Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
BAB II
PEMBAHASAN
1
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (jakarta: Erlangga, 1980), hlm. 320.
masa-masa dewasa, memberikan berbagai kemudian untuk menyesuaikan diri terhadap
berbagai peran baru dan harapan sosial usia madya
Masalah-masalah tertentu yang timbul dalam penyesuaian diri merupakan ciri dari usia
madya pada kebudayaan masa kini. Beberapa dari masalah tersebut lebih sulit lagi bagi pria,
dan beberapa lainnya lebih sulit bagi wanita. Masalah utama yang harus dipecahkan dan
disesuaikan secara memuaskan selama usia madya mencakup apa saja yang menjadi tugas-
tugas perkembangan selama periode ini. 2
Pada kebanyakan orang tanda dari dewasa madya ditandai dengan kemajuan pekerjaan,
pekawinan, meningkatnya ekonomi, aktif untuk mengikuti kegiatan sosial, dan dorongan
seks bertambah sehingga disebut masa puber kedua, mengurangi kegiatan yang banyak
dilakukan secara fisik dan masa break down secara fisik seperti mulai sakit-sakitan.
Seperti halnya dengan tugas-tugas perkembangan periode lain, maka tugas-tugas
perkembangan masa dewasa madya tidaklah sepenuhnya dapat dikuasai dalam waktu sama
oleh setiap orang. Hanya beberapa tugas yang bisa dikuasai sepenuhnya. Kondisi ini selalu
bervariasi untuk setiap individu. Kebanyakan tugas-tugas perkembangan usia dewasa madya
ialah persiapan penyesuaian diri dalam mengatur dan menentukan kebahagiaannyadi masa
tua.
Tuga-tugas perkembangan masa dewasa madya ialah menyesuaikan diri pada perubahan
dan penurunan kondisi fisik, menyesuaikan diri dalam perubahan minat, atau menyesuaikan
diri kepada relasi keluarga dan pasangan hidup.
2
Herri Zan Pieter dan Namora Lumongga Lubis, Pengantar Psikologi untuk Kebidanan, (Jakarta: Kharisma Putra
Utama, 2010), hlm. 195.
selanjutnya. Perubahan fisik yang terpenting, yang terhadapnya orang berusia madya harus
menyesuaikan diri dibahas di bawah ini3
1. Perubahan dalam Penampilan
Seperti telah diketahui, sejak masa remaja dini, penampilan seseorang memegang
peranan yang sangat pnting terutama dalam penilaian sosial, sambutan sosial, dan
kepemimpinan. Mereka yang berusia madya, memberontak terhadap penilaian status
tersebut yang mereka takuti ketika penampilan mereka menurun.
Bagi pria, terdapat kesulitan tambahan dalam berlomba dengan orang-orang yang lebih
muda, lebih kuat, dan lebih energik, yang lebih cenderung untuk menilai kemampuanya
dalam mempertahankan pekerjaannya dalam kaitannya dengan penampilan. Baik bagi
pria maupun wanita, selalu terdapat ketakutan bahwa penampilan usia madya mereka
akan menghambat kemampuan untuk mempertahankan pasangan mereka (suami/istri),
ataupun mengurangi daya tarik terhadap lawan jenisnya.
Sebagai kebiasaan umum, kaum pria pada budaya kita memperlihatkan tanda-tanda
ketuaan lebih cepat dari pada wanita. Hal ini mugkin dapat dijelaskan oleh kenyataan,
bahwa kaum wanita yang menyadari seberapa jauh daya tariknya terhadap kaum pria
bergantung pada penampilan fisik sehingga secara daya tarik tersebut hilang oleh
adanya tanda-tanda mencapai usia madya.
Tanda-tanda menua juga cenderung menjadi lebih jelas di kalangan kelompok-kelompok
sosial-ekonomis dari pada kelompok lainnya. Pada umunya, pria dan wanita dari
kelompok sosial-ekonomis yang lebih tinggi nampak lebih muda dari usia yang
sebenarnya, sedangkan mereka yang berasal dari kelompok sosial-ekonomi yang lebih
rendah nampak lebih tua dari pada usia yang sebenarnya. Hal ini mungkin sebagian
dijelaskan oleh kenyataan bahwa mereka yang dari kelompok lebih beruntung kurang
bekerja, mengeluarkan lebih sedikit energi dan lebih banyak makan dari pada mereka
yang harus mencari hidup dengan tangan yang kasar. Lebih jauh lagi, mereka yang
berasal dari kelompok yang kurang beruntung tidak mampu menambah dan
mendapatkan ala kecantikan dan pakaian yang bagus yang menutupi tanda-tanda
ketuaan mereka.
2. Perubahan dalam Kemampuan Indera
Deteorisasi bertahap dari kemampuan indera mulai pada usia madya. Perubahan yang
paling merepotkan dan nampak terdapat pada mata dan telinga. Perubahan fungsional
dan generatif pada mata berakibat mengecilnya bundaran kecil pada anak mata,
mengurangnya ketajaman mata dan akhirnya cenderung menjadi glukoma, katarak dan
tumor. Kebanyakan orang yang berusia madya menderita presbiopi atau kesulitan
melihat sesuatu dari jarak jauh, yaitu kehilangan berangsur-angsur akomodasi lensa
mata sebagai akibat dari menurunya elastisitas lensa mata. Antara umur 40-50 tahuanan
daya akomodasi lensa mata biasanya tidak mampu untuk melihat dengan jarak dekat
sehingga yang bersangkutan terpaksa harus memakai kaca mata.
Kemampuan mendengar ternyata juga melemah pada usia sekitar 40 tahun, akibatnya
mereka yang berusia madya selalu harus mendengarkan sesuatu secara berlebihan
sungguh-sungguh dari pada yang mereka lakukan pada masa lalu. Mula-mula kepekaan
terhadap nada tinggi menjadi berkurang, kemudian diikuti dengan menurunnya secara
drastis sesuai dengan meningkatnya usia. Oleh karena kehilangan pendengeran, maka
mereka yang berusia madya mulai berbicara dengan keras dan sering monoton.
Penurunan dalam hal pendengaran ini lebih terlihat sentivitas terhadap nada tinggi.
3
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (jakarta: Erlangga, 1980), hlm. 326.
Dalam hal penurunan sensitivitas terhadap nada tinggi ini, terdapat perbedaan jenis
kelamin, yakni laki-laki biasanya kehilangan sensivitasnya terhadap nada tinggi lebih
awal dibandingkan perempuan. Perbedaan jenis kelamin ini mungkin lebih disebabkan
oleh pengaruh pengalaman laki-laki terhadap suara gaduh dalam pekerjaan sehari-hari,
seperti pertambangan, perbengkelan dan sebagainya.
Di samping menurunnya kemampuan mendengar, terjadi pula penurunan daya cium dan
rasa. Hal ini terutama terjadi pada pria. Alasannya ialah rambut hidung mereka
bertambah, sehingga mempengaruhi rangsangan daya cium untuk menembus organ-
organ indra pencium yang terletak pada batang hidung. Oleh karena rasa sangat
tergantung pada kemampuan membau, indera ini pun menjadi semakin lemah dengan
meningkatkannya usia.
Sampai saat ini, studi menngenai hubungan antar usia dengan indera peraba,
temperatur, dan rasa sakit belum pernah dilakukan secara meluas untuk menyimpulkan
pengaruhnya terhadap usia. Walaupun demikian diduga bahwa dengan semakin
menipisnya kulit karena pertambahan usia, kepekaan kulit menjadi lebih kuat dari pada
mereka yang lebih muda.
Pada masa tua atau masa akhir, sejumlah perubahan pada fisik semakin terlihat sebagai
akibat dari proses penuaan. Diantara perubahan-perubahan fisik yang paling kentara
pada masa tua ini terlihat pada perubahan seperti rambut menjadi jarang dan beruban,
kulit mongering dan mengkerut, gigi hilang dan gusi menyusut, konfigurasi wajah
berubah, tulang belakang menjadi bungkuk. Kekuatan dan ketangkasan fisik berkurang,
tulang–tulang menjadi rapuh, mudah patah lambat untuk dapat diperbaiki. Sistem
kekebalan tubuh melemah, sehingga orang tua rentan terhadap berbagai penyakit. 4
Tanda-tanda ketuaan yang paling nyata yang menjadi masalah pada pria dan wanita
adalah tanda-tanda yang ditunjukkan pada kotak di bawah ini 5
Tanda-Tanda yang Jelas Usia Madya
1. Berat Badan Bertambah
2. Selama usia madya lemak mengumpulkan terutama sekitar perut dan paha.
3. Berkurangnya Rambut dan Beruban
Rambut pada pria yang berusia madya mulai jarang, menipis, dan terjadi kebotakan
pada bagian atas kepala. Rambut di hidung, telinga, dan bulu mata menjadi lebih
kaku, sedangkan rambut pada wajah tumbuh lebih lambat dan kurang subur.
Rambut wanita semakin tipis dan rambut di atas bibir atas dan dagu bertambah
banyak. Baik rambut pria maupun rambut wanita mulai memutih menjelang usia
lima puluh tahuan, dan beberapa orang sudah beruban sebelum berusia madya.
4. Perubahan pada Kulit
Kulit pada wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih kering dan keriput. Kulit
dibagian bawah mata menggembung seperti kantong, dan lingkaran hitam di bagian
ini menjadi lebih permanen dan jelas. Warna merah kebiruan sering muncul di
sekitar lutut dan di tengah tengkuk.
5. Tubuh Menjadi Gemuk
Bahu seringkali berbentuk bulat, dan terjadi penggemukan seluruh tubuh yang
membuat perut keliahatan menonjol sehingga seseorang keliahatan lebih pendek.
6. Masalah Persendian
4
Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: Rosda, 2005), hlm. 235.
5
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (jakarta: Erlangga, 1980), hlm. 327.
Beberapa orang berusia madya mempunyai masalah pada persendian, tungkai dan
lengan, yang membuat mereka sulit berjalan dan memegang benda yang jarang
sekali ditemukan pada orang-orang muda.
7. Perubahan pada Gigi
Gigi menjadi kuning dan harus lebih sering diganti, sebagian atau seluruhnya dengan
gigi palsu.
8. Perubaha pada Mata
Mata kelihatan kurang bersinar daripada ketika mereka masih muda, dan cenderung
mengeluarkan kotoran mata yang menumpukdi sudut mata.
9. Perubahan pada Keberfungsian Fisiologis
Perubahan-perubahan pada tubuh bagian luar terjadi berbarengan dengan
perubahan-perubahan pada organ-organ dalam tubuh dan keberfungsiannya.
Perubahan ini, pada sebagian besar bagian tubuh, langsung atau tidak langsung
diakibatkan perubahan jaringan tubuh. Seperti gelang karet yang tua, dinding
saluran arteri menjadi rapuh dengan bertambahnya usia. Keadaan tersebut dapat
menimbulkan kesulitan sirkulasi. Meningkatnya tekanan darah, khususnya pada
orang gemuk dapat menyebabkan komplikasi jantung.
Fungsi kelenjar tubuh menjadi lembam. Pori-pori dan kelenjar-kelenjar pada kulit
yang membersihkan kulit dari kotoran menjadi lebih pelan, sehingga bau badan
bertambah. Berbagai kelenjar yang dihubungkan dengan proses pencernaan
berfungsi lebih lambat, sehingga mengalami masalah karena pencernaan menjadi
lebih sering bekerja.
Kesulitan makin bertambah karena banyak orang usia madya menggunakan gigi
palsu, yang justru menambah kesulitan mengunyah. Selain itu, beberapa orang usia
madya memperbaiki kebiasaan makan mereka sesuai dengan semakin lambannya
kegiatan mereka. Keadaan ini kelihatannya menambah keterbatasan fungsi sistem
penurunan. Akibatnya konstipasi sering terjadi pada orang usia madya.
Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang. Tetapi,
perkembangbiakan koneksi neural (neural conection), khusunya bagi orang-orang
yang tetap aktif, membantu mengganti sel-sel yang hilang. Hal ini membantu
menjelaskan pendapat umum bahwa orang dewasa tetap aktif, baik secara fisik,
seksual, maupun secara mental, menyimpan lebih banyak kapasitas mereka untuk
melakukan aktivitas-aktivitas demikian pada tahun-tahun berikutnya.
Pada usia tua, sejumlah neuron, unit-unit sel dasar dari sitem saraf menghilang.
Menurut hasil sejumlah penelitian, kehilangan neuron itu mencapai 50% selama
tahun-tahun masa dewasa. Tetepi, penelitian lain memperkirakan bahwa kehilangan
itu lebih sedikit. Bagaimana pun juga, menurut Santrock (1995), diperkirakan bahwa
hingga 5 sampai 10% dari neuron kita berhenti tumbuh sampai kita berusia 70
tahun. Setelah itu, hilangnya neuron akan semakin cepat. 6
Hilangnya sel-sel otak dari sejumlah orang dewasa diantaranya disebabkan oleh
serangkaian pukulan kecil, tumor otak, tau karena banyak minum-minuman
beralkohol. Semua ini akan semakin merusak otak, menyebabkan terjadinya erosi
mental yang sering disebut dengan kepikunan (senility). Bahkan, juga dapat
menimbulkan penyakit otak yang lebih menakutkan lagi, yaitu penyakit Alzheimer,
6
Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: Rosda, 2005) , hlm. 237.
yang didera 3% dari populasi dunia berusia 75 tahun. Alzheimer dapat merusak
kecerdasan pikiran. Pertama-tama Alzheimer menyebabkan memori berkurang,
kemudian penalaran dan bahasa memburuk. Sebagai penyakit yang menjalar cepat,
setelah 5 hingga 20 tahun, penderita menjadi kehilangan arah, kemudian tidak dapat
mengendalikan diri, dan akhirnya kosong secara mental, hidup menjadi merana
(Myers, 1996).
10. Perubahan pada Kesehatan
Usia madya ditandai dengan menurunnya kesegaran fisik secara umum dan
memburuknya kesehatan. Di mulai pada usia pertengahan empat-puluh tahunan
terdapat peningkatan ketidakmampuan dan ketidakabsahan yang berlangsung
dengan cepat dan seterusnya.
Masalah kesehatan secara umum pada usia madya mencakup kecenderungan untuk
mudah lelah, telinga berdengung, sakit pada otot, kepekaan kulit, pusing-pusing
biasa, sakit pada lambung (konstipasi, asam lambung dan sendawa), kehilangan
selera makan, serta insomnia.
Bagaimana usia madya mempengaruhi kesehatan individu, tergantung pada banyak
faktor, seperti faktor keturunan, riwayat kesehatan masa lampau, tekanan emosi
dalam hidup, dan kemauan untuk menyesuaikan diri dengan pola hidup untuk
mengubah kondisi jasmani. Misalnya, orang yang agresif dan ambisi mungkin dapat
mengelak dari permasalahan kesehatan selama masa dewasa dini, akan tetapi
setelah berusia empat puluh tahun mereka tampaknya lebih banyak yang
mengalami serangan jantung dari pada mereka yang relatif santai dan melakukan
sedikit pekerjaan.7
Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama masa pertengahan
dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan reproduktif, yakni mulai
mengalami menopause atau berhentinya menstruasi dan hilangnya kesuburan.
Pada umunya, menopause mulai terjadi pada usia sekitar 50 tahun, tetapi ada juga
yang sudah mengalami menopause pada usia 40 tahun. Peristiwa menopause
disertai dengan berkurangnya hormone estrogen. Bagi sebagian besar perempuan,
menopause tidak menimbulkan problem psikologis. Tetapi, bagi sebagian yang lain,
menopause telah menyebabkan munculnya sejumlah besar gejala psikologis,
termasuk depresi dan hilang ingatan. Sejumlah studi belakang ini menunjukkan
bahwa problem-problem tersebut sebenarnya lebih disebabkan oleh reaksi terhadap
usia tua yang dicapai oleh wanita dalam suatu masyarakat yang sangat menghargai
anak-anak muda dari pada peristiwa menopause itu sendiri (Feldman, 1996). 8
Bagi laki-laki, proses penuaan selama pertengahan dewasa tidak begitu nampak
jelas, karena tidak ada tanda-tanda fisiologis dari peningkatan usia seperti
berhentinya haid pada perempuan. Lebih dari itu, , laki-laki tetap subur dan mampu
menjadi ayah anak-anak sampai memasuki usia tua. Hanya beberapa kemunduran
fisik juga terjadi secara berangsur-angsur, seperti berkurangnya produksi air mani.
