Anda di halaman 1dari 12

PERBANDINGAN DRAMA BEKISAR MERAH

“ENIGMA CINTA LASI” DENGAN NOVEL BEKISAR MERAH


KARYA AHMAD TOHARI

Di Susun Sebagai Tugas Mata Kuliah Apresiasi Prosa

Dosen Pengampu:
Ririe Rengganis, S.S., M.Hum.

Disusun oleh:
Kelompok 2 - PB 2016
1. Wegig Yhusa Tanaya (16020074038)
2. Kevin Dewanda Moudizka (16020074107)
3. Erfin Nikmatus Sofiyah (16020074131)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2017
ABSTRAK
Novel merupakan jenis dari prosa fiksi berbentuk cerita yang cukup
panjang dan meninjau kehidupan sehari-hari dan lebih panjang dari cerpen..
Salah satu contoh novel yaitu “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari yang
memiliki enam bab dan unsur- unsur intrinsik prosa fiksi, seperti tema, alur
cerita, tokoh, latar, gaya bahasa, sudut pandang dan amanat. Tema keseluruhan
dari novel tersebut adalah kesengsaraan karena banyaknya kesengsaraan yang
dialami oleh tokoh Lasi. Kemudian pada alur yang terbagi dalam tahapan seperti
paparan, rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan, klimaks jeraian dan
penyelesaian. Tokoh dalam cerpen terbagi menjadi dua jenis yaitu tokoh utama
Lasi dan Darsa dan tokoh bawahan Eyang Mus, Handarbeni, Mukri, Sapon,
Mbok Wiryaji, dll. Latar cerita dari novel terbagi menjadi tiga, yaitu latar waktu
seperti siang hari, latar tempat seperti di Desa Karangsoga, dan latar sosial
seperti warga desa yang menjenguk tetangga yang terkena musibah seperti ketika
Darsa jatuh dari pohon. Kemudian gaya bahasa dari Novel yaitu personifikasi,
metafora, hiperbola, dll. Adapun sudut pandang novel yang menggunakan sudut
pandang orang ketiga, karena dalam novel Bekisar Merah penyebutan tokoh
dengan menggunakan nama tokoh sendiri. Novel Bekisar Merah dapat di
apresiasikan dalam bentuk drama, seperti drama berjudul “Enigma Cinta Lasi”
yang memiliki tema, tokoh, latar, alur dan amanat yang hampir sama dengan
novelnya. Namun dalam drama tidak terdapat gaya bahasa dan sudut pandang
seperti pada novel Bekisar Merah.
Kata kunci : Novel, Unsur Intrinsik, Drama

Menurut (Nurgiyantoro, 2015:11) mengemukakan bahwa novel


merupakan bentuk karya sastra yang disebut fiksi. Novel berarti sebuah karya
prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang namun juga tidak
terlalu pendek. Dari segi panjang cerita, novel dapat mengemukakan sesuatu
secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail dan
lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang kompleks. Kelebihan novel
yang khas adalah kemampuannya menyampaikan permasalahan yang kompleks
secara penuh, mengreasikan sebuah dunia yang jadi (Nurgiyantoro, 2015:13).
Menurut Abrams dalam (Nurgiyantoro, 2015:57) mengemukakan struktur karya
sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan
dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk
kebulatan yang indah. Fakta (facts) dalam sebuah cerita meliputi karakter (tokoh
cerita), plot, latar. Ketiganya merupakan unsur fiksi yang secara faktual dapat
dibayangkan peristiwanya, eksistensinya, dalam sebuah novel. Oleh karena itu,
ketiganya dapat pula disebut sebagai struktur faktual (factual structure) dan
tingkatan faktual (factual level) sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2015:31-32).
Novel dapat di apresiasikan dalam bentuk drama, salah satunya yaitu
Novel Bekisar Merah yang diapresiasikan dalam bentuk drama “Enigma Cinta
Lasi” yang memiliki unsur-unsur penting yaitu tema, tokoh, latar, alur dan amanat
yang hampir sama dengan novel. Namun dalam drama tidak terdapat gaya bahasa
dan sudut pandang seperti pada novel Bekisar Merah. Dilihat dari penyajiannya,
novel karya Ahmad Tohari yang berjudul “Bekisar Merah” dapat dibandingkan
dengan Drama “Enigma Cinta Lasi”. Perbandingan tersebut dapat dipaparkan
sebagai berikut:

TEMA

Tema adalah gagasan (makna) dasar umum yang menopang sebuah karya
sastra sebagai struktur semantis dan bersifat abstrak yang secara berulang-ulang
dimunculkan lewat motif-motif dan biasanya dilakukan secara implisit
(Nurgiyantoro, 2015:115). Makna cerita dalam sebuah karya fiksi, memiliki lebih
dari satu interpretasi yakni tema mayor dan tema minor. Tema mayor merupakan
makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu.
Sedangkan tema minor merupakan makna-makna tambahan atau tema-tema
tambahan (Nurgiyantoro, 2015:133). Tema pada Novel “Bekisar Merah” dan
Drama “Enigma Cinta Lasi” dapat dibandingkan sebagai berikut:

Terdapat dua macam tema yang terkandung dalam Novel “Bekisar Merah”
karya Ahmad Tohari yaitu tema mayor dan tema minor. Tema minor yang
terkandung dalam novel Bekisar Merah yaitu kepedihan dan kesengsaraan yang
terdapat dalam bab 1, kemudian pengkhianatan yang terdapat dalam bab 2,
kehidupan dalam bab 3, tema ekonomi pada bab 4, tema kesengsaraan dalam bab
5 dan bab 6. Untuk tema mayor atau tema keseluruhan dalam novel Bekisar
Merah adalah kesengsaraan dalam kehidupan. Tema itu diambil karena banyaknya
kesengsaraan yang tergambar atau tercermin dalam isi novel tersebut seperti
kemiskinan, perselingkuhan dan pengkhianatan yang telah dilakukan Darsa
terhadap Lasi.
Sedangkan tema yang terkandung dalam drama yang terinspirasi oleh
novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari yang berjudul “Enigma Cinta Lasi”
memiliki tema yang hampir sama dengan novel Bekisar Merah yaitu tentang
Kesengsaraan dan Pengkhianatan, karena dalam drama diceritakan keadaan
ekonomi dari kehidupan Lasi dan Darsa, dan juga Pengkhianatan cinta Darsa
terhadap Lasi yang berselingkuh dengan sipah.
ALUR / PLOT
Menurut Stanton dalam (Nurgiyantoro, 2015:167) mengemukakan bahwa
plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya
dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Alur pada Novel “Bekisar Merah”
dan Drama “Enigma Cinta Lasi” dapat dibandingkan sebagai berikut:
Alur dalam Novel “Bekisar Merah karya “Ahmad Tohari” adalah campuran
atau yang bisa disebut dengan alur maju mundur. Hal ini dibuktikan dari masing-
masing bab dalam novel yaitu dengan rincian sebagai berikut :

BAB 1

ALUR MAJU MUNDUR (CAMPURAN)

BAB 2

ALUR MAJU

BAB 3-5

ALUR MAJU MUNDUR (CAMPURAN)

BAB 6

ALUR MAJU

Sedangkan alur dalam Drama “Enigma Cinta Lasi” yang dingkat dari novel
Bekisar Merah karya Ahmad Tohari memiliki alur maju, sebab dalam drama
percakapan pementasan drama membahas kejadian langsung secara runtut tanpa
membahas masa lalu atau kenangan tokoh tersebut. Hal ini yang membedakan
antara novel dan apresiasi dalam drama. Di dalam novel banyak menceritakan
masa lalu dari tokoh Lasi dan Kanjat yang hidup di desa Karangsoga. Akan tetapi,
dalam Drama yang berjudul “Enigma Cinta Lasi” tidak diceritakan alur mundur.
Dalam hal ini banyak cerita-cerita di novel yang belum diperankan oleh para
tokoh dalam Drama Enigma Cinta Lasi.
Dari perbandingan alur novel dan drama tersebut, dapat kita gambarkan
alur dalam diagram Piktogram seperti gambar dibawah ini :

Keterangan :

1. Warna merah adalah plot dari Drama “Enigma Cinta Lasi”


2. Warna biru adalah plot dari Novel “Bekisar Merah”

Bukti Alur maju dan plot eksposisi pada percakapan drama sebagai berikut :
“ Doakan, akang hari ini dapat banyak.”
Loh, kang Darsa jadi berangkat? Apa tidak lebih baik besok aja ? ”
“ Ya sudah, Kang mau manjat dulu “
Bukti plot konflik pada percakapan drama sebagai berikut :
“ Waktu saya berada di sekitarnya, Saya melihat ada kodok lompat, dan saya tidak
lupa dengan apa yang harus saya lakukan “
“ Tapi Kang, kita sudah tidak punya biaya lagi.
PENOKOHAN

Menurut Abrams dalam (Nurgiyantoro, 2015:247) mengemukakan bahwa


tokoh cerita (character) adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif,
atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang
dilakukan dalam tindakan. Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki
peranan yang berbeda-beda. Seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam
suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama. Sedangkan tokoh yang
memiliki peranan tidak penting karena pemunculannya hanya melengkapi,
melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu
(Aminuddin, 2011:79-80). Penokohan pada Novel “Bekisar Merah” dan Drama
“Enigma Cinta Lasi” dapat dibandingkan sebagai berikut:

Penokohan dalam Novel “Bekisar Merah” sebagai berikut :

Tokoh Watak Pada Bab


Darsa Setia, pekerja keras, cepat putus asa 1
Mukri Penolong, pekerja keras, 1
bertanggung jawab
Eyang Mus Penasihat, penyemangat, baik hati, 1,2 dan 3
perhatian, pemikiran dewasa
Pak Wiryaji Pendirian teguh 2
Mbok Wiryaji Cepat putus asa 4
Sapon Baik hati 3
Bunek Licik 2
Pak Tir Baik hati, suka menolong, 1,4 dan 5
perhatian
Kanjat Ramah, cerdas, penurut, baik hati 1,4 dan 5
Bu Lanting Ramah, licik 3
Handarbeni Suka bermain perempuan, licik 4
Pardi Baik hati, banyak simpanan para 3
wanita
Lasi Setia, baik hati, lembut, mudah 1 dan 2
percaya orang lain, tidak tegaan

Penokohan dalam Drama “Enigma Cinta Lasi” sebagai berikut :

Tokoh Watak
Lasi Penurut, setia, pekerja keras
Darsa Pekerja keras, berkhianat
Kanjat Baik, suka menolong
Eyang Mus Penasihat, perhatian
Mbok Mus Bijaksana
Pak Tir Baik hati, suka menolong, perhatian
Sapon Suka bercanda, ramah
Mukri Penolong, pekerja keras, bertanggung
jawab
Bunek Licik
Sipah Penurut
Mbok Wiryaji Pemarah
Tokoh Cameo Suka menguping

Dapat disimpulkan bahwa pemaparan tabel antara Novel Bekisar Merah dan
Drama yang berjudul Enigma Cinta Lasi mempunyai perbedaan diantaranya yaitu
dalam drama tokoh yang keluar tidak semuanya, lalu karakter dari tokoh Sapon
dalam drama lebih terlihat konyol.

LATAR

Menurut Abrams dalam (Nurgiyantoro, 2015:302) mengemukakan latar


atau setting yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menunjuk pada pengertian
tempat, hubungan waktu sejarah, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam 3
unsur pokok yaitu tempat, waktu, dan sosial budaya. Latar pada Novel “Bekisar
Merah” dan Drama “Enigma Cinta Lasi” dapat dibandingkan sebagai berikut:

Latar dalam Novel “Bekisar Merah” sebagai berikut :

Latar
Tempat Waktu Sosial budaya
Lembah Pagi hari Untuk latar sosial
Dirumah Darsa Sore hari budayanya adalah ketika
Atas pohon kelapa Malam hari ada seorang yang jatuh
Rumah kelapa Musim kemarau dari pohon kelapa saat
Sumur Musim hujan mengambil nirah, maka
Pekarangan Siang hari harus di kencingi dan
setiap orang yang jatuh
Warung Tengah malam
dari pohon kelapa harus
Pasar
mengucapkan kalimat
Sungai “kodok lompat”.
Kamar

Latar dalam Drama “Enigma Cinta Lasi” sebagai berikut :


Latar
Tempat Waktu Sosial budaya
Toko Pak Tir Pagi hari Untuk latar sosial
Rumah Lasi Sore hari budayanya sama dengan
Rumah Eyang Mus Malam hari novel yaitu ketika ada
Rumah Bunek Malam hari seorang yang jatuh dari
pohon kelapa saat
mengambil nirah, maka
harus dikencingi dan
harus mengucapkan
kalimat “kodok lompat”.

Latar Tempat
Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 2015:314). Latar tempat pada Novel
“Bekisar Merah” dan Drama “Enigma Cinta Lasi” dapat dibandingkan sebagai
berikut:

Rumah Darsa, dibuktikannya pada pementasan drama tersebut ketika Darsa


sedang menyiapkan peralatan untuk menyadap nira. Keadaan rumah Darsa dalam
pementasan ini terdapat botol marjan yang terletak di atas meja dan terdapat
keranjang plastik yang berisi pakaian Lasi dan juga Darsa. Ranjang pakaian
tersebut terletak di tempat tidur yang berada di dalam rumah Darsa. Sedangkan
dalam novel “Bekisar Merah” latar tempat rumah Darsa terdapat dalam bab satu.
Di dalam novel tersebut tidak digambarkan oleh pengarang bahwa di rumah Darsa
terdapat botol marjan. Selain itu, di dalam novel digambarkan pengarang bahwa
tempat tidur yang berada di rumah darsa terpisah dengan ruang tengah, berbeda
pada pementasan drama ruangannya yang tergabung menjadi satu.
Rumah eyang mus, dibuktikannya dalam pementasan drama ketika Mbok
Wiyaji sedang menemui atau menghampiri Eyang Mus dan Nyai Mus di
rumahnya. Selain itu dalam pementasan drama dipertontonkan pada saat Eyang
Mus, Nyai Mus, dan Mbok Wiryaji sedang berbicara berada di dalam rumah
Eyang Mus. Sedangkan dalam novel latar tempat di rumah Eyang Mus berada
dalam bab dua dan pengarang menggambarkan rumah Eyang Mus hanya di depan
rumahnya saja tidak didalam rumahnya.
Toko Pak Tir, dibuktikan dalam pementasan drama tersebut bahwa latar
tempat toko Pak Tir ini saat istri-istri penyadap menyetorkan hasil olahan nira
hasil sadapan suaminya. Selain itu, pada toko Pak Tir ini digunakan sebagai
tempat bersenda gurau. Sedangkan dalam novel latar tempat berada di rumah Pak
Tir. Rumahnya tersebut juga digunakan menjadi tempat istri-istri penyadap
menjual nira. hal ini dijelaskan dalam bab kedua yang dibuktikan dari
“Menyebrang titian pinang sebatang , tersenyum sendiri karena teringat dulu ia
sering berlama-lama di situ, lalu ia mendaki dan muncul pada gang yang lurus
menuju rumah Pak Tir.” (Tohari, 2013:52)
Rumah Bunek, dalam pementasan drama ini latar tempat pada rumah Bunek
diceritakan pada saat Darsa mengobati kakinya dengan pijatan Bunek. Sedangkan
dalam novel penggambar menggambarkan bahwa rumah Bunek sering didatangi
oleh pelanggannya yang selalu ketagihan dengan pijatannya. Hal tersebut terdapat
dalam bab kedua yang dimana rumah bunek menjadi tujuan orang-orang untuk
pijat.
Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut
biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat
dikaitkan dengan peristiwa sejarah (Nurgiyantoro, 2015:318). Latar waktu pada
Novel “Bekisar Merah” dan Drama “Enigma Cinta Lasi” dapat dibandingkan
sebagai berikut:

Pagi hari, dalam pementasan drama pagi hari ini diceritakan pada saat Lasi
pergi ke toko Pak Tir yang akan menjual gula dan kemudian mendengar kabar
semalam bahwa suaminya Darsa telah menghianatinya. Sedangkan dalam novel,
latar waktu pagi hari digabarkan oleh pengarang dalam bab kesatu yang
menggambarkan tokoh Lasi waktu pagi-pagi memiliki pekerjaan yang tetap
sebagai istri penyadap yakni menyiapkan tungku dan kawah besar.
Sore hari, sore hari merupakan latar waktu yang digunakan dalam
pementasan drama yang menceritakan Darsa yang sedang mempersiapkan alat-
alat penyadapnya pada sore hari kemudian Darsa terjatuh pada saat sore hari.
Selain itu, dalam novel juga memiliki latar waktu sama yakni sore saat darsa
sedang menyiapkan alat-alat untuk menyadap. Tetapi dalam novel pengarang
menggambarkan tokoh Lasi yakni suami Darsa yang menyiapkan semua peralatan
Darsa, sedangkan dalam pementasan drama, Darsa sendiri yang menyiapkan alat-
alat penyadapnya pada sore hari.
Malam hari dalam pementasan drama ini digunakan pada saat Darsa
sedang pijat dirumah Bunek kemudian menggauli anaknya Bunek yaitu Sipah
perempuan yang cacat dan Darsa menghianati istrinya Lasi. Sedangkan dalam
novel digambarkan pengarang latar waktunya yakni pada saat Kanjat sedang
menemui Lasi di rumah Bu Lanting dan berbincang bincang dengan Lasi. Selain
itu, dalam novel juga diketahui bahwa latar waktu malam hari pengarang
menggambarkan Lasi yang sedang melamun karena tidak dapat memejamkan
matanya.
Latar Sosial
Latar sosial budaya menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam
karya fiksi (Nurgiyantoro, 2015:322). Latar sosial pada Novel “Bekisar Merah”
dan Drama “Enigma Cinta Lasi” dapat dibandingkan sebagai berikut:

Latar sosial dalam pementasan Drama “Enigma Cinta Lasi” dengan novel
“Bekisar Merah” tidak memiliki perbedaan. Karena dalam pementasan drama dan
juga novel memiliki latar sosial budaya yang sama yakni di Karangsoga jika orang
jatuh dari atas pohon kelapa maka semua orang akan mengatakan bahwa itu
adalah kodok lompat. Dibuktikan dari pementasan drama pada awal cerita yang
menceritakan Darsa jatuh dan ditolong oleh Mukri dengan mengatakan kodok
lompat. Sama seperti halnya dengan novel yang dimana pengarang
menggambarkan Darsa jatuh dan ditolong oleh Mukri kemudian mengatakan
bahwa itu kodok lompat yang berada di bab pertama.
AMANAT

Kenny dalam (Nurgiyantoro, 2015:430) mengemukakan bahwa moral


(amanat) dalam karya sastra biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang
berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat
diambil (dan ditafsirkan), lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Ia
merupakan “petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai
hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku,
dan sopan santun pergaulan. Ia bersifat praktis sebab “petunjuk” nyata,
sebagaimana model yang ditampilkan dalam cerita itu lewat sikap dan tingkah
laku tokoh-tokohnya. Amanat pada Novel “Bekisar Merah” dan Drama “Enigma
Cinta Lasi” dapat dibandingkan sebagai berikut:

Amanat Bawahan :
“ Mau istirahat gimana las? Hutang kita di Pak Tir sudah menumpuk, saya harus
buktikan ke orang – orang, kalau saya ini mampu menghidupimu Las !“. Dari
kutipan percakapan drama diatas dapat memberi pesan bahwa suami sebagai
tulang punggung keluarga harus bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidup
rumah tangga.
“ Waktu berada di sekitarnya, saya melihat ada kodok lompat. Dan saya tidak lupa
dengan apa yang harus saya lakukan ! Saya langsung membuka baju saya.
Kemudian saya mengelilinginya 3 kali seperti monyet” dan “ Kalian semua,
jangan sampai lupa terhadap tradisi ini”. Dari kutipan percakapan drama diatas
dapat memberi pesan bahwa lakukan suatu tindakan yang seharusnya dilakukan
yang mana telah menjadi norma / adat istiadat daerah itu dalam keadaan apapun.
“ Ih, tai !! Saya belum selesai bicara, tabal – tabal! Dari kutipan percakapan drama
diatas dapat memberi pesan bahwa tunjukkan sikap berbahasa yang sopan dan
ramah serta hilangkan sifat amarah diri.
“ Si Lasi itu kan cantik Pak Tir, malah disuruh cari kayu bakar. Suaminya nggak
bisa berdiri !!”. Dari kutipan percakapan drama diatas dapat memberi pesan
bahwa hilangkan sifat menggunjing kehidup orang lain.
“ Darsa itu sudah 4 bulan dirawat di rumah sakit, tapi masih saja tidak berubah “
Bagaimana kalau anakku menderita seumur hidu dia ?”. Dari kutipan percakapan
drama diatas dapat memberi kesimpulan bahwa kesehatan dan kesembuhan diri
yang menetukkan adalah Sang Pencipta, maka berdoalah kepada-Nya.
Amanat utama :
Kehidupan pasti memiliki dinamika yang beragam. Musibah dan rintangan dapat
muncul tiba – tiba. Lakukan usaha yang semestinya tepat untuk dilakukan.
Kuatkan iman dan taqwa diri sendiri. Hindari sifat mengeluh resah dan selalu
berdoa kepada Sang pencipta agar diberi kemudahan dalam urusan kehidupan.
SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pada Drama Bekisar


Merah bertema kehidupan yang penuh godaan dan rintangan karena mengisahkan
perjuangan seseorang dalam menjalani kehidupannya. Kehidupan tokoh telah
tergambar pada nasib tokoh. Kehidupan yang dominan di dalam drama yaitu
kehidupan Lasi. Lasi merupakan anak desa yang ber ayah bekas serdadu Jepang
yang memiliki kecantikan khas yaitu berkulit putih, memiliki mata eksotis,
berambut hitam panjang dan memiliki wajah yang cantik, bahkan Lasi adalah
wanita tercantik di Karangsoga. Dari kecil Lasi suka diperolok oleh teman-
temannya karena mirip jepang, kehidupan pernikahannya selama tiga tahun
dengan Darsa sang penyadap air nira kelapa hancur karena perselingkuhan Darsa
dengan Sipah untuk membalas budi Bunek. Watak dari tokoh Lasi yaitu seorang
yang lugu, penurut dan patuh kepada suami sedangkan watak Darsa yaitu tidak
setia dan kasar. Latar yang dapat digambarkan yaitu latar tempat, latar waktu dan
sosial. Latar tempat dibuktikan di rumah Kanjat, rumah Eyang Mus, toko Pak Tir
dan rumah Bunek lalu latar waktunya yaitu pada pagi hari, siang hari dan malam
hari dan latar sosial budayanya yaitu ketika ada orang terjatuh dari atas pohon
kelapa maka penduduk desa Karangsoga mengatakannya dengan sebutan kodok
lompat. Alur drama Bekisar Merah yaitu maju karena menjelaskan kejadian yang
runtut berkesinambungan secara kronologis dari tahap awal sampai tahap akhir
pementasan drama, percakapan terjadi pada waktu masa itu tidak ada peristiwa
atau penjelasan masa lalu yang ditampilkan pada drama. Amanat dalam drama ini
memberi pesan tentang kesabaran dalam diri. Ujian hidup akan terjadi dalam
bahtera rumah tangga atau bahkan dalam sebuah daerah sekalipun. Sewajarnya
harus berusaha untuk menanggulanginya serta interopeksi terhadap pikiran, sikap,
dan kepribadian diri sendiri. Yang terutama yaitu berserah diri kepada Sang
Pencipta dan berdoa kepada-Nya karena dia akan memberikan kemudahan urusan
duniawi bagi para umatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Indarti, Titik. 2006. Memahami Drama Sebagai Teks Sastra dan Pertunjukan:

Unesa University Press.

Tohari, Ahmad. 2011. Bekisar Merah . Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai