Anda di halaman 1dari 5

RESENSI NOVEL FIKSI

“MADDAH”

DISUSUN OLEH :
RIA RISTI AGUSTIN (28)
ZELBINA SILVIA MIRZENTI (35)

SMA NEGERI 1 GENTENG TAHUN AJARAN 2020/2021

Jalan KH. Wahid Hasyim No.20 Genteng-Banyuwangi


Telp. (0333) 845434 Kode Pos 68465, E-mail : sman1genteng@yahoo.com
Kehidupan Dua Dunia

Identitas atau data buku :

Judul           : Maddah
Penulis        : Risa Saraswati
Penyunting : Maria M. Lubis
Penerbit      : PT. Bukune Kreatif Cipta
Tebal           : 306 halaman ; 14 x 21cm
Cetakan      : Kelima, Juli 2018
ISBN          : 978-602-220-251-6
Penyelaras  : Syafial Rustama
Harga Buku : Rp 71.500,00

Pendahuluan :
Risa Saraswati lahir di Bandung, 24 Februari 1985. Selain menjadi penulis dan
vokalis sebuah band, Risa juga tercatat sebagai Pegawai Negri Sipil di Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kota Bandung. Anak pertama dari pasangan Imam Sumantri dan Elly Rawilah
ini mulai menekuni bidang seni yang cukup serius ditahun 2002, dan pada 2011 mulai
tergerak untuk membukukan tulisan-tulisannya. Hingga movel ini diterbitkan, Risa tercatat
sudah mengeluarkan lima album bersama band Sarasvati, dan beberapa karya tulis yang
diantaranya mendapat predikat buku laris.
Salah satunya adalah Maddah, novel bergenre horror ciptaan Risa Saraswati ini diangkat
berdasarkan kisah perjalanan hidupnya sebagai wanita indigo bersahabat dengan 5 sahabat
yangtidak terlihat yaitu William, Hans, Peter, Janshen dan Hendrick. Maddah merupakan
novel kedua, sekaligus sekuel dari Gerbang Dialog Danur yang dirilis pada tahun 2015.
Novel ini sendiri berjudul Maddah yang artinya dibaca lebih dalam, keinginan dan tujuan
mereka yang tak terlihat tidak dapat diketahui bila kita manusia tidak mengerti atau tidak
membaca situasi mereka terlebih dahulu.

Sinopsis :
Takdir telah mempertemukan mereka, seorang anak manusia dengan lima anak kecil
yang pernah menjadi manusia. Menjalin hubungan lebih dari sekedar persahabatan. Darah
mereka berbeda, jasad mereka berbeda, langkah mereka tak sama, namun sebuah benang
telah mengikat hati mereka menajadi tak terpisahkan.
Risa merasa persahabatan Risa dengan kelima sahabatnya menjadi kian rumit. Terlalu
banyak perasaan yang terlibat di dalamnya. Seharusnya, ia tak perlu mengurusi hal seperti itu,
karena masih banyak hal yang perlu ia selesaikan. Risa sealu dihantui pertanyaan- pertanyaan
tentang mereka. Ingin rasanya Risa berani berbicara kepada mereka. “Tempat kalian bukan
disiini, pulanglah ke tempat yang seharusnya, dimanapun itu.” Namun, ia tak tau harus
menjawab apa jika seandainya mereaka bertanya “kami harus pulang kemana?”
Mereka mencari keluarganya namun hingga saat ini mereka tak bisa bertemu dengan
keluarga mereka. Mereka tak mengetahui sebenarnya keluarga mereka berada dimana.
Namun, kerinduan mereka tergoreskan ketika mereka menceritakan tentang kerinduannya
pada keluarganya terhadap Risa. Selalu timbul rasa iba bahkan tak tega ketika Risa
mendengarkan curhatan tentang kerinduan mereka terhadap keluarganya. Namun dengan
keberadaan Risa rasa rindu mereka terasa terobati walau dalam hati mereka “mereka ingin
bertemu dengan keluarga mereka”.
Mereka pernah pergi dari kehidupan Risa.Namun sekarang mereka kembali lagi dan
mereka tinggal di gedung sekolah tua. Sehingga Risa tidak bisa bertemu kapanpun Risa mau.
Sebab mereka pun harus mengikuti sekolah malam yang diadakan di gedung sekolah tua
tersebut dengan guru yang selalu mengajarkan mereka yaitu Norah. Karen kelima sahabatnya
kini Risa semakin banyak memiliki teman baru yang diperkenalkan oleh sahabat mereka.

