmHg, nadi 89x/menit, pernafasan
28x/menit, suhu 36,50C, tingkat kesadaran composmentis (E4M6V5), keadaan umum
sedang. Frekuensi nadi dorsalis pedis 50x, Irama nadi lambat, lemah, tidak ada
38
distensi vena jugularis, terdapat edema di tungkai kanan, CRT <3 detik, turgor kulit
kering, warna kulit pucat, akral kaki teraba dingin, kekuatan otot 5/5/4/4. Hasil
pemeriksaan nilai ABI 0,58 mmHg. Pasien mendapatkan terapi oral yaitu metformin
2x500 mg, glibenamid 1x2,5 mg.
2) Terapeutik
(1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
(2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.
(3) Berikan kesempatan untuk bertanya.
3) Edukasi
(1) Jelaskan manfaat kesehatan dan efek fisiologis olahraga.
(2) Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan kondisi kesehatan yaitu dengan
penerapan EBNP Buerger Allen Exercise
(3) Identifikasi kesiapan dan kemampuan pasien menerima informasi,
(4) Ukur nilai ABI (Anckle Brachial Index),
(5) Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan kondisi kesehatan yaitu dengan Buerger
Allen Exercise,
(6) Melakukan latihan Buerger Allen sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
dan terasa berat sering merasa dan terasa berat sering merasa
kebas dan kesemutan, akral kebas dan kesemutan, akral
teraba dingin, edema +1, CRT < teraba dingin, edema CRT < 3
3 detik detik
7. Memonitor kadar glukosa darah 7. Memonitor kadar glukosa darah
R: GDS : 389 mg/dl R: GDS : 356 mg/dl
8. Memonitor tanda dan gejala 8. Memonitor tanda dan gejala
hiperglikemia hiperglikemia
R : pasien mengatakan badan R : pasien mengatakan badan
terasa lemas, dan sering merasa terasa lemas, mukosa bibir
haus, sering BAK dimalam hari, kering, BAK 5-6x/hari
BAK 7-8x/hari, mukosa mulut 9. Melakukan kolaborasi dengan
kering dokter dalam pemberian therapy
9. Melakukan kolaborasi dengan R:
dokter dalam pemberian therapy Metformin tablet 2x500 mg
R: Gliben tablet 1x2,5 mg
Metformin tablet 2x500 mg
Gliben tablet 1x2,5 mg
Inj. Ceftriaxone 2x1gr (IV)
Inj. Ranitidine 2x50 mg (IV)
posterior 72 mmHg dengan nilai ABI 0,65 (sedang). Evaluasi kunjungan 5 dilakukan
pada tanggal 11 Maret 2023 jam 09.00 WIB pasien mengatakan badan lemas
berkurang, pusing berkurang, nyeri pada kaki masih terasa, kesemutan dan kram
pada kaki berkurang, edema esktermitas berkurang, CRT <3 detik, nilai sistolik arteri
brachialis pada lengan kiri tertinggi 110 mmHg, dan nilai sistolik tertinggi dari arteri
dorsalis tibialis posterior 75 mmHg dengan nilai ABI 0,68 (sedang). Dan Evaluasi
kunjungan 6 dilakukan pada tanggal 12 Maret 2023 jam 09.00 WIB pasien
mengatakan badan lemas berkurang, pusing berkurang, kram pada kaki berkurang,
tidak ada edema ekstermitas, CRT <2 detik, nilai sistolik arteri brachialis pada lengan
kanan tertinggi 110 mmHg, dan nilai sistolik tertinggi dari arteri dorsalis tibialis
posterior 80 mmHg dengan nilai ABI 0,62 (Ringan).
4.5.2 Pasien 2
Kondisi pasien sebelum dilakukan intervensi Buerger Allen Exercise pasien
mengeluh kaki terasa kram dan sering kesemutan, badan terasa lemas, kepala pusing,
wajah pucat, pasien memiliki riwayat diabetes mellitus lebih kurang 6 tahun yang
lalu, hasil pemeriksaan GDS 356 mg/dl, warna kulit pada ekstermitas bawah pucat,
edema esktermitas, ekestermitas bawah CRT <3 detik, nilai sistolik arteri brachialis
pada lengan kanan tertinggi 120 mmHg, dan nilai sistolik tertinggi dari arteri dorsalis
pedis posterior 70 mmHg dengan nilai ABI 0,58 (sedang).
