Anda di halaman 1dari 111

Edi Sugianto

Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

Cinta dalam Secangkir Kopi

All rights reserverd


Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Penulis : Edi Sugianto


Layout: Asmuni Marzuki
Desain Sampul : Dwi Asti Faradillah

ISBN 978-60206747-11-2
Cetakan I Juli 2017

Cinta Buku Media


Jl. Musyawarah, Komplek Pratama A1 No.8
Kp. Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan
e_mail: cintabuku_media@yahoo.com

ii | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

KATA PENGANTAR
Labirin Cinta Transendental dan Kekayaan Metaforis
dalam Kitab Puisi Cinta Edi Sugianto

Oleh Sawali Tuhusetya *)

Cinta merupakan nilai keilahian yang melekat pada


setiap makhluk di muka bumi. Ia bersifat universal; tidak
mengenal sekat-sekat geografis dan batas-batas primordial.
Dengan cinta, setiap makhluk Tuhan mampu menggapai
nilai-nilai kesejatian hidup. Untuk menggapai nilai
kesejatian hidup itu, ia (baca: cinta) bisa diekspresikan
dengan macam cara; mulai dari yang purba hingga yang
mutakhir sekalipun. Dalam situasi demikian, sungguh
beralasan apabila setiap makhluk di muka bumi ini merasa
sah dan berhak untuk mengekspresikan rasa cinta dengan
caranya sendiri.
Tak terkecuali Edi Sugianto. Penyair muda yang
akrab disapa dengan nickname Esug ini pun sah untuk
mengekspresikan rasa cinta dengan caranya sendiri; melalui
puisi. Hal ini tidak berlebihan, sebab puisi atau sajak
sesungguhnya merupakan genre sastra yang paling
memungkinkan bagi seorang seniman untuk berproses
kreatif dan berekspresi –termasuk persoalan cinta-- secara
bebas dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Penyair kelahiran Madura yang kini bermukim di
Jakarta itu pun memiliki hak yang sama untuk bertutur
tentang soal-soal cinta yang selama ini tercitrakan sebagai

iii | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

tema-tema sentimentil, bahkan cengeng. Sebagai anak


manusia yang kebetulan memilih jalur penyair sebagai
bagian “panggilan hidup”-nya, ia memiliki hak secara penuh
dan seutuhnya untuk bertutur tentang tema yang dianggap
sentimentil dan cengeng itu.
Dalam amatan saya, 70-an sajak Edi Sugianto yang
terkumpul dalam Kitab Puisi Cinta-nya ini jauh dari kesan
cengeng dan nyinyir. Cinta yang dia tuturkan tak hanya
sebatas cinta harfiah-horisontal yang berlandas-tumpu pada
konsep hubungan lahiriah, tetapi lebih jauh daripada itu, si
aku lirik berupaya memasuki labirin cinta keilahian-
rohaniah yang bersifat transendental-vertikal. Rasa cintanya
kepada Sang Khalik ia lahir-wujudkan melalui idiom-idiom
yang subtil dan terjaga.
Dengan segenap kemampuan stylistika-nya, ia
berupaya secara sungguh-sungguh untuk menghindari
idiom-idiom cinta yang secara “common-sense” telah
tercitrakan sentimentil dan cengeng. Ia agaknya punya
kekayaan kosakata yang mampu berbicara soal cinta tanpa
harus terjebak dalam bentangan slogan-slogan cinta yang
kosong dan tanpa makna. Ia juga sanggup berkelit untuk
menggunakan idiom-idiom klasik yang selama ini telanjur
melekat dan mengilu-sumsum dalam imajinasi cinta banyak
orang.
Selain itu, ada dorongan kuat Edi Sugianto untuk
melakukan semacam “pemberontakan eksistensialitas”
secara subtil sebagai seorang penyair dalam memandang
dan memahami cinta sebagai hak universal setiap anak

iv | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

manusia yang acap kali disalahtafsirkan dengan


mengatasnamakan cinta untuk melakukan tindakan-
tindakan anomali yang secara diametral bertentangan
dengan nilai-nilai kemanusiaan.

***
Simak saja puisi bertajuk “Aku Ingin Tidur di
Mimpimu”: // Aku ingin berbaring di matamu, menjala
keindahan dunia / Menikmati lanskap angkasa dan pesawat
terbang yang melintasi mimpi-mimpi kita / Mimpi itu
seperti awan yang kita kejar malam itu: mereka telah
beranak-pinak, membangun rumah dan tangga sendiri untuk
sampai di nirwana cinta / Aku ingin tidur di mimpimu seperti
awal kita bertemu.//
Dengan menggunakan kekayaan metaforis, sang
penyair terobsesi untuk tidur dalam mimpi bersama sosok
yang dicintainya seperti awal mereka bertemu. Akankah
mimpi si aku lirik sebatas dimaknai secara harfiah lantaran
godaan naluri purba yang ingin tidur dalam mimpi bersama
sang kekasih? Saya kira, sang kekasih dalam teks ini
bukanlah sosok perempuan yang secara kasat mata berhasil
menggoda naluri kelelakiannya. Namun, lebih dibingkai oleh
situasi transendental yang menuntun nilai keilahiannya
untuk bisa menggapai surga (nirwana) yang penuh dengan
taburan cinta dan kasih sayang. Si aku lirik demikian subtil
mengungkapkan kerinduannya untuk bertemu dengan sang
kekasih (Tuhan) melalui kekayaan metaforis yang cukup
terjaga.

v | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

Suasana yang (nyaris) sama juga terekam dalam


teks-teks puisinya yang lain. Pada “Bulan di Wajahmu”,
Humairah”, atau “Kepada Humairah”, misalnya, Esug
berupaya menyusuri labirin cinta secara transendental
melalui sosok perempuan bernama Humairah. Kehadiran
sosok gadis berpipi kemerah-merahan ini saya kira menjadi
medium bagi si aku lirik untuk mengekspresikan “gemuruh
cinta yang memabukkan” kepada Sang Khalik hingga
menyebut Humairah sebagai “mutiara jiwa” yang “'akan
menjemputnya di bukit syahdu”.
Suasana cinta transendental juga sangat kuat
terpancar pada puisi “Aubade Merah”, “Aubade Pantai
Sembilan”, “Bantal”, “Berjalan di Belakang Matahari”,
“Biarkan Menjalar”, “Bidara”, “Cara Menjaring Angin”,
“Cemburu atau Rindu”, “Cinta di Telaga Kecil”, “Cintaku Tak
Ber-Ufuk”, “Cinta Merah”, “Cinta Segitiga Sama Sisi”,
“Dalam Perahu”, “Di Balik Kaca Jendela”, “Di Pekarangan
Ber-Bunga”, “Dua Lembar Bunga Perawan”, “Dua Merpati”,
“Gerimis Cinta”, “Hanya”, “Jembatan Surga”, “Juitaku”,
“Kacamata”, “Kau Hentikan Malam”, “Keajaiban Kata-Kata”,
“Kejora”, “ etika Pagi”, “Kopi”, “Kopiah”, “Lanskap Aduhai”,
“Lucid Dreaming”, “Lupa”, “Mahabharata Cinta”, “Mata”,
dan beberapa puisi yang lain.
Membaca Cinta dalam Secangkir Kopi, bagi saya, tak
ubahnya menyimak perjalanan panjang seorang musafir
cinta yang sudah amat lama memendam kerinduan terhadap
sang kekasih. Dalam perjalanannya yang “panjang” itu, sang

vi | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

musafir sesekali harus menghadapi banyak godaan


sebagaimana dituturkan dalam teks “Mata” berikut ini.

"Tenggelamlah dalam mataku!" godanya.


Dasar:
Akhirnya aku berenang
Menyusuri pupil waktu
warna-warni telanjang
"Belahlah!" bujuknya.
Anggun! Hanya sisa dua
warna:
Menggoda atau digoda.
"Aku?"
Begitu besarnya godaan yang mendera perjalanan
“cinta-transendetal”-nya itu, si aku lirik sesekali dihantui
kelelahan rohaniah yang luar biasa sebagaimana terungkap
dalam sajak “Jika Aku Menjadi Angin” berikut ini.
Jika aku menjadi angin, aku hidup di antara
kesejukan, hirup dingin kebahagian.
Jika aku menjadi angin, aku bebas terbang berkelebat
lewat daun jendela, membelai rambutmu yang
kemilau.
Jika aku menjadi angin, aku asyik bermain petak
umpet berlari mencari tempat sembunyi lalu dikau
menemukanku di musim sepi.
tapi

vii | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

Jika aku menjadi angin


Jika aku menjadi
Jika aku
Jika

Larik //Jika aku menjadi angin/Jika aku menjadi/Jika


aku/Jika// yang secara tipografis makin lama makin
berkurang jumlah diksinya menyiratkan situasi kelelahan
teramat sangat yang mendera batin sang musafir cinta,
sampai-sampai ia tak sanggup lagi membedakan antara
cemburu dan rindu.
Cemburu atau Rindu
kekasihku melebur hatinya
dalam hatiku
hingga aku tak bisa
membedakan
yang mana
:cemburu atau rindu?

Meskipun demikian, berbagai godaan yang sempat


membuat sang musafir cinta mengalami kelelahan batin
yang teramat sangat, tak sampai menjebak si aku lirik larut
dalam kubangan “amnesia”. Ia masih selalu ingat pada sang
kekasih yang telah dianggap sebagai “mutiara jiwa”
sebagaimana dituturkan dalam teks “Lupa” berikut ini.
madu ini
rasanya kok pahit sekali

viii | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

emh...?
***
astagfirullah...!
aku lupa:
menyebut nama kekasihku.
Sang kekasihlah yang telah mengingatkannya untuk
menghadapi berbagai godaan dan tantangan hidup dengan
penuh keceriaan dan optimisme seperti pada
larik://Mesemku dalam mesemmu/Mesem jadi satu/Yang
satu dalam kalbu/Kalbu yang mesem/Tiap ada rembulan
lahir merpati/Tiap mesem tersirat bibir melati/Mesem dikau
dalam mimpi/Mesem dinda maha dewi// (puisi
“Mesemmm!”).
Kerinduan terhadap sang kekasih yang
diejawantahkan dengan memadukan antara jagad-cilik
(mikrokosmos) dan jagad-gedhe (makrokosmos), dalam
pandangan saya, akan mampu membuka ruang kesadaran
spiritual sebagaimana terungkap dalam sajak “Sepasang
Sandal Jepit” berikut ini.
Setiap yang tercipta seperti sandal jepit. Seorang Profesor
berkata padaku: "Engkau sang pembuka fajar," Fajar itu
perawan dan aku perjakanya.
(aku jendela dan kau tirainya
aku bunga dan kau nektarnya
aku lirik dan kau musiknya
aku hutan dan kau tamannya
aku hujan dan kau riciknya

ix | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

aku parfum dan kau harumnya


aku laut dan kau gelombangnya
aku langit dan kau gemintangnya
aku matahari dan kau sinarnya
aku burung dan
kau kicaunya)
_aku bibir dan kau senyumnya.

Teks sajak ini, saya kira, merupakan endapan dan


sublimasi dari perjalanan panjang sang musafir cinta yang
berhasil memadukan jagad-cilik dan jagad-gedhe dalam
dirinya. Ketika bertutur tentang cinta, teks puisi Edi
Sugianto tak hanya mendedahkan persoalan personal
(jagad-cilik), tetapi juga telah berhasil merambah ranah
kehidupan di luar dirinya ( jagad-gedhe). Bahkan, puisi telah
berhasil dijadikan sebagai medium katharsis untuk
menemukan kesadaran spiritual yang tidak setiap penyair
berhasil melakukannya dengan baik.
Dalam konteks demikian, bisa juga dikatakan bahwa
Cinta dalam Secangkir Kopi merupakan “pemberontakan
eksistensialitas” Edi Sugianto yang subtil dan lembut yang
dikemas melalui kekayaan metaforis yang cukup kuat.
Tentu, struktur batin sang penyair yang diekspresikan
melalui kekayaan metaforis semacam itu tidak akan pernah
lahir begitu saja dalam sebuah teks tanpa “tradisi” dan
proses kreatif yang telah terbangun dengan baik. Ada

x | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

semacam tradisi literer yang sudah terbangun sejak sang


penyair meniti “karier” penyair sebagai panggilan hidupnya.
Dari sisi stylistika, Edi Sugianto agaknya memiliki
tradisi berpuisi yang baik semenjak dia menorehkan jejak
kepenyairannya. Ia tidak memilih jalur “budaya massa” yang
cenderung populis dengan menggunakan idiom dan kosakata
tentang cinta yang cengeng dan nyinyir. Namun, dengan
amat sadar sang penyair lebih memilih jalur “budaya serius”
dalam mengembangkan talenta kepenyairannya.

***

Masih banyak teks puisi lain yang mengandung


kekayaan metaforis dalam antologi ini. Namun, pengantar
pendek ini mustahil sanggup meninting satu persatu dari
sekitar 70-an puisi yang terdedahkan di dalamnya.
Kekayaan metaforis inilah yang sesungguhnya
menjadi modal utama seorang penyair dalam berproses
kreatif. Ia (baca: kekayaan metaforis) akan menjadi jalan
bagi sang penyair dalam menemukan kemudahan dan
kenyamanan berekspresi. Ia bisa berbicara tentang apa saja
tanpa kehilangan nilai-nilai stylistika sebagai bagian dari
estetika sebuah teks. Dan itu ada dalam diri seorang Edi
Sugianto. Ia bisa bertutur tentang persoalan apa saja dengan
mudah dan nyaman karena “roh” kekayaan metaforis yang
bernaung-turba dalam dirinya.
Jika ia sanggup menjaga, merawat, sekaligus
mengembangkan kekayaan metaforis yang ada dalam

xi | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

dirinya, bukan mustahil nama Edi Sugianto akan makin


dikenal dalam jagad kesusasteraan Indonesia mutakhir.
Labirin cinta transendental dan kekayaan metaforis
dalam Kitab Puisi Cinta Edi Sugianto ini setidaknya telah
menjadi bukti bahwa Edi Sugianto masih “istiqomah” dan
setia untuk menjaga dan merawat potensi yang ada dalam
dirinya.
Semoga kekuatan Edi Sugianto untuk menjaga,
merawat, dan sekaligus mengembangkan kekayaan
metaforis dengan muatan nilai spiritualitasnya tetap
terpelihara dengan baik hingga akhirnya secara bertahap
dan bekelanjutan tetap memiliki kesanggupan untuk
melahir-ciptakan teks-teks sajak yang “liar”, indah, dan
penuh suspensi. Hal ini menjadi catatan penting, sebab
seorang penyair akan kehilangan “roh” kepengarangan
apabila kekayaan metaforis itu hilang dari dirinya. Itu saja.
***

Kendal, Mei 2017

*) Sawali Tuhusetya, seorang guru, penulis, blogger, dan


pemerhati sastra, tinggal di Kendal, Jawa Tengah.