Isi :
Tidak hanya kelima sahabatnya, Risa kian memikirkan para sahabat barunya. Kisah
Adam dan Biyan, sepasang kekasih yang tak lama lagi akan melangsungkan janji pernikahan.
Namun, sebagai seorang calon pengantin, tidak heran jika Biyan menginginkan sesuatu yang
spesial dari calon pasangannya, sebuah sepatu hitam yang dipesannya kepada seorang teman.
Sepatu hitam dengan manik-manik hitam berkilauan yang menghiasi seluruh bagiannya itu
kini akan jadi milik Biyan, namun sayang cerita ini berakhir ketika takdir memaksa sebuah
tragedi terseret arus sungai menimpa pasangan kekasih itu. Jiwa mereka berpisah, namun
cinta mereka bersama, bahkan setelah kematian sekalipun.
Penari itu adalah Canting, perempuan yang rela meninggalkan sekolah dan
keluarganya hanya karena dirinya jatuh cinta pada sang pelatih, Farid. Perjalanan cinta
mereka sangat menarik, Farid bisa dikatakan orang yang baik, yang dapat memikat hati
seorang perempuan bernama Canting. Suatu kecelakaan terjadi, Canting meminta Farid untuk
sesegera mungkin menikahinya sebelum perutnya benar-benar membesar tanpa seseorang di
sampingnya. Semua berjalan tidak seperti yang diharapkannya. Farid pergi meninggalkan
Canting yang masih hamil karena ternyata ia sudah berumah tangga, Farid pergi untuk
kembali ke keluarganya. Hidup seorang diri, berjuang dalam masa kehamilan, hingga
melahirkan seorang anak lelaki, adalah pengorbanan yang harus Canting lakukan untuk
melahirkan seorang anak manusia bernama Buih. Buih dititipkan kepada nenek dan kakeknya
—Bapak dan Ibu Canting, karena Tuhan telah meminta Canting kembali sesaat setelah
melahirkan Buih.
Kisah sepasang kekasih yang ceritanya menyayat hati, Ladira dan Ardiga. Keduanya
saling mencintai satu sama lain, perbedaan yang ada tidak membuat mereka merasa risi
terhadap pandangan orang banyak mengenai perbedaan keyakinan. Dira adalah seorang
Kristen Tionghoa, sedangkan Diga adalah laki-laki muslim anak dari seorang Kiai. Cinta
mereka berakhir menyedihkan, memaksa keduanya berpisah karena perbedaan yang jarang
bisa diterima banyak orang. Perbedaan untuk status seperti umur, sosial, ras memang bukan
suatu hal yang besar, tapi apakah itu sama berlakunya dengan perbedaan agama diantara dua
insan yang saling mencinta?
Novel ini memberi pelajaran bahwa persahabatan itu tidak ada batasnya. Walau
berbeda darah, jasad dan langkah.

Kelebihan :
Soft cover novel ini menggambarkan ilustrasi kedua tokoh hantu utama, dipadukan
dengan warna hitam dan merah menggambarkan sisi gelap dan mistis. Penggunaan bahasa
baku namun tetap ringan memudahkan pembaca mencermati isi dan alur novel. Penulisan isi
novel yang tak kalah menarik dengan gambaran sketsa semua dan fakta menarik seluruh
tokoh. Juga, tidak ditemukan kesalahan ejaan penulisan dalam novel Keterangan yang
diberikan pada novel juga sangat jelas dengan adanya pemisahan warna kertas untuk
menandakan alur maju-mundur yang digunakan. Setiap cerita dalam Maddah diceritakan
cukup panjang, namun tetap berkesan. 

Kekurangan :
Banyaknya istilah – istilah asing yang digunakan pada novel ini, sehingga pembaca
sulit untuk memahami cerita. Tokoh dalam setiap bab cukup membingungkan pembaca.
Teka- teki dalam novel juga tidak dapat ditonjolkan dengan baik oleh penulis, situasi yang
kurang jelas dan menduga-duga. Walaupun telah adanya pembeda latar dan alur , ada
beberapa bab yang memiliki kurang penjelasan keadaan situasi sekitar, sehingga pembaca
akan merasa kebingungan di beberapa bab dalam novel. Novel Maddah kurang cocok untuk
pembaca anak-anak. Tidak ada peringatan umur untuk novel ini namun beberapa bab yang
mengandung unsur kekerasan dan bahasa yang cukup vulgar. Terlihat dalam adegan
pembunuhan, pembantaian, dan perselingkuhan.
Lampiran :

Anda mungkin juga menyukai