Evaluasi kunjungan 1 dilakukan pada tanggal 14 Maret 2023 jam 09.00 WIB
pasien mengatakan kram pada kaki, kaki sering terasa kebas pada pagi hari, badan
lemas, edema esktermitas, CRT <3 detik, nilai sistolik arteri brachialis pada lengan
kanan tertinggi 120 mmHg, dan nilai sistolik tertinggi dari arteri dorsalis pedis
posterior 75 mmHg dengan nilai ABI 0,62 (sedang). Evaluasi kunjungan 2 dilakukan
pada tanggal 15 Maret 2023 jam 09.00 WIB pasien mengatakan kram pada kaki
sedikit berkurang, kaki sering terasa kebas pada pagi hari masih terasa, badan lemas,
edema esktermitas, CRT <3 detik, nilai sistolik arteri brachialis pada lengan kanan
tertinggi 120 mmHg, dan nilai sistolik tertinggi dari arteri dorsalis pedis posterior 75
mmHg dengan nilai ABI 0,62 (sedang). Evaluasi kunjungan 3 dilakukan pada tanggal
16 Maret 2023 jam 09.00 WIB pasien mengatakan kram pada kaki berkurang, kaki
sering terasa kebas pada pagi hari masih terasa, edema esktermitas, CRT <2 detik,
46
nilai sistolik arteri brachialis pada lengan kanan tertinggi 115 mmHg, dan nilai
sistolik tertinggi dari arteri dorsalis pedis posterior 78 mmHg dengan nilai ABI 0,67
(sedang). Evaluasi kunjungan 4 dilakukan pada tanggal 17 Maret 2023 jam 09.00
WIB pasien mengatakan kram pada kaki berkurang, kaki kebas pada pagi hari
berkurang , edema esktermitas (-), CRT <2 detik, nilai sistolik arteri brachialis pada
lengan kanan tertinggi 115 mmHg, dan nilai sistolik tertinggi dari arteri dorsalis
pedis posterior 80 mmHg dengan nilai ABI 0,69 (sedang). Evaluasi kunjungan 5
dilakukan pada tanggal 18 Maret 2023 jam 09.00 WIB pasien mengatakan kram pada
kaki berkurang, kaki kebas pada pagi hari berkurang , tidak ada edema esktermitas,
CRT <2 detik, nilai sistolik arteri brachialis pada lengan kiri tertinggi 110 mmHg,
dan nilai sistolik tertinggi dari arteri dorsalis pedis posterior 80 mmHg dengan nilai
ABI 0,72 (ringan). Evaluasi kunjungan 6 dilakukan pada tanggal 19 Maret 2023 jam
09.00 WIB pasien mengatakan kram pada kaki berkurang, kaki kebas pada pagi hari
berkurang , tidak ada edema esktermitas, CRT <2 detik, nilai sistolik arteri brachialis
pada lengan kiri tertinggi 110 mmHg, dan nilai sistolik tertinggi dari arteri dorsalis
pedis posterior 88 mmHg dengan nilai ABI 0,77 (ringan).
48
49
mengantuk jika tidak ada kompensasi terhadap kebutuhan energi tersebut (Arif T,
2020).
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien 1 dan pasien 2 hanya
pemeriksaan laboratorium, dimana hasil laboratorium GDS pada pasien 1 didapatkan
424 mg/dl, sedangkan pada pasien 2 didaptakan hasil GDS 356 mg/dl. Pemeriksaan
ini sama dengan tinjauan teoriritis prinsippenatalaksanaan keperawatan antara teoritis
dan kasus untuk menegakan diagnosa medis. Pemeriksaan Diagnostik lain yang
seharusnya dilakukan untuk pasien diabetes melitus antara lain pemeriksaan fisik,
pemeriksaan vaskuler yang terdiri dari pemeriksaan radiologi; yang meliputi : gas
subkutan, adanya benda asing, osteomelietus (Smelzer and Bare, 2008).
sensasi kaki meningkat, tidak ada odema, CRT < 2 detik, warna kulit pucat pada
ekstermitas berkurang.
Hasil studi kasus ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ainul dkk
(2020) yang mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan perfusi
ekstermitas bawah setelah melakukan Buerger Allen Exercise (BAE). Metode BAE
terbukti memberikan efek terhadap perubahan nilai ABI yang bearti meningkatkan
perfusi ekstermitas bawah di antara pasien dengan diabetes mellitus dengan
gangguan perfusi sebelumnya.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus dari asuhan keperawatan pada pasien 1 dan
pasien 2 dengan keluhan kram pada kaki, kaki sering kesemutan, oedema pada
ekstermitas bawah, CRT > 3 detik, nilai ABI 0,56 mmHg (pasien 1), dan nilai ABI
0,58 mmHg (pasien 2), badan lemas, warna kulit ektermitas pucat, akral ekstermitas
teraba dingin dengan diagnose medis yaitu diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas
Sungai Abang. Pengkajian dilakukan oleh perawat pada kedua pasien dengan fokus
utama pengkajian pada pasien diabetes mellitus adalah mengkaji keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang dan penyakit sebelumnya, pemeriksaan fisik meliputi
pengkajian pada ekstermitas, pengkajian nilai ABI, dan pemeriksaan penunjang
laboratorium yaitu GDS.
Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan pada pasien 1 dan pasien 2
diperoleh masalah keperawatan utama yaitu perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan hiperglikemia. ditandai dengan adanya keluhan kram pada
kaki, kaki sering merasa kesemutan, oedema pada ekstermitas bawah, CRT > 3
detik, kulit tampak pucat, akral teraba dingin. Intervensi yang dilakukan berdasarkan
masalah keperawatan utama yaitu manajemen sensasi perifer dengan EBNP
Buerger Allen Exercise yang dilakukan selama 6 hari. Implementasi dilakukan
sesuai dengan intervensi yaitu dengan penatalaksanaan Buerger Allen Exercise
yang dilakukan pada pasien 1 selama 6x kunjungan tanggal 06 maret s/d 12 Maret
2023 dan pada pasien 2 dilakukan 6x kunjungan tanggal 13 Maret s/d 19 Maret
2023. Setelah dilakukan implementasi BAE pada kedua pasien terdapat
peningkatkan sensasi perifer dibuktikan dengan peningkatan nilai ABI.
54
55
6.2Saran
6.2.1 Bagi Praktek Keperawatan
Hasil studi kasus ini diharapkan agar selalu menambah dan memperdalam
ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus tipe II dengan
menggunakan literatur-literatur terbaru.
Ainul. Nurul. (2020). Efek Buerger Allen Exercise Terhadap Perubahan NIlai ABI
(Ankle Brachial Index) Pasien Diabetes Tipe II. Jurnal Ilmu Kesehatan.
Volume 3 No 2. Diakses pada tanggal 10 Januari 2023 Pukul 13.00 WIB
oleh Sulistiani.
Azizah, N., & Supriyanti, E. (2019). Pergerakan Sendi Ekstremitas Bawah Untuk
Meningkatkan Perfusi Jaringan Perifer Pasien Dm Tipe 2. Jurnal
Manajemen Asuhan Keperawatan, 3(2), 32–37.
Https://Doi.Org/10.33655/Mak.V3i2.72
Bahjatun. SUpriatna. (2021). Buerger Allen Exercise Dan Ankle Brachiall Indeks
(ABI) Pada Penyandang Diabetes Mellitus. NEM. Jakarta.
