Anda di halaman 1dari 6

Kelompok:

- Fitria Ulfah 201721500292

- Siti Hardiyanti 201721500274

- Siti Rohani 201721500289

- Ramzi Sanoza 201721500028

GARIS WAKTU

Sinopsis Garis Waktu

Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau bertemu dengan satu

orang yang mengubah hidupmu untuk selamanya.

Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau terluka dan kehilangan

pegangan.

Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau ingin melompat mundur

pada titik-titik kenangan tertentu.

Maka, ikhlaskan saja kalau begitu, karena sesungguhnya, yang lebih menyakitkan dari

melepaskan sesuatu adalah berpengangan pada sesuatu yang menyakitkanmu perlahan.


Resensi Garis Waktu

Garis waktu mampu merepresentasikan titik-titik peristiwa penting sosok “aku” dengan

“kau”, mulai dari masa perkenalan, jatuh cinta, patah hati, hingga mengikhlaskan, seluruhnya

tersusun secara kronologis dari April tahun pertama hinga Maret tahun kelima, yang memiliki 49

surat-surat pendek. Isi dalam Garis Waktu ini adalah sebuah luapan perasaan penulis melalui

dunia maya kemudian dikompilasi yang membuahkan buku.

Tokoh aku hanya berisi rutinitas yang monoton. Hingga pada akhirnya, tokoh kau datang

memberi warna dan menggubah dunianya.

“kau menjadi seseorang yang memorak-morandakan jagat rayaku. Dengan cara yang termanis,

kau memintaku untuk merasakan dan mensyukuri segala hal yang cepat atau lambat akan

berakhir.”(hal:8)

Dalam perjumpaan yang sederhana (April, tahun pertama) kota yang sedang dilanda gerimis

membawa mereka berdua berjumpa lalu berpisah dalam sekejap.

“adalah matamu yang pertama kali berbicara, menembus pertahananku secara membabi

buta”(hal;11)

“kau pamit undur, menyisakan wangi yang pekat mewarnai udara. Tanpa mau bertanggung

jawab, kau tinggalkan aku termabuk sendirian. Jika kasmaran adalah narkotik, maka kau

adalah banadarnya. Dan aku bagaikan pecandu rela menggadaikan jiwa demi menatap

maatamu sekali lagi.”

Waktu demi waktu hubungan mereka semakin dekat. Tokoh aku merasa dimabuk cinta oleh

tokoh kau. Ia meyakinkan dirinya bahwa dirinyalah adalah sosok teristimewa bagi tokoh kau.
Semua praduganya keliru, tokoh kau mengistimewakan dia, dan yang pasti bukan tokoh aku.

Tokoh aku hanyalah tempat berkeluh kesah, baginya tidak lebih.

“Sekuat-kuatnya seseorang memendam, akan kalah oleh yang menyatakan. Sehebat-hebatnya

seseorang menunggu, akan kalah oleh orang yang menunjukkan.”(hal;33)

Di suatu waktu, tokoh kau terluka, sebab tokoh dia meninggalkan tokoh kau yang menyisahkan

luka. Hal ini membuat tokoh aku bahagia, ingin sekali tokoh aku mengambil sepotong hati yang

terluka pada tokoh kau. Namun niatnya dibatalkan, tokoh kau mulai kembali menjadikan tokoh

aku sebagai tempat berkeluh kesahnya, dan akhirnya zona nyaman kembali membuat tokoh aku

lupa akan skenario pemeran pengganti dalam kehidupan tokoh kau. Dengan kebersamaan

perlahan keduanya kasmaran melebur besamaan dan pada akhirnya keikhlasan menjadi akhiran.

“Nyatanya yang menyakitkan jauh lebih baik daripada fiksi yang menyenangkan”(hal;57)

”Tidak perlu bersama selamanya. Selamanya itu terlalu lama. Seumur hidup saja. Untukku, itu

sudah lebih dari cukup”(hal;69)

”Pelajari sebelum berasumsi. Dengarkan sebelum memaki. Mengerti sebelum menghakimi.

Rasakan sebelum menyakiti. Perjuangkan sebelum pergi”(hal;133)

“Cinta bukan melepas, tapi merelakan. Bukan memaksa, tapi memperjuangkan. Bukan

menyerah, tapi mengikhlas. Bukan merantai, tapi memberi sayap.”(hal;207)


Analisis unsur Instrinsik Novel Garis Waktu

1. Tema : Percintaan

2. Tokoh : Penulis sebagai aku : tegar, sabar.

Seseorang yang pernah hadir dalam kehidupan si penulis: baik, tidak

peka.

3. Gaya Bahasa : gaya bahasa yang digunakan oleh penulis sangat puitis sehingga terdapat

kata kata yang sulit dimengerti arti nya

Kelebihan :

-penggunaan bahasanya yang indah tidak akan membuat pembaca bosan. -Ceritanya

sangat melatih hati agar tetap tegar, dan tidak terlalu bersedu sedan , saat tertolaknya

semua harapan

-Selain itu, kumpulan cerita ini terkesan tidak terlalu banyak basa-basi, meskipun

diceritakan dari tahun 2012-2016. Atau bisa dikatakan juga bahwa kumpulan cerita ini

singkat namun rapih dan banyak kesan.

- setiap kata-kata yang dihidangkan oleh Bung. kutipan-kutipan pada buku ini pun dapat

dijadikan inspirasi atau pelajaran untuk kehidupan pembaca.

4. Alur : Alur maju

5. Latar / Setting

Waktu : Pagi hari, Siang hari, sore hari, malam hari

Latar Tempat :

Latar Susunan : Menyenangkan, menyedihkan

6. Sudut pandang: Orang pertama, penulis menceritakan dirinya sendiri dan berperan

sebagai aku dalam novel tersebut.


7. Amanat : Sabar dalam menghadapi segala masalah yang ada, maafkan mereka

yang menyakiti hati kita. Sebab memafkan dan sabar akan

membuat hidup kita lebih tenang.

8. Analisis unsur Ektrinsik Novel Garis Waktu

Latar belakang penulis :

Fiersa Besari adalah lelaki kelahiran Bandung tanggal 3 Maret. Setelah menyelesaikan

studinya di STBA Yapari ABA Bandung, Bung (Sapaan akrab Fiersa Besari) yang sudah lama

jatuh cinta pada dunia musik membuat sebuah studio komersil pada tahun 2009. Di sana pulalah

ia merekam karya-karyanya.

Pada tahun 2012, Fiersa membuat sebuah album dengan jalur distribusi independen

berjudul 11:11. Tak disangka, album 11:11 terjual habis. Sukses tersebut disusul dengan sebuah

mini-album berjudul Tempat Aku Pulang yang dirilis tahun 2013. Mini album ini adalah sebuah

album perpisahan sebelum akhirnya ia berkeliling Indonesia untuk mencari jati diri.

Sekembalinya Fiersa di akhir 2013 membuat ia menjadi lebih kritis dalam berkarya.

Pada tahun 2014, Tempat Aku Pulang dilengkapi menjadi empat belas lagu dan diedarkan dalam

bentuk fisik serta digital. Kisah dibalik layar:

Tahun 2015 Fiersa menghadirkan album terbarunya yang bertajuk "Konspirasi Alam Semesta"

dengan singel andalan bertajuk "Juara Kedua". "Juara Kedua" memiliki karakter tersendiri, dan

mencerminkan kedewasaan Fiersa Besari melalui cara memainkan instrument yang mengadopsi

berbagai genre musik. Nilai yang terkandung:

Nilai moral : Kesempatan akan selalu datang kapan saja meskipun kadang tidak tepat, jangan

menyerah dalam menghadapi apa yang diinginkan.


Nilai budaya : Terdapat banyak pesona keindahan indonesia, maka kita sebagai generasi

penerus

bangsa harus menjaga dan melestarikan pesona tersebut.

Nilai agama : Susah, senang, umur, jodoh, dan kematian ada di tangan tuhan, maka serahkan

semuanya pada Yang Maha Kuasa untuk menentukan takdir kita

Kesimpulan`: Buku ini sangat bagus untuk dibaca di kalangan remaja karena di dalamnya

bertema percintaan yang terdapat pula kisah tentang seorang ayah dalam kehidupan si penulis

membuat isi cerita menjadi haru dan menarik untuk dibaca. Walaupun pembaca akan bingung

karena bentuk novel ini lain dari yang lain, dan kalian tidak akan menemukan percakapan

panjang.

Anda mungkin juga menyukai