BAB I
PENDAHULUAN
Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat
terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan
(stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian. Stroke Iskemik merupakan suatu penyakit yang
diawali dengan terjadinya serangkaian perubahan dalam otak yang terserang yang apabila tidak
ditangani dengan segera berakhir dengan kematian otak tersebut. Sedangkan stroke hemoragik
merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya
aliran darah ke otak yang disebabkan oleh perdarahan suatu arteri serebralis. Darah yang keluar
dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam jaringan otak sehingga terjadi hematom.
Stroke memerlukan penanganan yang serius karena stroke dapat mengakibatkan penderitanya
kehilangan fungsi tubuh seperti kemampuan untuk berkomunikasi dan berfikir. Menurut Junaidi
(2011) tanda dan gejala pasien stroke mengalami gangguan bicara yaitu bicaranya pelo, relo,
atau cadel; tidak mampu bicara atau memahami bahas lisan (afasia, disfasia); tidak mampu
mengeluarkan suara walaupun ia mengerti bahasa lisan (disartria); kesulitan memilih kata-kata
yang tepat untuk diucapkan atau ditulis; kesulitan memahami tulisan, mengeluarkan kata-kata
tanpa makna/tidak dapat dimengerti.
Stroke menduduki urutan ketiga terbesar penyebab kematian setelah penyakit jantung dan
kanker,dengan laju mortalitas 18 % sampai 37 % untuk stroke pertama dan 62 % untuk sroke
berulang. Diperkirakan 25 % orang yang sembuh dari stroke yang pertama akan mendapatkan
stroke berulang dalam kurun waktu 5 tahun . Hasil penelitian epidemiologis menunujukan bahwa
terjadinya resiko kematian pada 5 tahun pasca stroke adalah 45% -61 % dan terjadinya stroke
berulang 25 % - 37 %.
Stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia dan keempat di dunia,
setelah India, Cina, dan Amerika. Berdasarkan data terbaru dan hasil Riset Kesehatan Dasar
2013 (Riskesdas 2013), stroke merupakan penyebab kematian utama di Indonesia. Prevalensi
LAPORAN KASUS STROKE ISKEMIK 2
Stroke berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9%), DI
Yogyakarta (16,9%), Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil. Terjadi
peningkatan prevalensi stroke berdasarkan wawancara (berdasarkan jawaban responden yang
pernah didiagnosis dan gejala) juga meningkat dari 8,3 per1000 (2007) menjadi 12,1 per1000
(2013) (Riskesdas 2013).
LAPORAN KASUS STROKE ISKEMIK 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Otak terdiri dari serebrum, serebellum dan batang otak yang dibentuk oleh mesensefalon,
pons dan medulla oblongata. Bila kalvaria dan duramater disigkirkan, dibawah lapisan arachnoid
mater dan pia mater kranialis terlihat gyrus, sulkus dan fisura korteks serebri. Sulkus dan fissure
korteks serebri membagi hemisfer serebri menjadi lebih kecil yang disebut lobus.
3. Batang otak
LAPORAN KASUS STROKE ISKEMIK 5
Batang otak berada didalam tulang tengkorak atau rongga lepala bagian dasar dan
memanjang sampai medulla spinalis. Batang otak bertugas untuk mengontrol
tekanan darah, denyut jantung, pernafasan, kesadaran, serta pola makan dan tidur.
Bila terdapat massa pada batang otak maka gejala yang sering timbul berupa
muntah, kelemahan otot wajah baik satu maupun dua sisi, kesulitan menelan,
diplopia dan sakit kepala ketika bangun.
Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
a) Mesensefalon atau otak tengah (midbrain) adalah bagian teratas dari
batang otak yang menghubungkan serebrum dan serebelum. Saraf kranial
III dan IV diasosiasikan dengan otak tengah. Otak tengah berfungsi dalam
mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata,
mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
b) Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara midbrain
dan medulla oblongata. Pons terletak di fossa kranila posterior. Saraf
kranial V diasossiasikan dengan pons
c) Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari batang otak
yang akan berlanjut menjadi medulla spinalis. Medulla oblongata terletak
juga di fossa kranial posterior. CN IX, X dan XII diasosiakan dengan
medulla, sedangkan CN VI dan VIII berada pada perhubungan dari pons
dan medulla
LAPORAN KASUS STROKE ISKEMIK 6
usia > 45 tahun (15,4% dari seluruh kematian). Prevalensi stroke rata-rata adalah 0,8%,
tertinggi 1,66% di Nangroe Aceh Darussalam dan terendah 0,38% di Papua
(RISKESDAS, 2007). Di Unit Stroke RSUP Dr Sardjito, sejak berdirinya pada tahun
2004, terlihat peningkatan jumlah kasus terutama stroke iskemik akut. (Laporan
Tahunan Unit Stroke, 2009).