Djamaludin, D., Setiawati, S., & Yulendasari, R. (2019). Pengaruh Latihan Range
Of Motion (Rom) Ankle Terhadap Pencegahan Terjadinya Neuropati Dan
Angiopati Pada Klien Diabetes Melitus. Holistik Jurnal Kesehatan, 13(3),
263–269. Https://Doi.Org/10.33024/Hjk.V13i3.1941
Fitriyanti, M. E., Febriawati, H., & Yanti, L. (2019). Pengalaman Penderita
Diabetes Mellitus Dalam Pencegahan Ulkus Diabetik. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah Bengkulu, 7(2), 99 05
IDF. (2019). Global and regional diabetes prevalence estimates for 2019 and
projections for 2030 and 2045: Results from the International Diabetes
Federation Diabetes Atlas, 9th edition. Diabetes Research and Clinical
Practice, 157, https://doi.org/10.1016/j.diabres.2019.107843.
Ida. (2021). Buku Keperawatan Latihan EFektif Untuk Pasien Diabetes Mellitus
Berbasih Hasil Penelitian. Deepublish. Yogyakarta.
Irhas dkk. (2020). Efektifitas Buerger Allen Exercise dengan Range Of Motion
(ROM) terhadap Nilai Sensitivitas Kaki Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II. Jurnal Endurance.
Rikesdas. (2020). Tetap Produktif, Cegah dan Atasi Diabetes Melitus. Pusat Data
dan Informasi Kemenkes RI.
Rudy. Richard. (2022). Buku Pegangan Diabetes Edisi 4.Bumi Medika. Jakarta.
Refvia. Dkk (2022). Asuhan Keperawatan Perfusi Perifer Tidak Efektif dengan
Terapi Buerger Allen Exercise Pada Pasien Diabetes Mellitus. Jurnal Ilmu
Kesehatan. Diakses pada tanggal 10 Januari 2023 Pukul 13.30 WIB oleh
Sulistiani.
Sya’diyah, H., Widayanti, D. M., Kertapati, Y., Anggoro, S. D., Ismail, A., Atik,
T., & Gustayansyah, D. (2020). Penyuluhan Kesehatan Diabetes Melitus
Penatalaksnaan Dan Aplikasi Senam Kaki Pada Lansia Di Wilayah Pesisir
Surabaya. Jurnal Pengabdian Kesehatan, 3(1), 9–27.
https://doi.org/10.31596/jpk.v3i1.64
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., Cheever, K.H. 2008. Brunner &
Suddarth’s Textbook of medical-surgical nursing, (11th edition).
Philadelphia : Lippincott William & Wilkins.
1. Kami adalah penulis berasal dari Program Studi Profesi Ners Poltekkes
Kemenkes Jambi dengan ini meminta anda untuk ikut berpartisipasi dengan
sukarela dalam Studi kasus yang berjudul Asuhan Keperawatan dengan
Pemberian Buerger Allen Exercise untuk Meningkatkan Perfusi Perifer pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Sungai Abang Kabupaten
Tebo Tahun 2023.
2. Tujuan Studi kasus studi kasus ini adalah untuk menganalisis Asuhan
Keperawatan dengan Pemberian Buerger Allen Exercise untuk Meningkatkan
Perfusi Perifer pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Sungai
Abang Kabupaten Tebo Tahun 2023.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin dengan
menggunakan wawancara yang akan berlangsung lebih kurang 15 menit.
Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlu
khawatir karena Studi kasus ini untuk kepentingan pengembangan
asuhan/pelayanan kesehatan
2. Apabila anda bersedia berpartisipasi dalam Studi kasus ini, anda diminta
untuk menandatangani surat persetujuan ( Informed Consent ).
3. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikut sertaan pada Studi kasus ini
adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan/tindakan
yang diberikan.
6. Seandainya Anda tidak menyetujui cara ini makan anda dapat menolak untuk
menjadi responden. Partisipasi anda bersifat sukarela, tidak ada paksaan, dan
dapat mengundurkan diri sewaktu waktu tanpa sanksi apapun.
7. Kegiatan ini hanya untuk keperluan Studi kasus sehingga nama dan jati diri
anda akan tetap di rahasiakan. Apabila ada hal-hal yang kurang jelas dapat
menghubungi SULISTIANI dengan no telephone 085369129668
Penulis
SULISTIANI
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
(Persetujuan menjadi Partisipan)
Saya memutuskan untuk ikut berpartisipasi pada Studi kasus ini secara
sukarela tanpa paksaan. Bila selama peneilitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa
sanksi apapun.
Jambi, 2023
(…………………….)
Lampiran 3
2. 08-03-23
Brachial Brachial Dorsalis Pedis Dorsalis Nilai ABI Sedang
( Lengan ) kanan ( Lengan ) kiri Tibialis
110 mmHg 120 mmHg 70 mmHg 65 mmHg 0,58 mmHg
3. 09-03-23
Brachial Brachial Dorsalis Pedis Dorsalis Nilai ABI Sedang
( Lengan ) kanan ( Lengan ) kiri Tibialis
108 mmHg 110 mmHg 70 mmHg 60 mmHg 0,63 mmHg
4. 10-03-23
Brachial Brachial Dorsalis Pedis Dorsalis Nilai ABI Sedang
( Lengan ) kanan ( Lengan ) kiri Tibialis
105 mmHg 110 mmHg 70 mmHg 72 mmHg 0,65 mmHg
5. 11-03-23
Brachial Brachial Dorsalis Pedis Dorsalis Nilai ABI Sedang
( Lengan ) kanan ( Lengan ) kiri Tibialis
108 mmHg 110 mmHg 70 mmHg 75 mmHg 0,68 mmHg
6. 12-03-23
Brachial Brachial Dorsalis Pedis Dorsalis Nilai ABI Ringan
( Lengan ) kanan ( Lengan ) kiri Tibialis
110 mmHg 105 mmHg 75 mmHg 80 mmHg 0,72 mmHg
LEMBAR OBSERVASI
Nama : Ny. Y
Usia : 58 Tahun
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Sungai Abang Kecamatan VII Koto Kabupaten Tebo.
2. 15-03-23
Brachial Brachial Dorsalis Pedis Dorsalis Nilai ABI Sedang
( Lengan ) kanan ( Lengan ) kiri Tibialis
120 mmHg 115 mmHg 75 mmHg 70 mmHg 0,62 mmHg
3. 16-03-23
Brachial Brachial Dorsalis Pedis Dorsalis Nilai ABI Sedang
( Lengan ) kanan ( Lengan ) kiri Tibialis
115 mmHg 110 mmHg 78 mmHg 75 mmHg 0,67 mmHg
4. 17-03-23
Brachial Brachial Dorsalis Pedis Dorsalis Nilai ABI Sedang
( Lengan ) kanan ( Lengan ) kiri Tibialis
115 mmHg 110 mmHg 80 mmHg 78 mmHg 0,69 mmHg
5. 18-03-23
Brachial Brachial Dorsalis Pedis Dorsalis Nilai ABI Ringan
( Lengan ) kanan ( Lengan ) kiri Tibialis
105 mmHg 110 mmHg 80 mmHg 75 mmHg 0,72 mmHg
6. 19-03-23
Brachial Brachial Dorsalis Pedis Dorsalis Nilai ABI Ringan
( Lengan ) kanan ( Lengan ) kiri Tibialis
105 mmHg 110 mmHg 85 mmHg 80 mmHg 0,77 mmHg
Lampiran 5
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Kemudian kaki
diangkat ketempat
yang lebih tinggi
dengan sudut ±45
selama ± 3 menit
menggunakan bantal
Selanjutnya pasien
diperilahkan bangun
dan duduk dengan
posisi kaki
menggantung.
Lakukan geakan :
1. kaki ditekuk keatas
semaksimal
mungkin dan
regangkan kaki
anda kearah bawah,
lakukan gerakan
tersebut selama
kurang lebih 3
menit
68
2. gerakan kaki
selama 3 menit
kearah samping
luar dan kearah
samping dalam.
3. Kemudian jari kaki
kebawah dan tarik
jari kaki ketas,
lakukan gerakan
tersebut kurang
lebih 3 menit, dan
pasien
dipersilahkan
berbaring selama
kurang lebih 3
menit.
69