11. Perubahan Seksual
Sejauh ini, penyesuaian fisik yang paling sulit dilakukan oleh pria maupun wanita
pada usia madya terdapat pada perubahan-perubahan pada kemampuan seksual
mereka. Wanita memasuki masa menopause, atau perubahan hidup, dimana masa
7
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (jakarta: Erlangga, 1980), hlm. 328
8
Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: Rosda, 2005) , hlm. 235
menstruasi berhenti, dan mereka kehilangan kemampuan memelihara anak.
Sedangkan pria mengalami masa klimakterik pria. 9
Menopause dan klimakterik, keduanya diliputi dengan misteri bagi kebanyakan pria
dan wanita. Dan disini terdapat berbagai kepercayaan tradisional, yang membuat
orang semakin merasa takut dalam memasuki masa tersebut dalam kehidupan
mereka ketika wanita perubahan-perubahan fisik ini terjadi. Masa-masa ketika
wanita mengalami menopause ini sering disebut dengan masa kritis.
Sekarang sudah lebih banyak diketahui tentang penyebab dan akibat dari perubahan
seksual yang terjadi selama usia madya, dari pada waktu lampau. Selanjutnya
terdapat fakta yang berkembang bahwa perubahan tersebut merupakan bagian
yang normal dari pola kehidupan dan juga diketahui bahwa perubahan-perubahan
psikologis selama usia madya itu akibat dari tekana emosional dari pada gangguan
fisik, keadaan ini berlaku baik dari pria maupun wanita.
3. Perkembangan kognitif
Pada umumya orang percaya bahwa proses kognitif-belajar, memori, dan intelegensi
mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia. Bahkan
kesimpulan bahwa usia terkait dengan penurunan proses kognitif ini juga tercermin
dalam masyarakat ilmiah. Akan tetapi, belakangan hasil jumlah penelitian menunjukan
bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan proses kognitif bersamaan dengan
penurunan kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah salah satu stereotip budaya yang
meresap dalam diri kita. Uraian berikut akan mengetengahkan beberapa perubahan
penting dalam proses kognitif yang terjadi pada masa dewasa dan usia tua:
1. Perkembangan pemikiran postformal
Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir
puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap
pemuda). Semua hal yang dialami sebenarnya merupakan perluasan,
penerapan, dan penghalusan dari pola pemikirannya. Orang dewasa dalam
menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis.
Ia menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang
mungkin ada. Atas dasar analisanya ini, orang dewasa lalu membuat suatu
strategi penyelesaian secara verbal. Yang kemudian mengajukan pendapat-
pendapat tertentu yang sering disebut sebagai proporsi, kemudian mencari
sintesa dan relasi antara proporsi yang berbeda-beda tadi.
Tahap perkembangan kognitif menurut piaget yaitu pemikiran remaja berada
pada tahap operasional formal, tahap kemempuan berpikir secara abstrak dan
hipotesis. 10Tipe pemikiran ini dimulai sekitar 11 tahun, tetapi tidak berkembang
secara penuh sampai berakhirnya masa remaja. Karena itu, piaget percaya
bahwa seorang remaja dan seorang dewasa memiki cara berfikir yang sama.
Akan tetapi para pengkritik piaget menunjukan bahwa kesimpulan piaget
tersebut tidak dapat diterapkan pada kebudayaan-kebudayaan lain, sebab
ditemukan banyak anak remaja ternyata tidak menggunakan pemikiran
operasional formal. Bahkan sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa pada
masa dewasalah individu akan menata pemikiran operasional formal mereka.
Mereka mungkin merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalah-
9
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (jakarta: Erlangga, 1980), hlm. 329
10
Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandug: Rosda, 2005) , hlm. 238.
masalah seperti remaja, tetapi mereka menjadi sistematis ketika mendekati
masalah sebagai orang dewasa. Ketika sejumlah orang dewasa lebih mampu
menyusun hipotesis dari pada remaja dan menurunkan suatu pemecahan
masalah dari suatu permasalahan, banyak orang dewasa yang tidak
menggunakan pemikiran operasional formal sama sekali.
Dengan demikian, kemampuan kognitif terus berkembang selama masa dewasa.
Akan tetapi, bagaimana pun tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa
yang mengarah pada peningkatan potensi. Bahkan kadang-kadang beberapa
kemampuan kognitif mengalami kemerosotan seiring bertambahnya usia. Meski
pun demikian, sejumlah para ahli percaya bahwa kemunduran keterampilan
pada masa dewasa madya dan akhir dapat ditingkatkan kembali melalui
serangkaian pelatihan khusus.
Penelitian K. Warner Schaie dan Scherry Willis terhadap lebih dari 4.000 orang
dewasa, yang kebanyakan berusia lanjut, menunjukan bahwa penggunaan
pelatihan keterampilan kognitif yang bersifat individual telah berhasil
meningkatkan orientasi ruang dan keterampilan-keterampilan penalaran 2/3
orang-orang dewasa tersebut. Hampir 40% dari mereka yang kemampuannya
menurun, dapat kembali ditingkatkan hingga mencapai tingkat yang mereka
capai 14 tahun sebelumnya.11
2. Perkembangan memori
Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan orang dewasa
dan usia tua adalah penurunan dalam daya ingat. Akan tetpi, apakah asumsi ini
dapat dibenarkan ? sejumlah bukti menunjukan bahwa perubahan memori
bukanlah suatu yang sudah pasti terjadi sebagai bagian dari proses penuaan,
melainkan lebih merupakan stereotip budaya. Hal yang dibuktikan oleh hasil
studi lintas budaya yang dilakukan oleh B.L Levy dan E. Langer terhadap orang
tua dicina dan Amaerika. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa orang tua dalam
kultur yang memberikan penghargaan tinggi terhadap orang tua, seperti kultur
cina daratan, kecil kemungkinan mengalami kemerosotan memori dibandingkan
dengan orang tua yang hidup dalam kultur yang mengira bahwa kemunduran
memori adalah sesuatu yang mungkin terjadi.
Lebih dari itu ketika orang tua memperlihatkan kemunduran memori,
kemunduran memori tersebut cenderung sebatas pada tipe-tipe memori
tertentu. Misalnya, kemunduran cenderung terjadi pada keterbatasan memori
episodik (episodic memories) atau memori yang berhubungan dengan
pengalaman-pengalaman tertentu yang ada di sekitar kehidupan kita.
Sementara tipe-tipe memori lain, seperti memori semantik (semantic memories)
adalah memori yang berhungan dengan pengetahuan dan fakta-fakta umum,
dan memori implisit (implicit memories) adalah memori bawah sadara kita,
secara umum tidak mengalami kemunduran karena pengaruh penuaan.
Kemerosotan dalam memori episodik, sering menimbulkan perubahan-
perubahan dalam kehidupan orang tua. Misalnya, seseorang yang memasuki
masa pensiun, yang mungkin tidak lagi menghadapai bermacam-macam
tantangan penyesuiaan intelektual sehubungan dengan pekerjaan, dan mungkin
lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk
mengingat beberapa hal, jelas akan mengalami kemunduran pada memorinya.
11
Ibid , hlm. 239.
Untuk itu latihan menggunakan bermacam-macam stategi mnemonic (strategi
penghafalan) bagi orang tua, tidak hanya memungkinkan dapat mencegah
kemunduran memori jangka panjang, melainkan sekaligus memungkinkan dapat
meningkatkan kekuatan memori mereka.
Pada masa lalu, orang tua dengan kasus-kasus berat dalam kemunduran
memori, yang disertai dengan berbagai kesulitan kognitif lainnya, dipandang
sebagai penderita kepikunan. Kepikunan adalah suatu istilah yang sebenarnya
tidak tapat digunakan secara khusus bagi orang tua yang mengalami
kemunduran dalam perkembangan kemampuan mental, termasuk kehilangan
memori, disorientasi, dan kebingungan pada umumnya. Oleh sebab itu, dewasa
ini sejumlah ahli gerontologi memandang kepikunan sebagai sebuah istilah yang
ditujukan bagi orang-orang yang hidupnya sudah tidak berguna.
Jadi, kemerosotan fungsi kognitif pada masa tua, pada umumnya memang
merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari lagi, karena disebabkan oleh
berbagai faktor, seperti penyakit kekacauan otak (alzheimer) atau karena
kecemasan dan depresi. Akan tetapi hal ini bukan berarti bahwa keterampilan
kognitif tidak bisa dipertahankan dan ditingkatkan. Kunci untuk memlihara
kognitif terletak pada tingkat pemberian beberapa rangsangan intelektual. Oleh
karena itu, orang tua sebenarnya sangat membutuhkan suatu lingkungan
perangsang dalam rangka mengasah dan memelihara keterampilan-keterapilan
kognitif mereka serta mengantisipasi terjadinya kepikunan.
Perkembangan intelegensi
Suatu mitos yang bertahan hingga sekarang adalah bahwa menjadi tua berarti
mengalami kemunduran intelektual. Mitos ini diperkuat oleh sejumlah peneliti
awal yang berpendapat bahwa seiring dengan proses penuaan selama masa
dewasa terjadi kemunduran dalam intelegensi umum. Misalnya dalam studi
kros-seksional, peneliti menguji orang-orang dari berbagai usia pada waktu yang
sama. Ketika memberikan tes inteligensi kepada sampel yang respresentati,
peneliti secara konsisten menemukan bahwa orang dewasa yang lebih tua
memberikan lebih sedikit jawaban yang benar dibandingkan dengan orang
dewasa yang lebih muda. Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa
kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan
organisme secara umum. Hampir semua studi menunjukan bahwa setelah
mencapai puncaknya pada antara 18 sampai 25 tahun, kebanyakan kemampuan
manusia terus-menerus mengalami kemajuan yang signifikan dan sedikit
kemunduran.
Studi Thorndike mengenai kemapuan belajar orang dewasa menyimpulkan bahwa kemampuan
belajar mengalami kemunduran 15% pada usia 22 dan 42 tahun. Kemampuan untuk mempelajari
pelajaran-pelajaran sekolah ternyata hanya mengalami kemunduran sekitar 0,5% sampai 1% setiap
tahun antara 21 dan 41 tahun. Memang puncak kemampuan belajar bagi kebanyakan orang
terdapat pada usia 25 tahun, namun kemunduran yang terjadi sesudah 25 hingga 45 tahun tidak
signifikan. Bahkan pada usia 45 tahun kemampuan belajar seseorang sama baiknya dengan ketika
mereka masih berusia antara 20 hingga 25 tahun.
Studi Thaorndike tersebut menunjukan bahwa kemunduran kemampuan intelektulan pada orang
dewasa tidak disebabkan oleh faktor usia, melainkan oleh faktor-faktor lain. Witherington
menyebutkan tiga faktor penyebab terjadinya kemuduran kemampuan belajar orang dewasa.
Pertama, ketiadaan kapasitas dasar. Orang dewasa tidak akan memiliki kemampuan belajar bila pada
usia muda juga tidak memiliki kemampuan belajar yang memadai. Kedua. Terlampau lamanya tidak
melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat intelektual, artinya orang-orang yang telah berhenti
membaca bacaan-bacaan yang berat dan berhenti pula melakukan pekerjaan intelektual, akan
terlihat bodoh dan tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan semacam itu. Ketiga, faktor
budaya, terutama cara-cara seseorang memberikan sambutan, seperti kebiasaan, cita-cita, sikap,
dan prasangka-prasangka yang telah mengakar, sehingga setiap usaha untuk mempelajari cara
sambutan yang baru akan mendapat tantangan yang kuat.
12
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (jakarta: Erlangga, 1980), hlm. 353
berusia tua melakukan peninjauan kembali terhadap kehidupannya yang silam
dengan penuh penyesalan, menilai kehidupannya sebagai rangkaian yang hilangnya
kesempatan dan kegagalan, maka pada tahun-tahun akhir kehidupan ini merupakan
tahun-tahun yang penuh dengan keputus asaan.
Pertemuan antara integritas dan keputusasaan yang terjadi pada tahap kehidupan
yang terakhir ini menghasilkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan yang sederhana akan
menjaga dan dan memberikan integritas pada pengalaman-pengalaman yang
diperoleh pada tahun-tahun yang silam. Mereka yang berada pada tahap
kebijaksanaan dapat menyajikan kepada generasi-generasi yang lebih muda suatu
gaya hidup yang bercirikan suatu perasaan tentang keutuhan dan keparipurnaan.
Perasaan keutuhan ini dapat meniadakan perasaan putus asa dan muak, serta
perasaan berakhir ketika situasi-situasi kehidupan kini berlalu. Persaan tentang
keutuhan juga akan mengurangi perasaan tak berdaya dan ketergantungan yang
biasa menandai akhir kehidupan
Dalam banyak hal, periode dewasa madya adalah waktu timbulnya tekanan emosional. Bernice
Nengeartein (Callhoun dan Acocella, l990) mengatakan bahwa peroiode ini merupakan suatu masa
ketika orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Meskipun bagi orang lain ada kalanya
periode ini justru merupakan permulaan kemunduran, namun bagi Erik Erikson (Callhoun dan
Acocella, l990) dalam periode ini individu memiliki antara kearifan dan penyerapan pribadi. Kearifan
yang dimaksud adalah kapasitas untuk mengembangkan perhatian terhadap orang lain atau
masyarakat sekitar. Orang yang gagal mengembangkan kapasitas kearifan ini mungkin menjadi
semakin terserap pada diri mereka sendiri seperti larut dalam kehidupan duniawi dan bendawi saja.
Teori Erikson ini berpijak pada kenyataan yang dia sinyalir bahwa dalam setiap tingkat kehidupan
selalu dicirikan dengan pilihan-pilihan antara 2 pendekatan terhadap kehidupan, satu positif dan
satunya negatif. Tampaknya tengah baya merupakan salah satu waktu dalam hidup seseorang
dimana banyak terjadi peristiwa besar yang memaksanya untuk mengadakan penataan kembali.
Penataan kembali itu kiranya terjadi karena adanya beberapa perubahan besar dalam hal fisiologis,
psikologis, seksual dan perubahan-perubahan sosial yang menyertai ketiga perubahan itu. 13
Ada beberapa bahaya personal bagi orang berusia madya dalam menyesuaikan diri dengan peran
dan gaya hidup baru. Dari itu semua, ada tujuh macam yang dianggap umum dan serius.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
1. Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia
antara 40 sampai 60 tahun, masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh adanya
perubahan-perubahan jasmani dan mental, penurunan kekuatan fisik dan diikuti
oleh penurunan daya ingat.
2. Perkembangan yang terjadi pada masa dewasa madya dari aspek fisik diantaranya,
terjadinya perubahan dalam penampilan, perubahan dalam kemampuan indera,
perubahan pada keberfungsian fisiologis, perubahan pada kesehatan dan perubahan
pada seksual.
3. Orang percaya bahwa proses kognitif-belajar, memori, dan intelegensi mengalami
kemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia. Uraian berikut akan
mengetengahkan beberapa perubahan penting dalam proses kognitif yang terjadi
pada masa dewasa dan usia tua: pemikiran perkembangan postformal,
perkembangan memori dan perkembangan intelegensi.
4. Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan
kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Penyesuaian sosial pada
setiap tahap usia ditentukan oleh dua faktor. Pertama adalah sejauh mana
seseorang dapat memainkan peran sosial secara tepat sesuai dengan apa yang
diharapkannya. Kedua adalah sejauh mana seseorang memainkan salah satu peran
penting dalam mengembangkan tugas seseorang selama usia madya untuk
mencapai tanggung jawab sebagai warga Negara dan tanggung jawab sosial.
5. Dalam banyak hal, periode dewasa madya adalah waktu timbulnya tekanan
emosional. Bernice Nengeartein (Callhoun dan Acocella, l990) mengatakan bahwa
peroiode ini merupakan suatu masa ketika orang dapat merasa puas dengan
keberhasilannya.
14
http://hijricahayailmu.blogspot.com/2010/12/ilmu-pskologi.html
DAFTAR PUSTAKA
Zan Pieter, Heri, Namora Lumongga Lubis, Pengantar Psikologi untuk Kebidanaan, Jakarta: Prenada
Media Group, 2010
http://hijricahayailmu.blogspot.com/2010/12/ilmu-pskologi.html
https://makalah4you.wordpress.com/2011/10/07/makalah-perkembangan-pada-masa-dewasa/