Usia dan jenis kelamin, genetik, ras, inaktivitas fisik, hipertensi, merokok,
diabetes melitus, penyakit jantung, aterosklerosis, dislipidemia, alkohol, narkoba,
kontrasepsi oral dan obesitas.
terbentuknya molekul gas, nitrit oksida (NO). Nitrit Oksida terdapat secara alami di
tubuh dan meningkatkan banyak fungsi fisiologik yang bergantung pada
vasodilatasi. Namun, dalam jumlah berlebihan, NO dapat menyebabkan kerusakan
dan kematian neuron. Sel-sel otak akhirnya mati akibat kerja protease yang
diaktifkan oleh kalsium, lipase dan radikal bebas yang terbentuk akibat jenjang
iskemik.
Setelah episode iskemik permulaan, faktor mekanis dan kimiawi menyebabkan
kerusakan sekunder. Faktor yang paling banyak menimbulkan kerusakan
diantaranya:
1. Rusaknya sawar darah-otak dan sawar darah-cairan serebrospinal akibat
terpajan zat-zat toksik.
2. Edema interstisium otak akibat meningkatnya permeabilitas vaskular di
arteri yang terkena sehingga cairan serta protein bertambah mudah
memasuki ruangan ekstraseluler sehingga menyebabkan edema vasogenik
(vasogenic edema). Efek edema jelas menyebabkan peninggian tekanan
intrakranial dan akan memperburuk iskemia otak. Selanjutnya terjadi efek
massa yang berbahaya dengan akibat herniasi otak.
3. Hilangnya autoregulasi otak sehingga aliran darah otak (CBF) tidak
responsif terhadap perbedaan tekanan dan kebutuhan metabolik.
Hilangnya autoregulasi adalah penyulit stroke yang sangat berbahaya dan dapat memicu
lingakaran setan berupa meningkatnya edema otak, meningkatnya tekanan intrakranial dan
semakin luasnya kerusakan neuron. Dengan hilangnya autoregulasi, arteriol-arteriol tidak lagi
mampu merespons terhadap perubahan tekanan darah dan oksigen atau karbondioksida. Daerah
otak yang mengalami infark tidak berfungsi lagi dan karena itu muncullah manifestasi defisit
neurologik yang biasanya berupa hemiparalisis, hemiparestesia, serta defisit fungsi luhur seperti
afasia
terjadi pada sepertiga jumlah penderita, duapertiga lainnya muncul sebagai transient
ischemic attacks (TIA) yang kemudian berkembang menjadi defisit neurologik
menetap. Gejala umum berupa baal atau lemas mendadak di wajah, lengan, atau
tungkai, terutama di salah satu sisi tubuh; gangguan penglihatan seperti penglihatan
ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata; hilangnya keseimbangan
atau koordinasi; dan nyeri kepala mendadak tanpa sebab yang jelas. Defisit
neurologik yang terjadi tergantung dengan area jaringan otak yang mengalami
iskemik.
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang timbul sesuai dengan
pembuluh darah yang terlibat:
a. Arteri serebri media
- Hemiparesis atau monoparesis kontralateral
- Afasia global
- Disleksia, disgrafia, diskalkulia
b. Arteri serebri anterior
- Kelemahan kontralateral, terutama pada daerah tungkai
- Gangguan sensorik kontralateral
c. Arteri serebri posterior
- Kelumpuhan saraf otak ke III hemianopsia
- Hemiparesis kontralateral
d. Artersi vertebrobasiler
- Penglihatan ganda (nervus III, IV, dan VI)
- Rasa baal di wajah (nervus V)
- Kelemahan di bagian wajah (nervus VII)
- Vertigo (nervus VIII)
- Disfagia (nervus IX dan X)
- Disartria
- Ataxia
- Kelemahan pada ekstremitas
Stroke iskemik disebabkan oleh trombus ataupun emboli yang menyebabkan sumbatan
pada aliran darah otak. Terapi farmakologi ditujukan untuk menghilangkan sumbatan tersebut
dan memulihkan aliran darah otak. Berikutnya adalah terapi farmakologi pada stroke iskemik :
A. Trombolisis
American Heart Association dan American Academy of Neurology
merekomendasikan penggunaan rtPA sebagai trombolisis untuk terapi stroke dalam 3
LAPORAN KASUS STROKE ISKEMIK 17
jam setelah onset gejala atau selama tidak terdapat kontraindikasi (misal : nilai
laboratorium yang tidak normal, tekanan darah tinggi, atau riwayat operasi dalam
jangka dekat). Terapi trombolisis digunakan untuk melarutkan sumbatan arteri
(trombus atau emboli) dan memulihkan kembali aliran darah ke area otak yang
iskemik sebelum area tersebut menjadi infark. Suatu studi menunjukkan bahwa rtPA
meningkatkan peluang memperbaiki gangguan neurologik, 39 % pasien yang
mendapatkan terapi rtPA memiliki hasil yang bagus dalam 3 bulan dan hanya 26 %
pasien yang mendapatkan plasebo yang mendapatkan hasil yang bagus (The National
Institute Of Neurological Disorders And Stroke Rt-Pa Stroke Study Group, 1995).
