Anda di halaman 1dari 81

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN 7

1.1 Latar Belakang 7

1.2 Tujuan Penelitian 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 11

2.1 Tumor 11

2.1.1 Definisi 11

2.1.2 Patofisiologi secara Umum 13

2.1.3 Klasifikasi 18

2.1.4 Epidemiologi di Indonesia 19

2.2 Tumor Solid 23

2.2.1 Klasifikasi 25
2.2.2 Karsinoma Kolon 26

2.2.3 Kanker Prostat 27

2.2.4 Kanker Payudara 28

2.2.5 Kanker Paru 29

2.2.6 Kanker Kulit 30

2.2.7 Kanker Hepar 31

2.2.8 Kanker Tulang 32

2.2.9 Kanker Ovarium 32

2.2.10 Kanker Pankreas 33

2.2.11 Kanker Otak 34

2.2.12 Kanker Serviks 34

2.2.13 Squamous Cell Papilloma 35

2.2.14 Laryngeal Papilloma 36

2.2.15 Kanker Tiroid 37

2.2.16 Kanker Endometrium 37

2.2.17 Kanker Kandung Kemih 38


2.3 Tumor Non-Solid 39

2.3.1 Klasifikasi 39

2.3.2 Epidemiologi 41

2.3.3 Leukemia 42

2.3.4 Limfoma 44

2.3.5 Myeloma 47

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian 49

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 49

3.2.1 Tempat Penelitian 49

3.2.2 Waktu Penelitian 49

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 50

3.3.1 Populasi Target 50

3.3.2 Populasi Terjangkau 50

3.3.3 Sampel Penelitian 50

3.4 Teknik Pengambilan Sampel 51


3.5 Alur Penelitian 51

3.6 Pengolahan dan Analisa Data 51

3.7 Alur Penelitian 52

BAB IV HASIL PENELITIAN 53

BAB V PEMBAHASAN 58

BAB VI KESIMPULAN 63

DAFTAR PUSTAKA 64
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tahapan Perkembangan Tumor 11

Gambar 2. Perkembangan Tumor 15

Gambar 3. Stage Perkembangan Tumor 16

Gambar 4. Ilustrasi Hubungan Tumor dan Lingkungan Mikro-tumor 17

Gambar 5. Grafik Jenis Tumor Terbanyak 20

Gambar 6. Insiden Kumulatif Kanker dan Kematian Akibat Kanker 21

Gambar 7. Lokasi Tumor Tertinggi pada anak Laki Laki dan Perempuan 22

Gambar 8. Klasifikasi Tumor Padat 25

Gambar 9. Representasi Hematopoiesis Bone Marrow 40

Gambar 10. Estimasi Kasus Baru dari Tumor non-solid pada tahun 2021 42

Gambar 11. Prevalensi Global Leukemia 43

Gambar 12. Peta yang menunjukkan ASR limfoma non-hodgkin 46


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin 53

Tabel 2. Distribusi Tumor non-solid dan solid 55


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumor adalah suatu penyakit pada sel. Sel adalah komponen dasar bagi tubuh

yang membentuk jaringan dan organ. Tubuh terus-menerus membuat sel-sel baru

untuk membantu pertumbuhan, menggantikan jaringan dan menyembuhkan luka.

Biasanya, sel-sel berkembang biak dan mati secara teratur, sehingga setiap sel baru

menggantikan satu sel yang hilang. Namun, terkadang sel menjadi tidak normal dan

terus tumbuh. Pada tumor padat, sel-sel abnormal membentuk massa atau benjolan

yang disebut tumor. Pada beberapa jenis tumor, seperti leukemia, sel-sel abnormal

menumpuk di dalam darah. Tumor jinak cenderung tumbuh lambat dan biasanya

tidak berpindah ke bagian tubuh lain atau berubah menjadi kanker. Kanker atau juga

dikenal sebagai tumor ganas, memiliki potensi untuk menyebar. Tumor ganas dapat

menyerang jaringan di dekatnya sehingga menghancurkan sel-sel normal. Sel-sel

kanker dapat melepaskan diri dan melakukan perjalanan melalui aliran darah atau

pembuluh getah bening ke bagian lain dari tubuh. 1 Tumor telah menyerang makhluk

hidup multiseluler selama lebih dari 200 juta tahun, dan terdapat bukti bahwa tumor

di antara nenek moyang manusia modern telah ada lebih dari satu juta tahun. Tidak

seperti penyakit menular, parasit, dan banyak penyakit lingkungan, tumor tidak

disebabkan oleh entitas yang asing kita. Agen utamanya adalah sel manusia yang
seolah-olah terlepas dari kendali dan mengalami transformasi dan sampai batas

tertentu diubah menjadi organisme patologis.2

Hallmark tumor terdiri dari enam kemampuan biologis yang diperoleh selama

perkembangan bertahap sel pada manusia. Hallmark tumor merupakan prinsip

pengorganisasian untuk merasionalisasi kompleksitas penyakit ini. Hallmark ini

mencakup mempertahankan pensinyalan proliferatif, menghindari supresi

pertumbuhan, melawan kematian sel, memungkinkan keabadian replikasi,

menginduksi angiogenesis, dan mengaktifkan invasi dan metastasis. Dasar dari

hallmark ini adalah ketidakstabilan genom, yang menghasilkan keragaman genetik

yang mempercepat akuisisi dan peradangan. Kemajuan konseptual dalam dekade

terakhir telah menambahkan dua hallmark potensial yang muncul ke daftar ini,

memprogram ulang metabolisme energi dan menghindari destruksi imunitas. Selain

sel kanker, tumor menunjukkan dimensi lain dari kompleksitas dimana mengandung

repertoar sel-sel yang direkrut, seolah-olah normal yang berkontribusi pada perolehan

ciri ciri dengan menciptakan lingkungan mikro tumor.3,4

Prevalensi tumor meningkat ketika diagnosis baru dibuat dan menurun ketika

orang yang sebelumnya didiagnosis meninggal, dan oleh karena itu prevalensi

mencerminkan kejadian kanker dan kelangsungan hidup. Pertumbuhan penduduk dan

perubahan struktur umur suatu penduduk dapat memberikan dampak yang signifikan

terhadap prevalensi tumor. Prevalensi lengkap mewakili semua penderita kanker yang

sebelumnya didiagnosis dengan kanker dan tidak mudah diperkirakan dari data
registri tumor, karena banyak pasien yang terlewatkan. Prevalensi tumor mencakup

semua penderita terlepas dari di mana mereka dirawat.5,6

Asumsi yang berbeda mengenai kemungkinan tingkat kejadian di masa depan,

kelangsungan hidup dan demografi dapat secara independen mempengaruhi proyeksi

prevalensi tumor dan membantu untuk menentukan rencana pengobatan di masa

depan.5

Tumor secara umum dapat dibagi menjadi non-solid (leukemia dan limfoma)

dan tumor "solid" (massa sel padat) dimana sering disebut kanker. Tumor padat

kanker dapat berupa karsinoma atau sarkoma. Kanker spesifik dapat dikategorikan

lebih lanjut berdasarkan organ tempat mereka pertama kali berkembang dan jenis sel

tempat mereka muncul misalnya, karsinoma sel skuamosa kulit dan lain sekitarnya.7

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran prevalensi tumor solid

dan tumor non solid di Divisi Hematologi Onkologi Medik RSUP Dr. Mohammad

Hosein Palembang periode Januari 2021 – Desember 2021.

1.2.2 Tujuan Khusus


1) Mengetahui prevalensi tumor solid di Divisi Hematologi Onkologi Medik

RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang periode Januari 2021 –

Desember 2021.

2) Mengetahui prevalensi tumor non-solid di Divisi Hematologi Onkologi

Medik RSUP Dr. Mohammad Hosein Palembang periode Januari 2021 –

Desember 2021.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumor

2.1.1 Definisi

Gambar 1. Tahapan perkembangan tumor. Tumor ganas berkembang dari waktu ke

waktu, seperti yang ditunjukkan pada diagram ini. Tumor berkembang sebagai akibat

dari empat mutasi, tetapi jumlah mutasi yang terlibat dalam jenis tumor lain dapat

bervariasi. Jumlah pasti mutasi yang diperlukan untuk sel normal menjadi sel yang

sepenuhnya ganas tidak dipahami. Tumor mulai berkembang ketika sel mengalami

mutasi yang membuat sel lebih mungkin untuk membelah. b. Sel yang berubah dan

keturunannya tumbuh dan membelah terlalu sering disebut hiperplasia. Pada titik

tertentu, salah satu sel ini mengalami mutasi yang semakin meningkatkan

kecenderungannya untuk membelah. c. Keturunan sel ini membelah secara berlebihan


dan terlihat tidak normal, suatu kondisi yang disebut displasia. Seiring berjalannya

waktu, salah satu sel mengalami mutasi lagi. d. Sel ini dan turunannya sangat

abnormal baik pertumbuhan maupun penampilannya. Jika tumor yang terbentuk dari

sel-sel ini masih berada di dalam jaringan asalnya, maka disebut kanker in situ.

Kanker in situ mungkin tetap terkandung tanpa batas. e. Jika beberapa sel mengalami

mutasi tambahan yang memungkinkan tumor menyerang jaringan tetangga dan

melepaskan sel ke dalam darah atau getah bening, tumor dikatakan ganas. Sel-sel

yang lolos dapat membentuk tumor baru (metastasis) di lokasi lain di dalam tubuh.8

Secara sederhana, tumor adalah sekelompok lebih dari 100 penyakit yang

berkembang sepanjang waktu dan melibatkan pembelahan sel-sel tubuh yang tidak

terkendali. Meskipun tumor dapat berkembang di hampir semua jaringan tubuh, dan

setiap jenis kanker memiliki ciri khasnya sendiri, proses dasar yang menghasilkan

tumor sangat mirip dalam semua bentuk penyakit. Tumor dimulai ketika sel

melepaskan diri dari hambatan normal pada pembelahan sel dan mulai untuk

proliferasi (Gambar 1). Semua sel yang dihasilkan oleh pembelahan sel pertama ini

dan keturunannya juga menunjukkan proliferasi yang tidak sesuai. Tumor, atau massa

sel, yang terbentuk dari sel-sel abnormal ini dapat tetap berada di dalam jaringan

tempat asalnya (suatu kondisi yang disebut kanker in situ), atau mungkin mulai

menyerang jaringan di sekitarnya (suatu kondisi yang disebut kanker invasif). Tumor

invasif dikatakan ganas, dan sel-sel yang ditumpahkan ke dalam darah atau getah

bening dari tumor ganas cenderung membentuk tumor baru (metastasis) ke seluruh
tubuh. Tumor mengancam kehidupan seseorang ketika pertumbuhannya mengganggu

jaringan dan organ yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.8,9

2.1.2 Patofisiologi secara umum

Tumor ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak terkendali dan perolehan

sifat metastasis. Dalam kebanyakan kasus, aktivasi onkogen dan/atau penonaktifan

gen supresor tumor menyebabkan perkembangan siklus sel yang tidak terkendali dan

inaktivasi mekanisme apoptosis. Berbeda dengan tumor jinak, tumor ganas dapat

mengalami metastasis yang terjadi sebagian karena penurunan regulasi reseptor

adhesi sel yang diperlukan untuk perlekatan sel-sel spesifik jaringan, dan regulasi

reseptor yang meningkatkan motilitas sel. Selain itu, aktivasi membran

metaloprotease menyediakan jalur fisik untuk penyebaran sel kanker metastatik.

Terdapat mekanisme yang berbeda di mana perubahan genetik dan seluler ini terjadi.

Mekanisme kanonik adalah mutasi, translokasi atau delesi kromosom, dan ekspresi

atau aktivitas jalur pensinyalan yang tidak diatur. Peristiwa ini dapat mengaktifkan

gen yang mendorong siklus sel yang tidak teratur dan/atau menonaktifkan jalur

apoptosis.4

Salah satu ciri mendasar kanker adalah klonalitas tumor, perkembangan tumor

dari sel tunggal yang mulai berkembang biak secara tidak normal. Asal sel tunggal

dari banyak tumor telah ditunjukkan dengan analisis inaktivasi kromosom X (Gambar

2). Asal usul klon tumor tidak menyiratkan bahwa sel progenitor asli yang
menimbulkan tumor pada awalnya memperoleh semua karakteristik sel tumor.

Sebaliknya, perkembangan tumor adalah proses multistep di mana sel-sel secara

bertahap menjadi ganas melalui serangkaian perubahan progresif. Salah satu indikasi

perkembangan kanker bertingkat adalah bahwa sebagian besar kanker berkembang di

usia lanjut. Pada tingkat sel, perkembangan kanker dipandang sebagai proses

multistep yang melibatkan mutasi dan seleksi sel dengan kapasitas yang semakin

meningkat untuk proliferasi, kelangsungan hidup, invasi, dan metastasis (Gambar 3).

Langkah pertama dalam proses ini, inisiasi tumor dianggap sebagai hasil dari

perubahan genetik yang menyebabkan proliferasi abnormal dari satu sel. Proliferasi

sel kemudian mengarah pada pertumbuhan populasi sel tumor yang diturunkan secara

klonal. Perkembangan tumor berlanjut ketika mutasi tambahan terjadi di dalam sel-

sel populasi tumor. Beberapa dari mutasi ini memberikan keuntungan selektif pada

sel, seperti pertumbuhan yang lebih cepat, dan keturunan dari sel yang membawa

mutasi seperti itu akibatnya akan menjadi dominan dalam populasi tumor. Proses ini

disebut seleksi klon, karena klon baru sel tumor telah berevolusi berdasarkan

peningkatan laju pertumbuhan atau sifat lain (seperti kelangsungan hidup, invasi, atau

metastasis) yang memberikan keuntungan selektif. Seleksi klon berlanjut sepanjang

perkembangan tumor, sehingga tumor terus tumbuh lebih cepat dan semakin ganas.10

Kondisi lingkungan mikro tumor merupakan ciri khas pertumbuhan dari

tumor. Kondisi tersebut terjadi karena suplai vaskular tumor, yang berkembang dari

vaskulatur host normal melalui proses angiogenesis dan umumnya tidak mencukupi
dalam memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi dari massa tumor yang sedang

tumbuh. Daerah dengan oksigenasi rendah (hipoksia) memainkan peran penting

dalam mempengaruhi respon terhadap pengobatan radiasi dan kemoterapi

konvensional, serta mempengaruhi perkembangan keganasan dalam hal pertumbuhan

agresif dan kekambuhan tumor primer dan penyebaran metastasisnya. Namun,

sebagian besar penelitian menganggap hipoksia sebagai satu kesatuan, namun

sekarang kita tahu bahwa itu multifaktorial. Selanjutnya, hipoksia sering dikaitkan

dengan parameter lingkungan mikro lainnya seperti peningkatan tekanan cairan

interstisial, glikolisis, pH rendah, dan penurunan status bioenergi, dan hal ini juga

dapat mempengaruhi efek hipoksia.11,12


Gambar 2. Jaringan normal adalah mosaik sel di mana kromosom X yang berbeda

(X1 dan X2) telah dinonaktifkan. Tumor berkembang dari satu sel yang awalnya

diubah, sehingga setiap sel tumor menampilkan pola inaktivasi X yang sama (X1

tidak aktif, X2 aktif).


Gambar 3. Stage perkembangan tumor. Perkembangan kanker dimulai ketika satu sel

bermutasi mulai berkembang biak secara tidak normal. Mutasi tambahan diikuti oleh

seleksi untuk sel-sel yang tumbuh lebih cepat dalam populasi kemudian
mengakibatkan perkembangan tumor menjadi pertumbuhan yang semakin cepat dan

keganasan.

Gambar 4. Ilustrasi skematik hubungan antara pembuluh darah tumor dan lingkungan

mikro. Sisi kiri menunjukkan sel-sel tumor tumbuh dalam struktur tali di sekitar

pembuluh fungsional dari mana sel-sel menerima suplai oksigen dan nutrisi mereka,

tetapi karena zat-zat ini berdifusi keluar dari pembuluh mereka digunakan oleh sel-sel

sehingga gradien terbentuk. Di sisi kanan adalah diagram alur yang menunjukkan

hubungan antara lingkungan mikro yang tidak bersahabat dari tumor dan faktor-

faktor yang menimbulkan perkembangannya.

Parameter lingkungan mikro yang paling banyak diteliti adalah hipoksia.

Menurut definisi, hipoksia adalah keadaan oksigenasi berkurang yang mempengaruhi


fungsi biologis. Ketika oksigen berdifusi dari stroma, oksigen itu dikonsumsi oleh

sel-sel, dan meskipun mereka yang berada di luar jarak difusi tidak dapat bertahan

hidup, sel-sel yang berbatasan langsung dengan nekrosis mungkin masih hidup

namun hipoksia. Gambaran yang lebih khas ditemukan di sebagian besar tumor padat

dan diilustrasikan pada Gambar 4.12

2.1.3 Klasifikasi

Tumor secara umum dapat dibagi menjadi non-solid (leukemia dan limfoma)

dan tumor "solid" (massa sel padat) dimana sering disebut kanker. Tumor padat

kanker dapat berupa karsinoma atau sarkoma. Kanker spesifik dapat dikategorikan

lebih lanjut berdasarkan organ tempat mereka pertama kali berkembang dan jenis sel

tempat mereka muncul misalnya, karsinoma sel skuamosa kulit dan lain sekitarnya. 7

Selain itu, tumor diklasifikasikan menurut sel yang paling berdiferensiasi dengan

pengecualian karsinoma di mana beberapa sel tumor menunjukkan diferensiasi

neuroendokrin. Dalam hal ini sel-sel ini dianggap sebagai sel tumor yang

terdiferensiasi, dan tumor tidak diklasifikasikan sebagai neuroendokrin. Namun,

sekarang jelas bahwa sel-sel neuroendokrin normal dapat membelah, dan bahwa

stimulasi terus-menerus dari sel-sel tersebut menghasilkan pembentukan tumor, yang

seiring waktu menjadi semakin ganas. Untuk memahami tumourigenesis, sangat

penting untuk mengenali sel asal tumor karena pengetahuan tentang regulasi

pertumbuhan sel tersebut dapat memberikan informasi tentang perkembangan dan


dengan demikian kemungkinan pencegahan dan profilaksis tumor. Hal ini juga

memiliki implikasi untuk perawatan.13

2.1.4 Epidemiologi di Indonesia

Lebih dari separuh kejadian kanker (56,8%) dan kematian (64,9%) terjadi di

negara berkembang, dengan prediksi tingkatnya akan lebih tinggi di masa mendatang.

Pada tahun 2018, GLOBOCAN memperkirakan 291 dari 100.000 penduduk

Indonesia menderita kanker.14 Pada tahun 2013, menurut Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas), prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4 dari 1.000 penduduk. 15 Pada

tahun 2016, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial melaporkan bahwa dari 1.308.061

kanker kasus diobati, total 2,2 triliun rupiah dihabiskan, sebesar $ 486.960.633 dolar

AS (paritas daya beli 2016). Tingginya beban kanker di Indonesia memerlukan

pengumpulan data yang valid, yang dapat membantu untuk memutuskan regulasi

masa depan tentang kanker.16,17

Penelitian yang dilakukan oleh Gondhowiardjo melaporkan prevalensi tumor

di Indonesia. Pada gambar 5 dapat dilihat 10 jenis tumor yang paling sering terjadi

pada wanita dan laki laki, disertai dengan jumlah kematian akibat kanker pada

Gambar 6. Setelah distratifikasikan berdasarkan jenis kelamin, kanker nasofaring

menempati urutan kanker tertinggi di antara pasien pria dengan 911 kasus (13,6%),

sedangkan kanker serviks tertinggi pada pasien wanita dengan 2.878 kasus (24,9%).

Kanker sistem hematopoietik dan retikuloendotelial bertanggung jawab atas jumlah


kematian tertinggi pada pasien pria (102 kematian, 25,1%), sedangkan kanker serviks

bertanggung jawab atas jumlah kematian tertinggi pada pasien wanita (133 kematian,

25,9%). Sepuluh kasus kanker tertinggi pada anak (0-19 tahun) ditunjukkan pada

Gambar 7. Kanker hematopoietik dan sistem retikuloendotelial tertinggi pada anak

laki-laki, dengan 347 kasus (35,2%), dan juga pada anak perempuan, dengan 278

kasus (33,8%).18

Gambar 5. 10 jenis tumor terbanyakn pada pria dan wanita dewasa (%) di Rumah

Sakit Cipto Mangunkusumo, Indonesia (2008-2012). (A) Pada pria dewasa, 10 lokasi

tumor teratas adalah nasofaring, sistem hematopoietik dan retikuloendotelial, kelenjar


getah bening, hati dan saluran empedu intrahepatik, kulit, rektum, tulang, sendi dan

tulang rawan artikular, kelenjar prostat, jaringan ikat, subkutan, dan jaringan lunak

lainnya, dan bronkus dan paru-paru. (B) Pada wanita dewasa, 10 lokasi tumor teratas

adalah serviks uteri, payudara, ovarium, sistem hematopoietik dan retikuloendotelial,

kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, nasofaring, korpus uteri, kulit, dan rektum.

Gambar 6. Insiden kumulatif kanker dan kematian akibat kanker yang

dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin (n) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,


Indonesia (2008-2012). (A) Pada pasien laki-laki, nasofaring adalah lokasi kanker

yang paling umum, tetapi proporsi kematian tertinggi adalah karena kanker bronkus

dan paru-paru. (B) Pada pasien wanita, serviks uteri adalah lokasi kanker yang paling

umum, tetapi proporsi kematian tertinggi adalah karena kanker sistem hematopoietik

dan retikuloendotelial.

Gambar 7. 10 lokasi tumor teratas pada anak laki-laki dan perempuan (%) di RS

Cipto Mangunkusumo, Indonesia (2008-2012). (A) Pada anak laki-laki, 10 situs


tumor teratas adalah sistem hematopoietik dan retikuloendotelial, kelenjar getah

bening, mata dan adneksa, tulang, sendi dan tulang rawan artikular, otak, jaringan

ikat, subkutan dan jaringan lunak lainnya, nasofaring, ginjal, situs primer yang tidak

diketahui, dan hati dan saluran empedu intrahepatik. (B) Pada anak perempuan, 10

situs tumor teratas adalah sistem hematopoietik dan retikuloendotelial, mata dan

adneksa, tulang, sendi dan tulang rawan artikular, ovarium, otak, kelenjar getah

bening, jaringan ikat, subkutan dan jaringan lunak lainnya, kelenjar tiroid, situs utama

yang tidak diketahui, dan ginjal.

2.2 Tumor Solid

Tumor padat adalah massa jaringan abnormal yang biasanya tidak

mengandung kista atau daerah cair. Tumor padat dapat bersifat jinak atau ganas.

Berbagai jenis tumor padat diberi nama untuk jenis sel yang membentuknya. Contoh

tumor padat adalah sarkoma, karsinoma, dan limfoma. Biologi kanker adalah

interaksi kompleks dari banyak proses yang mendasarinya terjadi pada skala yang

berbeda baik dalam ruang dan waktu. Berbagai model teoretis telah dikembangkan,

yang memungkinkan seseorang untuk mempelajari komponen tertentu dari proses

pertumbuhan kanker. Namun, sebagian besar pendekatan hanya fokus pada aspek

spesifik perkembangan tumor, sebagian besar mengabaikan pengaruh lingkungan

tumor yang berkembang. Kerangka kerja integratif untuk mensimulasikan

pertumbuhan tumor, termasuk komponen model yang dianggap sangat penting.19


Seperti pada jaringan sehat, neovaskularisasi solid tumor dapat mencakup

angiogenesis, vaskulogenesis, dan intususepsi. Angiogenesis merupakan proses

tumbuhnya pembuluh darah baru dari pembuluh darah yang sudah ada. Angiogenesis

adalah peristiwa kunci dalam pembentukan pembuluh darah tumor. Suplai darah ke

tumor memainkan peran penting dalam memberikan agen terapeutik untuk tumor

padat. Tumor kecil dengan diameter kurang dari 2 mm diperfusi oleh pembuluh darah

pada dasarnya dari jaringan inang sekitarnya. Pertumbuhan dan pembesaran tumor

disertai dengan pembuluh darah mikro yang baru terbentuk. Pembuluh darah tumor

berbeda dari pembuluh darah jaringan normal baik secara fungsional & morfologis.

Pembuluh darah tumor umumnya lebih heterogen di alam, berukuran besar dengan

permeabilitas lebih tinggi. Terdapat perbedaan kuantitatif dalam pembuluh darah

tumor hewan transplantasi dan tumor manusia spontan mis. densitas vaskular yang

tinggi dan sirkulasi darah yang lebih baik pada tumor yang ditransplantasikan karena

tidak adanya sinus. Pembuluh darah tumor yang ditanamkan cenderung berbeda dari

tumor spontan yaitu neovaskularisasi diperlukan untuk mendukung sejumlah besar

sel tumor yang ditanamkan, sedangkan tahap awal spontan tumor dapat didukung

oleh pembuluh darah normal yang mensuplai jaringan normal yang berdekatan

sampai ukuran tumor melebihi diameter 2 mm, yang prosesnya membutuhkan

beberapa bulan sampai beberapa tahun.19,20

2.2.1 Klasifikasi
Gambar 8. Klasifikasi tumor padat

Berbagai jenis tumor padat diberi nama berdasarkan jenis sel penyusunnya:

- Sarkoma - Kanker yang timbul dari jaringan ikat atau pendukung, seperti

tulang atau otot.

- Karsinoma - Kanker yang timbul dari sel kelenjar tubuh dan sel epitel, yang

melapisi jaringan tubuh.


- Limfoma - Kanker organ limfoid seperti kelenjar getah bening, limpa, dan

timus, yang memproduksi dan menyimpan sel penangkal infeksi. Sel-sel ini

juga terdapat di hampir semua jaringan tubuh, dan oleh karena itu limfoma

dapat berkembang di berbagai organ. Klasifikasi dapat dilihat pada gambar

8.19

2.2.2 Karsinoma Kolon

Karsinoma Kolon (CRC) mempengaruhi sekitar 135.439 pasien baru di

Amerika Serikat setiap tahun. Di antara semua lokasi kanker, CRC adalah penyebab

utama kedua kematian di Amerika Serikat, dengan perkiraan 50.260 kematian, ketika

usus besar dan rektum digabungkan. Tingkat kejadian CRC telah menurun 3% per

tahun sejak 2004 meskipun meningkat sebesar 2% per tahun di antara orang dewasa

muda yang diskrining (lebih muda dari 50 tahun). Insiden CRC bervariasi di seluruh

dunia dengan tingkat yang lebih tinggi di negara maju daripada di negara-negara

berkembang. Status sosial ekonomi rendah memiliki peningkatan risiko CRC terkait

dengan perilaku berisiko yang buruk dan akses ke perawatan medis. Insiden rata-rata

CRC seumur hidup pada ras kulit putih Amerika adalah 5% tetapi lebih tinggi pada

pria (lebih besar dari 20%) dibandingkan pada wanita dan Afrika-Amerika (lebih

besar dari 25%). Temuan dari studi epidemiologi menunjukkan distribusi anatomi

bertahap CRC, bergeser dari kolon kiri-distal menuju sisi kanan atau ujung proksimal

dimana hal ini terkait dengan modalitas skrining sisi kiri yang lebih efektif. Dari

tahun 1975 hingga 2014, terjadi penurunan 51% dalam mortalitas CRC di Amerika
Serikat, yang dikaitkan dengan deteksi dini dan peningkatan modalitas pengobatan.

National Cancer Institute memperkirakan bahwa 65% dari semua pasien yang diobati

untuk CRC akan hidup pada 5 tahun kedepan.21 Di Indonesia, kanker kolorektal

termasuk dalam sepuluh besar jenis kanker yang banyak diderita yaitu pada urutan

ke-6 terbesar. Umumnya penderita kanker ini berusia di atas 40 tahun, namun saat ini

di Indonesia penderita kanker kolorektal banyak diderita oleh usia muda di bawah 40

tahun.22

2.2.3 Kanker Prostat

Kanker prostat adalah kanker yang paling sering didiagnosis pada pria dan

penyebab utama kedua kematian akibat kanker pria di Amerika Serikat. Pasien

dengan kanker prostat yang meninggal karena penyakit ini relatif sedikit meskipun

jumlah ini masih lebih dari 26.000 kematian per tahun di Amerika Serikat. Kanker

prostat lebih sering terjadi di negara maju. Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun

secara keseluruhan adalah 99% di Amerika Serikat. Angka kejadian telah meningkat

meskipun angka kematian telah menurun sejak tahun 1992 ketika tes PSA menjadi

tersedia secara luas. Sekitar 99% kanker prostat terjadi pada mereka yang berusia di

atas 50 tahun, tetapi jika terjadi pada pria yang lebih muda, kanker ini bisa menjadi

sangat agresif. Di Amerika Serikat, kanker prostat lebih sering terjadi pada orang

Afrika-Amerika dengan tingkat lebih dari dua kali lipat pada populasi umum. Hal ini

lebih jarang terjadi pada pria keturunan Asia dan Hispanik daripada pria kulit putih.

Lebih dari 80% pria akan terkena kanker prostat pada usia 80 tahun. Namun, pada
kelompok usia ini, kemungkinan pertumbuhannya lambat, tingkatnya lebih rendah,

relatif tidak berbahaya dan berdampak kecil pada kelangsungan hidup mereka.23

Prevalensi kanker prostat di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 0,2% atau

diperkirakan sebanyak 25.012 penderita. Provinsi dengan prevalensi kanker prostat

tertinggi adalah Yogyakarta, Bali, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan yaitu 0,5%.

Diperkirakan jumlah absolut penderita kanker prostat di Sulawesi Utara adalah 601

kasus. Sejauh ini, faktor risiko yang diketahui terkait dengan kanker prostat adalah

usia, ras dan riwayat keluarga kanker prostat. Umumnya kanker prostat menyerang

pria dewasa yang lebih tua dengan puncaknya pada usia 65-75 tahun.24

2.2.4 Kanker Payudara

Kanker payudara invasif mengenai 1 dari 8 wanita di Amerika Serikat

(12,4%) selama hidup mereka. Di Amerika Serikat, sekitar 266.120 wanita akan

mengalami karsinoma payudara invasif pada tahun 2018, dan 63.960 akan menderita

kanker payudara in situ. Pada tahun 2018, sekitar 2.550 pria akan menderita kanker

payudara invasif. Sekitar 1 dari 1000 pria akan menderita kanker payudara selama

hidup mereka. Pada tahun 2000, kejadian kanker payudara di Amerika Serikat mulai

menurun. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya penggunaan terapi

penggantian hormon (hormone replacement therapy/HRT) oleh wanita. Terdapat

hubungan antara HRT dan peningkatan risiko kanker payudara. Sekitar 40.920 wanita

di Amerika Serikat meninggal pada tahun 2018 karena kanker payudara. Penurunan

yang lebih besar terjadi pada wanita yang lebih muda dari 50 tahun. Pada tahun 2008,
diperkirakan ada 1,38 juta kasus baru kanker payudara invasif di seluruh dunia.

Insiden kanker payudara wanita tahun 2008 berkisar dari 19,3 kasus per 100.000 di

Afrika Timur hingga 89,9 kasus per 100.000 di Eropa Barat. Dengan deteksi dini dan

kemajuan signifikan dalam pengobatan, tingkat kematian akibat kanker payudara

telah menurun selama 25 tahun terakhir di Amerika Utara dan sebagian Eropa.

Namun, di banyak negara Afrika dan Asia (misalnya, Uganda, Korea Selatan, dan

India), angka kematian akibat kanker payudara meningkat. Tingkat kejadian kanker

payudara meningkat dengan bertambahnya usia, dari 1,5 kasus per 100.000 pada

wanita berusia 20 hingga 24 tahun hingga puncaknya 421,3 kasus per 100.000 pada

wanita berusia 75 hingga 79 tahun; 95% kasus baru terjadi pada wanita berusia 40

tahun atau lebih.25 Berdasarkan GLOBOCAN 2008, di Asia Tenggara, Singapura

menempati urutan tertinggi dengan insiden kanker payudara sebesar 59,9 per 100.000

penduduk, sedangkan Indonesia merupakan negara dengan angka kematian kanker

payudara tertinggi sekitar 18,6 per 100.000 penduduk. Kanker payudara di Indonesia

merupakan kasus kanker terbanyak kedua pada wanita setelah kanker serviks. Pada

tahun 2018, kanker payudara pada wanita memiliki insidensi 11,6/100.000

pendudukan dan mortalitas 6,6% dari seluruh kanker pada pria dan wanita, sedangkan

khusus pada wanita, kanker payudara memiliki insiden tertinggi yaitu 24,2/100.000

dengan mortalitas 15%. Berdasarkan data International Agency for Research on

Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 angka kejadian kanker payudara
pada wanita di Indonesia sebesar 43,3/100.000 penduduk dan persentase kematian

sebesar 12,9%.26

2.2.5 Kanker Paru

Kanker paru-paru adalah kanker yang paling sering didiagnosis di seluruh

dunia, terhitung sekitar 12,4% dari semua kanker yang didiagnosis di seluruh dunia,

dan merupakan penyebab utama kematian terkait kanker. The American Cancer

Society memperkirakan insiden tahunan lebih dari 234.000 kasus kanker paru-paru

baru dan lebih dari 154.000 kematian terkait kanker paru-paru di Amerika Serikat.

Menurut laporan Statistik Kanker Global dari tahun 2020, kanker paru-paru tetap

menjadi penyebab utama kematian akibat kanker di seluruh dunia, dengan perkiraan

1,8 juta kematian. Data terbaru menunjukkan bahwa kejadian kanker paru-paru

meningkat secara dramatis, dengan hampir setengah dari kasus baru, 49,9%,

didiagnosis di negara berkembang. Di Amerika Serikat, angka kematian pria lebih

tinggi dibandingkan wanita. Secara keseluruhan, tidak ada perbedaan ras dalam

kejadian kanker paru-paru, tetapi angka kematian yang disesuaikan dengan usia lebih

tinggi pada pria Afrika-Amerika.27 Jumlah kejadian kanker paru di Indonesia semakin

meningkat dari waktu ke waktu dan terjadi pada usia yang lebih muda dibandingkan

dengan negara lain. Pada tahun 2018, WHO melaporkan 30.023 kasus baru kanker

paru-paru di Indonesia dan 26.095 kematian, atau sekitar 2,6% dari total kematian di

Indonesia.28
2.2.6 Kanker Kulit

Saat ini, terdapat lebih banyak kanker kulit di populasi Amerika Serikat

dibandingkan gabungan semua kanker lainnya. Prevalensi kanker ini sedang

meningkat, mewakili masalah kesehatan yang signifikan dari sudut pandang

kesejahteraan pasien dan pengeluaran kesehatan. Kanker kulit terjadi pada semua ras

di seluruh dunia, namun, risikonya jauh lebih tinggi pada ras Kaukasia karena efek

fotoprotektif melanin epidermal. Pada individu dengan kulit putih, sekitar 75%

hingga 80% kanker kulit non-melanoma adalah karsinoma sel basal, dan hingga 25%

adalah karsinoma sel skuamosa. Defek yang diturunkan dalam mekanisme perbaikan

DNA, seperti yang terlihat pada xeroderma pigmentosum dan Sindrom Muir-Torre,

juga membuat individu yang terkena berisiko tinggi terkena karsinoma kulit.29

2.2.7 Kanker Hepar

Karsinoma hepatoseluler adalah kanker paling umum kelima menempati

urutan kedua kematian akibat kanker di seluruh dunia. Sebagian besar kasus

karsinoma hepatoseluler disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B dan C kronis. Di

Amerika Serikat, penelitian melaporkan peningkatan angka kejadian sebesar 3,1%

per tahun. Pria memiliki insiden 11,5 per 100.000 dibandingkan dengan 3,9 pada

wanita. Tingkat kematian karsinoma hepatoseluler juga meningkat sebesar 2,8%

untuk pria dan 3,4% untuk wanita, per tahun. Karsinoma hepatoseluler muncul pada

populasi yang lebih tua setelah penyakit hepar kronis yang berlangsung lama. Variasi
regional dan ras/etnis karsinoma hepatoseluler bergantung pada faktor risiko pajanan.

HBV lebih umum di seluruh dunia, dan HCV menyumbang 30% kasus di Amerika

Serikat. HCV memiliki peningkatan prevalensi lima kali lipat di antara individu yang

lahir di Amerika Serikat antara 1945 dan 1965. 30 Infeksi virus hepatitis B (HBV) dan

virus hepatitis C (HCV) adalah penyebab utama HCC, dan infeksi HBV lebih sering

terjadi di Asia dan negara berkembang. Selain itu, endemisitas infeksi HBV di

Indonesia tinggi, bervariasi antar daerah mulai dari 4,7% hingga 11,2%.31

2.2.8 Kanker Tulang

Kanker tulang primer tetap jarang, terhitung 0,2% dari semua keganasan dan

5% dari keganasan anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan 3.600 kasus baru

didiagnosis pada tahun 2020, dengan 1.720 kematian dan mencakup 0,3% dari semua

kematian akibat kanker. Data National Cancer Institute menunjukkan pada orang

dewasa, chondrosarcoma (40%) paling umum, diikuti oleh osteosarcoma (28%). Pada

anak-anak dan remaja, osteosarkoma (56%) paling umum, dengan sarkoma Ewing

(34%) kedua. Chordoma, sarkoma pleomorfik yang tidak berdiferensiasi,

adamantinoma, fibrosarcoma, dan tumor sel raksasa tulang juga merupakan jenis

kanker tulang. Kanker tulang memiliki dominasi laki-laki, dengan rasio laki-laki-

perempuan osteosarcoma di seluruh dunia sebesar 1,43 banding 1.32 Estimasi kanker

tulang meningkat menjadi 8-11 per 1.000.000 penduduk per tahun pada usia 15-19

tahun. Di RS Cipto Mangunkusumo terdapat 219 kasus (16,8 kasus/tahun) dalam


kurun waktu 13 tahun (1995-2007) yang merupakan jumlah tertinggi dari semua

keganasan tulang.33

2.2.9 Kanker Ovarium

Pada tahun 2020, terdapat sekitar 21.750 kasus baru kanker ovarium, yang

mencakup 1,2% dari seluruh kasus kanker. Perkiraan jumlah kematian terkait dengan

kanker ini adalah 13.940. Tingkat kelangsungan hidup relatif 5 tahun diharapkan

menjadi 48,6%. Sekitar 15,7% kasus kanker ovarium didiagnosis pada stadium lokal,

dan sekitar 58% pada stadium metastasis, di mana kelangsungan hidup 5 tahun turun

menjadi 30,2%, bukan 92,6% jika terdeteksi pada stadium awal penyebaran lokal.

Tingkat insiden rata-rata per 100.000, usia yang disesuaikan dengan populasi standar

AS tahun 2000 adalah 11,1 pada 2012-2016. Insiden tertinggi pada kulit putih non-

Hispanik (11,6 per 100.000), diikuti oleh Indian Amerika dan Penduduk Asli Alaska

(10,3 per 100.000), Hispanik (10,1 per 00.000), kulit hitam non-Hispanik, dan

penduduk Asia dan Kepulauan Pasifik. Sekiar Sembilan puluh persen kanker ovarium

adalah epitel, dengan subtipe serosa yang paling umum. Tingkat kasus kanker

ovarium baru yang disesuaikan dengan usia berada pada tren yang menurun

berdasarkan model analisis statistik.34

2.2.10 Kanker Pankreas

Berdasarkan GLOBOCAN 2012, angka mortalitas kanker pankreas lebih dari

331.000 orang per tahun dan menempati urutan ketujuh penyebab utama kematian
akibat kanker pada kedua jenis kelamin. Perkiraan tingkat kelangsungan hidup 5

tahun global untuk kanker pankreas adalah sekitar 5%. Tingkat kejadian kanker

pankreas untuk kedua jenis kelamin tertinggi di Amerika Utara, Eropa Barat, Eropa,

dan Australia/Selandia Baru. Angka kejadian terendah berada di Afrika Tengah dan

Asia Tengah Selatan. Ada beberapa perbedaan gender secara global. Pada pria, risiko

terbesar terkena kanker pankreas adalah di Armenia, Republik Ceko, Slovakia,

Hungaria, Jepang, dan Lithuania. Risiko terendah untuk pria adalah di Pakistan dan

Guinea. Pada wanita, angka kejadian tertinggi berada di Amerika Utara, Eropa Barat,

Eropa Utara dan Australia/Selandia Baru. Tingkat terendah untuk wanita berada di

Afrika Tengah dan Polinesia. Tingkat kejadian untuk kedua jenis kelamin meningkat

seiring bertambahnya usia; tertinggi berusia lebih dari 70 tahun. Sekitar 90% dari

semua kasus kanker pankreas terjadi pada orang berusia di atas 55 tahun. Di Jepang,

angka kejadian kasar adalah 33,9/100.000, sedangkan prevalensinya adalah 18,2%

dan kematiannya adalah 29,4/100.000.35,36

2.2.11 Kanker Otak

Tumor otak primer adalah sekelompok neoplasma yang timbul dari parenkim

otak dan struktur sekitarnya. Tumor ini dibagi menjadi derajat keganasan dari jinak

sampai agresif. Meskipun tumor otak primer hanya 1,4% dari semua kanker, penyakit

ini termasuk tumor paling agresif yang mengakibatkan angka kematian sekitar 60%.

Insidensi tumor otak ganas primer global menurut usia global tahunan adalah ~3,7

per 100.000 untuk pria dan 2,6 per 100.000 untuk wanita. Prevalensi ini lebih tinggi
di negara-negara maju (pria, 5,8 dan wanita, 4,1 per 100.000) daripada di negara-

negara kurang berkembang. (laki-laki 3,0 dan perempuan 2,1 per 100.000).37,38

2.2.12 Kanker Serviks

Secara global, terdapat lebih dari 500.000 kasus baru kanker serviks setiap

tahunnya. Sekitar 250.000 wanita meninggal karena kanker serviks setiap tahunnya.

Di Amerika Serikat, sekitar 4000 wanita meninggal karena kanker serviks setiap

tahun dengan orang Afrika-Amerika, Hispanik, dan wanita di daerah dengan sumber

daya rendah memiliki perbedaan yang lebih tinggi dalam tatalaksana dan tingkat

kematian yang jauh lebih tinggi. HPV yang merupakan agen penyebab adalah infeksi

virus menular seksual. Kematian akibat kanker serviks lebih tinggi di antara wanita

yang tidak diskrining dalam lima tahun terakhir dan wanita yang tidak melakukan

tindak lanjut pasca identifikasi lesi prakanker secara konsisten. Tren terus

menunjukkan bahwa wanita dengan risiko kematian tertinggi mungkin lebih kecil

kemungkinannya untuk menerima vaksinasi yang berpotensi mencegah kanker

serviks.39 Kanker serviks merupakan kanker tersering kedua pada wanita di

Indonesia. Studi Global Burden of Disease 2017 memberikan perkiraan komprehensif

semua penyakit, termasuk kanker serviks. Insiden kanker serviks di Indonesia naik

(17%) dari 7,4 menjadi 8,7 per 100.000 wanita. Tingkat prevalensi naik 20,8% pada

periode yang sama, dari 43,3 menjadi 52,4 per 100.000. Sedangkan angka kematian

yaitu 3,7 per 100.000. Di tingkat provinsi, pada tahun 2017 angka prevalensi dan

angka kejadian tertinggi berada di Maluku Utara dan Papua Barat. Terendah berada
di Kalimantan Utara dan Sumatera Utara. Tingkat insiden dan tingkat kematian

kanker serviks meningkat dari usia 30-34 tahun dan mencapai puncaknya pada usia

95+. Sementara itu, tingkat prevalensi dan tingkat DALYs dimulai pada usia 25-29

dan terus meningkat pada usia 44 tahun. Faktor risiko kanker serviks adalah perilaku

seks yang tidak aman dan tembakau.40

2.2.13 Squamous Cell Papilloma

Prevalensi global infeksi HPV, penyebab utama papiloma, adalah sekitar 11%

hingga 12%. Namun, angka surveilans pasti sulit diperoleh mengenai prevalensi lesi

papiloma. Untuk papiloma, dua studi berbasis populasi besar menemukan tingkat

prevalensi 0,84% di AS dan 12,9% di Rusia, dengan prevalensi tertinggi pada anak-

anak dan dewasa muda. Untuk papiloma kelamin, kejadian tahunan ditemukan antara

0,1 sampai 0,2% dari populasi di negara maju. Prevalensi tertinggi ditemukan di

kalangan remaja dan dewasa muda. Acrochorda atau skin tag telah dilaporkan

memiliki prevalensi 46% pada populasi umum dengan prevalensi yang lebih tinggi di

antara kelompok usia yang lebih tua, tidak seperti papiloma. Penyakit ini lebih sering

terjadi pada orang obesitas dan cenderung tumbuh di area kontak kulit-ke-kulit.41

2.2.14 Laryngeal Papilloma

Diperkirakan insiden papillomatosis laring adalah 4,3 per 100.000 anak-anak

dan 1,8 per 100.000 orang dewasa. LP adalah neoplasma jinak paling umum kedua

dari laring di antara anak-anak dan penyebab paling sering kedua suara serak masa
kanak-kanak. LP dapat dibagi menjadi dua subtipe, yang memiliki korelasi kuat

dengan seberapa agresif penyakit itu bekerja. Onset remaja atau masa kanak-kanak

adalah bentuk yang paling agresif. LP memiliki risiko lebih tinggi untuk

menyebabkan obstruksi jalan napas, menyebar ke lebih dari satu situs saluran

aerodigestif, kambuh lebih cepat, dan menyebabkan intervensi bedah lebih sering.

Jenis lainnya adalah bentuk onset dewasa, yang cenderung kurang agresif. Namun,

beberapa LP onset dewasa mungkin memiliki karakteristik agresif yang sebagian

besar didasarkan pada subtipe HPV.42

2.2.15 Kanker Tiroid

Insiden kanker tiroid telah meningkat pesat di Amerika Serikat (AS) dan

negara maju lainnya selama 30 tahun terakhir. Penelitian berbasis Surveillance,

Epidemiology, and End Results Program (SIER) menemukan bahwa dari tahun 1975

hingga 2009 ada peningkatan tiga kali lipat dalam tingkat insiden, dari 4,9 menjadi

14,3 per 100.000 orang, sementara tingkat kematian tetap relatif konstan pada ~0,5

kematian per 100.000. Berdasarkan studi sebelumnya menganalisis program SIER,

telah terjadi peningkatan tingkat tahunan kanker tiroid sebesar 3% di AS sejak tahun

1990-an.43

2.2.16 Kanker Endometrium

Kanker korpus uteri atau yang biasa dikenal kanker endometrium merupakan

kanker keenam yang paling sering didiagnosis dan penyebab utama kematian akibat
kanker ke-14 pada wanita di seluruh dunia, dengan perkiraan 320.000 kasus baru dan

76.000 kematian pada tahun 2012. Kanker endometrium terjadi pada wanita terutama

setelah menopause. Perkiraan tingkat kejadian standar usia (ASR) bervariasi dari satu

hingga 30 kasus per 100.000 wanita di seluruh negara secara global, dengan tingkat

tertinggi ditemukan di negara-negara dengan Indeks Pembangunan Manusia yang

sangat tinggi, di mana hampir dua pertiga dari semua kasus terjadi. Tingkat rendah

diamati di beberapa negara Afrika Sub-Sahara, Timur Tengah, dan Asia Tengah

Selatan.44

2.2.17 Kanker Kandung Kemih

Menurut data GLOBOCAN, diperkirakan 550.000 orang didiagnosis

menderita kanker kandung kemih pada tahun 2018. Kanker ini menyumbang sekitar

3% dari semua diagnosis kanker baru. Negara-negara dengan tingkat kanker kandung

kemih tertinggi sebagian besar ditemukan di Eropa Selatan dan Barat serta Amerika

Utara. Sementara Yunani memiliki tingkat tertinggi kanker kandung kemih di antara

pria, Lebanon memiliki tingkat tertinggi di antara wanita. Namun demikian, wilayah

dengan tingkat tertinggi kanker kandung kemih di antara wanita di Eropa Selatan

(sama seperti di antara pria), diperkirakan 26,5/100.000 pria dan 5,5/100.000 wanita

mengembangkan penyakit ini setiap tahun. Wilayah dengan insiden kanker kandung

kemih terendah termasuk Afrika Tengah, Amerika Tengah, dan Afrika Barat,

sebagian besar terdiri dari negara-negara yang berada di bawah rata-rata indeks

pembangunan manusia (HDI), mungkin karena paparan bahan kimia industri yang
lebih rendah dan akses terbatas ke tembakau. Diperkirakan 80.500 kasus kanker

kandung kemih didiagnosis di Amerika Serikat (AS) pada tahun 2019, mewakili

4,6% dari semua diagnosis kanker (lebih besar dari rata-rata global). Hal ini

menjadikan kanker kandung kemih sebagai diagnosis kanker paling umum keenam di

AS. Insiden kanker kandung kemih di AS meningkat dari 19,3/100.000 pada tahun

1975 ke puncak 21,6/100.000 pada tahun 1987 dan sejak itu terus menurun selama

beberapa dekade terakhir menjadi 18,1/100.000 pada tahun 2016. Di banyak negara

Eropa, seperti Jerman dan Bulgaria, tingkat kejadian kanker kandung kemih terus

meningkat, dan diperkirakan akan meningkat lebih jauh, karena prevalensi merokok

yang lebih besar dan populasi yang menua. Negara-negara lain telah membuat

kemajuan yang signifikan dalam pencegahan, dengan hampir 11% pengurangan

insiden di Selandia Baru selama 10 tahun terakhir. Kanker kandung kemih lebih dari

empat kali lebih umum pada pria dibandingkan wanita, dengan insiden masing-

masing 9,6/100.000 di antara pria dan 2,4/100.000 di antara wanita di seluruh dunia.

Di antara pria, kanker kandung kemih adalah insiden paling banyak keenam dan

neoplasma paling mematikan kesembilan.45,46

2.3 Tumor non-solid

Non-solid tumor adalah kelompok kelainan yang heterogen yang mencakup

leukemia, multiple myeloma, dan limfoma. Penyakit ini berasal dari evolusi klon dari

kompartemen sel induk hemopoietik atau dari transformasi stem cell dengan potensi

kekebalan. Hubungan silang fungsional antara sel kanker darah dan lingkungan mikro
di sekitarnya sangat penting untuk pengembangan dan pemeliharaan sel-sel tumor.

Namun, terlepas dari minat besar pada lingkungan mikro tumor, mekanisme dan

sinyal yang digerakkan oleh lingkungan mikro pada tumor non-solid masih perlu

didefinisikan.47,48

2.3.1 Klasifikasi

Gambar 9. Representasi hematopoiesis bone marrow bersama dengan klasifikasi

penyakit neoplastik WHO yang disederhanakan dari jaringan hematopoietik dan

limfoid. Kotak biru berisi neoplasma limfoid, neoplasma myeloid kotak oranye dan

neoplasma sel histiositik, dendritik, atau sel mast kotak hijau.


Kanker darah, tumor non-solid atau keganasan hematologi adalah istilah

kolektif untuk penyakit neoplastik dari jaringan hematopoietik dan limfoid dengan

presentasi klinis sebagai leukemia, limfoma atau myeloma. Pada manusia,

hematopoiesis dewasa definitif berasal dari sumsum tulang (BM) dan timus. Melalui

proses ini, semua sel darah muncul dari hematopoietik stem cell (HSC). Sel-sel

prekursor melanjutkan melalui langkah-langkah pematangan spesifik sebelum

meninggalkan BM sebagai sel-sel sirkulasi yang matang. Terdapat dua garis

keturunan utama yaitu trombosit, eritrosit, granulosit, dan sel dendritik berasal dari

nenek moyang myeloid umum (CMP) dan membentuk garis keturunan myeloid,

sedangkan limfosit T dan B, sel plasma dan sel pembunuh alami muncul dari limfoid

progenitor (CLP) dan menyusun garis keturunan limfoid. Garis keturunan dan tahap

pematangan dapat dinilai dengan fitur morfologi, imunofenotipik, genetik dan

sitokimia. Keganasan hematologi dikategorikan dengan metode yang sama menurut

asal sel, pematangan atau karakteristik tumor. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

telah menerbitkan klasifikasi terpadu penyakit neoplastik dari jaringan hematopoietik

dan limfoid Masing-masing kelompok besar ini dikategorikan dalam subkelas yang

berbeda, yang paling umum dirangkum dalam Gambar 9.49

2.3.2 Epidemiologi

Kira-kira setiap 3 menit, satu orang di AS didiagnosis menderita leukemia,

limfoma, atau myeloma. Diperkirakan total gabungan 186.400 orang di AS

diperkirakan akan didiagnosis dengan leukemia, limfoma atau myeloma pada tahun
2021 (Gambar 10). Kasus baru leukemia, limfoma, dan myeloma diperkirakan

mencapai 9,8 persen dari perkiraan 1.898.160 kasus kanker baru yang akan

didiagnosis di AS pada tahun 2021. Diperkirakan 1.519.907 orang di Amerika Serikat

(AS) hidup dengan atau dalam remisi dari leukemia, limfoma, mieloma, sindrom

mielodisplastik (MDS) atau neoplasma mieloproliferatif (MPN). Kira-kira setiap 9

menit, seseorang di AS meninggal karena kanker darah. Leukemia, limfoma, dan

myeloma diperkirakan menyebabkan kematian sekitar 57.750 orang di AS pada tahun

2021. Penyakit-penyakit ini diperkirakan menyumbang 9,5 persen dari kematian

akibat kanker pada tahun 2021, berdasarkan perkiraan total 608.570 kematian akibat

kanker.50

Gambar 10. Estimasi kasus baru dari tumor non-solid pada tahun 2021 di Amerika

Serikat.

2.3.3 Leukemia
Leukemia adalah sekelompok kelainan ganas yang muncul dengan

peningkatan jumlah leukosit dalam darah dan/atau sumsum tulang. Pada tahun 2018,

diperkirakan terdapat total 437,0 ribu kasus baru dan 309,0 ribu kematian akibat

kanker di seluruh dunia. Jenis leukemia bervariasi dalam patogenesis, asal, kejadian,

dan prognosis. Sel-sel leukemia yang dominan dapat berupa sel-sel dewasa, seperti

pada leukemia limfositik kronis (CLL); sel-sel prekursor dari berbagai garis

keturunan, seperti pada leukemia akut; atau sel prekursor dan sel dewasa, seperti pada

leukemia myeloid kronis (CML). Di antara jenis leukemia akut, leukemia

limfoblastik akut (ALL) sering didiagnosis pada anak-anak dan dewasa muda, dengan

puncak insiden antara 2 dan 5 tahun, sedangkan leukemia myeloid akut (AML)

adalah jenis akut yang paling umum pada orang dewasa, terhitung 1,3% dari kasus

kanker baru di Amerika Serikat. Selain itu, satu set jenis leukemia yang jarang

didiagnosis (misalnya, leukemia myeloid kronis atipikal) berbeda dari empat jenis

utama dalam banyak aspek.51


Gambar 11. Prevalensi global leukemia

Tingkat kejadian leukemia tertinggi menurut wilayah di antara laki-laki

diperkirakan di Australia dan Selandia Baru (tingkat standar usia 11,3 per 100.000),

Amerika Utara (10,5 per 100.000), dan Eropa Barat (9,6 per 100.000). ), dan terendah

di sub-kawasan Afrika sub-Sahara yaitu Afrika bagian barat (1·4 per 100.000) dan

Afrika tengah (2·6 per 100.000) (Gambar 11). Tingkat umumnya lebih tinggi pada

laki-laki dibandingkan perempuan dengan tingkat yang lebih tinggi di sub-wilayah

yang sama. Tingkat insiden tertinggi di negara-negara tertentu di masing-masing


benua adalah Kanada (9·5 per 10000), Australia (9·4 per 100.000), Irlandia (9·4 per

100.000), Ekuador (6·5 per 100.000), Singapura (6·0 per 100.000), dan Mesir (5·9

per 100.000).52 Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi

kanker anak umur 0-14 tahun sebesar 16.291 kasus, dan jenis kanker yang paling

banyak diderita anak di Indonesia yaitu leukemia dan retinoblastoma. Pada penelitian

yang dilakukan pada pasien anak di RS Kanker Dharmais pada tahun yang sama

menyatakan bahwa leukemia adalah penyakit dengan jumlah kasus baru dan jumlah

kematian terbanyak di RS Kanker Dharmais.53

2.3.4 Limfoma

Insiden limfoma di Amerika Serikat dari 2009 hingga 2013 adalah

22/100.000, mewakili sekitar 5% keganasan, meningkat dua kali lipat dalam periode

1970-1990, dan sejak itu prevalensinya stabil. Usia rata-rata saat diagnosis adalah 63

tahun. Kelangsungan hidup secara keseluruhan diperkirakan 72% pada lima tahun,

dan terus membaik. Limfoma secara luas diklasifikasikan menjadi limfoma Hodgkin

(HL) yang mencakup 10% kasus dan limfoma Non-Hodgkin (NHL) yang mencakup

90% kasus. HL selanjutnya diklasifikasikan ke dalam tipe klasik dan non-klasik dan

NHL menjadi tipe sel B, sel T dan sel natural killer (NK). 54 Seperti banyak kanker

lainnya, kemungkinan seseorang didiagnosis dengan limfoma meningkat tajam

dengan usia, usia rata-rata saat diagnosis menjadi 67,2 tahun. Namun, tidak seperti

banyak kanker lainnya, beberapa limfoma dapat didiagnosis pada usia berapa pun.

Limfoma Hodgkin dan Burkitt mendominasi rentang usia anak (<15 tahun), di mana
tidak ada kasus limfoma folikular (pasien termuda 19 tahun), limfoma zona marginal

(pasien termuda 20 tahun), atau limfoma sel mantel (pasien termuda 39 tahun).

Sebaliknya, pada mereka yang berusia 60 tahun atau lebih, limfoma sel B, zona

marginal, dan limfoma folikular difus menyumbang lebih dari 80% diagnosis, dan

limfoma masa kanak-kanak yang umum hanya terjadi sesekali.55

Menurut data GLOBOCAN terbaru, diperkirakan 509.600 kasus baru NHL

didiagnosis secara global pada tahun 2018, yang terdiri dari 2,8% dari diagnosis

kanker di seluruh dunia. Risiko standar usia global NHL adalah 6,7 di antara pria dan

4,7 di antara wanita, yang diterjemahkan menjadi 0,72% dan 0,35% risiko seumur

hidup kumulatif untuk pria dan wanita, masing-masing. Insiden di negara-negara

indeks pembangunan manusia tinggi dan rendah/sedang, masing-masing, adalah

7,8/100.000 dan 4,3/100.000 di antara laki-laki dan 5.6/100.000 dan 2,9/100.000 di

antara perempuan. Menurut klasifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terbaru,

NHL paling umum di negara-negara Barat adalah DLBCL, terhitung sekitar 31% dari

kasus dewasa. Subtipe sel B agresif umum lainnya termasuk Mantle Cell Lymphoma

(MCL) (6% kasus) dan BL (2% kasus). Di antara NHL sel B indolen, FL

menyumbang 22% kasus di dunia Barat, diikuti oleh limfoma zona marginal (MZL)

(8% kasus), leukemia limfositik kronis/limfoma limfositik sel kecil (CLL/SLL) (6 %

kasus) dan limfoma limfoplasmacytic (LPL) (1% kasus). Limfoma sel T umum hanya

mencakup 10-15% dari diagnosis NHL dan termasuk limfoma sel T perifer (PTCL)

(6% kasus) dan limfoma sel T (CTCL) (4% kasus). Diperkirakan 77.200 kasus baru
NHL didiagnosis pada tahun 2020 di AS, terhitung 4,3% dari diagnosis kanker

(diagnosis kanker paling umum ketujuh). Insiden terbaru yang dilaporkan adalah

18,6/100.000 pada tahun 2017, meningkat 168% dari insiden yang dilaporkan paling

awal sebesar 11,1/100.000 pada tahun 1975. Gambar 12 menunjukkan tingkat

kejadian standar usia untuk NHL di seluruh dunia pada tahun 2018.56

Gambar 12. Peta yang menunjukkan perkiraan tingkat kejadian standar usia (ASR)

untuk limfoma non-Hodgkin di seluruh dunia pada tahun 2018, semua jenis kelamin,

termasuk semua usia

Di Amerika Serikat, Eropa, dan wilayah ekonomi maju lainnya, HL

menyumbang sekitar 10 persen dari semua limfoma (sisanya adalah limfoma non-

Hodgkin), 0,5 persen dari semua kanker, dan 0,2 persen dari semua kematian akibat

kanker . Insiden HL dalam setting tersebut telah stabil pada 2 sampai 3 kasus per
100.000 orang selama beberapa dekade; di Amerika Serikat, ini sesuai dengan sekitar

8500 kasus baru HL setiap tahun, tetapi sekitar 1000 kematian tahunan menunjukkan

penurunan angka kematian.57

2.3.5 Myeloma

Multiple Myeloma mencakup 10% dari semua kanker hematologi. The

American Cancer Society memperkirakan bahwa di Amerika Serikat, sekitar 34.920

kasus baru MM (19.320 pada pria dan 15.600 pada wanita) didiagnosis pada tahun

2021. Risiko seumur hidup terkena MM adalah sekitar satu dalam 125 (0,8%).

Sekitar 12.410 kematian akibat MM (6.840 pada pria dan 5.570 pada wanita)

diperkirakan terjadi pada tahun 2021. Tingkat kasus MM tidak berubah secara

signifikan selama dekade terakhir, tetap di kisaran 6,7 per 100.000 orang sejak 2010,

sementara tingkat kematian sedikit menurun, dari 3,4 menjadi 3,1 per 100.000 dari

2008 hingga 2018. Di Amerika Serikat, insiden tahunan MM per 100.000 orang

adalah 8,2 kasus pada pria kulit putih, 5,0 kasus pada wanita kulit putih, 16,5 kasus

pada pria kulit hitam, dan 12,0 kasus pada wanita kulit hitam. Untuk Hispanik,

angkanya adalah 8,2 pada pria dan 5,7 pada wanita. Insiden terendah untuk orang

Asia/Kepulauan Pasifik, pada 5,0 pada pria dan 3,2 pada wanita. Usia rata-rata saat

diagnosis MM adalah 69 tahun. Kurang dari 14% pasien lebih muda dari 55 tahun,

dan hanya sekitar 3% lebih muda dari 45 tahun.58


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode

potong lintang (cross sectional).


3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di poli rawat jalan dan bangsal rawat inap Divisi

Hematologi Onkologi Medik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penyusunan dan presentasi proposal penelitian yang akan dilaksanakan pada

bulan Januari 2021 – Desember 2021.

Pelaksanaan penelitian (pengambilan sampel dan pengumpulan data) akan

dilaksanakan pada bulan Januari 2021 – Desember 2021.

Proses analisis data, sintesis hasil dan kesimpulan penelitian akan

dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2022

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Target

Populasi target meliputi pasien dengan diagnosis tumor solid atau non-solid di

Divisi Hematologi Onkologi Medik RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

3.3.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau meliputi pasien dengan diagnosis tumor solid atau non-

solid di poli rawat jalan dan bangsal rawat inap Divisi Hematologi Onkologi Medik
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada periode Januari 2021 – Desember

2021.

3.3.3 Sampel Penelitian

Sampel penelitian meliputi pasien dengan diagnosis tumor solid atau non-

solid di poli rawat jalan dan bangsal rawat inap Divisi Hematologi Onkologi Medik

RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada periode Januari 2021 – Desember

2021 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi:

- Subjek didiagnosis tumor solid atau non-solid oleh dokter penanggung jawab

- Subjek dan/atau keluarga pasien menerima informasi mengenai penjelasan

penelitian dan menyatakan kesediaan untuk mengikuti penelitian dengan

menandatangani informed consent

Kriteria eksklusi:

- Subjek yang menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian

- Subjek dengan status rekam medis yang tidak lengkap

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan teknik non-probability

concecutive sampling, yaitu pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak
memiliki kriteria eksklusi selama periode penelitian Januari 2021 – Desember 2021.

diambil sebagai sampel sampai memenuhi jumlah sampel yang ditetapkan.

3.5 Alur Penelitian

Semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sampel dan

bersedia mengikuti penelitian, kemudian dilakukan:

Identifikasi, meliputi: nama dan jenis kelamin.

Anamnesis, autoanamnesis/alloanamnesis data dasar klinis

Setelah semua data dicatat, dilakukan analisis data dan penulisan laporan hasil

penelitian.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pada penelitian ini digunakan analisis univariat. Analisis univariat adalah

suatu Teknik analisis data terhadap satu variable secara mandiri, tiap variabel

dianalisis tanpa dikaitkan dengan variabel lainnya. Analisis univariat juga disebut

analisis deskriptik atau statistic deskriptif yang bertujuan menggambarkan kondisi

fenomena yang dikaji. Analisis univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data

dari hasil pengukuran sedemikian rupa secara statistik deskriptif sehingga data yang

acak dapat tersusun dengan baik, yang akan memudahkan untuk menjawab masalah

atau tujuan penelitian. Angka hasil pengukuran dapat ditampilkan dalam bentuk
angka , atau sudah diolah menjadi presentase, ratio, prevalensi. Data yang diperoleh

dapat berupa ukuran statistik, table dan grafik

3.7 Alur Penelitian

Pasien yang
memenuhi kriteria
inklusi

Informed Consent

Pemeriksaan rekam medis pasien

Pengelolaan Data
dan Analisis

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dari penelitian ini didapatkan total sampel penelitian sebanyak 2958 subjek.

Berdasarkan jenis kelamin didapatkan sampel laki laki sebesar 1468 (49.7%) subjek
sedangkan sampel wanita sebesar 1490 subjek (50.3%). Mayoritas subjek wanita

memiliki tumor padat sebesar 855 subjek (54.8%) diikuti oleh tumor non-padat

sebesar 635 subjek (45.2%). Tumor non-padat yang paling sering dijumpai pada

wanita adalah CML sebesar 368 subjek (57.9%) sedangkan tumor padat yang paling

sering dijumpai pada wanita adalah Ca Mamae sebesar 326 subjek (38.1%) diikuti

oleh Ca colon sebesar 260 subjek (30.4%). Mayoritas laki laki memiliki tumor non

padat sebesar 768 subjek (54.7%) diikuti oleh tumor padat sebesar 700 subjek

(55.3%). Tumor non padat yang paling sering dijumpai pada laki laki adalah CML

sebesar 302 subjek (39.3%) sedangkan tumor padat yang paling sering dijumpai pada

laki laki adalah Ca colon sebesar 360 subjek (51.4%). Distribusi jenis kelamin dapat

dilihat pada tabel 1 dan gambar 5.1.

Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin

Variabel Jumlah (n) Persentase (%)


Total Subjek Penelitian 2958 100
Jenis Kelamin
Laki laki 1468 49.7
Tumor non-padat 768 54.7
Tumor padat 700 45.3
Perempuan 1490 50.3
Tumor non-padat 635 45.2
Tumor padat 855 54.8
Pria Wanita

45.30% 45.20%
54.70% 54.80%

Tumor non-padat Tumor padat Tumor non-padat Tumor padat

Gambar 5.1 Grafik prevalensi tumor solid dan non-solid berdasarkan jenis

kelamin.

Pada tabel 2 dapat dilihat distribusi berdasarkan jenis tumor yaitu tumor solid

dan tumor non-solid. Didapatkan mayoritas subjek memiliki tumor solid sebesar 1555

subjek (52.6%), sedangkan sebanyak 1403 subjek memiliki tumor non solid (47.4%).

Pada kelompok tumor non-solid, penyakit yang paling sering ditemukan adalah CML

sebanyak 692 subjek (49.3%), diikuti oleh myeloprolipherative disease sebesar 277

subjek (19.7%), limfoma sebesar 149 subjek (10.6%), ALL sebesar 140 subjek

(9.6%), AML sebesar 77 subjek (5.8%), anemia aplastik sebesar 38 subjek (2.7%),

CLL sebesar 11 subjek (0.8%), myelopastic disease sebesar 8 subjek (0.5%), red

blood cell aplasia sebesar 8 subjek (0.5%), dan multiple myeloma sebesar 3 subjek

(0.2%). Sedangkan untuk kelompok tumor solid, penyakit yang paling sering

ditemukan adalah Ca Colon sebesar 692 subjek (49.3%), diikuti oleh Ca Mamae
sebesar 326 subjek (20.9%), Ca Rectum sebesar 234 subjek (15.1%), Gastrointestinal

stromal tumor sebesar 143 subjek (9.2%), Ca prostat sebesar 58 subjek (3.7%), Ca

ovarium sebesar 44 subjek (2.8%), Ca paru sebesar 38 subjek (2.4%), Ca nasofaring

sebesar 22 subjek (1.4%), tumor abdomen sebesar 19 subjek (1.2%), Ca endometrium

sebesar 13 subjek (0.8%), osteosarcoma sebesar 10 subjek (0.6%), timoma sebesar 7

subjek (0.4%), Ca gaster sebesar 6 subjek (0.4%), Ca renal sebesar 5 subjek (0.3%),

dan Ca testis, Ca hepar serta glioblastoma sebesar 2 subjek (0.1%), masing masing.

Tabel 2. Distribusi tumor non-solid dan tumor solid

Variabel Jumlah (n) Persentase (%)


Tumor
Tumor non padat 1403 47.4
Tumor padat 1555 52.6
Tumor non padat
CML 692 49.3
Myeloprolipherative 277 19.7
neoplasm
Limfoma 149 10.6
ALL 140 9.9
AML 77 5.8
Anemia Aplastik 38 2.7
CLL 11 0.8
Myelodisplastic disease 8 0.5
Red blood cell aplasia 8 0.5
Multiple myeloma 3 0.2
Tumor padat
Ca Colon 620 39.9
Ca mamae 326 20.9
Ca rectum 234 15.1
Gastrointestinal stromal 143 9.2
tumor
Ca prostat 58 3.7
Ca ovarium 44 2.8
Ca paru 38 2.4
Ca nasofaring 22 1.4
Tumor abdomen 19 1.2
Ca endometrium 13 0.8
Osteosarkoma 10 0.6
Timoma 7 0.4
Ca gaster 6 0.3
Ca renal 5 0.3
Ca testis 2 0.1
Ca hepar 2 0.1
Glioblastoma 2 0.1

Tumor non-padat
2.70% 0.80% 0.50% 0.50% 0.20%
5.80%

9.90%

10.60%
54.70%

45.30%
CML MPN Limfoma
ALL AML Anemia Aplastik
CLL Myelodisplastic Disease Red Blood Cell Aplasia
Multiple Myeloma

Gambar 5.2 Grafik prevalensi tumor non-padat


Tumor padat
0.80% 0.60% 0.40% 0.30% 0.10% 0.10% 0.10% 0.10%
1.40% 1.20%
2.40%
2.80%
3.70%

9.20%
39.90%

15.10%

Ca Colon Ca Mammae Ca Rectum


Gastrointestinal stromal tumor Ca Prostat Ca Ovarium
Ca Paru Ca Nasofaring
20.90% Tumor Abdomen
Ca Endometrium Osteosarkoma Timoma
Ca Gaster Ca Renal Ca Testis
Ca Hepar Glioblastoma

Gambar 5.3 Grafik prevalensi tumor padat

BAB V
PEMBAHASAN

Dari penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas subjek memiliki tumor non-

solid sebesar 1403 subjek (47.4%), sedangkan sebanyak 1555 subjek memiliki tumor

solid (52.6%). Tumor non-solid berasal dari pertumbuhan jaringan hematopoietik dan

limfoid yang tidak terkontrol. Tumor non-solid menyumbang 6,5% dari semua kanker

di seluruh dunia, termasuk sekitar 9,0% di Amerika Serikat dan Eropa. 59 Penelitian

terkini yang dilakukan oleh Won-Ju Park melaporkan bahwa semua jenis tumor non-

solid mengalami peningkatan insiden yang signifikan secara statistik selama 20

tahun. Tumor non-solid mencakup limfoma non-Hodgkin [rata-rata perubahan persen

tahunan (AAPC)=2,26%, tren-P <0,05], leukemia (AAPC=0,94%, tren-P < 0,05),

leukemia myeloid (AAPC=1,44%, P-trend <0,05), multiple myeloma (AAPC=3,05%,

P-trend <0,05), mieloproliferatif disease (AAPC=9,87%, P-trend <0,05), sindrom

myelodysplastic (AAPC=7,59%, P-tren <0,05), penyakit imunoproliferatif ganas

(AAPC=11,82%, P-tren <0,05), leukemia limfoid (AAPC=2,21%, P-tren <0,05), dan

limfoma Hodgkin (AAPC= 4,04%, P<0,05).60 Penelitian kami melaporkan bahwa

prevalensi tumor non-solid lebih rendah pada wanita dibandingkan pria. Hal ini

sesuai dengan beberapa penelitian karena paparan yang lebih rendah terhadap faktor

risiko lingkungan dan pekerjaan pada wanita dibandingkan pria.61,62 Prevalensi

merokok yang lebih tinggi dan asupan alkohol yang lebih besar pada pria

dibandingkan wanita juga dapat berkontribusi pada insiden yang lebih tinggi dari

semua tumor non-solid pada pria dibandingkan pada wanita.63 Cook et al menjelaskan
mekanisme mengenai peningkatan kerentanan pria terhadap kanker. Cook et al

menjelaskan berbagai hipotesis penjelasan yang mungkin yang mencakup perbedaan

hormonal dan genetik antara pria dan wanita. 64 Laporan penelitian menjelaskan risiko

terkena tumor kemungkinan akan meningkat enam kali lebih cepat dibandingkan

pada pria selama dua dekade berikutnya. Begitupula di AS, tingkat kanker terus

menurun pada pria tetapi tidak pada wanita. Prediksi tren masa depan pada wanita

oleh Cancer Research UK didasarkan pada pilihan gaya hidup dan faktor lain yang

dapat memengaruhi seseorang terkena tumor.65

Penelitian ini juga melaporkan bahwa mayoritas tumor non-padat yang

ditemui adalah CML diikuti oleh myeloproliferative neoplasm. Penelitian dengan

skala besar yang dilakukan oleh Hungria et al melaporkan bahwa dari 5.140 pasien

dengan tumor non-solid, 2.967 (57,7%) memiliki limfoma, 1.518 (29,5%) multiple

myeloma, dan 655 (12,7%) leukemia.59 Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Kibria

et al melaporkan bahwa Leukemia Mieloid Akut (AML) merupakan kelainan

terbanyak (27,69%) diikuti Leukemia Limfoblastik Akut (9,04%), MDS (7,91%),

CML (7,34%) dan Multiple Myeloma (1,69%). Di antara gangguan hematologi yang

bukan keganasan, anemia defisiensi gabungan (baik zat besi dan asam folat dan / atau

Vitamin B12) adalah gangguan yang paling umum (24,87%) diikuti oleh anemia

aplastik (10,74%), dan ITP (6,21%).66 Terdapat beberapa faktor yang dapat

menjelaskan perbedaan hasil penelitian kami dengan penelitian lainnya diantaranya

adalah wilayah geografis dan juga metode pengambilan sampel serta jumlah sampel
yang diikutsertakan dalam penelitian. Dalam survei epidemiologi dari Perancis utara,

Corm et al melaporkan prevalensi CML untuk tahun 1998, 2003 dan 2007, masing-

masing, 5,8, 6,8 dan 7,3 per 100.000 penduduk. Peningkatan prevalensi ini

disebabkan karena penggunaan imatinib dan inhibitor tirosin kinase lainnya sehinga

meningkatkan harapan hidup. Huang et al menjelaskan bahwa prevalensi CML di AS

akan meningkat dari sekitar 70.000 pada tahun 2010 (sesuai dengan prevalensi sekitar

1,6/100.000) dan diperkirakan akan 35 kali lipat lebih tinggi pada tahun 2050. 67,68 Di

Indonesia, belum ada data nasional yang spesifik mengenai prevalensi CML,

terutama mengenai profil klinis, meskipun kasus leukemia mencapai 1,4 per 1.000

penduduk.69

Selain CML, prevalensi paling sering yang ditemukan dalam penelitian ini

adalah myeloproliferative neoplasm. Penelitian di AS telah melaporkan prevalensi

MPN sebesar 4-6 per 100.000 yang sesuai dengan sekitar 12.000-18.000 pasien.

Sedangkan di Eropa prevalensinya berkisar dari 2,7-3,0 per 100.000.70 Neoplasma

MPN memiliki tingkat kejadian tahunan untuk polisitemia vera (PV), trombositemia

esensial (ET), dan mielofibrosis primer sebesar 0,84, 1,03, dan 0,47 per 100.000.

Prevalensinya jauh lebih tinggi, terutama untuk PV dan ET karena tingkat

kematiannya relatif lebih rendah.71

Sedangkan untuk tumor padat, penyakit yang paling sering ditemukan dalam

penelitian ini adalah Ca Colon diikuti oleh kanker payudara. Dari hasil penelitian

yang dilakukan di bagian Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
diperoleh data tentang jumlah pasien tumor solid selama periode Januari 2013-

Desember 2014. Urutan penyakit dari frekuensi tertinggi sampai terendah adalah

sebagai berikut: karsinoma mammae 181 pasien (28, 8 %), karsinoma serviks uteri

158 pasien (25,2%), karsinoma buli-buli 65 pasien (10,4%), karsinoma prostat 63

pasien (10%), karsinoma ovarium 59 pasien (9,4%), karsinoma paru 51 pasien

(8,1%), karsinoma kolorektal 38 pasien (6,1%), karsinoma laring 7 pasien (1,1%) dan

karsinoma nasofaring 6 pasien (1%).72 Penelitian lainnya yang dilakukan oleh

Oemiati et al melaporkan bahwa tumor solid yang paling umum ditemukan adalah

kanker ovarium, diikuti oleh kanker payudara dan kanker paru.73

Menurut data GLOBOCAN 2018, kanker colon menempati urutan keempat

kanker dengan insiden terbanyak di dunia, sedangkan kanker rektum menempati

urutan kedelapan terbanyak insidennya. Kanker kolon adalah bentuk kanker ketiga

yang paling sering didiagnosis secara global, terdiri dari 11% dari semua diagnosis

kanker. Untuk kanker colon, Eropa Selatan, Australia/Selandia Baru, dan Eropa Utara

adalah wilayah dengan insiden tertinggi. Untuk kanker rektum, wilayah ini adalah

Eropa Timur, Australia/Selandia Baru, dan Asia Timur. Amerika Utara juga termasuk

di antara tingkat insiden tertinggi untuk kanker colon. Negara dengan insiden

tertinggi kanker kolon per 100,00 penduduk adalah Hongaria (70,6) di antara laki-laki

dan Norwegia (29,3) di antara perempuan. Di Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi,

Oman, Yaman, UEA, Bahrain, Qatar, Kuwait, dan Slovakia, kanker colon adalah

kanker yang paling banyak didiagnosis di antara pria. Sementara itu, semua wilayah
Afrika, serta Asia Selatan, memiliki tingkat insiden terendah untuk kedua jenis

kanker di antara kedua jenis kelamin.74 Kanker colon merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang muncul di Indonesia dan saat ini menempati urutan ketiga kanker

tertinggi. Angka kejadian kanker kolong standar usia per 100.000 penduduk di

Indonesia adalah 19,1 untuk pria dan 15,6 untuk wanita. Angka ini jauh lebih rendah

dibandingkan angka kejadian di Australia, Selandia Baru dan Eropa Barat, tetapi

jumlah kasusnya tinggi karena Indonesia menempati urutan keempat negara

berpenduduk terpadat di dunia dengan lebih dari 235 juta penduduk. Studi

epidemiologi lainnya menunjukkan bahwa pasien dengan kanker Colon di Indonesia

berusia lebih muda dibandingkan pasien di negara maju. Lebih dari 30% kasus

berusia 40 tahun atau lebih muda, sedangkan pasien yang lebih muda dari 50 tahun di

negara maju hanya menyumbang 2-8%.75,76

Menurut penelitian yang dilakukan secara global, kanker paru-paru adalah

kanker kedua yang paling sering didiagnosis dan penyebab utama kematian akibat

kanker pada tahun 2020, mewakili sekitar satu dari 10 (11,4%) kanker yang

didiagnosis dan satu dari 5 (18,0%) kematian. Kanker paru merupakan penyebab

utama morbiditas dan mortalitas kanker pada pria, sedangkan pada wanita menempati

urutan ketiga, setelah kanker payudara dan kolorektal. Insiden dan tingkat kematian 2

kali lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. 77,78 Hal ini disebabkan adanya

peningkatan akses ke tembakau dan industrialisasi di negara berkembang sehingga

kejadian kanker paru-paru meningkat.79


Kanker payudara kini telah melampaui kanker paru-paru sebagai penyebab

utama insiden kanker global pada tahun 2020, dengan perkiraan 2,3 juta kasus baru,

mewakili 11,7% dari semua kasus kanker. Kanker payudara adalah penyebab utama

kelima kematian akibat kanker di seluruh dunia, dengan 685.000 kematian. Di antara

wanita, kanker payudara menyumbang 1 dari 4 kasus kanker dan 1 dari 6 kematian

akibat kanker. Prevalensi kanker payudara meningkat pesat di negara negara

berkembang seperti di Amerika Selatan, Afrika, dan Asia serta di negara-negara Asia

berpenghasilan tinggi (Jepang dan Republik Korea). Perubahan dramatis dalam gaya

hidup, sosiokultural, dan lingkungan yang disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi

dan peningkatan proporsi wanita dalam angkatan kerja industri berdampak pada

prevalensi faktor risiko kanker payudara. Selain itu penundaan melahirkan anak dan

memiliki lebih sedikit anak dan tingkat kelebihan berat badan telah meningkatkan

faktor risiko.77
BAB VI

KESIMPULAN

Pertumbuhan penduduk dan perubahan struktur umur suatu penduduk dapat

memberikan dampak yang signifikan terhadap prevalensi tumor. Tumor secara umum

dapat dibagi menjadi non-solid (leukemia dan limfoma) dan tumor "solid" (massa sel

padat) dimana sering disebut kanker. Tumor padat kanker dapat berupa karsinoma

atau sarkoma. Kanker spesifik dapat dikategorikan lebih lanjut berdasarkan organ

tempat mereka pertama kali berkembang dan jenis sel tempat mereka muncul

misalnya, karsinoma sel skuamosa kulit dan lain sekitarnya. Penyakit kanker

merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi beban kesehatan di

seluruh dunia. Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya sel yang

abnormal yang dapat berkembang tanpa terkendali dan memiliki kemampuan untuk

menyerang dan berpindah antar sel dan jaringan tubuh. Badan kesehatan dunia/

Organisasi Kesehatan Dunia menyebutkan kanker sebagai salah satu penyebab

kematian utama di seluruh dunia. Pemahaman secara komprehensif mengenai

prevalensi tumor padat dan non-padat dapat membantu dalam menentukan strategi

yang perlu diambil guna menurunkan angka morbiditas dan mortalitas terkait.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cancer Council. Cancer : An Overview. 2019;

2. Hausman DM. What is cancer? Perspect Biol Med. 2019 Sep 1;62(4):778–84.

3. Hanahan D, Weinberg RA. Hallmarks of cancer: The next generation. Cell.

2011 Mar 4;144(5):646–74.

4. Sarkar S, Horn G, Moulton K, Oza A, Byler S, Kokolus S, et al. Cancer

Development, Progression, and Therapy: An Epigenetic Overview. Int J Mol

Sci [Internet]. 2013 Oct 21 [cited 2022 May 11];14(10):21087. Available from:

/pmc/articles/PMC3821660/

5. Maddams J, Utley M, Møller H. Projections of cancer prevalence in the United

Kingdom, 2010–2040. Br J Cancer 2012 1077 [Internet]. 2012 Aug 14 [cited

2022 May 11];107(7):1195–202. Available from:

https://www.nature.com/articles/bjc2012366

6. Gigli A, Francisci S, Guzzinati S, Hall A, Hachey M, Scoppa S, et al. Cancer

prevalence by phase of care: an indicator for assessing health service needs.

Tumori [Internet]. 2021 Aug 1 [cited 2022 May 11];107(4):311. Available

from: /pmc/articles/PMC8326901/

7. Gale RP. Overview of Cancer - Cancer - MSD Manual Consumer Version


[Internet]. MSD Manual. 2020 [cited 2022 May 11]. Available from:

https://www.msdmanuals.com/home/cancer/overview-of-cancer/overview-of-

cancer

8. National Institutes of Health. Understanding Cancer - NIH Curriculum

Supplement Series - NCBI Bookshelf [Internet]. NIH Curriculum Supplement

Series. 2007 [cited 2022 May 11]. Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK20362/

9. Jain RK, Munn LL, Fukumura D. Dissecting tumour pathophysiology using

intravital microscopy. Nat Rev Cancer 2002 24 [Internet]. 2002 [cited 2022

May 11];2(4):266–76. Available from: https://www.nature.com/articles/nrc778

10. GM C. The Development and Causes of Cancer - The Cell - NCBI Bookshelf

[Internet]. National Library of Medicine. 2020 [cited 2022 May 11]. Available

from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK9963/

11. Nia HT, Munn LL, Jain RK. Physical traits of cancer. Science [Internet]. 2020

Oct 30 [cited 2022 May 11];370(6516). Available from:

/pmc/articles/PMC8274378/

12. Horsman MR, Vaupel P. Pathophysiological Basis for the Formation of the

Tumor Microenvironment. Front Oncol [Internet]. 2016 [cited 2022 May

11];6(APR):66. Available from: /pmc/articles/PMC4828447/


13. Waldum HL, Sandvik AK, Brenna E, Fossmark R, Qvigstad G, Soga J.

Classification of tumours. J Exp Clin Cancer Res [Internet]. 2008 [cited 2022

May 11];27(1):70. Available from: /pmc/articles/PMC2596779/

14. Bray F, Ferlay J, Soerjomataram I, Siegel RL, Torre LA, Jemal A. Global

cancer statistics 2018: GLOBOCAN estimates of incidence and mortality

worldwide for 36 cancers in 185 countries. CA Cancer J Clin [Internet]. 2018

Nov 1 [cited 2022 May 11];68(6):394–424. Available from:

https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.3322/caac.21492

15. Idris, Haerawati. Analysis of diabetes mellitus determinants in indonesia: a

study from the indonesian basic health research 2013 - Sriwijaya University

Repository [Internet]. Sriwijaya University Institutional. 2017 [cited 2022 May

11]. Available from: https://repository.unsri.ac.id/7686/

16. Tempo. 2016, BPJS Tanggung Perawatan 1,3 Juta Kasus Kanker   - Nasional

Tempo.co [Internet]. [cited 2022 May 11]. Available from:

https://nasional.tempo.co/read/841873/2016-bpjs-tanggung-perawatan-13-juta-

kasus-kanker

17. Eurostat-OECD Methodological Manual on Purchasing Power Parities (2012

Edition). Eurostat-OECD Methodol Man Purch Power Parit (2012 Ed. 2012

Nov 30;

18. Gondhowiardjo S, Christina N, Ganapati NPD, Hawariy S, Radityamurti F,


Jayalie VF, et al. Five-Year Cancer Epidemiology at the National Referral

Hospital: Hospital-Based Cancer Registry Data in Indonesia. JCO Glob Oncol.

2021 Feb 4;(7):190–203.

19. N GY, S SA, K BA, R S V, K BK, A KG, et al. Solid Tumors: Facts,

Challenges and Solutions. Int J Pharma Sci Res (IJPSR. 2011;2(1):1–12.

20. Jain S, Article R, Jain A, Jain A, Gulbake A, Hurkat P, et al. Solid tumors: A

review. Artic Int J Pharm Pharm Sci [Internet]. 2011 [cited 2022 May 11];

Available from: https://www.researchgate.net/publication/234007223

21. Knowlton CA, Mackay MK, Speer TW, Vera RB, Arthur DW, Wazer DE, et

al. Colon Cancer. Encycl Radiat Oncol [Internet]. 2022 Jan 24 [cited 2022

May 11];77–77. Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470380/

22. Winarto EP, Ivone J, Saanin NJ. Prevalensi Kanker Kolorektal di Rumah Sakit

Immanuel Bandung Periode Januari 2005 ─ Desember 2007.

23. Leslie S. Prostate Cancer - StatPearls - NCBI Bookshelf [Internet]. StatPearls.

2022 [cited 2022 May 11]. Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470550/

24. Safriadi F, Rahman Novesar A. Five-Year Profiles of Prostate Cancer Patients

in A Tertiary Hospital in Indonesia. 2021 [cited 2022 May 11];53(2).


Available from: https://doi.org/10.15395/mkb.v53n2.2212

25. Simon A, Robb K. Breast Cancer. Cambridge Handb Psychol Heal Med

Second Ed [Internet]. 2021 Aug 7 [cited 2022 May 11];577–80. Available

from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482286/

26. Widiana IK, Irawan H. Clinical and Subtypes of Breast Cancer in Indonesia.

Asian Pacific J Cancer Care [Internet]. 2020 Dec 26 [cited 2022 May

11];5(4):281–5. Available from:

http://waocp.com/journal/index.php/apjcc/article/view/550

27. Siddiqui F. Lung Cancer - StatPearls - NCBI Bookshelf [Internet]. StatPearls.

2021 [cited 2022 May 11]. Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482357/

28. Suraya A, Nowak D, Sulistomo AW, Icksan AG, Berger U, Syahruddin E, et

al. Excess risk of lung cancer among agriculture and construction workers in

Indonesia. Ann Glob Heal [Internet]. 2021 Jan 6 [cited 2022 May 11];87(1):1–

14. Available from:

http://www.annalsofglobalhealth.org/articles/10.5334/aogh.3155/

29. Gruber P, Shah M, Zito PM. Skin Cancer. StatPearls [Internet]. 2021 Nov 15

[cited 2022 May 11]; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441949/
30. Recio-Boiles A, Waheed A, Babiker HM. Liver Cancer. StatPearls [Internet].

2021 Jul 17 [cited 2022 May 11]; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448337/

31. Jasirwan COM, Hasan I, Sulaiman AS, Lesmana CRA, Kurniawan J, Kalista

KF, et al. Risk factors of mortality in the patients with hepatocellular

carcinoma: A multicenter study in Indonesia. Curr Probl Cancer [Internet].

2020 Feb 1 [cited 2022 May 11];44(1). Available from:

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31130257/

32. Pullan J. Primary Bone Cancer - StatPearls - NCBI Bookshelf [Internet].

StatPearls. 2022 [cited 2022 May 11]. Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560830/

33. Fauzi Kamal A, Dahlia D. THE EFFECTIVENESS OF PSYCHORELIGIOUS

INTERVENTION: MUROTTAL AL-QURAN ON PAIN AND STRESS

LEVEL OF BONE CANCER PATIENT. Indones J Glob Heal Res [Internet].

2020 [cited 2022 May 11];2(4). Available from:

https://doi.org/10.37287/ijghr.v2i4.260

34. Siegel RL, Miller KD, Jemal A. Cancer statistics, 2020. CA Cancer J Clin

[Internet]. 2020 Jan [cited 2022 May 11];70(1):7–30. Available from:

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31912902/

35. Ranganath R, Chu Q. Global trends in pancreas cancer among Asia-Pacific


population. J Gastrointest Oncol [Internet]. 2021 Jul 1 [cited 2022 May

11];12(Suppl 2):S374. Available from: /pmc/articles/PMC8343088/

36. Puckett Y, Garfield K. Pancreatic Cancer. StatPearls [Internet]. 2022 Jan 21

[cited 2022 May 11]; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK518996/

37. Ardhini R, Tugasworo D. Epidemiology of primary brain tumors in dr. Kariadi

Hospital Semarang in 2015-2018. [cited 2022 May 11]; Available from:

https://doi.org/10.1051/e3sconf/201

38. Bondy ML, Scheurer ME, Malmer B, Barnholtz-Sloan JS, Davis FG, Il’yasova

D, et al. Brain Tumor Epidemiology: Consensus from the Brain Tumor

Epidemiology Consortium (BTEC). Cancer [Internet]. 2008 Oct 1 [cited 2022

May 11];113(7 Suppl):1953. Available from: /pmc/articles/PMC2861559/

39. Fowler JR, Maani E V., Jack BW. Cervical Cancer. Encycl Behav Med

[Internet]. 2021 Jul 7 [cited 2022 May 11];350–1. Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431093/

40. Wahidin M, Febrianti R, Susanty F. Burden of Cervical Cancer in Indonesia:

Findings From the Global Burden of Disease Study 1990–2017. Adv Heal Sci

Res [Internet]. 2020 Feb 22 [cited 2022 May 11];213–7. Available from:

https://www.atlantis-press.com/proceedings/ishr-19/125935010
41. Sabry AO, Patel BC. Papilloma. Clin Cases Eye Care [Internet]. 2021 Nov 2

[cited 2022 May 11];231–3. Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560737/

42. Rivera GA, Morell F. Laryngeal Papillomas. StatPearls [Internet]. 2021 Aug

11 [cited 2022 May 11]; Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562327/

43. Olson E, Wintheiser G, Wolfe KM, Droessler J, Silberstein PT. Epidemiology

of Thyroid Cancer: A Review of the National Cancer Database, 2000-2013.

Cureus [Internet]. 2019 Feb 24 [cited 2021 Oct 10];11(2). Available from:

/pmc/articles/PMC6483114/

44. Lortet-Tieulent J, Ferlay J, Bray F, Jemal A. International patterns and trends

in endometrial cancer incidence, 1978-2013. J Natl Cancer Inst. 2018 Apr

1;110(4):354–61.

45. Kirkali Z, Chan T, Manoharan M, Algaba F, Busch C, Cheng L, et al. Bladder

cancer: epidemiology, staging and grading, and diagnosis. Urology [Internet].

2005 Dec [cited 2022 May 11];66(6 Suppl 1):4–34. Available from:

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16399414/

46. K S, A B, JS A, P R, SA P, A B. Epidemiology of Bladder Cancer. Med Sci

(Basel, Switzerland) [Internet]. 2020 [cited 2022 May 11];8(1):11–25.

Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32183076/


47. Forte D, Barone M, Palandri F, Catani L. The “Vesicular Intelligence”

Strategy of Blood Cancers. Genes (Basel) [Internet]. 2021 Mar 1 [cited 2022

May 11];12(3). Available from: /pmc/articles/PMC7999060/

48. Chan G, Neel BG. Blood Cancer: Bad Neighbours Cause Bad Blood. Nature

[Internet]. 2016 Nov 10 [cited 2022 May 11];539(7628):173. Available

from: /pmc/articles/PMC5571895/

49. Habib AR, Cronin AM, Earle CC, Tulsky JA, Mack JW, Abel GA, et al. How

Do Blood Cancer Doctors Discuss Prognosis? Findings from a National

Survey of Hematologic Oncologists. J Palliat Med [Internet]. 2019 Jun 1 [cited

2022 May 11];22(6):677–84. Available from:

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30907686/

50. Siegel RL, Miller KD, Fuchs HE, Jemal A. Cancer Statistics, 2021. CA Cancer

J Clin. 2021 Jan;71(1):7–33.

51. Dong Y, Shi O, Zeng Q, Lu X, Wang W, Li Y, et al. Leukemia incidence

trends at the global, regional, and national level between 1990 and 2017. Exp

Hematol Oncol [Internet]. 2020 Jun 19 [cited 2022 May 11];9(1). Available

from: /pmc/articles/PMC7304189/

52. Miranda-Filho A, Piñeros M, Ferlay J, Soerjomataram I, Monnereau A, Bray

F. Epidemiological patterns of leukaemia in 184 countries: a population-based

study. Lancet Haematol. 2018 Jan 1;5(1):e14–24.


53. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Penyakit Kanker

di Indonesia. Infodatin. 2018;

54. Jamil A, Mukkamalla SKR. Lymphoma [Internet]. StatPearls. StatPearls

Publishing; 2021 [cited 2021 Jun 1]. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/32809661

55. Smith A, Crouch S, Lax S, Li J, Painter D, Howell D, et al. Lymphoma

incidence, survival and prevalence 2004–2014: sub-type analyses from the

UK’s Haematological Malignancy Research Network. Br J Cancer 2015 1129

[Internet]. 2015 Mar 24 [cited 2022 May 11];112(9):1575–84. Available from:

https://www.nature.com/articles/bjc201594

56. Thandra KC, Barsouk A, Saginala K, Padala SA, Barsouk A, Rawla P.

Epidemiology of Non-Hodgkin’s Lymphoma. Med Sci [Internet]. 2021 [cited

2022 May 11];9(1):267–75. Available from: /pmc/articles/PMC7930980/

57. LaCasce A. Hodgkin lymphoma: Epidemiology and risk factors - UpToDate

[Internet]. UpToDate. 2022 [cited 2022 May 11]. Available from:

https://www.uptodate.com/contents/hodgkin-lymphoma-epidemiology-and-

risk-factors#H2

58. Shah D. What is the prevalence of multiple myeloma (MM)? [Internet].

Medscape. 2021 [cited 2022 May 11]. Available from:

https://www.medscape.com/answers/204369-92460/what-is-the-prevalence-of-
multiple-myeloma-mm

59. De Moraes Hungria VT, Chiattone C, Pavlovsky M, Abenoza LM, Agreda GP,

Armenta J, et al. Epidemiology of hematologic malignancies in real-world

settings: Findings from the hemato-oncology Latin america observational

registry study. J Glob Oncol. 2019 Nov 27;2019(5):1–19.

60. Park WJ, Park JH, Cho S, Shin MG. Twenty-year incidence trend of

hematologic malignancies in the Republic of Korea: 1999?2018. Blood Res

[Internet]. 2021 Dec 31 [cited 2022 May 19];56(4):301–14. Available from:

https://www.bloodresearch.or.kr/journal/view.html?doi=10.5045/br.2021.2021

187

61. Merhi M, Raynal H, Cahuzac E, Vinson F, Cravedi JP, Gamet-Payrastre L.

Occupational exposure to pesticides and risk of hematopoietic cancers: meta-

analysis of case-control studies. Cancer Causes Control [Internet]. 2007 Dec

[cited 2022 May 19];18(10):1209–26. Available from:

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17874193/

62. Bassil KL, Vakil C, Sanborn M, Cole DC, Kaur JS, Kerr KJ. Cancer health

effects of pesticides: Systematic review. Can Fam Physician [Internet]. 2007

Oct [cited 2022 May 19];53(10):1704. Available from:

/pmc/articles/PMC2231435/

63. Lee DJ, Voti L, MacKinnon J, Koniaris LG, Fleming LE, Huang Y, et al.
Gender- and race-specific comparison of tobacco-associated cancer incidence

trends in Florida with SEER regional cancer incidence data. Cancer Causes

Control [Internet]. 2008 Sep [cited 2022 May 19];19(7):711–23. Available

from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18322816/

64. Cook MB, Dawsey SM, Freedman ND, Inskip PD, Wichner SM, Quraishi SM,

et al. Sex disparities in cancer incidence by period and age. Cancer Epidemiol

Biomarkers Prev [Internet]. 2009 Apr [cited 2022 May 19];18(4):1174–82.

Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19293308/

65. Markman M. Women and cancer | CTCA [Internet]. Cancer Center. 2022

[cited 2022 May 19]. Available from: https://www.cancercenter.com/women-

and-cancer

66. Kibria S, Islam M, Chowdhury A, Ali M, Haque M, Mustanzid S, et al.

Prevalence Of Hematological Disorder: A Bone Marrow Study Of 177 Cases

In A Private Hospital At Faridpur. Faridpur Med Coll J [Internet]. 2010 Jan 1

[cited 2022 May 19];5(1):11–3. Available from:

https://www.banglajol.info/index.php/FMCJ/article/view/6806

67. Höglund M, Sandin F, Simonsson B. Epidemiology of chronic myeloid

leukaemia: an update. Ann Hematol. 2015 Apr 1;94(2):241–7.

68. Jabbour E, Kantarjian H. Chronic myeloid leukemia: 2020 update on

diagnosis, therapy and monitoring. Am J Hematol. 2020 Jun 1;95(6):691–709.


69. Wiyono MR, Ugroseno S, Bintoro Y, Hernaningsih Y. CHARACTERISTIC

OF CHRONIC MYELOGENOUS LEUKEMIA PATIENTS AT THE

POLYCLINIC OF ONCOLOGY, DR. SOETOMO GENERAL ACADEMIC

HOSPITAL, SURABAYA, INDONESIA IN 2017. Maj Biomorfologi

[Internet]. 2020 Jun 12 [cited 2022 May 19];30(1):27–33. Available from:

https://e-journal.unair.ac.id/MBIO/article/view/19861

70. Shallis RM, Wang R, Davidoff A, Ma X, Zeidan AM. Epidemiology of acute

myeloid leukemia: Recent progress and enduring challenges. Vol. 36, Blood

Reviews. Churchill Livingstone; 2019. p. 70–87.

71. McMullin MF, Anderson LA. Aetiology of myeloproliferative neoplasms. Vol.

12, Cancers. MDPI AG; 2020. p. 1–11.

72. Kandow KM, Rotty LWA, Haroen H. Profil Tumor Solid pada Pasien Rawat

Inap di Bagian KSM Ilmu Penyakit Dalam RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado Periode Januari 2013-Desember 2014.

73. Oemiati R, Rahajeng E, Yudi Kristanto A, Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Ib. PREVALENSI TUMOR DAN BEBERAPA FAKTOR YANG

MEMPENGARUHINYA DI INDONESIA TUMOR’S PREVALENCE AND

INFLUENCE’S FACTORS IN INDONESIA.

74. Rawla P, Sunkara T, Barsouk A. Epidemiology of colorectal cancer: Incidence,

mortality, survival, and risk factors. Vol. 14, Przeglad Gastroenterologiczny.


Termedia Publishing House Ltd.; 2019. p. 89–103.

75. Khairina D, Suzanna E, Triana D, Kadir A, Widyastuti TH, Sulistyowati LS, et

al. Profile of Colorectal Cancer in 14 Provinces in Indonesia. J Glob Oncol.

2018 Oct 1;4(Supplement 2):66s-66s.

76. Abdullah M, Sudoyo AW, Utomo AR, Fauzi A, Rani AA. Molecular profile of

colorectal cancer in Indonesia: Is there another pathway? Vol. 5,

Gastroenterology and Hepatology from Bed to Bench. Shahid Beheshti

University of Medical Sciences; 2012. p. 71–8.

77. Sung H, Ferlay J, Siegel RL, Laversanne M, Soerjomataram I, Jemal A, et al.

Global Cancer Statistics 2020: GLOBOCAN Estimates of Incidence and

Mortality Worldwide for 36 Cancers in 185 Countries. CA Cancer J Clin

[Internet]. 2021 May 1 [cited 2021 Nov 3];71(3):209–49. Available from:

https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.3322/caac.21660

78. WHO global report on trends in prevalence of tobacco use 2000-2025, third

edition [Internet]. [cited 2022 May 19]. Available from:

https://www.who.int/publications/i/item/who-global-report-on-trends-in-

prevalence-of-tobacco-use-2000-2025-third-edition

79. Thandra KC, Barsouk A, Saginala K, Aluru JS, Barsouk A. Epidemiology of

lung cancer. Contemp Oncol (Poznan, Poland) [Internet]. 2021 [cited 2022

May 19];25(1):45–52. Available from:


https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33911981/

Anda mungkin juga menyukai