xii | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

DAFTAR PUISI

Kata Pengantar (Sawali Tuhusetya)


Labirin Cinta Transendental dan Kekayaan Metaforis
dalam Kitab Puisi Cinta Edi Sugianto

Aku Ingin Tidur di Mimpimu


Aubade Merah
Aubade Pantai Sembilan
Bantal
Berjalan di Belakang Matahari
Biarkan Menjalar
Bidara
Bulan di Wajahmu
Cara Menjaring Angin
Cemburu atau Rindu
Cinta dalam Secangkir Kopi
Cinta di Telaga Kecil
Cintaku Tak Ber-Ufuk
Cinta Merah
Cinta Segitiga Sama Sisi
Dalam Perahu
Di Balik Kaca Jendela
Di Dalam Kereta

xiii | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

Di Pekarangan Ber-Bunga
Dua Lembar Bunga Perawan
Dua Merpati
Esok Kita Bertemu
Gerimis Cinta
Hanya
Humairah
Jembatan Surga
Jika Aku Menjadi Angin
Juitaku
Kacamata
Kau Hentikan Malam
Keajaiban Kata-Kata
Kejora
Kepada Humairah
Ketika Pagi
Kopi
Kopiah
Kupandangi Bulan di Matanya
Lanskap Aduhai
Lucid Dreaming
Lupa
Mahabharata Cinta
Mandi Berdua
Mata
Mawar
Memetik Cinta
Memukau

xiv | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

Mengapa
Mesemmm!
Nektar, 1
Nektar, 2
Nyanyian Burung
Pagi Kau Buka Jendela
Pantau
Penghayatan
Penjelmaan
Percakapan Ombak dan Angin
Pesona Sakura
Pohon Cinta
Rayuan Pulau Madura
Sajakku yang Terindah
Sajak Merah
Sajak Orang Bingung
Seluas Senyum Semesta
Semerbak Laut
Semua Datang dengan Cinta
Senja di Pesisir Selatan
Sepasang Sandal Jepit
Seperca Doa
Sepertiga
Serenada Bunga
Serenada Hujan
Serenada Kumbang
Serenada Laut
Serenada Rindu

xv | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

Setia
Setiap Detik
Suara
Ziarah Masa Lalu
Selir

Tentang Penyair

xvi | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

AKU INGIN TIDUR DI MIMPIMU

____♡♡____
Aku ingin berbaring di matamu, menjala keindahan dunia,
Menikmati lanskap angkasa dan pesawat terbang yang
melintasi mimpi-mimpi kita.

Mimpi itu seperti awan yang kita kejar malam itu: mereka
telah beranak-pinak, membangun rumah dan tangga sendiri
untuk sampai di nirwana cinta.

Aku ingin tidur di mimpimu seperti awal kita bertemu.

(Jakarta, 14: 2: 2017)

1 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

AUBADE MERAH

____♡♡____

di gubuk ini,
dingin mekar
detik-detik pagi,
dendang bergetar

di celah mawar,
kucium dikau
semerbak menjalar
lenyaplah risau!

di gubuk ini:
aku menembang
lagu pelangi
dindaku sayang

(Jakarta, 15: 1: 2017)

2 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

AUBADE PANTAI SEMBILAN

____♡♡____

kutunggangi pulau
menuju biru cintamu
kudayung ombak
menyelami dasar hatimu

ole olang...!
senyummu mulai mengembang
ole olang...!
mataku dipenuhi kembang

dalam pagi yang dingin,


kusambut dikau datang
dengan pakaian pengantin
madu-madu tlah di ranjang

mendekatlah!
sayang.

3 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

dekaplah!
dengan riang.

kutuang cinta,
hingga mabuk kepayang.

(Pantai 9, 27: 12: 2016)

4 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

BANTAL

____♡♡____
Akhirnya aku berubah menjadi bantal. Kau tertidur, "di sini
tak ada keluh kesah, ketenangan membawanya terbang ke
negeri-negeri mimpi, dan sesaat ia singgah di istana awan
yang esok menjadi fajar, menjadi pagi, menjadi sinar-sinar
sepanjang hari"

tetapi aku hanya bantal yang kau peluk dalam kesunyian,


helaan nafas, juga harapanmu yang terombang-ambing di
lautan.

Di gubuk ini aku tinggal, menafsirkan cintamu menjadi


bahasa ketenteraman.

Aku hanya bantal.

(Jakarta, 1: 4: 2017)

5 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

BERJALAN DI BELAKANG MATAHARI

____♡♡____

Ia berjalan di belakang matahari, pagi pun rekah,


mengembun mutiara.
Sumringah, berenang dalam cahaya dunia.

Di taman, bunga demi bunga mengepakkan sayapnya,


menyapa siapa saja.

Di antara warna: matahari mengikat kita.

Berjalan hingga ke tepian masa.

(Jakarta, 5: 3: 2017)

6 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

BIARKAN MENJALAR

____♡♡____

kunang-kunang langit
yang berpijar-pijar
ekornya memercikkan cinta
biarkan sinarnya menjalar!
mungkin ingin berbagi cerita:

kita berdua

(Jakarta, 17: 3: 2017)

7 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

BIDARA

____♡♡____

Bidara yang tumbuh di samping istana kita, kini berbuah


lebat roman cerita, yang ranum dihempaskan angin jatuh di
tumpukan pasir, bertuliskan "cinta". Ada pula yang disantap
burung-burung, biji-bijinya tertimpa duka.

Bidara tumbuh dengan duri-duri, menciutkan nyali para


penari, tetapi tidak bagi mentari yang justru mencari. Bidara
adalah rasa. Ia menjadi berharga bila mampu menancapkan
darah.

Bidara itu cinta sejati, bukan imitasi.

(Giligenting, 15: 11: 2016)

8 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

BULAN DI WAJAHMU

____♡♡____
Seperti merah bibirmu Humairah, putih sajakku satu per satu
berguguran: entah menjelma apa?

Senyummu adalah pukat yang anggun. Kau jala aku, aku pun
bersauh di hatimu. Kita sama-sama berlabuh.

Aku rela bermalam-malam sampai awan melahirkan setetes


embun, jatuh di wajahmu jadi rembulan.

Taukah engkau?

:Gemuruh cinta adalah lahang yang memabukkan.

(Jakarta, 4: 2: 2017)

9 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

CARA MENJARING ANGIN

untuk IRo Society

____♡♡____
Bagaimana cara menjaring angin yang sering elus ubun-
ubun? Ketika tengadah ke langit: apa yang gentayangan
sengit?

Karenanya aku sering seperti burung yang murung kala tak


bisa bertelur.

Karenanya aku seperti padang yang hening tanpa seruling


para penyair.

Angin itu menyelipkan daun-daun di jendela kamarku:


("dunia tak sesempit cinta pungguk pada rembulan")

Angin adalah cara tuhan untuk mengusikku: menulis pesan


menjelma cinta dan perasaan.

(Jakarta, 6: 3: 2017)

10 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

CEMBURU ATAU RINDU

____♡♡____
kekasihku melebur hatinya
dalam hatiku
hingga aku tak bisa
membedakan
yang mana
:cemburu atau rindu?

(Kayu Jati 5, 30: 10: 2016)

11 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

CINTA DALAM SECANGKIR KOPI

____♡♡____
Cinta? Siapa pula yang menyeruput kehangatannya?
Ini secangkir kopi yang telah mengikat selaksa kisah cinta.
Dinda, masih ingatkah? Saat kita bersua, dan berjanji akan
menerjemahkan aroma kopi, bahkan kita telah hafal bahasa
hujan.
Kopi dan cinta itu saksi kita, bukan?

(Jakarta, 12: 8: 2017)

12 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

CINTA DI TELAGA KECIL

____♡♡____

Kujenguk masa kecilku di telaga Chora. Sudah seabad


rasanya tak bersua. Lupa, terlalu banyak kutelan batu-batu
aspal di batas kota. Entah, untuk apa?

Rimbun tangis kecilku yang manja, masih terekam pelepah


nyiur yang kini masih tersisa. Pendahulu mereka tak sempat
mengirim air mata, kala rantau merantaiku penuh bangga.

Chora adalah telaga, di sana nenek moyangku mengalirkan


sumber-sumber cinta, menggumpal tak 'kan terpisah, lalu
terbang menjadi burung-burung masa depanku yang ceria.

Di telaga ini, aku tak bisa berkata apa. Apa yang bisa dikata?
Doaku bersama telaga: semoga kekal dalam balutan cinta!

(Pantai Chora, 29: 12: 2016)

____
Catatan:
- Chora: nama pantai (selatan) di pulau Giligenting Sumenep, Madura.

13 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

CINTAKU TAK BER-UFUK

____♡♡____

dan bibir merah mawar itu berjuntai tanpa pewarna.


"Bilamana kau menanam bunga, kau 'kan memetik
semerbaknya..." sabda Paduka.

(aku hujan dan dia riciknya:


mengalir ke telaga waktu,
bersulang-sulang doa,
di ufuk rindu)

Lalu, saling memejamkan rasa: mengalungkan cinta.

(Jakarta, 10: 2: 2017)

14 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

CINTA MERAH

____♡♡____

Dua hari itu, Bougenville membakar sayapku


Tak ada lagi jarak memenggal kalbu
Lampu-lampu langit menyirami waktu
Malam berselimut dingin kala itu.

Tebing-tebing genggam erat jemariku,


Walau tak seorang pun tahu
Karena mimpi-mimpiku
Berlari di antara jalan berliku.

Kini, setiap hembusan beraroma madu


dari jendela hatiku,
Kukecup Bougenville yang lugu
Senyumnya buat burung-burung tersipu.

di ambang waktu,
Kupanggil dengan merdu:

15 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

"Kemarilah, kemarilah kekasihku,


ini cinta merah berpaut rindu!"

(Gubuk Inspirasi, 19: 12: 2016)

16 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

CINTA SEGITIGA SAMA SISI

____♡♡____

mentari curiga pada hujan # mengusik bumi bermesraan


menghabiskan malam # bumi subur dalam diam

hujan iri pada mentari # cintanya selalu menyinari


sepanjang hari # bumi menikmati

cinta bumi pada mentari # karena hujan pun bersemi


cinta bumi # cinta lokasi

cinta segitiga sama sisi # cinta yang dirahmati

(Kuningan, 18: 10: 2016)

17 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

DALAM PERAHU

____♡♡____

dalam perahu
ombak bercumbu
madura-jakarta,
makin merayu
pada kekasihku
aku merindu.

(Gubuk Inspirasi, 29: 10: 2016)

18 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

DI BALIK KACA JENDELA

____♡♡____
Bayang-bayang bianglala yang menyala di balik kaca jendela
tanpa sengaja kucuri wajahnya dengan sajak yang nyaris
sempurna.

Cinta adalah melati yang terlepas dari tangkainya, kurangkai


kembali menjadi bidadari surga.

Di pagi hari, cinta laksana burung yang tak betah di


sangkarnya, tapi cericitnya selalu menggoda kelopak bunga.

_Cinta adalah air jernih yang dirindu muaranya.

(Jakarta, 16: 2: 2017)

19 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

DI DALAM KERETA

____♡♡____

Di dalam kereta, aku menghadap ke utara: membelakangi


arah. Cinta mentari pada pagi kian membara.

Di luar sana, banyak yang menanggalkan kata-kata, aku


diam saja: menyimpan tanya, lalu kututup daun jendela.

Di dalam kereta, semua tentang masa yang fana. Aku ingin


sekali merangkainya seperti bunga-bunga: tapi itu tidak
sederhana.

Kuterus mengasah asa dengan cerita. Cerita senja yang


terus diulur-ulur seakan-akan tak mungkin ada, tak banyak
yang mengambil hikmah.

Di dalam kereta, semua tentang cinta, kita, dan senja.

(Jakarta-Bandung, 25: 4: 2017)

20 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

DI PEKARANGAN BER-BUNGA

____♡♡____

putik-putik di pekarangan berbunga


mereka yang melahirkan kupu-kupu
di halaman dua belah mata
embun tergelincir lalu menyatu

kau melati pilihan tuhan


kupandang-pandang lalu mengembang
perlahan kutanyakan:
"kaukah yang kan kupinang?"

(Cisarua, 11: 3: 2017)

21 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

DUA LEMBAR BUNGA PERAWAN

____♡♡____

hai dewi malam, jangan pejamkan matamu: aku ingin kau


pandangi ia yang semerbaknya begitu tajam, bahkan bulu
sayapku berguguran.

aku terbang ke arahnya, bayang-bayang rembulan mengikuti


di belakangku, kutunggu sampai angin mengusik dua lembar
bunga perawan.

cinta pun rekah.

(Jakarta, 21: 3: 2017)

22 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

DUA MERPATI

____♡♡____
dua merpati
hinggap di dahan surga
yang satu menengadah
yang atas mencurahkan cinta
dua merpati itu,
aku dan kekasihku.

(Kayu Jati 5, 30: 10: 2016)

23 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

ESOK KITA BERTEMU

___♡♡___
Seperti juga rinduku: rindumu seperti apa? Kini, yang ada
hanya bayang- bayang waktu, kupandangi dari celah-celah
jendela.

Rindu adalah mata pisau yang sedang kita asah. Sehabis


hujan kita letakkan di meja-meja. Ia begitu tajam untuk
mengiris-iris masa.

Baiklah! Mari kita saling bertukar nama saja: selamat pagi


katamu. Kita ini bianglala, walau tak pernah bertemu.

Aku warna dan kau cantiknya. Aku gula dan kau manisnya.
Aku hujan dan kau riciknya. Aku dan kau adalah kerinduan
yang sama.

Ini musim rindu, bukan? Kau masih bertanya. Rindu kita ini
semakin biru, tapi esok juga: kita bertemu.

InsyaAllah!

(Jakarta, 9: 4: 2017)

24 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

GERIMIS CINTA

____♡♡____

Gerimis menghapus jejak-jejak rembulan. Syahwasangka


malam kian temaram. Dawai gitar kasak-kusuk menembus
dinding kamar. Biarkan detak detik memutar jarum jam!

Dalam dingin, kekasihku menjelma hujan. Riciknya dalam


hati berkelebat kedap, kedip asmaranya berkobar-kobar.

Cinta hanya menunda-nunda perpisahan. Pertemuan seperti


gerimis menjelang hujan, luruh menyisakan liris perasaan.

Jadilah gerimis cinta yang didamba-damba dedaunan!

(Jakarta, 28: 1: 2017)

25 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

HANYA

____♡♡____

ini hanya huruf


selebihnya adalah "aku"
ini hanya kata
sisanya adalah "cinta"
ini hanya kalimat
seutuhnya adalah "kamu"

kita berdua di atas "hanya"

(GT. Cikarang, 27: 10: 2016)

26 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

HUMAIRAH

____♡♡____
dari kejernihan laut pagi
kucipta puisi untukmu
ya, dari para nelayan ini
di jalanya: serpihan rindu

burung sudah lebih dulu


memungut cintanya
dengan cericit waktu
yang usik di balik jendela

di sepanjang pesisir Madura


'ku sedang menunggu
bibir bunga 'kan terbuka
semerbak lumuri tubuhmu

humairah:
kau mutiara jiwa.

(Jakarta, 5: 4: 2017)

27 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

JEMBATAN SURGA

____♡♡____

kekasihku bercerita:
di atas jembatan ada surga
untuk kita berdua.
di bawah jembatan,
ada tangga menuju bahagia.

aku dan kekasihku


ber-selfie ria
hingga senja menutup mata.

(Kayu Jati 5, 29: 10: 2016)

28 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

JIKA AKU MENJADI ANGIN

____♡♡____

Jika aku menjadi angin, aku hidup di antara kesejukan, hirup


dingin kebahagian.

Jika aku menjadi angin, aku bebas terbang berkelebat lewat


daun jendela, membelai rambutmu yang kemilau.

Jika aku menjadi angin, aku asyik bermain petak umpet


berlari mencari tempat sembunyi lalu dikau menemukanku
di musim sepi.

tapi

Jika aku menjadi angin


Jika aku menjadi
Jika aku
Jika

(Jakarta, 21: 3: 2017)

29 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

JUITAKU

____♡♡____

Gadis berjilbab merah yang melintas di kelopak mataku,


tanpa pamit ia menyelinap mendera kaldera hatiku. Ia
berkelebat menanam benih-benih kepayang di seluruh tubuh.

Tak hanya itu, ia mulai merenggut denyut cinta, seakan-akan


berkata: "Aku ingin beranjangsana denganmu!" Begitu.

Jantungku gontai terpaku, terpana terpukau madu-madu.


Perasaanku simpang siur. "Oh...juitaku, izinkan aku
merangkai senyummu yang berguguran sore itu!" Igauku.

(Jakarta, 21: 1: 2017)

30 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

KACAMATA

____♡♡____

aku ingatkan debu-debu:


sekali-kali, jangan mengusik kacamata ini!
apalagi mengotorinya
karena kacamata ini
milik kekasihku.

(Kayu Jati 5, 30: 10: 2016)

31 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

KAU HENTIKAN MALAM

____♡♡____

Kau hentikan malam. Kini rembulan


membelaimu, mengusir gelap perlahan
ada yang mengalun
dalam jiwamu:
memungut dedaunan hijau

Bumi yang dihamili hujan


kini sinar gemintang
tak bisa kau tolak awan
mencipta di hatimu taman-taman rindang

(Jakarta, 2: 3: 2017)

32 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

KEAJAIBAN KATA-KATA

____♡♡____

Jutaan kata-kata berenang dari nirwana. Semerbaknya tak


tentu: Entah ke mana?

(Jutaan gelombang kata-kata menabrak laut menabrak teluk


menabrak selat menabrak samudra, menabrak pasir
menabrak karang menabrak jurang menabrak mutiara......,)

(Jutaan angin kata-kata menembus awan menembus bulan


menembus bintang menembus langit menembus arsy.....,)

: kata-kata adalah lautan cinta.

(Giligenting, 30: 12: 2016)

33 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

KEJORA

____♡♡____

gelap melumuri malam


setajam wajahmu padaku
mengiris sepi yang temaram
kelam dalam rindu baru

sebenarnya lebih dari itu


bola matamu adalah kejora
yang selama ini aku tunggu
semerbak wangi bunga cinta

Siapakah:
"yang temaniku di sini?"
gerhana ubah purnama
walau senyum sepi

:kau mutiara jiwa.

(Jakarta, 1: 3: 2017)

34 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

KEPADA HUMAIRAH

____♡♡____

Terlanjur jemariku menjadi lidah kata-katamu. Pena adalah


lipstik untuk kuhias bibir merahmu di waktu pagi dan senja
yang pasti berlalu.

Hari ini, rindu bukan siapa-siapa, ia hanya hiasan yang tak


sempat kuhitung pernak-perniknya, tapi nanti ia menjelma
pisau yang mengiris-iris sepi dan pilu.

Kita kembali reda pada janji setia yang masih nyenyak di


seberang waktu.

Kaukah yang 'kan menjemputku di bukit syahdu?

(Jakarta, 20: 3: 2017)

35 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

KETIKA PAGI

____♡♡____

ketika pagi
sepi telah meranggas
tanpa tangga ia pun gegas

luruh sunyi
selembar merah mawar
manari-nari di balik pagar

dengan apa kujemput pagi?


dengan seuntai syair
untuk bunga yang mekar

(Jakarta, 17: 3: 2017)

36 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

KOPI

____♡♡____

tidak rela rasanya


menyeruput habis kopi pagi
karena ini air mata kekasihku.

(Gubuk Inspirasi, 29: 10: 2016)

37 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

KOPIAH

____♡♡____

aku mesti memakai kopiah hati-hati


menjaganya dari debu jalanan
merawatnya penuh perasaan
karena kopiah ini titipan kekasihku.

(Gubuk Inspirasi, 29: 10: 2016)

38 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

KUPANDANGI BULAN DI MATANYA

____♡♡____
Malam ini, kupandangi bulan di matanya, saat langit
berhenti bertengkar sengit tentang siapa di antara mereka
yang telah menciptakan hujan.

Ia membuka hati, dan semakin mengerti tentang segala


perubahan cuaca. Ia kembali menata waktu untuk
menyeberangi malam dengan mimpi syahdu.

Bulan masih di sana.

Aku terus menjala matanya, hingga malam kehabisan gelap.

Mimpiku juga seperti apa?

(Jakarta, 6: 4: 2017)

39 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

LANSKAP ADUHAI

____♡♡____
di senyummu kubikin taman-taman, supaya kubisa duduk
santai mencium semerbak pagi yang selalu gelisah sebelum
jadi kisah.

di sudut matamu kubuat lanskap embun, menyambut


matahari yang bayangnya mulai terjaga, aku pun tak sabar
ingin melihat kelamin semesta.

di rambutmu ada pulau bergelombang, aku pun berenang


seperti lumba-lumba yang tak mengenal kesedihan.

di wajahmu
serupa mendung
aku tahu: itu hujan yang 'kan menjelma lanskap aduhai.

(Jakarta, 4: 4: 2017)

40 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

LUCID DREAMING

______☆☆_____

Husss... jangan berisik! Ada yang tidur dalam anganku, bila


bangun, ia 'kan mengiris-iris ingatanku menjadi serpihan
rindu.

(rindu adalah nyanyian yang menyelinap di sela-sela


kelambu kamarku yang biru, membawa madu-madu)

Menjelang pertengahan syahdu, biasanya ia terbangun


sendiri; membelai tidurku, pulasss…, angin silir-semilir.
Gemintang beradu ramalan untuk esok pagi yang saling
merayu.

Ia masih telanjang di ranjang subuh, azan buru-buru


mengetuk pintu, lalu ia menghilang ditelan fajar yang mulai
layu.

(Jakarta, 22: 2: 2017)

41 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

LUPA

____♡♡____

madu ini
rasanya kok pahit sekali
emh...?
***
astagfirullah...!
aku lupa:
menyebut nama kekasihku.

(Pulomas, 30: 10: 2016)

42 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

MAHABHARATA CINTA

____♡♡____

Baratayuda adalah perang asmara, antara tahta dan jelita.


Pesona goresankan sejarah berbeda.

Sungguh tak terduga, Arjuna yang dulu gagah, kini seakan


tak bertahta. "Ini musim apa?" dari kelopak bunga ada yang
bertanya.

Ini musim mantra-mantra berguguran menjelma cinta.


Musim Arjuna kalah dari Juita. Musim Arjuna terpasung
dalam renjana.

Arjuna mengakui dirinya pada semesta, bahwa ia sudah tak


berdaya, kala paras Juita menjadi onak-onak yang menancap
dalam hatinya.

Arjuna berkata: "Aku manusia biasa, bukan dewa."

(Jakarta, 23: 1: 2017)

43 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

MANDI BERDUA

____♡♡____

aku selalu mandi berdua


di sungai
bersama kekasihku,
lima kali sehari semalam.

(Gubuk Inspirasi, 29: 10: 2016)

44 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

MATA

____♡♡____

"Tenggelamlah dalam mataku!" godanya.


Dasar:
Akhirnya aku berenang
Menyusuri pupil waktu
warna-warni telanjang

"Belahlah!" bujuknya.
Anggun! Hanya sisa dua
warna:
Menggoda atau digoda.

"Aku?"

(Jakarta, 15: 3: 2017)

45 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

MAWAR

____♡♡____

mawar ini
hanya mekar di tempat sepi
biasanya di malam hari
kekasihku sangat menyukai
aku pun sering menikmati.

(Kayu Jati 5, 30: 10: 2016)

46 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

MEMETIK CINTA

____♡♡____
Kemarin. Detik ini. Esok hari
Gelap-terang. Tangis-tawa. Jejaka-perawan. Aku dan dikau.
Semua adalah ayat-ayat yang menyayat-nyayat pelangi
kehidupan. Aku lupa, siapa yang mengasah celurit menjadi
lira?

O, Maha Pencinta...!
Ajari aku memetik cahaya menjadi cinta!

(Jakarta, 29: 1: 2017)

47 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

MEMUKAU

____♡♡____

bakau
ranjau...
bakauku ranjaumu
bakaukah yang melambai?
bakauku kujangkau
ranjaumu berjuntai

bakauku berkilau
ranjaumu memukau

bakau*
ranjau###
ranjau###
bakau*
ranjau###
ranjau###
bakau***

bakauku merantau
ranjaumu berantai
48 | Cinta dalam Secangkir Kopi
Edi Sugianto

laut ini penuh ranjau


bakauku ranjaumu, kubelai.

(Pantai Chora, 29: 12: 2016)

49 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

MENGAPA

____♡♡____

rembulan menari-nari
memanjat keindahan tebing-tebing cinta dengan kecapi

aku jadi bertanya: bagaimana?


rerumputan jadi melati.

(Gubuk Inspirasi, 22: 10: 2016)

50 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

MESEMMM!

____♡♡____
Mesem!
Mesemm!
Mesemmm!
Mesemmmm!
Mesemmmmm!
Mesemmmmmm!
Mesemmmmmmm!
Mesemmmmmmmm!
Mesemmmmmmmmm!
Mesemmmmmmmmmm!
Mesemmmmmmmmmmm!

Mesemku dalam mesemmu


Mesem jadi satu
Yang satu dalam kalbu
Kalbu yang mesem

Tiap ada rembulan lahir merpati


Tiap mesem tersirat bibir melati

51 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

Mesem dikau dalam mimpi


Mesem dinda maha dewi

Kau panas dalam apiku


Kau terang dalam siangku
Dikau bintang langitku
Dikau jernih lautku

Krudungmu mesemmm
Alismu mesemmm
Matamu mesemmm
Hidungmu mesemmm
Bibirmu mesemmm
Dalam hatimu segalanya mesemmm
Mesemmm dalam mesemmm

Dalam laut hatimu mesemmm

Mesemmmmmmmmmmm!
Mesemmmmmmmmmm!
Mesemmmmmmmmm!
Mesemmmmmmmm!
Mesemmmmmmm!
Mesemmmmmm!
52 | Cinta dalam Secangkir Kopi
Edi Sugianto

Mesemmmmm!
Mesemmmm!
Mesemmm!
Mesemm!
Mesem!

Mesem!

(Sumenep: 1: 1: 2017)

53 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

NEKTAR, 1

____ ❤ ❤____
Aku sekuntum bunga yang tumbuh di lubuk hatimu, merah
menyala. Kau tentu merasa, ketika langit semakin sengit
menggoreskan nama kita. Aku diam saja, pura-pura tak
mengenal rinai-rinai yang menempel di kelopak mata.

Aku sengaja menyimpan cita, lalu mekar dalam cinta yang


sempurna.

(Jakarta, 20: 2: 2017)

54 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

NEKTAR, 2

____ 💓 💓____
dalam setiap bunga semoga ada nektar dalam setiap nektar
semoga ada madu dalam setiap madu semoga ada engkau
yang senantiasa menyemai syahdu jiwa, merangkai bunga-
bunga.

(Jakarta, 20: 2: 2017)

55 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

NYANYIAN BURUNG

____♡♡____

malam ini tak ada yang terjaring


jam dinding tidur dengan lelapnya
segelas angin tumpah di reranting
ke mana burung di sana?

hanya selembar bayang


pada sekeping awan
di atasnya terbaring
percikan rona rembulan

siapa pelukisnya?
percuma bertanya
burung tersekap
ditelan gelap.

burung jangan dikurung di sangkarnya!


ia kesepian tanpa kekasihnya.
bila dilepas ia pun terbang
cahaya pelangi datang merubung.

56 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

lepaskan!
lepaskan!
lepaskan!

ia ‘kan terbang
menjelma nirwana.

(Jakarta, 14: 1: 2017)

57 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

PAGI KAU BUKA JENDELA

____♡♡____

Pagi kau panggil pagi sebab ia segera pergi. Kau boleh pilih
jalan berduri, atau yang ini kau hati-hati.
Cinta kau panggil cinta sebab rinainya adalah kita: tak ada
yang beda, hanya musim hujan yang membuat lupa, bahwa
kita mesti nyalakan api untuk duduk bersama.
Kenangan kau panggil kenangan sebab suaranya selalu
gema: nyanyikan segala yang purba.
Langit kau panggil langit sebab ia gemar bermain warna.
Sehabis hujan ada yang sengit: pagi kau buka jendela.

(Jakarta, 29: 4: 2017)

58 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

PANTAU

____♡♡____

Pantai pantau pantaikau


Kaukah?
Penikmat dikau pantai
Kupantau
Walau pantai dikau
Kukawal
yang lampau
Kuhalau
Kaukah pantaiku yang kemilau?

(Pantai Chora, 29: 12: 2016)

59 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

PENGHAYATAN

____♡♡____

kucium dewi malam


wajahnya di lautan
kecantikannya kalam
matanya penghayatan.

di jurang ini,
aku dilahirkan
di atas karang,
aku dibesarkan

dulu...
indah rasanya!
di sampingku berjuta kawan
tak ada tanya,
kala hujan menaburi rerumputan.

wahai...dewi malam!
sampaikan ciumanku pada kawan!

60 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

di batas pantai ini, slalu kurindukan


di batas langitnya, kudoakan.

(Pantai Chora, 28: 12: 2016)

61 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

PENJELMAAN

____♡♡____

seikat saling mengikat


setangkai saling merangkai
sebaris berbaris-baris

seikat huruf mengikat kata


setangkai kata merangkai larik
sebaris larik berbaris bait

seberkas itu menjelma puisi.

aku bertanya? menjadi apa? untuk apa? dan bagaimana?

seikat warna mengikat bianglala


setangkai cinta mengikat kita
sebaris makna menjadi bahagia

seluas itu menjadi surga.

(Sumenep, 31; 12: 2016)

62 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

PERCAKAPAN OMBAK DAN ANGIN

____♡♡____

Ombak menyambut angin dengan lembut. Angin tak bisa


menyembunyikan senyumnya, ia bahagia.

Ombak dan angin sama-sama merantau, mencari kesejukan.


Mereka bertemu di musim bunga-bunga bermekaran.

"Seberapa besar cintamu pada sepoi-sepoi?" ujar ombak,


sembari melempar batu-batu kecil ke pipi laut. "Selama kau
juga setia menemaniku dengan ikhlas" jawab angin
menggoda.

Setelah beberapa dentuman, terlihat dari kejauhan berdua


saling mendekat bergandengan tangan lalu menghilangkan
pandangan, mungkin mereka ke Kahyangan.

(Sumenep, 3: 1: 2017)

63 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

PESONA SAKURA

____♡♡____
Izinkan aku memetikmu di musim rindu yang mulai rekah.
Aku berlari mengejar bayang-bayang mentari yang di
matanya tanpa keluh kesah. Entah hati mereka terbuat dari
bunga apa?

Tiba-tiba kau berkata: "Nektar tak 'kan menjadi madu


sebelum dicumbu mesra." Malu, malu, aku tersipu.

Di jalan menuju rumah petapa, aku memikirkan itu semua.


Langit adalah lembaran-lembaran buku yang saat ini mulai
kubaca. Alangkah luas senyumnya!

Aku tak ingin kebodohan ini menjadi mata yang tatapannya


membuat gelap semesta.

_Pesonamu adalah lentara cinta.

(Jakarta, 11: 4: 2017)

64 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

POHON CINTA
____♡♡____
pohon cinta di pekarangan rumahku
berbuah lebat madu-madu
kelelawar tak berani menyentuh
mereka tahu pohon cinta itu,
milikku dan kekasihku.

(Kayu Jati 5, 31: 10: 2016)

65 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

RAYUAN PULAU MADURA

____♡♡____

Pulauku yang berkelok,


cemaranya semakin asri
Bibir pantainya nan elok,
Kembang kota ingin memiliki.

(Sumenep, 28: 12: 2016)

66 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

SAJAKKU YANG TERINDAH

____♡♡____
Dinda,
seperti kecantikanmu
kurangkai bunga
tanpa kenal waktu
hari-hari penuh bahagia

Dinda,
seperti air matamu
mengaliri samudra
sajak-sajakku
juga begitu adanya

Dinda,
seperti rona bibirmu
menyiram jiwa
aku tak pernah layu
menikmatinya

Dinda,
seperti bahasa sunyimu

67 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

angin dan gelombangnya


tak mungkin mampu
kutafsirkan semua

Dinda,
kau sajakku
yang terindah.

(Jakarta, 19: 2: 2017)

68 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

SAJAK MERAH

____♡♡____
dalam diam dinda alunkan
senyum mengembang
jiwa teduh tenang

dalam hujan dinda taburkan


bibir merah kembang
dan mawar melayang-layang

(Jakarta, 1: 3: 2017)

69 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

SAJAK ORANG BINGUNG

____♡♡____

/1/
Entah sejak kapan 'ku menyukai sepi
Kawan-kawan membiarkanku telanjang sendiri
berdiri di depan cermin yang berjajar rapi
menempel di dinding yang putih.

/2/
"Aku hanya berusaha mencari!" kataku
di antara huruf-huruf yang kaku
di sepanjang kalimat yang lugu
kujelaskan semua tentangku, agar mereka tahu.

/3/
Mereka tak lagi menawariku kopi
di gedung-gedung tinggi
"Kau masih suka keramaian 'kan?" tanya kawan
Aku terdiam, lalu bernyanyi.

/4/
Tiba-tiba, butir-butir hujan
70 | Cinta dalam Secangkir Kopi
Edi Sugianto

menaburi dedaunan yang terbang


di atas kepalaku, mereka menyaksikan
jutaan bunga dan gelombang

/5/
Pagi itu mereka mengaduh:
"Kami semakin bingung dengan kata-kata itu, namun kami
menikmatinya."

(Jakarta, 7: 1: 2017)

71 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

SELUAS SENYUM SEMESTA

__♡♡__
Aku lupa pada bibir wanita yang rona lipstiknya seindah
senyum pulau Madura. Senyum pantainya yang mengusik
cemara-cemara cinta tumbuh setiap masa. Masa di mana
angin laut terdampar menjadi pelangi pagi dan senja. Senja
yang banyak orang melukisnya dengan kata serenada. Kata-
kata adalah lisan yang sedikit orang memetik bunga hikmah.

Padahal, hikmah itu seluas senyum semesta.

(Jakarta, 8: 4: 2017)

72 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

SEMERBAK LAUT

____♡♡____

ketenangan laut ini


ketenangan para penghuni
sepoi-sepoi menjadi
penyejuk pikiran sunyi

semerbak laut ini


mengaliri nadi-nadi
merangkai bait-bait puisi
menjadi keteduhan hati

sungguh kualami
tanpa mesti mencari
jutaan bunga yang bersemi
cukup kupetiknya di sini.

(Pulau Giligenting, 25: 12: 2016)

73 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

SEMUA DATANG DENGAN CINTA

____♡♡____

Semua datang dengan cinta. Mereka ingin merangkai warna-


warni yang mungkin belum menjelma pelangi semesta.

Semua datang dengan cinta. Mereka ingin menunjukkan


kegarangan matahari, sembari menghitung rahasia-rahasia
bintang yang tak 'kan habis dibaca.

Semua datang dengan cinta. Nurani mereka adalah butiran


murni yang enggan mengenal keluh kesah, memenggal kabut
hingga matahari pagi menyapa.

Semua datang dengan cinta. Riuh menata diri membuka


mata masa depan yang cerah. Biarkan yang tersisa hanya
warna angin malam yang kelam di balik jendela.

Semua datang dengan cinta. Setelah melumpuhkan segala


cerca yang tak layak untuk dicerna dan dibaca. Itu alpa yang
mesti segera ditebas dengan celurit doa.

74 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

Semua datang dengan cinta. Ketika hujan membuat kita lupa


bahwa tiada jalan yang pantas dilalui kecuali dengan
ketulusan yang tak mengenal pancaroba.

Semua datang dengan cinta. Mari kita menghias diri sebelum


menjadi kisah!

(Jakarta, 23: 4: 2017)

75 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

SENJA DI PESISIR SELATAN

____♡♡____

Dulu, ia begitu cantik. Menawan! Kemolekannya anugerah


terindah bagi banyak makhluk di muka awan. Nyanyian
aneka burung menjadi kesejukan tersendiri, saat para nelayan
memarkir sampan di bibir pantai, sembari mengayun jaring-
jaringnya: santai.

Kini, ia mulai menelanjangi diri: melepaskan tangan kaki


mencabut kepala mengorek mata menanggalkan mahkota
dan pakaiannya yang indah-indah. Tunggu dulu! Sebenarnya
ia enggan begitu, keserakahan yang menjadikannya layu.

Keserakahan adalah gagak hitam, mencabik-cabik keelokan


merobek keanggunan mengoyak-oyak masa depan. Ia
merintih mengesah mengerang, tetapi sakitnya tak pernah
didengar, karena gagak hitam tuli bisu dan dungu.

(Sumenep, 31: 12: 2016)

76 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

SEPASANG SANDAL JEPIT

____♡♡____

Setiap yang tercipta seperti sandal jepit. Seorang Profesor


berkata padaku: "Engkau sang pembuka fajar." Fajar itu
perawan dan aku perjakanya.

(aku jendela dan kau tirainya


aku bunga dan kau nektarnya
aku lirik dan kau musiknya
aku hutan dan kau tamannya
aku hujan dan kau riciknya
aku parfum dan kau harumnya
aku laut dan kau gelombangnya
aku langit dan kau gemintangnya
aku matahari dan kau sinarnya
aku burung dan
kau kicaunya)

_aku bibir dan kau senyumnya.

(Jakarta, 13: 2: 2017)

77 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

SEPERCA DOA

____♡♡____

meski dua hari ini


kau kunci pintu-pintu
aku menjelma mimpi
sepanjang tidurmu

ombak mustahil lupakan riak


aku tak perlu sendu
cinta kadang beringsut acak
lalu luruh ke pelukanku

biarlah sejenak menyepi


kau menampi cahaya
berguguran aku menanti
embusan doa setiap nada.

(Gubuk Inspirasi, 27: 1: 2017)

78 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

SEPERTIGA

____♡♡____

aku titip pesan pada bulan


supaya membangunkanku
saat kekasihku mengetuk pintu
di sepertiga malam

(Pemuda, 29: 10: 2016)

79 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

SERENADA BUNGA

____♡♡____

di samudera hati terdalam


para pemimpi larut tenggelam
aku pun padanya terikat
pada bibir bunga memikat

aku semut kau gula


aku gula kau semut
merayap di jendela merah
senyum selalu merekah

kau dan aku terlahir satu


di tengah semesta telanjang
dosa-dosa hidup yang baru
sekuat baja kumenerjang

penaku mengucur darah


muka hati pada tuhan, menengadah

80 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

takdir hari kupeluk mesra


bersandar pada tari senjakala

aku dan kau,


bunga dan cinta.

(Kayu Jati 5, 5: 10: 2016)

81 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

SERENADA HUJAN

____♡♡____

sayup-sayup hujan berkelindan


manggodaku berkencan
di meja-meja tumpah minuman
banyak juga yang memabukkan

sayup-sayup mentari berhamburan,


mengusik jejaka dan perawan
sorotan pananya keindahan
teka-teki tanpa jawaban

sayup-sayup bisikan,
lautan cinta, lautan pencarian
angan-angan berubah harapan
harapan cinta diperebutkan

pencinta bertanya padaku perihal skenario zaman?


kujawab, kelembutan tak'kan terpa pegunungan

82 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

kegalauan mememik bukan tanpa renungan


pikirkan! bagaimana cinta menjadi hujan?

(Kayu Jati 5, 8: 10: 2016)

83 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

SERENADA KUMBANG

____♡♡____

sepasang kumbang
menari-nari dengan kembang
di atasnya kerincing-kerincing
di sekitarnya dibuat bising.

sepasang kumbang ini,


malu… malu…
tapi toh mendekat juga,
aku gila karenanya.

si kumbang jantan mengangguk


melempar serbuk-serbuk
wangi… wangi…
berdua mereka mabuk.

si kumbang betina diam,


tapi tebar pesona

84 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

memancing jantan bertanya:


"dik...maukah kau kulamar segera?"

cinta tuhan telah merekah.

(Kayu Jati 5, 6: 10: 2016)

85 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

SERENADA LAUT

____♡♡____

ketika cinta berenang


di atas cemara batu
burung camar mendadak senang
menikmati senyumku, terpaku.

lalu...
ketika ikan-ikan kecil termenung
di jendela karang, malu-malu
termangu panjang
menyusuri ujung lautku.

Duhai, kekasihku...!
lautan cinta itu, ada dua pintu:
saat pasang dan juga rindu!

(Pantai Chora, 27: 12: 2016)

86 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

SERENADA RINDU

____♡♡____

di luar jendela pulau itu


ada anggur yang menetes.
dari sela-sela batu
cumbu deras menghempas.

aku cinta dan kau rindu


kapan kita bertemu?
tuhan mengikat slalu
dalam buaian rindu.

tak usah kau urai, kata-kataku.


pastilah, kau pun begitu.

(Puncak Bogor, 23: 12: 2016)

87 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

SETIA

____♡♡____

aku tak mau


menduakan kekasihku
dengan uang
bunga
kursi
bahkan puisi

karena kekasihku
memiliki semua itu.

(Pemuda, 29: 10: 2016)

88 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

SETIAP DETIK

____♡♡____

sepekan sekali
aku mengunjungi kekasihku
namun aku masih rindu.

lalu setiap hari


aku memeluk kekasihku
rinduku tak kunjung sembuh.

akhirnya, setiap detik


aku dan kekasihku bercumbu.

(Gubuk Inspirasi, 30: 10: 2016)

89 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

SUARA

____♡♡____

suara kekasihku
sangat merdu dan syahdu
konon,
suara itu untuk menjala hatiku.

(Gubuk Inspirasi, 29: 10: 2016)

90 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

ZIARAH MASA LALU

____♡♡____

"What's in a name?
That which we call a rose by any other name
would smell as sweet."

(William Shakespeare)

Jauh sebelum nama kita tercipta, kata itu telah menjadi


perahu untuk mimpi-mimpi indah.

Setelah itu, kita berlayar ke tepian rasa. Mungkin kau masih


ingat masa: ketika kau diam-diam menjadi diriku, aku pun
mencoba-coba menjelma dirimu.

Aku panggil kau melati, padahal kau mawar, tapi kau enggan
bersuara, karena kau juga bunga.

(Jakarta, 2: 4: 2017)

91 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

??????

____♡♡____

ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
ee ee
lll lll
iii iii
rrr rrr
ra ja
ra ja
rajaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
se lir
ra ja
raa jaa
rrr aaa
jjj aaaa
raaa jaaaa

(Jakarta, 1: 3: 2017)

92 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

TENTANG PENYAIR

Edi Sugianto (Esug), lahir di Sumenep,


22 September 1989, dari pasangan H.
Abd Lathif dan HJ. Holifah. Lulus SD
Gedugan I (1996-2001), MTs Al-Hasan
Somber Giligenting (2002-2004). Al-
Amien Islamic Boarding School,
Sumenep Madura (2005-2008), S1-Universitas
Muhammadiyah Jakarta (2009-2013).
Kegemaran menulis dimulai sejak nyantri di
Pesantren Al-Amien. Saat ini tulisannya berupa esai, resensi,
dan puisi telah dimuat di berbagai media (cetak, dan online)
nasional, seperti koran Kompas, Republika, Koran Tempo,
dll. Majalah, Tabloid, Jurnal Kampus, dan Agupena (online).
Bukunya yang telah terbit, kumpulan esai: Menyalakan Api
Pendidikan Karakter (2016). Kumpulan puisi: 99 Api
Berlayar (2016). Tuhan dalam Rintik Hujan (2017).
Di samping itu, ia juga berkiprah sebagai guru agama
Islam di SMA Muhammadiyah 11, Rawamangun, Jakarta
Timur. Ia juga menjabat sebagai Sekretaris Majelis
Pendidikan Kader, PCM Rawamangun (2015-2020).

93 | Cinta dalam Secangkir Kopi


Edi Sugianto

Di waktu luangnya, anggota AIS (Arsenal Indonesia


Supporter) ini, punya hobi main futsal, Football PlayStation,
seni vocal (nyanyi dan qiroah).
Email: esug_L2s@yahoo.com. Facebook: Edi
Sugianto Sug. Contact Person: 0813-3030-5788.

94 | Cinta dalam Secangkir Kopi

Anda mungkin juga menyukai