Anda di halaman 1dari 4

RESENSI NOVEL

BAHASA INDONESIA

Judul Novel : Sheiland


Nama Pembimbing : Bu Galuh Fifiyanti, M.Pd.
Nama Siswa : Firda Anindya Nihaya
No. Absen : 14
Kelas : XI -MIPA 3

SMA Negeri 4 Sidoarjo


Jalan Raya Suko, Suko, Sidoarjo, Suko, Kec. Sidoarjo, Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur 61251
Irisan Kisah Sheila dan Aland

Judul Novel : Sheiland


Penulis : Bayu Permana
Penerbit : Coconut Books
Tempat Terbit : Depok, Jawa Barat
Tahun Terbit : Desember, 2018
Tebal Buku : 336 halaman
ISBN : 978-602-5508-62-2
Harga : Rp 92.000,-

Bayu Permana adalah penulis remaja kelahiran Ciamis, 31


Desember 2000 yang memiliki hobi membaca, menulis, dan mendengarkan musik. Di usia yang
masih terbilang muda, Bayu berhasil menerbitkan keenam karyanya, yaitu My Possessive Bad
Boy, Artha, My Psychopath Boy Friend, Cold Couple, Sheiland, dan Hi-Fi dalam waktu kurang
lebih selama tiga tahun lamanya.
Novel Sheiland merupakan salah satu trilogi dan bagian dari pentalogi “My Possessive
Bad Bod” yang menceritakan tentang salah satu anak kembar Samudera dan Lalisa, yaitu Aland
Alano Navvare. Kata “Sheiland” sendiri berasal dari penggabungan nama dua tokoh yang berhasil
meleburkan lara dalam tawanya. Sheila dan Aland.
Sheila adalah satu dari banyaknya penggemar Aland yang beruntung menjadi pacar kakak
kelas paling tampan dan populer di SMA Pelita itu. Melalui kecerobohan dan tingkah polosnya,
Aland tertarik dan mulai menaruh rasa pada Sheila.
Semua berawal ketika Sheila tidak sengaja mengirim Collect Message pada Aland yang
berakhir dengan rasa malu. Aland pun terheran dan penasaran dengan pengirim pesan berbayar
itu. Hingga Aland memutuskan untuk menemui Sheila keesokan harinya di rooftop sekolah.
Jantung Sheila seakan berpacu lebih cepat setelah mendengar hukuman Aland karena
kecerobohannya malam itu. Di tengah suasana kantin yang ramai, Aland berteriak dengan lantang
bahwa mulai detik itu Sheila berstatus sebagai pacarnya. “Hukumannya adalah, lo jadi cewek
gue, mulai detik ini juga.” (hal 48)
Tidak ada penolakan dari Sheila, karena Aland pun membenci cewek yang pembangkang.
Hari demi hari terlewati dengan banyak tawa yang tercipta diantara mereka. Namun, sikap Aland
yang otoriter dan mengekang mulai membuat Sheila tidak nyaman. Pribadi Sheila yang kekanak-
kanakan juga tanpa sadar mulai menciptakan jarak antar mereka.
Apalagi di suatu hari, ketika Aland memergoki Sheila bertemu dan terlihat sangat akrab
dengan lelaki lain, Sandi, kakak kandungnya setelah belasan tahun terpisah membuat satu demi
satu kesalahpahaman antar mereka muncul. Aland merasa Sheila telah mengkhianati dirinya dan
mengabaikan salah satu dari ketiga perjanjian yang Aland buat secara sepihak setelah hubungan
mereka terjalin.
Jarak semakin tercipta. Pada malam dimana Aland ingin menenangkan pikirannya di
taman bermain bersama Arkan, ia bertemu dengan Sheina, si penggerutu yang tiba-tiba
menyodorkan ice mochi secara percuma untuk Aland, sejenak rasa sakitnya sedikit mereda. Tetapi
takdir tidak berpihak kepadanya, karena di waktu yang bersamaan Sheila tengah berdiri di
depannya, bersama dengan Sandi yang nampak bahagia.
Aland marah, kesal, dunianya seakan runtuh. Tidak ada penjelasan dari kedua belah pihak,
Aland bertahan pada ego dan Sheila enggan berbicara sekedar memberi penjelasan. Aland kembali
menelan kekecewaan dan mengucapkan kata putus pada Sheila. “Bagus. Mungkin emang lebih
baik kayak gitu. Kita putus.” (hal 187)
Bukan hanya Aland yang hancur, Sheila juga menderita atas keputusan sepihak itu. Tetapi
berkat nasehat dari Sandi, Sheila tidak menyerah dan ingin memperjuangan hubungannya dengan
Aland. Ia berusaha menjelaskan apa yang terjadi hanyalah salah paham. Hingga Aland
mengesampingkan ego dan membuat lembar kisah mereka yang baru.
Ketika hubungan mereka membaik, Aland tidak sepenuhnya merasa lega. Aland tengah
terbelenggu dengan masalalu yang begitu rumit, tentang Benua, kakak kandungnya yang telah
lama meninggal. Hanya menyebut namanya saja Aland merasakan sakit luar biasa di kepalanya.
Tetapi Aland berusaha mengenyahkan rasa sakit itu.
Tidak hanya tentang Benua, Aland kembali dikejutkan dengan tantangan duel dari Eric.
Murid dari tetangga sekolah yang selalu mencari masalah dengan Aland. Kemarahan Aland tidak
terbendung lagi ketika Aland dengan nekat menabrak Eric kala itu. Aland kalut hingga ia tidak
memikirkan apapun, bahkan Sheila yang berada satu mobil dengannya. Tidak salah lagi, Sheila
kembali kecewa dengan perilaku Aland.
Kekecewaan bukan hanya dirasakan oleh Sheila, tetapi juga keluarga Alano Navvare
setelah mereka mendapat kabar tentang kecelakaan itu. Terlebih Samudera, ayahnya yang kala itu
berhasil menyembunyikan penyakitnya. Melalui tampang datar yang Samudera tunjukkan, semua
terlihat baik-baik saja. Tetapi tidak untuk kali ini. Samudera jatuh sakit.
Melihat hal itu, Aland semakin kalut. Pengendalian emosi adalah bagian terburuk dari
seorang Aland Alano Navvare. Ia semakin menyalahkan dirinya dan merasa malu karena telah
mengecewakan Samudera. “.... Karena gue salah satu di antara seribu alasan Papa sakit
kepala. Karena gue terlahir jadi anak yang cuma nyusahin orangtua.” (hal 254)
Ditengah penyesalan itu, keputusan Sheila juga kian mengahancurkan hidup Aland. Sheila
memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. Ia merasa tidak sejalan lagi dengan Aland. Sifat
mereka terlalu bertolak belakang untuk dipersatukan. “Aland, sadar nggak, sifat kita nggak bisa
bersatu? Aku nggak bisa menghadapi sifat pengatur kamu.... Dan kamu nggak cukup sabar
untuk menghadapi sikap aku yang kekanak-kanakan.” (hal 278)
Beberapa masalah berkecamuk di pikiran Aland. Apalagi kedatangan lelaki yang telah
Aland anggap meninggal ternyata masih hidup. Penjelasan Lalisa seakan menamparnya telak.
Semua terasa asing bagi Aland. Ternyata, sejak kecelakaan yang menimpa Benua di masa kecil,
sepotong demi sepotong memori di otak Aland menghilang. Ingatan tentang Benua dan pecahan
kaca yang membuat Aland mendera sakit kepala seketika. “Amnesia disosiatif, itu yang terjadi
kepadamu.” (hal 296)
Aland semakin terbebani dengan masalah itu. Disatu sisi, hubungannya dengan Sheila
yang telah usai dan kehadiran Benua yang tidak pernah ia duga. Tetapi tidak sepenuhnya salah
karena kehadiran Benua seakan kembali menghidupkan siapa dirinya.
Lembaran demi lembaran baru di mulai setelah Aland lulus SMA. Dengan berani, Aland
mengambil jurusan hukum sambil bekerja sebagai staf Legal Officer dan menjadi model brand-
brand pakaian tidak tetap. Secara tidak sengaja, pekerjaannya sebagai model kembali
mempertemukan Aland dengan Sheila. Tetapi semua terasa asing karena Aland telah memutuskan
untuk melepas Sheila dengan memberikan sebuah gelang Alano dan menggenggam erat siapa
Alano’s-nya, seorang cewek penggerutu sekaligus mahasiswa beasiswa yang berotak cemerlang.
Sheina Alkharasya.
Novel Sheiland banyak mengajarkan kita tentang arti sebuah cinta, kekeluargaan dan cara
mengikhlaskan kepergian seseorang. Seperti kata Aland kala itu dalam pertemuan terakhirnya
dengan Sheila. “Oleh karena itu, gelang ini diberikan sebagai simbol bahwa Alano telah
merelakan orang yang berarti pergi dan menggapai kebahagiaannya sendiri.” (hal 26)
Kisah ini begitu menyatu dengan kehidupan remaja pada umumnya. Salah satunya di
bidang pendidikan, seperti penggunaan hologram sebagai dunia pembelajaran. Saya sangat
tertarik dengan ide penulis ketika menggunakan alat modern tersebut di dalam cerita Sheiland.
Tidak hanya itu, alur cerita dan gaya bahasa begitu ringan sehingga pembaca bisa dengan mudah
menangkap karakter tokoh. Apalagi di novel ini, penulis juga menuliskan banyak kata yang
menyentuh pada setiap awal bab juga gambar karakter dari tokoh Aland. Salah satu kata-kata dari
penulis yang begitu menginspirasi adalah “Kamu tidak akan mendapatkan pelajaran apa pun
dari kehidupan jika kamu selalu merasa benar setiap detiknya.” (hal 119) Dan satu yang saya
suka dari tokoh Aland adalah ia tidak ingin terlihat lemah di depan semua orang. “Jangan jadi
manusia yang lemah, Shei, kamu akan mudah ditindas.” (hal 121)
Namun, yang paling saya sayangkan dari novel ini adalah chemistry dari tokoh Aland dan
Sheila kurang terbentuk. Tetapi tidak juga hambar karena tingkah laku Sheila yang bikin greget.
Ditambah juga hubungan Aland dengan Sheina yang menurut saya terlalu singkat. Penulis juga
banyak menggabungkan inti masalah dari beberapa tokoh diluar Sheiland, seperti Samudera-
Lalisa dan Benua. Semua dijadikan satu dalam lembaran kisah Aland dan Sheila. Kekurangan
juga terdapat pada halaman 116, dimana terdapat kesamaan antarparagraf-nya. Akan tetapi, hal
itu tidak dipermasalahkan karena sejauh mata memandang, manusia tidak pernah lepas dari
kesempurnaan.
Walaupun di buku ini terdapat beberapa kekurangan, tetapi secara keseluruhan buku ini
cocok sebagai teman bersantai. Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah di dalam novel
Sheiland. Saya merekomendasikan bagi para penyuka novel fiksi, khususnya para remaja untuk
membaca kisah cinta Aland dan Sheila yang sama-sama rapuh dan memiliki rahasia yang tak
pernah mampu diduga.

Anda mungkin juga menyukai