Dosen Pengampu:
Ririe Rengganis, S.S., M.Hum.
Disusun oleh:
Kelompok 2 - PB 2016
1. Wegig Yhusa Tanaya (16020074038)
2. Kevin Dewanda Moudizka (16020074107)
3. Erfin Nikmatus Sofiyah (16020074131)
TEMA
Tema adalah gagasan (makna) dasar umum yang menopang sebuah karya
sastra sebagai struktur semantis dan bersifat abstrak yang secara berulang-ulang
dimunculkan lewat motif-motif dan biasanya dilakukan secara implisit
(Nurgiyantoro, 2015:115). Makna cerita dalam sebuah karya fiksi, memiliki lebih
dari satu interpretasi yakni tema mayor dan tema minor. Tema mayor merupakan
makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu.
Sedangkan tema minor merupakan makna-makna tambahan atau tema-tema
tambahan (Nurgiyantoro, 2015:133). Tema pada Novel “Bekisar Merah” dan
Drama “Enigma Cinta Lasi” dapat dibandingkan sebagai berikut:
Terdapat dua macam tema yang terkandung dalam Novel “Bekisar Merah”
karya Ahmad Tohari yaitu tema mayor dan tema minor. Tema minor yang
terkandung dalam novel Bekisar Merah yaitu kepedihan dan kesengsaraan yang
terdapat dalam bab 1, kemudian pengkhianatan yang terdapat dalam bab 2,
kehidupan dalam bab 3, tema ekonomi pada bab 4, tema kesengsaraan dalam bab
5 dan bab 6. Untuk tema mayor atau tema keseluruhan dalam novel Bekisar
Merah adalah kesengsaraan dalam kehidupan. Tema itu diambil karena banyaknya
kesengsaraan yang tergambar atau tercermin dalam isi novel tersebut seperti
kemiskinan, perselingkuhan dan pengkhianatan yang telah dilakukan Darsa
terhadap Lasi.
Sedangkan tema yang terkandung dalam drama yang terinspirasi oleh
novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari yang berjudul “Enigma Cinta Lasi”
memiliki tema yang hampir sama dengan novel Bekisar Merah yaitu tentang
Kesengsaraan dan Pengkhianatan, karena dalam drama diceritakan keadaan
ekonomi dari kehidupan Lasi dan Darsa, dan juga Pengkhianatan cinta Darsa
terhadap Lasi yang berselingkuh dengan sipah.
ALUR / PLOT
Menurut Stanton dalam (Nurgiyantoro, 2015:167) mengemukakan bahwa
plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya
dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Alur pada Novel “Bekisar Merah”
dan Drama “Enigma Cinta Lasi” dapat dibandingkan sebagai berikut:
Alur dalam Novel “Bekisar Merah karya “Ahmad Tohari” adalah campuran
atau yang bisa disebut dengan alur maju mundur. Hal ini dibuktikan dari masing-
masing bab dalam novel yaitu dengan rincian sebagai berikut :
BAB 1
BAB 2
ALUR MAJU
BAB 3-5
BAB 6
ALUR MAJU
Sedangkan alur dalam Drama “Enigma Cinta Lasi” yang dingkat dari novel
Bekisar Merah karya Ahmad Tohari memiliki alur maju, sebab dalam drama
percakapan pementasan drama membahas kejadian langsung secara runtut tanpa
membahas masa lalu atau kenangan tokoh tersebut. Hal ini yang membedakan
antara novel dan apresiasi dalam drama. Di dalam novel banyak menceritakan
masa lalu dari tokoh Lasi dan Kanjat yang hidup di desa Karangsoga. Akan tetapi,
dalam Drama yang berjudul “Enigma Cinta Lasi” tidak diceritakan alur mundur.
Dalam hal ini banyak cerita-cerita di novel yang belum diperankan oleh para
tokoh dalam Drama Enigma Cinta Lasi.
Dari perbandingan alur novel dan drama tersebut, dapat kita gambarkan
alur dalam diagram Piktogram seperti gambar dibawah ini :
Keterangan :
Bukti Alur maju dan plot eksposisi pada percakapan drama sebagai berikut :
“ Doakan, akang hari ini dapat banyak.”
Loh, kang Darsa jadi berangkat? Apa tidak lebih baik besok aja ? ”
“ Ya sudah, Kang mau manjat dulu “
Bukti plot konflik pada percakapan drama sebagai berikut :
“ Waktu saya berada di sekitarnya, Saya melihat ada kodok lompat, dan saya tidak
lupa dengan apa yang harus saya lakukan “
“ Tapi Kang, kita sudah tidak punya biaya lagi.
PENOKOHAN
Tokoh Watak
Lasi Penurut, setia, pekerja keras
Darsa Pekerja keras, berkhianat
Kanjat Baik, suka menolong
Eyang Mus Penasihat, perhatian
Mbok Mus Bijaksana
Pak Tir Baik hati, suka menolong, perhatian
Sapon Suka bercanda, ramah
Mukri Penolong, pekerja keras, bertanggung
jawab
Bunek Licik
Sipah Penurut
Mbok Wiryaji Pemarah
Tokoh Cameo Suka menguping
Dapat disimpulkan bahwa pemaparan tabel antara Novel Bekisar Merah dan
Drama yang berjudul Enigma Cinta Lasi mempunyai perbedaan diantaranya yaitu
dalam drama tokoh yang keluar tidak semuanya, lalu karakter dari tokoh Sapon
dalam drama lebih terlihat konyol.
