Anda di halaman 1dari 16

ARTIKEL PSIKOLOGI

PERKEMBANGAN MASA
DEWASA

Kamis,8 desember 2022


ALKHAWARIZMI SITOMPUL
AHMAD ALBIRUNI SITOMPUL
MASA DEWASA AWAL

Menurut Hurlock, masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira – kira umur 40
tahun. Saat perubahan – perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan
reproduktif. Pembagian usia tidak mutlak dan ketat. Pembagian ini hanya menunjukkan umur rata –
rata pria dan wanita mulai menunjukkan perubahan dalam penampilan, minat, sikap, dan perilaku
yang terkena tekanan – tekanan lingkungan tertentu dalam kebudayaan akan menimbulkan masalah
– masalah penyesuaian diri yang harus dihadapi orang dewasa.

“Usia yang tepat saat perubahan – perubahan itu terjadi adalah prosuk dari kepribadian gaya
hidup dan sub – budaya total seorang individu” – Gould

Ciri – ciri masa dewasa awal sebagai berikut :

1. Masadewasa awal sebagai “Masa Pengaturan”


2. Masa dewasa awal sebagai “Usia Reproduktif”
3. Masa dewasa awal sebagai “Masa Bermasalah”
4. Masa dewasa awal sebagai “Masa Ketegangan Emosional”
5. Masa dewasa awal sebagai “Masa Keterasingan Sosial”
6. Masa dewasa awal sebagai “Masa Komitmen”
7. Masa dewasa awal sebagai “Masa Ketergantungan”
8. Masa dewasa awal sebagai “Masa Perubahan Nilai”
9. Masa dewasa awal sebagai “Masa Penyesuaian Diri dengan Cara Hidup Baru”
10. Masa dewasa awal sebagai “Masa Kreatif”

I. Perkembangan Keribadian– Jung pada Masa Dewasa Awal


Pemuda berjuang untuk mandirisecara fisik dan psikis dari orangtuanya; menemukan
pasangan,membina rumah tangga, dantempat tinggal. Tahap ini ditandai oleh meningkatnya
kegiatan,kematangan seksual, tumbuh-kembangnya kesadaran, danpemahaman bahwa era bebas
masalahdari kehidupan anak-anak sudahhilang. Kesulitan utama yang dihadapipemuda adalah
bagaimana melupakanhidup dengan kesadaran yang sempitpada masa anak-anak.
Kecenderunganuntuk hidup seperti anak-anak danmenolak menghadapi kelumpuhanpribadi pada
separo kehidupannyayang akan datang, mengalamihambatan usaha mencapai realisasidiri, tidak
mampu menciptakan tujuanbaru, dan tidak bisa mencari maknabaru dalam kehidupan.
“kelahiranjiwa” terjadi pada awal pubertas,mengikuti terjadinya perubahan-perubahan fisik dan
ledakanseksualitas. Tahap ini ditandai olehperbedaan perlakuan orang tua, dariperlakukan
kepada anak-anak menjadiperlakuan kepada orang dewasa. Tiba-tiba kepribadian harus
banyakmembuat keputusan dan menyesuaikandiri dengan kehidupan sosial.
Jikapemuda disiapkan secara baik,perubahan dari aktivitas anak-anakmenjadi aktivitas
vokasional akanberlangsung lancar. Jika pemudaterikat dengan ilusi anak-anak,
ataumengembangkan harapan yang tidakrealistik, dia akan menghadapimasalah yang luar biasa
besar.Misalnya pemuda yang bercita-citamenjadi pilot, ternyata ketajamanmatanya tidak
memenuhi syarat,kalau dia tidak segera menggesertujuannya (berarti dia terikat ilusimasa
kecilnya), dia mungkin akanmengalami distres.

Tidak semuamasalah tahap kedua ini datang dariluar, seperti pilihan pekerjaan
tadi.Kesulitan bisa datang dari dalam,misalnya yang disebabkan oleh instingseksual, atau terlalu
peka, atauperasaan tidak aman. Di dalam lubuk jiwa seseorang, dia mungkin ingintetap menjadi
anak, tetap beradadalam tahap dimana tidak adamasalah nyata dan tidak adatanggung jawab.
Namun tugas dariusia perkembangan tahap kedua iniyang lebih penting adalah
menanganimasalah yang datang dari luar. Orangharus mampu membuat keputusan,mengatasi
hambatan, dan memperolehkepuasan bagi dirinya sendiri dan bagiorang lain.

II. Transisi Keluarga pada Masa Dewasa Awal


Pada masa ini mereka akan menindaklanjuti hubungan dengan pacarnya untuk segera
menikah agar dapat membentuk dan memelihara kehidupan rumah tangga yang baru, yakni
terpisah dari orang tuanya. Di dalam kehidupan rumah tangga yang baru inilah, masing – masing
pihak memiliki peran ganda yakni sebagai individu yang bekerja di lembaga pekerjaan ataupun
sebagai ayah atau ibu bagi anak – anaknya.
Seorang laki – laki sebagai kepala rumah tangga sedangkan wanita sebagai ibu rumah tangga.
Tanpa meninggalkan tugas karis tempat mereka bekerja. Namun, tidak sedikit seorang wanita
yang yang memilih meninggalkan karirnya untuk menekuni sebagai tugas – tugas ibu rumah
tangga.
Sebagai anggota masyarakat, mereka mulai terlibat dalam kegiatan – kegiatana social di
lingkungannya, seperti kerja bakti atau anggota PKK.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Terhadap Pasangan

Konsep Pasangan Ideal


Semakin seseorang tidak mampu menyesuaikan diri terhadap realita, semakin sulit pula
penyesuaian yang dilakukan terhadap pasangan.

Pemenuhan Kebutuhan
Apabila orang dewasa perlu pengenalan, pertimbangan prestasi, dan status social agar bahagia,
pasangan harus membantu pasangan lainnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Kesamauan Latar Belakang


Semakin sama latar belakang suami istri, semakin mudah pula untuk melakukan penyesuaian
terhadap keduanya.
Minat dan Kepentingan Bersama
Kepentingan yang saling bersamaan tentang suatu hal, cenderung membawa penyesuaian yang
baik.

Keserupaan Nilai
Pasangan yang memiliki nilai serupa lebih mudah melakukan menyesuaikan. Barangkali
kesamaan latar belakang turut berpengaruh pada hal ini.

Konsep Peran
Setiap lawan pasangan mengharapkan pasangan yang lainnya dapat memainkan perannya dalam
berumah tangga. Apabila hal ini tidak terpenuhi, maka akan memicu terjadinya konflik.

Perubahan dalamz Pola Hidup


Mengorganisasika pola kehidupan, mengubah persahabatan – persahabatan, kegiatan social,
serta mengubah persyaratan pekerjaan.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri dengan Pihak Keluarga

Stereotipe Tradisional
Stereotipe tentang “ibu mertua yang representatif” dapat menimbulkan perangkat mental yang
tidak menyenangkan bahkan sebelum pernikahan.

Keinginan untuk Mandiri


Orang yang menikah muda cenderung menolak berbagai saran dan petunjuk dari orang tua
mereka, walaupun mereka menerima bantuan keuangan.

Keluargaisme
Penyesuaian dalam perkawinan akan lebih sulit ketika salah satu pasangan menggunakan lebih
banyak waktunya terhadap keluarganya daripada yang sebenarnya mereka ingin berikan.

Mobilitas Sosial
Orang dewasa awal yang meningkat status sosialnya di atas anggota keluarga atau di atas
keluarga pasangan membuat banyak orang tua dan anggota keluarganya sering bermusuhan
dengan pasangan muda.

III. Perkembangan Fisik pada Masa Dewasa Awal


Di masa dewasa awal, kita tidak hanya meraih
puncak performa fisik, di masa ini performa

Perkembangan dan Performa Fisik fisik kita juga mulai menurun, kesehatan dan
kekuatan otot biasanya mulai memperlihatkan
tanda-tanda penurunan di usia sekitar 30.

Ketika beranjak dewasa dan masa dewasa awal,


beberapa individu berhenti memikirkan
Kesehatan
bagaimana gaya hidup akan mempengaruhi
kesehatan mereka nantinya ketika dewasa.

Berat badan berlebih atau obesitas juga


berhubungan dengan masalah kesehatan
mental, studi terbaru mengungkapkan bahwa
Pola Makan dan Berat Tubuh
wanita yang kelebihan berat badan lebih besar
kemungkinannya untuk menderita depresi
dibanding wanita dengan berat badan normal.

Masa beranjak dewasa adalah kerangka waktu


di mana kebanyakan individu aktif secara
seksual dan belum menikah.Orientasi seksual

Seksualitas individu (homoseksual, heteroseksual, atau


biseksual), paling dipengaruhi oleh kombinasi
antara faktor genetik, hormonal, kognitif, dan
lingkungan.
IV. Perkembangan Kognitif pada Masa Dewasa Awal
Menurut Piaget, berpikir formal operasional, yang dimulai dari usia 11-15 tahun, adalah
tahap kognitif yang terakhir. Meskipun jika dilihat dari segi kuantitas jumlah pengetahuan
orang dewasa lebih besar dibandingkan remaja, secara kualitatif tahap. perkembangan kognitif
orang dewasa tidak berbeda dari remaja.

Piaget juga berpendapat bahwa penambahan pengetahuan pada orang dewasa secara
khusus terjadi dalam bidang-bidang tertentu.

Beberapa ahli perkembangan berpendapat bahwa banyak individu yang baru akan
mengkonsolidasikan pemikiran operasional formalnya ketika memasuki masa dewasa, di masa
remaja mereka memang mulai mampu menyusun rencana dan hipotesis, namun di masa
dewasa muda,mereka menjadi lebih sistematis dan terampil.

Menurut para ahli perkembangan, ketika


seorang individu pada masa dewasa awal
mulai memasuki dunia kerja, cara berpikir
mereka pun berubah, mereka mulai
Berpikir Realistis dan Pragmatis menghadapi paksaan realitas yang disebabkan
oleh pekerjaan, idealisme mereka menurun.
Perspektif lain mengatakan, orang dewasa
cenderung tidak mencapai cara berpikir ilmiah
yang terdapat pada tahap operasional formal.

Aspek penting perkembangan kognitif pada


individu yang beranjak dewasa, menentukan
pandangan khususnya mengenai dunia,
Pemikiran Reflektif dan Relativistik mengenali bahwa pandangan dunia bersifat
subjektif, dan memahami perlunya
mengetahui berbagai pandangan dunia yang
berbeda-beda.

Pemikiran postformal melibatkan pemahaman


bahwa jawaban yang benar terhadap sebuah
Tahap Postformal
persoalan menuntut pemikiran reflektif dan
dapat bervariasi dari situasi yang satu ke
situasi yang lain; serta bahwa pencarian
kebenaran seringkali merupakan proses yang
berlangsung terus menerus dan tidak pernah
selesai, mereka dapat memahami bahwa
solusi terbaik yang diterapkan di pekerjaan
tidak selalu juga merupakan solusi terbaik di
rumah.

MASA DEWASA MADYA

Pada umumnya usia dewasa madya atau usia setengah baya dipandang sebagai usia antara 40
tahun – 60 tahun. Pada akhirnya, masa ini ditandai oleh perubahan fisik dan mental. Pada usia 60
tahun seringkali seseorang mengalami penurunan fisik disertai dengan penurunan daya ingat. Usia
madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia, membuatnya seringkali
dibagi lagi menjadi sub bagian yaitu usia madya dini (40 – 50 tahun) dan usia madya lanjut (50 – 60
tahun).

Karakteristik usia madya, sebagai berikut :

1. Usia madya adalah periode yang sangat ditakuti


2. Usia madya adalah masa transisi
3. Usia madya adalah masa stress
4. Usia madya adalah usia yang paling berbahaya
5. Usia madya adalah usia canggung
6. Usia madya adalah masa berprestasi
7. Usia madya adalah masa evaluasi
8. Usia madya adalah masa sepi
9. Usia madya adalah masa jenuh

I. Perkembangan Keribadian – Jung pada Masa Dewasa Madya


Puncak perkembangan sudah lewat, tetapi periode ini justru ditandai dengan aktualisasi
potensi yang sangat bervariasi. Pada usia ini orang yang ingin tetap memakai nilai- nilai sosial
dan moral usia pemuda, menjadi kaku dan fanatik dalam mempertahankan postur dan
kelenturan fisiknya, mereka mungkin berjuang habis-habisan untuk mempertahankan tampang
dan gaya hidup masa mudanya.

Menurut Jung, kebanyakan orang tidak siap melangkah menuju usia pertengahan, orang
berada di usia pertengahan dengan menganggap nilai-nilai mudanya masih bisa berlaku
sampai sekarang. Sesuatu yang mustahil karena orang tidak dapat hidup di masa pertengahan
dengan aturan anak-anak, apa yang bagus pada masa anak-anak menjadi buruk pada masa
pertengahan, apa yang dulu dianggap benar kini menjadi penipuan.

Menurut Jung, tahap ini ditandai dengan munculnya kebutuhan nilai spiritual,
kebutuhan yang selalu menjadi bagian dari jiwa, tetapi pada usia muda dikesampingkan karena
pada usia itu orang lebih tertarik dengan nilai materialistik. Pada usia pertengahan orang
sudah berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki pekerjaan mantap, kawin,
punya anak, ikut serta dalam kegiatan sosial. Tiba-tiba mereka menemukan dirinya kehilangan
tidak tahu makna dan tujuan hidupnya sendiri. Mereka tidak lagi berminat kepribadiannya
menjadi kosong. Mereka membutuhkan nilai-nilai baru yang dapat memperluas pandangan
hidup yang materialistik.

Usia pertengahan adalah usia realisasi diri. Mereka ingin memahami makna kehidupan
dirinya, ingin memahami kehidupan di dalam diri mereka sendiri.

II. Transisi Keluarga pada Masa Dewasa Awal


Seperti diungkapkan Cavan “Perubahan yang p;aling besar adalah penarikan diri dari…..
anak – anak dari keluarga, meningglakan bapak dan ibunya dari unit keluarga.”

• Penyesuaian terhadap perubahan peran


Perubahan peran yang perlu dolakukan pada periode sarang kosong adalah lebih banyak
mempengaruhi wanita daripada pria. Menurut kepercayaan tradisional masa sarang kosong
merupakan periode traumatic dan kehidupan yang tidak menyenangkanbagi wanita
tertentu dan pria tertentu dan pengaruhnya pun relative kecil.

• Penyesuaian diri dengan pasangan


Dengan berakhirnya tanggung jawab sebagai orang tua, suami istri menjadi saling
bergantung satu sama lain. Berhasil tidaknya pola suatu hubungan bergantung pada
seberapa baik penyesuaian yang mereka lakukan saat peranan mereka saat menjadi orang
tua dianggap lebih penting daripada status suami istri.

• Penyesuaian seksual
Kepuasan seksual bagi pria dan wanita bertambah besar, apabila pada saat suami istri
melakukan hubunga seksual dapat diselesaikan dengan sempurna oleh kedua belah pihak.
Tetapi menurut laporan bahwa wanita pada usia madya dapat lebih menikmati coitus tanpa
orgasme daripada yang pernah mereka rasakan selama awal tahun perkiwanan. Di lain
pihak , pria harus dapat menyesuaikan tindakan seksualnya agar puas.

• Penyesuaian terhadap pihak keluarga pasangan


Orang usia madya yang memikul beban merawat orang tua sering terhalang untuk
mengembangkan minat baru dan tidak punya kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan
social luar rumah. Sementara merawat orang tua berusia lanjut dapat membantu untuk
mengisi jurang yang diciptakan apabila anak – anak telah meninggalkan rumah, kepuasan
yang timbul dari kebersamaan hidup mungkin jauh dari cukup dan mungkin semakin
memperdalam rasa kesepian orang tua.

• Penyesuaian diri dengan masa kakek/nenek.


Kakek atau nenek sebagai kelompok yang memegang peranan kurang penting dalam
kehidupan anak – anak dan cucu – cucunya ketimbang yang pernah mereka lakukan pada
masa sebelumnya. Karena kakek dan nenek sekarang memiliki hanya sedikit waktu untuk
berhubungan dengan cucunya. Maka cucu – cucunya kurang dipengaruhi oleh nenek dan
kakek bila dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

III. Perkembangan Fisik pada Masa Dewasa Madya


Perubahan Fisik

Berat badan bertambah


Selama usia madya lemak mengumpul terutama di sekitar perut dan paha.

Berkurangnya rambut dan uban


Rambut pada pria yang berusia madya mulai jarang, menipis, dan terjadi kebotakan pada
bagian atas kepala. Rambut wanita semakin tipis dan rambut diatas bibir dan dagu bertambah
banyak.

Perubahan pada kulit


Kulit pada wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih kering dan keriput. Kulit di bagian
bawah mata mengembung seperti kantong dan lingkaran hitam di area ini menjadi lebih jelas
dan permanen.
Tubuh menjadi gemuk
Bahu seringkali berbentuk bulat, dan terjadi penggemukan seluruh tubuh yang membuat perut
terlihat lebih menonjol, sehingga seseorang menjadi lebih pendek.

Perubahan otot
Umumnya otot orang berusia madya menjadi sangat lembek dan mengendur di sekitar dagu,
pada lengan atas, dan perut.

Masalah persendian
Beberapa orang berusia madya memiliki permasalah dengan persendian di sekitar tungkai dan
lengan.

Perubahan pada gigi


Gigi menjadi lebih kuning dan harus sering diganti sebagian atau keseluruhan dengan gigi
palsu.

Perubahan pada mata


Mata terlihat kurang bersinar daripada saat masih muda dan cenderung mengeluarkan
kotoran mata yang cenderung menumpuk di sudut mata.

IV. Perkembangan Kognitif pada Masa Dewasa Madya


Menurut Piaget, masa dewasa madya termasuk dalam tahap operasional formal.Pada
tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir puncaknya yang sama
dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda). Semua hal yang berikutnya
sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan penghalusan dari pola pemikiran ini. Orang
dewasa mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara mutlak dan universal yaitu dunia
idealitas paling tinggi. Orang dewasa dalam menyelesaikan suatu masalah langsung memasuki
masalahnya. Ia mampu mencoba beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat melihat akibat
langsung dari usaha- usahanya guna menyelesaikan masalah tersebut. Orang dewasa mampu
menyadari keterbatasan baik yang ada pada dirinya (baik fisik maupun kognitif) maupun yang
berhubungan dengan realitas di lingkungan hidupnya.Orang dewasa dalam menyelesaikan
masalahnya juga memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis. Ia menganalisis masalahnya
dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisanya ini, orang
dewasa lalu membuat suatu strategi penyelesaian secara verbal. Yang kemudian mengajukan
pendapat- pendapat tertentu yang sering disebut sebagai proporsi, kemudian mencari sintesa dan
relasi antara proporsi yang berbeda-beda tadi.
MASA DEWASA AKHIR

Masa dewasa lanjut usia merupakan masa lanjutan atau masa dewasa akhir (60 ke atas). Perlu
memperhatikan khusus bagi orangtuanya yang sudah menginjak lansia dan anaknya yang butuh
dukungan juga untuk menjadi seorang dewasa yang bertanggungjawab. Di samping itu permasalahan
dari diri sendiri dengan perubahan fisik, mulai tanda penuaan yang cukup menyita perhatian. Saat
individu memasuki dewasa akhir, mulai terlihat gejala penurunan fisik dan psikologis, perkembangan
intelektual dalam lambatnya gerak motorik, pencarian makna hidup selanjutnya.

Karakteristik masa dewasa akhir, sebagai berikut :

1. Adanya periode penurunan atau kemunduran


2. Perbedaan individu dalam efek penuaan
3. Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut
4. Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia
lanjut tidak begitu dibutuhkan karena energinya sudah melemah.
5. Mempunyai status kelompok minoritas.
6. Adanya perubahan peran.
7. Penyesuaian diri yang buruk
8. Ada keinginan untuk menjadi muda kembali.

I. Perkembangan Keribadian – Jung pada Masa Dewasa Akhir


Carl Jung mengatakan bahwa pada usia lanjut, pikiran tenggelam jauh di dalam
ketidaksadaran (Santrock, 2002: 250). Berdasarkan pendapat Jung ini, mungkin saja hal ini
yang membuat orang yang sudah tua mudah lupa, karena sulit untuk memanggilnya kembali
ke alam sadar. Hal ini mungkin saja disebabkan oleh sedikitnya kontak dengan realitas,
sehingga pikirannya terpendam dalam ketidaksadaran.

Menurutnya, usia tuamirip dengan usia anak-anak; padakedua tahap itu fungsi jiwa
sebagianbesar bekerja di tidak sadar. Padaanak-anak belum terbentuk pikirandan kesadaran
ego, sedang padaorang tua mereka berangsur-angsurtenggelam dalam taksadar, danakhirnya
hilang-masuk ke dalamnya.Jika pada awal kehidupan orang takuthidup (nanti kerja apa,
rumahnyadimana, dan seterusnya), pada usiatua hampir pasti orang takut mati.Takut mati
mungkin sesuatu yangnormal, namun menurut Jung matiadalah tujuan hidup. Hidup
hanyabenar-benar bermakna kalaukematian dipandang sebagai tujuanhidup.
II. Transisi Keluarga pada Masa Dewasa Akhir
Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang disebabkan
oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa memiliki kewajiban
terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak akan
merasa terasing jika antara lansia dengan anak memiliki hubungan yang memuaskan sampai
lansia tersebut berusia 50 sampai 55 tahun.
Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik pada dirinya sendiri
maka secara emosional lansia tersebut kurang tergantung pada anaknya dan sebaliknya.
Umumnya ketergantungan lansia pada anak dalam hal keuangan. Karena lansia sudah tidak
memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak-anaknya pun tidak
semua dapat menerima permintaan atau tanggung jawab yang harus mereka penuhi.
Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan
kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan
sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari.

III. Perkembangan Fisik pada Masa Dewasa Akhir


Sistem pernafasan pada lansia

Kapasitas pernafasan pada lansia akan menurun pada usia 20 hingga 80 tahun sekalipun tanpa
penyakit. Paru paru kehilangan elatisitasnya, dada menyusut, dan diafragma melemah.

Perubahan Sistem persyarafan

- Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.


- Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
- Mengecilnya syaraf panca indera.
- Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium &
perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap
dingin.
- Otak dan sistem syaraf. Aspek yang signifikan dari proses penuaan mungkin adalah
bahwa neuron neuron itu tidak mengganti dirinya sendiri.
- Perubahan sensori fisik masa dewasa akhir melibatkan indera
penglihatan,pendengaran, perasa, pembau, dan indera peraba.

Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia


Ciri – ciri perubahan pada indra masa lansia salahsatunya sekresi saliva berkurang
mengakibatkan pengeringan rongga mulut. Papil-papil pada permukaan lidah mengalami atrofi
sehingga terjadi penurunan sensitivitas terhadap rasa terutama rasa manis dan asin.

Perubahan cardiovaskuler

Tidak lama berselang terjadi penurunan jumlah darah yang dipompa oleh jantung dengan
seiringnya pertambahan usia sekalipun pada orang dewasa yang sehat.

IV. Perkembangan Kognitif pada Masa Dewasa Akhir


Issue mengenai penurunan intelektual selama tahun-tahun masa dewasa merupakan
suatu hal yang provokatif (Santrock, 2004). David Wechsler (1972), yang mengembangkan
skala inteligensi, menyimpulkan bahwa masa dewasa dicirikan dengan penurunan intelektual,
karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang.
Sementara, John Horn (1980) berpendapat bahwa beberapa kemampuan memang
menurun, sementara kemampuan lainnya tidak. Horn menyatakan bahwa kecerdasan yang
mengkristal (crystallized intelligence = yaitu sekumpulan informasi dan kemampuan-
kemampuan verbal yang dimiliki individu) meningkat, seiring dengan peningkatan usia.
Sedangkan kecerdasan yang mengalir (fluid intelligence = yaitu kemampuan seseorang untuk
berpikir abstrak) menurun secara pasti sejak masa dewasa madya.
Dari banyak penelitian (Baltes, Smith & Staudinger, in press;; Dobson, dkk, 1993;
Salthouse,1992, 1993, in press; Salthouse & Coon, 1993; Sternbern & McGrane, 1993),
diterima secara luas bahwa kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada
masa dewasa akhir. Penelitian lain membuktikan bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang
mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya. Kecepatan
memproses informasi secara pelan-pelan memang akan mengalami penurunan pada masa
dewasa akhir, namun factor individual differences juga berperan dalam hal ini :
Pendidikan
Fasilitas pendidikan, semakin tahun memang semakin meningkat, sehingga
generasi sekarang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik
daripada generasi sebelumnya. Pengalaman-pengalaman di dunia pendidikan, ternyata
berkorelasi positif dengan hasil skor pad tes-tes inteligensi dan tugas-tugas pengolahan
informasi (ingatan) (Verhaegen, Marcoen & Goossens, 1993).

Pekerjaan
Searah dengan kemajuan teknologi biasanya orang-orang dewasa lanjut, sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki, cenderung bekerja dengan jenis pekerjaan yang belum
mengarah ke orientasi kognitif, seperti generasi sesudahnya. Hal ini mengakibatkan
banyak tenaga dewasa lanjut yang “harus” tersingkir dari dunia kerja karena tidak
mampu lagi bersaing dengan generasi yang berikutnya.
Kesehatan
Tidak bisa dipungkiri bahwa fasilitas kesehatan sekarang ini jauh lebih baik
dibanding masa-masa sebelumnya, padahal dari hasil penelitian kondisi kesehatan
berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual individu (Hultsch, Hammer & Small,
1993). Seperti satu hasil penelitian yang menemukan bahwa hipertensi ternyata
berkorelasi dengan berkurangnya performance pada tes WAIS pada individu berusia di
atas 60 tahun (Wilkie & Eisdorfer, 1971). Semakin tua, semakin banyak masalah
kesehatan yang dihadapi (Siegler & Costa, 1985). Jadi beberapa penurunan kemampuan
intelektual yang ditemukan pada orang-orang dewasa lanjut sangat mungkin disebabkan
oleh faktor-faktor yang terkait dengan kesehatan daripada factor usia semata.
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. (2013). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Haditono, S. Rahayu. (2006). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Hendriana, A.A., Wiwin H. (2015). Regulasi Emosi pada Wanita Dewasa Awal yang Ditolak
Cintanya (Studi Kasus Pada Cinta Tak Terbalas). Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Perkembangan, Vol. 4 (1), hal. 57 – 62

Hurlock, B. Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Papilia E. Diane, dkk. (2008). Human Development. Jakarta: Prenada Media Group

Santrock J.W. (2002). Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga

Weiten, W. (2013). Psychology Themes and Variations. 9th ed. Canada : WadsWorth
Cengage Learning

http://www.psikomedia.com/art/pdf.php?id=1

http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/gesellschaft/main-content-08/orang-lanjut-
usia.html

Anda mungkin juga menyukai