Anda di halaman 1dari 1

Sosial Budaya Desa Kepakisan dan Desa Dieng

Warga Desa Kepakisan merupakan desa di Dieng yang mayoritas masyarakatnya beragama
islam, sehingga aktivitas warga desa ini berlandaskan dengan aturan dan tatanan islam, warga di
sini menganut islam salafi dan para petinggi desa ini berfungsi sebagai wali atau pun penyebar
ajaran ini dan mereka juga secara nyata ikut membangun desa ini melalui kegiatan-kegiatan di
desa ini. Berbagai kegiatan yang bersifat islam yang mereka jalani salah satunya dalam bentuk
zakat, karena begitu aktivnya mereka melakukan kegiatan zakat sehingga mereka mendapat
julukan Desa Zakat karena zakat di desa ini sangat berperan aktif untuk dapat saling membantu
bagi warga yang tidak mampu atau pun memiliki kesusahan. Sehingga melalui media zakat ini
mereka dapat saling membantu antar warga yang sedang membutuhkan. Keadaan lingkungan
serta kondisi rumah di Desa Kepakisan ini juga sudah tertata rapi dan bersih sehingga konsep
desa ini terlihat bersih dan tidak kumuh, sedangkan di Desa Dieng mayoritas warganya juga
beragama islam tetapi dengan berlandaskan islam sufi dan warga di desa ini lebih cenderung ke
arah ajaran islam NU (Nahdhatul Ulama), namun walaupun sebagian besar warganya menganut
islam tetap ditemukan beberapa praktek upacara-upacara yang bertentangan dengan islam dan
masih terdapat beberapa orang dari warganya yang tidak melakukan ibadah puasa atau pun
shalat. Dalam sisi pendidikan Desa Kepakisan dan Desa Dieng memiliki kesamaan yaitu mereka
sedikit kurang memperhatikan pendidikan, karena mereka berpikir hanya menjadi petani kentang
saja sudah cukup, mungkin hal itu terjadi juga karena kurangnya ketersediaan sekolah yang ada,
misalnya di Desa Kepakisan hanya ada satu sekolah dasar saja dan jika mereka ingin
melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi mereka harus pergi ke luar desa seperti ke kecamatan
atau pun kota untuk bisa melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi tetapi walaupun begitu
sekarang sudah mulai ada pegeseran ketuntasan jenjang pendidikan yang mereka tempuh seperti
kalau dulu mereka hanya sampai tingkat sd tetapi sekarang mereka bersekolah sampai tingkat
SMA. Dalam budaya kedua desa ini masih memegang teguh budaya leluhur mereka, namun saja
budaya riual potong anak gimbal lebih dirayakan di Desa Dieng daripada di Desa Kepakisan.

Anda mungkin juga menyukai