LATAR
Latar
Tempat Waktu Sosial budaya
Lembah Pagi hari Untuk latar sosial
Dirumah Darsa Sore hari budayanya adalah ketika
Atas pohon kelapa Malam hari ada seorang yang jatuh
Rumah kelapa Musim kemarau dari pohon kelapa saat
Sumur Musim hujan mengambil nirah, maka
Pekarangan Siang hari harus di kencingi dan
setiap orang yang jatuh
Warung Tengah malam
dari pohon kelapa harus
Pasar
mengucapkan kalimat
Sungai “kodok lompat”.
Kamar
Latar Tempat
Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 2015:314). Latar tempat pada Novel
“Bekisar Merah” dan Drama “Enigma Cinta Lasi” dapat dibandingkan sebagai
berikut:
Pagi hari, dalam pementasan drama pagi hari ini diceritakan pada saat Lasi
pergi ke toko Pak Tir yang akan menjual gula dan kemudian mendengar kabar
semalam bahwa suaminya Darsa telah menghianatinya. Sedangkan dalam novel,
latar waktu pagi hari digabarkan oleh pengarang dalam bab kesatu yang
menggambarkan tokoh Lasi waktu pagi-pagi memiliki pekerjaan yang tetap
sebagai istri penyadap yakni menyiapkan tungku dan kawah besar.
Sore hari, sore hari merupakan latar waktu yang digunakan dalam
pementasan drama yang menceritakan Darsa yang sedang mempersiapkan alat-
alat penyadapnya pada sore hari kemudian Darsa terjatuh pada saat sore hari.
Selain itu, dalam novel juga memiliki latar waktu sama yakni sore saat darsa
sedang menyiapkan alat-alat untuk menyadap. Tetapi dalam novel pengarang
menggambarkan tokoh Lasi yakni suami Darsa yang menyiapkan semua peralatan
Darsa, sedangkan dalam pementasan drama, Darsa sendiri yang menyiapkan alat-
alat penyadapnya pada sore hari.
Malam hari dalam pementasan drama ini digunakan pada saat Darsa
sedang pijat dirumah Bunek kemudian menggauli anaknya Bunek yaitu Sipah
perempuan yang cacat dan Darsa menghianati istrinya Lasi. Sedangkan dalam
novel digambarkan pengarang latar waktunya yakni pada saat Kanjat sedang
menemui Lasi di rumah Bu Lanting dan berbincang bincang dengan Lasi. Selain
itu, dalam novel juga diketahui bahwa latar waktu malam hari pengarang
menggambarkan Lasi yang sedang melamun karena tidak dapat memejamkan
matanya.
Latar Sosial
Latar sosial budaya menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam
karya fiksi (Nurgiyantoro, 2015:322). Latar sosial pada Novel “Bekisar Merah”
dan Drama “Enigma Cinta Lasi” dapat dibandingkan sebagai berikut:
Latar sosial dalam pementasan Drama “Enigma Cinta Lasi” dengan novel
“Bekisar Merah” tidak memiliki perbedaan. Karena dalam pementasan drama dan
juga novel memiliki latar sosial budaya yang sama yakni di Karangsoga jika orang
jatuh dari atas pohon kelapa maka semua orang akan mengatakan bahwa itu
adalah kodok lompat. Dibuktikan dari pementasan drama pada awal cerita yang
menceritakan Darsa jatuh dan ditolong oleh Mukri dengan mengatakan kodok
lompat. Sama seperti halnya dengan novel yang dimana pengarang
menggambarkan Darsa jatuh dan ditolong oleh Mukri kemudian mengatakan
bahwa itu kodok lompat yang berada di bab pertama.
AMANAT
Amanat Bawahan :
“ Mau istirahat gimana las? Hutang kita di Pak Tir sudah menumpuk, saya harus
buktikan ke orang – orang, kalau saya ini mampu menghidupimu Las !“. Dari
kutipan percakapan drama diatas dapat memberi pesan bahwa suami sebagai
tulang punggung keluarga harus bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidup
rumah tangga.
“ Waktu berada di sekitarnya, saya melihat ada kodok lompat. Dan saya tidak lupa
dengan apa yang harus saya lakukan ! Saya langsung membuka baju saya.
Kemudian saya mengelilinginya 3 kali seperti monyet” dan “ Kalian semua,
jangan sampai lupa terhadap tradisi ini”. Dari kutipan percakapan drama diatas
dapat memberi pesan bahwa lakukan suatu tindakan yang seharusnya dilakukan
yang mana telah menjadi norma / adat istiadat daerah itu dalam keadaan apapun.
“ Ih, tai !! Saya belum selesai bicara, tabal – tabal! Dari kutipan percakapan drama
diatas dapat memberi pesan bahwa tunjukkan sikap berbahasa yang sopan dan
ramah serta hilangkan sifat amarah diri.
“ Si Lasi itu kan cantik Pak Tir, malah disuruh cari kayu bakar. Suaminya nggak
bisa berdiri !!”. Dari kutipan percakapan drama diatas dapat memberi pesan
bahwa hilangkan sifat menggunjing kehidup orang lain.
“ Darsa itu sudah 4 bulan dirawat di rumah sakit, tapi masih saja tidak berubah “
Bagaimana kalau anakku menderita seumur hidu dia ?”. Dari kutipan percakapan
drama diatas dapat memberi kesimpulan bahwa kesehatan dan kesembuhan diri
yang menetukkan adalah Sang Pencipta, maka berdoalah kepada-Nya.
Amanat utama :
Kehidupan pasti memiliki dinamika yang beragam. Musibah dan rintangan dapat
muncul tiba – tiba. Lakukan usaha yang semestinya tepat untuk dilakukan.
Kuatkan iman dan taqwa diri sendiri. Hindari sifat mengeluh resah dan selalu
berdoa kepada Sang pencipta agar diberi kemudahan dalam urusan kehidupan.
SIMPULAN
Indarti, Titik. 2006. Memahami Drama Sebagai Teks Sastra dan Pertunjukan: