PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
dunia. Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2015, ditingkat
global diperkirakan 9,6 juta kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya
adalah perempuan. Dengan 1,5 juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus
adalah perempuan.
Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2015,
Indonesia sudah berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB di
tahun 2015 jika dibandingkan dengan tahun 1990. Angka prevalensi TB yang
pada tahun 1990 sebesar > 900 per 100.000 penduduk, pada tahun 2015 menjadi
647 per 100.000 penduduk. Dari semua indikator MDG’s untuk TB di Indonesia
saat ini baru target penurunan angka insidens yang sudah tercapai.
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex. Kuman ini bersifat tahan asam dan Kuman
sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra violet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex.
2. Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya penanggulangan TB
telah dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995. Menurut laporan WHO
tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta kasus TB baru dengan 3,2
juta kasus diantaranya adalah perempuan. Dengan 1,5 juta kematian karena
TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan. Dari kasus TB tersebut
ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian 320.000 orang
(140.000 orang adalah perempuan) dan 480.000 TB Resistan Obat (TB-RO)
dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1
juta kasus TB Anak (di bawah usia 15 tahun) dan 140.000 kematian/tahun.
Jumlah kasus TB di Indonesia menurut Laporan WHO tahun 2015,
diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk)
dengan 100.000 kematian pertahun (41 per 100.000 penduduk). Diperkirakan
63.000 kasus TB dengan HIV positif (25 per 100.000 penduduk). Angka
Notifikasi Kasus (Case Notification Rate/CNR) dari semua kasus, dilaporkan
sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus,
diantaranya 314.965 adalah kasus baru. Secara nasional perkiraan prevalensi
HIV diantara pasien TB diperkirakan sebesar 6,2%. Jumlah kasus TB-RO
diperkirakan sebanyak 6700 kasus yang berasal dari 1,9% kasus TBRO dari
kasus baru TB dan ada 12% kasus TB-RO dari TB dengan pengobatan ulang.
Menurut laporan WHO tahun 2015, Indonesia sudah berhasil menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat TB di tahun 2015 jika dibandingkan
dengan tahun 1990. Angka prevalensi TB yang pada tahun 1990 sebesar > 900
per 100.000 penduduk, pada tahun 2015 menjadi 647 per 100.000 penduduk.
Dari semua indikator MDG’s untuk TB di Indonesia saat ini baru target
penurunan angka insidens yang sudah tercapai. Untuk itu perlu upaya yang
lebih besar dan terintegrasi supaya Indonesia bisa mencapai target SDG’s pada
tahun 2030 yang akan datang.
3. Klasifikasi pasien TB
a. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit :
Tuberkulosis paru : Adalah TB yang berlokasi pada parenkim
(jaringan) paru. Milier TB dianggap sebagai TB paru karena adanya
lesi pada jaringan paru. Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus
juga menderita TB ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB
paru.
Tuberkulosis ekstraparu: Adalah TB yang terjadi pada organ selain
paru, misalnya: pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit,
sendi, selaput otak dan tulang. Limfadenitis TB dirongga dada (hilus
dan atau mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat gambaran
radiologis yang mendukung TB pada paru, dinyatakan sebagai TB
ekstra paru. Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan
hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis. Diagnosis TB ekstra paru
harus diupayakan secara bakteriologis dengan ditemukannya
Mycobacterium tuberculosis.
4. Etiologi Tuberkulosis
a. Kuman penyebab TB
Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain:
M.tuberculosis, M.africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal
sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium
selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan
pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than
Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan
pengobatan TB.
Secara umum sifat kuman Mycobacterium tuberculosis antara lain
adalah sebagai berikut:
Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2 – 0,6
mikron.
Bersifat tahan asam dalam perwanraan dengan metode Ziehl
Neelsen, berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan
dibawah mikroskop.
Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein
Jensen, Ogawa.
Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam
jangka waktu lama pada suhu antara 4°C sampai minus 70°C.
Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra
violet. Paparan langsung terhada sinar ultra violet, sebagian besar
kuman akan mati dalam waktu beberapa menit. Dalam dahak pada
suhu antara 30-37°C akan mati dalam waktu lebih kurang 1
minggu.
Kuman dapat bersifat dorman.
5. Patogenesis
Untuk lebih memahami berbagai aspek tuberkulosis, perlu diketahui
proses patologik yang terjadi. Batuk yang merupakan salah satu gejala
tuberkulosis paru, terjadi karena kelainan patologik pada saluran pernapasan
akibat kuman M.tuberculosis. Kuman tersebut bersifat sangat aerobik,
sehingga mudah tumbuh di dalam paru, terlebih di daerah apeks karena pO2
alveolus paling tinggi.
Kelainan jaringan terjadi sebagai respons tubuh terhadap kuman. Reaksi
jaringan yang karakteristik ialah terbentuknya granuloma, kumpulan padat sel
makrofag. Respons awal pada jaringan yang belum pernah terinfeksi ialah
berupa sebukan sel radang, baik sel leukosit polimorfonukleus (PMN) maupun
sel fagosit mononukleus. Kuman berproliferasi dalam sel, dan akhirnya
mematikan sel fagosit. Sementara itu sel mononukleus bertambah banyak dan
membentuk agregat. Kuman berproliferasi terus, dan sementara makrofag
(yang berisi kuman) mati, sel fagosit mononukleus masuk dalam jaringan
dan menelan kuman yang baru terlepas. Jadi terdapat pertukaran sel fagosit
mononukleus yang intensif dan berkesinambungan. Sel monosit semakin
membesar, intinya menjadi eksentrik, sitoplasmanya bertambah banyak dan
tampak pucat, disebut sel epiteloid. Sel-sel tersebut berkelompok padat mirip
sel epitel tanpa jaringan diantaranya, namun tidak ada ikatan interseluler dan
bentuknya pun tidak sama dengan sel epitel.
Sebagian sel epiteloid ini membentuk sel datia berinti banyak, dan
sebagian sel datia ini berbentuk sel datia Langhans (inti terletak melingkar di
tepi) dan sebagian berupa sel datia benda asing (inti tersebar dalam
sitoplasma).
Lama kelamaan granuloma ini dikelilingi oleh sel limfosit, sel plasma,
kapiler dan fibroblas. Di bagian tengah mulai terjadi nekrosis yang disebut
perkijuan, dan jaringan di sekitarnya menjadi sembab dan jumlah mikroba
berkurang. Granuloma dapat mengalami beberapa perkembangan , bila jumlah
mikroba terus berkurang akan terbentuk simpai jaringan ikat mengelilingi
reaksi peradangan. Lama kelamaan terjadi penimbunan garam kalsium pada
bahan perkijuan. Bila garam kalsium berbentuk konsentrik maka disebut
cincin Liesegang . Bila mikroba virulen atau resistensi jaringan rendah,
granuloma membesar sentrifugal, terbentuk pula granuloma satelit yang dapat
berpadu sehingga granuloma membesar. Sel epiteloid dan makrofag
menghasilkan protease dan hidrolase yang dapat mencairkan bahan kaseosa.
Pada saat isi granuloma mencair, kuman tumbuh cepat ekstrasel dan terjadi
perluasan penyakit.
Reaksi jaringan yang terjadi berbeda antara individu yang belum pernah
terinfeksi dan yang sudah pernah terinfeksi. Pada individu yang telah
terinfeksi sebelumnya reaksi jaringan terjadi lebih cepat dan keras dengan
disertai nekrosis jaringan. Akan tetapi pertumbuhan kuman tretahan dan
penyebaran infeksi terhalang. Ini merupakan manifestasi reaksi hipersensitiviti
dan sekaligus imuniti.
7. Diagnosis tuberculosis
Diagnosis TB ditetapkan berdasarkan keluhan, hasil anamnesis, pemeriksaan
klinis, pemeriksaan labotarorium dan pemeriksaan penunjang lainnya.
a. Keluhan dan hasil anamnesis meliputi: Keluhan yang disampaikan pasien,
serta wawancara rinci berdasar keluhan pasien. Pemeriksaan klinis
berdasarkan gejala dan tanda TB yang meliputi:
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien
dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan gejala TB
yang khas, sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu
atau lebih.
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru
selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru,
dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih
tinggi, maka setiap orang yang datang ke fasyankes dengan gejala
tersebut diatas, dianggap sebagai seorang terduga pasien TB, dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
Selain gejala tersebut, perlu dipertimbangkan pemeriksaan pada orang
dengan faktor risiko, seperti : kontak erat dengan pasien TB, tinggal di
daerah padat penduduk, wilayah kumuh, daerah pengungsian, dan
orang yang bekerja dengan bahan kimia yang berrisiko menimbulkan
paparan infeksi paru.
b. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Bakteriologi
1) Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung Pemeriksaan dahak
selain berfungsi untuk menegakkan diagnosis, juga untuk
menentukan potensi penularan dan menilai keberhasilan
pengobatan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis
dilakukan dengan mengumpulkan 2 contoh uji dahak yang
dikumpulkan berupa dahak Sewaktu-Pagi (SP):
a) S (Sewaktu): dahak ditampung di faskes.
b) P (Pagi): dahak ditampung pada pagi segera setelah bangun
tidur. Dapat dilakukan dirumah pasien atau di bangsal rawat
inap bilamana pasien menjalani rawat inap.
lesi TB inaktif:
Fibrotik
Kalsifikasi
Schwarte atau penebalan pleura
c. Diagnosis TB ekstraparu:
1) Gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena, misalnya
kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis),
pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB serta
deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain-
lainnya.
2) Diagnosis pasti pada pasien TB ekstra paru ditegakkan dengan
pemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau histopatologis dari contoh
uji yang diambil dari organ tubuh yang terkena.
3) Pemeriksaan mikroskopis dahak wajib dilakukan untuk memastikan
kemungkinan TB Paru. 4) Pemeriksaan TCM pada beberapa kasus
curiga TB ekstraparu dilakukan dengan contoh uji cairan serebrospinal
(Cerebro Spinal Fluid/CSF) pada kecurigaan TB meningitis, contoh uji
kelenjar getah bening melalui pemeriksaan Biopsi Aspirasi Jarum
Halus/BAJAH (Fine Neddle Aspirate Biopsy/FNAB) pada pasien
dengan kecurigaan TB kelenjar, dan contoh uji jaringan pada pasien
dengan kecurigaan TB jaringan lainnya.
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Batuk berdarah sejak 3 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan batuk berdarah sejak 3 hari yang lalu, batuk
dirasakan terus menerus, sebanyak ± 1 sendok teh, 1 bulan yang lalu awalnya
batuk berdahak biasa dan paling sering pada pagi hari, warna dahak putih kental
dan tidak berbau. Pada saat batuk pasien mengeluhkan sakit di dada, pasien juga
merasakan demam selama batuk berlangsung, demam terus-menerus, meriang (+),
keringat malam (+). Selain itu, pasien juga mengaku badannya terasa lemas.
Pasien juga mengelukan berat badan turun lebih dari 6 kg dalam waktu sebulan.
Nafsu makan menurun (+), Sesak napas (-), pilek (-), mual (-), muntah (-).
1. Pemeriksaan Kepala :
Mata : Konjungtiva anemis kanan dan kiri, sclera ikterik
(-)
Hidung : Deviasi septum (-)
Perkusi : Redup pada lapang paru kiri atas atau sela iga 3
Palpasi : Fremitus taktil asimetris
Auskultasi : Rhongki pada lapang paru kiri atas
Jantung
• Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
• Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial di linea midclavicularis sinistra
di SIC V
• Perkusi
Batas atas : SIC II
Batas kanan : Linea parasternalis dextra
Batas kiri : 1 jari medial di linea midclavicularis sinistra
Batas bawah : SIC V
• Auskultasi : Sura jantung reguler (+), gallop (-), murmur (-).
4. Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi : Bentuk perut datar, scar (-), distensi (-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
1. Darah lengkap
WBC : 13,4 (N: 4-10 rb)
HB : 14.3 (N: 13.3-17.2)
PLT: 359 (N: 150-400 rb)
2. Rontgen thorax
Bercak awan dengan batas tidak tegas lapang paru kiri atas
VI. DIAGNOSIS
Tuberkulosis paru
VIII. TERAPI
-Asam transamin 500/8 jam
-codein 3x10 g
-ceftriaxon 2x1 g
- Ondancentron 3x1 / 8 jam