Risiko pemberian rtPA adalah perdarahan dan komplikasi perdarahan yang
terberat adalah perdarahan serebri. Perdarahan serebri disebabkan oleh terjadinya
reperfusi ke area otak yang telah mengalami iskemia lanjut dan terjadi kerusakan
endotel vaskular, kerusakan sawar darah-otak dan nekrosis neuron serta glia.
Perluasan kerusakan ini tergantung durasi dan derajat iskemia. Oleh karena itu,
dibutuhkan terapi ultra cepat untuk menurunkan derajat kerusakan dan risiko
perdarahan serebri (The National Institute Of Neurological Disorders And Stroke Rt-
Pa Stroke Study Group, 2005).
B. Neuroproteksi
Pada stroke iskemik akut, dalam batas-batas waktu tertentu sebagian besar cedera
sel saraf dapat dipulihkan. Tujuan terapi neuroproteksi adalah untuk menghambat
jaringan yang iskemik menjadi infark. Terapi neuroproteksi ditujukan pada peristiwa
biokimia yang terjadi selama kaskade iskemi. Beberapa obat untuk neuroproteksi
diantaranya citicholin, pirasetam, nimodipin (Hartwig, 2006, SPM RSUP Fatmawati,
2004).
C. Antikoagulasi
The European Stroke Initiative (2000) merekomendasikan bahwa antikoagulan
oral diindikasikan pada stroke yang disebabkan oleh fibrilasi atrium. Pemberian
antikoagulan tidak dilakukan sampai terdapat hasil pemeriksaan imaging memastikan
tidak ada perdarahan intrakranial primer. Terhadap penderita yang mendapat
LAPORAN KASUS STROKE ISKEMIK 18
tetapi mental dan emosional atau kombinasi ketiganya. Efek dari stroke tergantung
ukuran dan lokasi lesi di otak. Beberapa kecacatan yang diakibatkan oleh stroke
diantaranya paralisis, mati rasa, gangguan bicara dan gangguan penglihatan.
Risiko kematian dalam 30 hari pertama setelah mengalami stroke iskemik adalah
sebesar 8%-20% . Angka ini meningkat pada stroke hemoragik yaitu antara 30%-80%
pada perdarahan intraserebral dan 20%-50% pada perdarahan subarakhnoid. Hal-hal
yang berpengaruh terhadap tingginya risiko kematian diantaranya penurunan
kesadaran, hiperglikemia dan usia yang lanjut.
Penderita stroke yang bertahan hidup memiliki risiko 3 sampai 5 kali lipat untuk
mengalami kematian dibandingkan dengan populasi seusianya yang tidak mengalami
stroke. Seorang penderita stroke memiliki risiko 3%-10% dalam 30 hari pertama
untuk mengalami stroke rekuren. Hal ini bervariasi tergantung jenis infark yang
dialami, pasien dengan lakunar infark memiliki risiko lebih kecil untuk mengalami
stroke rekuren. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis stroke diantaranya jenis
lesi, kesadaran saat onset dan hiperglikemia.
Pemeriksaan Penunjang
CT Scan otak merupakan alat diagnostik utama pada stroke hemoragik
Penatalaksanaan
- Terapi umum
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30
mL, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan ke- adaan klinis
cenderung memburuk. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah
LAPORAN KASUS STROKE ISKEMIK 21
premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120
mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hema- toma bertambah. Bila terdapat
gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10
mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit)
maksimum 300 mg; enalapril iv 0,625-1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali
6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan tanda tekanan intrakranial meningkat,
posisi kepala dinaikkan 300, posisi kepala dan dada di satu bidang, pemberian
manitol (lihat penanganan stroke iskemik), dan hiperventilasi (pCO2 20-35
mmHg). Penatalaksanaan umum sama dengan pada stroke iskemik, tukak
lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhi- bitor
pompa proton; komplikasi saluran napas dicegah dengan fisioterapi dan
diobati dengan antibiotik spektrum luas.
- Terapi khusus
Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang ber- sifat vasodilator. Tindakan
bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang
kondisinya kian memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter >3
cm3, hidro- sefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum,
dilakukan VP-shunting, dan perdarah- an lobar >60 mL dengan tanda
peningkatan tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi. Pada perdarahan
subaraknoid, dapat digunakan antagonis Kalsium (nimodipin) atau tindakan
bedah (ligasi, embolisasi, ekstirpasi, maupun gamma knife) jika penyebabnya
adalah aneu- risma atau malformasi arteri-vena (arteriove- nous
malformation, AVM).
Prognosis
Prognosis tergantung pada jenis stroke dan sindrom klinis stroke. Kemungkinan
hidup setelah menderita stroke bergantung pada lokasi, ukuran, patologi lesi,
serta usia pasien dan penyakit yang menyertai. Stroke hemoragik memiliki
prognosa buruk. Pada 30 hari pertama risiko meninggal 50%, sedangkan pada
stroke iskemik 10%.
LAPORAN KASUS STROKE ISKEMIK 22
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. Rusli
Umur : 59 tahun
Jelis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Ikhlas, Gp. Blang, Langsa Kota
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal masuk RS : 11 Desember 2016
II. ANAMNESIS
Diperoleh dari alloanamnesa
Keluhan Utama
Badan sebelah kiri tidak dapat digerakkan
V. PEMERIKSAAN FISIK
I. Status Generalis
BB : 66 kg
TB : 168 kg
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 37.8 C
Tekanan darah : Kanan : 150/100 mmHg
Kiri : 150/100 mmHg
Denyutu nadi : Kanan : 80 x/menit
Kiri : 80 x/menit
LAPORAN KASUS STROKE ISKEMIK 24
NERVUS CRANIALIS
N.I (Olfaktorius) :
KANAN KIRI
Daya pembau DBN DBN
N.II (Optikus)
KANAN KIRI
Daya penglihatan Baik Baik
Pengenalan warna Baik Baik
Medan penglihatan DBN DBN
N.III (Okulomotorius)
KANAN KIRI
Ptosis - -
Gerak mata ke medial DBN DBN
Gerak mata ke atas DBN DBN
Gerak mata ke bawah DBN DBN
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil Bulat Bulat
LAPORAN KASUS STROKE ISKEMIK 26
N.IV (Troklearis)
KANAN KIRI
Gerak mata ke medial DBN DBN
Strabismus konvergen - -
Diplopia - -
N.V (Trigeminus)
KANAN KIRI
Mengigit + +
Membuka mulut + +
Sensibilitas muka atas + +
Sensibilitas muka tengah + +
Sensibilitas muka bawah + +
Refleks kornea + +
Refleks bersin TDP TDP
Refleks masseter + +
Refleks zigomaticus - -
Trismus - -
N.VI (Abdusen)
KANAN KIRI
Gerak mata ke lateral + +
Strabismus konvergen - -
Diplopia - -
LAPORAN KASUS STROKE ISKEMIK 27
N.VII (Fasialis)
KANAN KIRI
Kerutan dahi + +
Kedipan mata + +
Lipatan naso labial + +
Sudut mulut + +
Mengerutkan dahi + +
Mengerutkan alis + +
Menutup mata + +
Meringis + +
Menggembungkan pipi + +
Bersiul +
Tik fasialis + +
Lakrimasi + +
Daya kecap lidah 2/3 depan TDP TDP
Refleks glabella +
Tanda Myerson TDP TDP
Tanda chovstek TDP TDP
N.VIII (Akustikus)
KANAN KIRI
Mendengar suara berbisik + +
Mendengar suara arloji + +
Tes rinne TDP TDP
Tes weber TDP TDP
Tes schwabach TDP TDP
N.IX (Glosofaringeus)
KANAN KIRI
LAPORAN KASUS STROKE ISKEMIK 28
N.X (Vagus)
KANAN KIRI
Arkus faring TDP
Nadi + +
Bersuara +
Menelan +
N.XI (Aksesorius)
KANAN KIRI
Memalingkan kepala + +
Sikap bahu DBN DBN
Mengangkat bahu DBN DBN
N.XII (Hipoglosus)
KANAN KIRI
Sikap lidah
Artikulasi Jelas
Tremor lidah - -
Menjulurkan lidah
Kekuatan lidah Lemah Baik
Trofi otot lidah Eutrofi Eutrofi
Fasikulasi lidah -
LAPORAN KASUS STROKE ISKEMIK 29
Badan
Trofi otot punggung(eutrofi), Trofi otot dada(eutrofi)
Nyeri membungkukkan badan (-)
Palpasi dinding perut nyeri tekan (-)
Kolumna vertebralis: bentuk (normal), gerakan (DBN), nyeri tekan (-)
Refleks dinding perut: kanan (normal), kiri (normal)
Refleks kremaster(TDP), Alat kelamin(TDP)
Rossolimo - -
Mendel - -
Bechtrew - -
Laseque - -
Oconnel - -
Patrick - -
Kontrapatrick - -
Gaenslen - -
Brudzinki II - -
Guilan - -
Edelman - -
Kernig - -
Klonus paha - -
Klonus kaki - -
Fungsi Vegetatif
Miksi: inkontinensia urin (-), retensi urin (-), anuria (-), poliuria (-)
Defekasi: inkontinensia alvi (-), retensi alvi (-), ereksi (TDP)
RESUME PEMERIKSAAN
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : E4M6V5
- Tanda vital : TD : 190/100 mmhg
LAPORAN KASUS STROKE ISKEMIK 32
HR : 88 x/i
RR : 20 x/i
T : 37,8oC
- Lab :
- Radiologi :
1. Foto thorax Cor: Kardiomegali
Pulmo: KP (+)
2. CT Scan Head Non Contrast Infark Serebri (+) pada lobus occipitalis
dextra, sinistra
DIAGNOSA AKHIR
Diagnosis Klinis : kelemahan pada tubuh sebelah kiri
Diagnosis topis : hemifer serebri dextra
Diagnosis etiologis : Stroke e.c infark
LAPORAN KASUS STROKE ISKEMIK 33
PENATALAKSANAAN
- IVFD NaCl 0,9% 10 tpm
- Neurodex 1x1
- Acetosal 100 1x1
- Amlodipin 5 mg 1x1 (malam)
- Inj. Citicolin 500 1Amp/12jam/IV
- Inj. Ranitidin 1Amp/ 12jam/IV
- Mika-miki setiap 2 jam
PROGNOSIS
Death : Dubia at malam
Disease : Dubia at bonam
Disability : Dubia at bonam
Discomfort : Dubia at malam
Dissatisfaction : Dubia at bonam
LAPORAN KASUS STROKE ISKEMIK 34
BAB IV
KESIMPULAN
Tujuan penatalaksanaan komprehensif pada kasus stroke akut adalah: (1) meminimalkan
jumlah sel yang rusak melalui perbaikan jaringan penumbra dan mencegah perdarahan lebih
lanjut pada perdarahan intraserebral, (2) mencegah secara dini komplikasi neurologik mau- pun
medik, dan (3) mempercepat perbaikan fungsi neurologis secara keseluruhan. Jika secara
keseluruhan dapat berhasil baik, prog- nosis pasien diharapkan akan lebih baik.
Pengenalan tanda dan gejala dini stroke dan upaya rujukan ke rumah sakit harus segera
dilakukan karena keberhasilan terapi stroke sangat ditentukan oleh kecepatan tindakan pada
stadium akut; makin lama upaya rujukan ke rumah sakit atau makin panjang saat antara serangan
dengan pemberian terapi, makin buruk prognosisnya.
LAPORAN KASUS STROKE ISKEMIK 35
DAFTAR PUSTAKA
1. Geoge Dewanto, Wita J. Suwono, dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana
Penyakit Saraf. Departemen Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran UNIKA
ATMAJAYA. EGC. Jakarta
2. Ismail Setyopranoto. 2011. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. Kepala Unit Stroke
RSUP DR. Sardjito/ Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta
3. Reani Zulfa. 2012. Hubungan Tingkat Faktor Resiko Dengan Pengetahuan Stroke Pada
Kelompok Usia Diatas 35 Tahun di RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat
Timur. Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta
4. Eka Evia Rahmawati Agustina. 2009. Prevalensi Stroke Iskemik Pada Pasien Rawat Inap
di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan. Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta
5. Alfica Agus Jayanti. 2015. Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Stroke di Sulawesi
Selatan. Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta