PENDAHULUAN
1
Insiden impetigo ini terjadi hampir di seluruh dunia. Paling
sering mengenai usia 2-5 tahun, umumnya mengenai anak yang belum
sekolah, namun tidak menutup kemungkinan untuk semua umur
dimana frekuensi laki-laki dan wanita sama. Di Amerika Serikat,
merupakan 10% dari masalah kulit yang dijumpai pada klinik anak. Di
Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak
2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun. Impetigo krustosa
meliputi kira-kira 70% dari semua kasus impetigo. Kebanyakan kasus
ditemukan di daerah tropis atau beiklim panas serta pada negara-
negara yang berkembang dengan tingkat ekonomi masyarakatnya
masih tergolong lemah atau miskin.
2
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
2.2. Epidemiologi
3
impetigo ini terjadi hampir di seluruh dunia, paling sering mengenai
usia 2-5 tahun, umumnya mengenai anak yang belum sekolah, namum
tidak menutup kemungkinan untuk semua umur dimana frekuensi
laki-laki dan wanita sama. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat
pada sekolah atau tempat penitipan anak dan juga pada tempat dengan
higiene yang buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk.
2.3. Etiologi
4
2.4. Faktor Predisposisi
5
ektima. Pengobatan yang dipakai jika krusta sedikit, lepaskan
krusta dan diberi antibiotik. Jika krusta banyak, berikan
pengobatan antibiotik sistemik.
6
Pada anamnesis hendaknya ditanyakan, apakah sebelumnya
terdapat lepuh. Juka ada, diagnosisnya adalah impetigo bullosa.
Pengobatannya jika hanya terdapat beberapa vesikel bula
ditangani dengan cara memecahkan bula, lalu berikan salep
antibiotik atau cairan antiseptik.
7
Gambar 2.3. Impetigo Bullosa
8
dapat menyebabkan impetigo menyebar ke area lainnya. Toksin
ini menyerang protein yang membantu mengikat sel-sel kulit.
Ketika protein ini rusak, bakteri akan sangat cepat menyebar.
Enzim yang dikeluarkan oleh staphylococcus akan merusak
struktur kulit dan adanya rasa gatal dapat menyebabkan
terbentuknya lesi pada kulit.
9
2.7. Gejala Klinis
a. Impetigo Bullosa
Vesikel (gelembung berisi cairan dengan diameter <0,5cm) yang
timbul sampai bula (gelembung berisi cairan >0,5cm) kurang dan
1 cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau
kemerahan. Pada awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang
berubah menjadi warna keruh.
Atap dan bula pecah dan meninggalkan gambaran collarete pada
pinggirnya. Krusta varnishlike terbentuk pada bagian tengah yang
jika disingkirkan memperlihatkan dasar yang merah dan basah.
Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh
Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya, maka kelainan itu
dapat menyertai dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan
lain-lain.
Lesi dapat lokal atau tersebar, seringkali di wajah atau tempat lain
seperti tempat yang lembab, lipatan kulit, ketiak atau lipatan leher.
Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening di dekat lesi
10
Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam,
lemah, diare.
b. Impetigo krustosa
Awalnya berupa warna kemerahan pada kulit (makula) atau
papul(penonjolan padat dengan diameter <0,5cm) yang berukuran
2-5 mm.
Lesi papul segera menjadi vesikel atau pustul (papula yang
berwarna keruh/mengandung nanah/pus) yang mudah pecah dan
menjadi papul dengan keropeng/koreng berwarna kuning madu
dan lengket yang berukuran <2cm dengan kemerahan minimal
atau tidak ada kemerahan disekelilingnya.
Lesi muncul pada kulit normal atau kulit yang kena trauma
sebelumnya atau mengikuti kelainan kulit sebelumnya (skabies,
varisela, dermatitis atopi) dan dapat menyebar dengan cepat.
Lesi berada disekitar hidung, mulut dan daerah tubuh yang sering
trbuka (tangan dan kaki).
Kelenjar getah bening dapat membesar dan dapat nyeri.
Lesi juga menyebar kedaerah sekitar dengan sendirinya.
Jika dibiarkan tidak diobati maka lesi dapat menyebar terus karena
tindakan sendiri (digaruk lalu tangan memegang tempat lain
sehingga mengenai tempat lain).
Lalu dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu
tanpa jaringan parut.
Walaupun jarang, bengkak pada kaki dan tekanan darah tinggi
dapat ditemukan pada orang dengan impetigo krustosa sebagai
11
tanda glomerulonefritis (rang pada ginjal) akibat reaksi tubuh
terhadap infeksi oleh kuman stretococcus penyebab impetigo.
12
sembuh dengan jaringan parut bila infeksi sampai jaringan kulit
dalam (dermis)
a. Pemeriksaan laboratorium
Pewarnaan gram
Pada pemeriksaan ini akan mengungkapkan adanya neutropil
dengan kuman coccus gram positif berbentuk rantai atau
kelompok.
Kultur cairan
Pada pemeriksaan ini umumnya akan mengungkapkan adanya
streptococcus aureus atau kombinasi antara streptococcus
pyogenes dengan streptococcus beta hemolyticus grup A
b. Pemeriksaan lain:
Titer anti-streptolysin-O (ASO), mungkin akan menunjukkan hasil
positif lemah untuk streptococcus, tetapi pemeriksaan ini jarang
dilakukan. Streptozyme, menunjukkan hasil positif untuk
streptococcus, tetapi pemeriksaan ini jarang dilakukan
Pemeriksaan kultur dan sensitifitas bakteri
13
2.10. Terapi
Penatalaksanaan farmakologis
Syarat pengobaatan yang baik adalah pengobatan harus efektif,
tidak mahal dan memiliki sedikit efek samping. Antibiotik topikal
(lokal) menguntungkan karena hanya diberikan pada kulit yang
terinfeksi sehingga meminimalkan efek samping. Kadangkala
antibiotik topikal dapat menyebabkan reaksi sensitifitas pada kulit
orang-orang tertentu. Pada lesi yang terlokalisir maka pemberian
antibiotik topikal diutamakan, karena antibiotik topikal sama
efektifnya dengan antibiotik oral. Pilihan antibiotik topikal adalah
mupirocin 2% atau asam fusidat. Antibiotik oral disimpan untuk
kasus dimana pasien sensitif terhadap antibiotik topikal, lesi lebih
luas atau dengan penyakit penyerta yang berat. Penggunaan
disinfektan topikal tidak direkomendasikan dalam pengobatan
impetigo. Obat topikal yang diberikan mupirocin 2% diberikan di
kulit yang terinfeksi 3x sehari selama 3-5 hari. Antibiotik oral
yang dapat di berikan adalah amoxicillin dengan asam kiavulanat;
cefuroxime; cephalexin; dieloxacillin; atau enitromiein selama 10
hari.
2.11. Komplikasi
Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit dalam 2 minggu
walaupun tidak diobati. Komplikasi berupa radang ginjal pasca infeksi
streptococcus terjadi pada 1-5% pasien terutama usia 2-6 tahun dan
14
hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan antibiotik. Gejala berupa
tekanan darah tinggi, terdapat urin seperti warna teh. Keadaan ini
umumnya sembuh secara spontan walaupun gejala-gejala tadi muncul.
2.12. Pencegahan
kebersihan sederhana dan perhatian dapat mencegah impetigo.
Penderita impetigo harus diisolasi dan dicegah agar tidak terjadi
kontak dengan orang lain minimal dalam 24 jam setelah pemberian
antibiotik.
Adapun pencegahan yang harus dilakukan yaitu:
1. Cuci tangan segera dengan menggunakan air mengalir bila habis
kontak dengan pasien, terutama apabila terkena luka.
2. Jangan menggunakan pakaian yang sama dengan penderita.
3. Bersihkan dan lakukan desinfektan pada mainan yang mungkin
bisa menularkan pada orang lain, setelah digunakan pasien.
4. Mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat
digunakan, namun dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang
yang sensitif).
5. Higiene yang baik, mencakup cuci tangan yang teratur, menjaga
kuku jari tetap pendek dan bersih.
6. Jauhkan diri dari orang dengan impetigo.
7. Cuci pakain, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo, cuci
dengan air panas dan keringkan dibawah sinar matahari atau
pengering yang panas.
8. Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di
tempat yang terinfeksi dan cuci tangan setelah itu.
15
2.13. Prognosis
Secara umum prognosis dari penyakit ini adalah baik jika
dilakukak pengobatan yang teratur, meskipun dapat pula komplikasi
sistemik seperti glomerulonefriris dan lain-lain. Lesi mengalami
perbaikan setelah 7-10 hari pengobatan.
16
BAB III
KESIMPULAN
17
paling baik diberikan pada impetigo adalah mupirocin 2% dan asam
fusidat 2% selam 3-5 hari. Antibiotik sistemik yang dapat diberikan
adalah amoxicillin 3 x 250-500mg sehari selama 10 hari.
18