Anda di halaman 1dari 13

Tugas

MAKALAH FILSAFAT

DI SUSUN OLEH :
- SAIFUL ASIS
- 1331142096
- PGSD DIKJAS B

UNIVERSITAS NEGERI
MAKASSAR
FAKULTAS ILMU
KEOLAHRAGAAN

Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam. Yang telah memberi kami
kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus
sebagai rahmat bagi semesta alam, berserta keluarga dan para sahabatnya serta
para pengikutnya yang setia sampai hari kemudian.
Makalah atau buku ini kami buat dengan maksud untuk menunaikan tugas
kami mengenai Ilmu Akhlak. Saya berharap penyusunan dalam bentuk makalah ini
akan memberi banyak manfaat dan memperluas ilmu pengetahuan kita.
Dan kami menyadari didalam penyusu
nan ini mungkin masih belum sempurna dan terdapat kesalahan dalam
penyusunannya, kami mohon untuk bimbingan dan kritik serta saran yang bersifat
membangun.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kami mohon, semoga usaha ini
merupakan usaha yang murni bagi-Nya dan berguna bagi kita sekalian sampai hari
kemudian.

DAFTAR ISI
Halaman Judul .......................................................................................................... i
Kata Pengantar .........................................................................................................ii
Dartar Isi ...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................
1.3. Tujuan Penulisan ...............................................................................................
1.4. Pembatasan Masalah .............................................................................. ..
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Filsafat .................................................................................
2.2. Fungsi ilmu filsafat ............................................................................................
2.3. Subtansi ilmu filsafat ..........................................................................
2.4. Sudut pandang ilmu filsafat ..............................................................................
2.5. Objek ilmu filsafat...........................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................
3.2 Saran ...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berfikir merupakan hal yang selalu dilakukan oleh manusia, dan berpikir pula
merupakan keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT. kepada kita manusia.
Akal yang diberikan oleh-nya merupakan suatu pembeda antara kita dengan
makhluk lainnya.
Filsafat merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang seluruh
kenyataan, filsafat dapat mendorong pikiran kita untuk meraih kebenaran yang
dapar membawa manusia kepada pemahaman, dan pemahaman membawa
manusia kepada tindakan yang lebih layak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Filsafat?
2. Apakah fungsi filsafatt?
3. Apakah subtansi filsafat?
4. Apakah sudut pandang filsafat?
5. Apakah objek kajian ilmu filsafat?
1.2 Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas mata kuliah filsafat umum
2. Mempelajari dan Mengetahui apa itu Filsafat
3. Menambah pengetahuan baru tentang Filsafat
4. \Mengetahui apa objek, tujuan, dan manfaat dari Filsafat
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam hal ini, akan dibahas mengenai apa yang menjadi objek filsafat. Kami
akan memfokuskan pembahasan tentang pengertian filsafat, objek material dan
formal filsafat, dan metode filsafat.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pegertian Filsafat
Secara Etimologis, filsafat merupakan terjemahan dari Philolophy (Bahasa
Inggris) atau Philosophia dari bahasa Yunani. Kata tersebut terdiri dari dua suku kata
yaitu Philo dan Shopia. Philo yang berarti suka atau cinta, dan Shopia berarti
kebijaksanaan. Jadi, Philoshopia berarti suka atau cinta pada kebijaksanaan.[1]
Apabila diperhatikan bahwa nama Filosof (philosophos) pertama kali dalam
sejarah dipergunakan oleh Pythagoras (570-500 SM). Menurutnya, Filosof adalah
seorang yang ingin untuk mengetahui segala sesuatu menurut keadaan yang
sebenarnya, keinginan tersebut semata-mata untuk mengetahui dan juga
mengatakan bahwa dalam masa Socrates dan Plato (abad ke-5 SM), nama filsafat
dan filosuf sudah lazim dipakai untuk dalam dialog plato yang berjudul Phaidros.
Mengenai Pengertian (Definisi) filsafat tersebut, perlu dipahami bahwa
filsafat memandang alam ini sebagai suatu kesatuan yang tidak dipecah-pecah,
sehingga ia membahasnya secara keseluruhan, antara yang satu sama lainnya
sehingga berkaitan.[2]
Pertama, menurut Plato. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat
mencapai kebenaran yang asli.
Kedua, menurut Aristoteles filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika.
Ketiga, menurut golongan Stoa filsafat ialah usaha untuk mencari
kesempurnaan yang bersifat teori dan amalan dalam bidang logika, fisika, dan etika.
Keempat, menurut al-Farabi filasafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam
maujud sebagaimana hakikat yang sebenarnya.
Kelima, menurut Descartes filsafat merupakan sekumpulan segala
pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
Banyak yang berkesimpulan tentang filsafat, seperti yang dikemukakan oleh
oleh DR. Yahya Huaidi, dosen filsafat pada Universitas Cairo bahwa filsafat itu tidak
lebih dari suatu pemikiran, dimana orang harus berpandangan biasa dan tidak terikat
pada lapangan penyelidikan tertentu, seperti halnya para ilmuan dan bukan pula
bertolak dari suatu paham yang sudah diterima kebenarannya lebih dahulu, seperti
sikaf orang agama.
Selanjutnya, Sidi Gazalba dalam bukunya Sistematika Filsafat
mengemukakan bahwa berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk
kebenaran tentang segala sesuatu yang dimasalahkan, dengan berfikir secara
radikal, sistematis dan universal (Sidi Gazalba:40).

Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan


filsafat sebagai :[3]
a) Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal mengenai hakikat segala yang
ada, sebab, dan hukumnya.
b) Teori yang mendasari alam pemikiran atau suatu kegiatan
c) Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemology.
Kattsoff, sebagaimana dikutip oleh Associate Webmaster Propessional
(2001), menyatakan karakteristik filsafat sebagai berikut :[4]
1. Filsafat adalah berpikir secara kritis.
2. Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematis.
3. Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.
4. Filsafat adalah berpikir secara rasional.
5. Filsafat bersifat komprehensif
Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga dimensi yaitu :
a) Logika ; apa yang dimaksud benar dan apa yang dimaksud salah.
b) Etika ; mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk.
c) Estetika ; apa yang termasuk jelek dan apa yang termasuk indah.
Ketiga cabang utama ini akhirnya bertambah lagi yaitu:
a) Metafisika ; teori tentang ada (tentang hakikat keberadaan zat, tentang hakikat
serta pemikiran serta kaitan antara zat dan pikiran).
b) Politik ; kajian mengenai organisasi sosial/pemerintahan yang ideal.
Akhirnya berkembang lagi menjadi banyak cabang yang meliputi:
2.2 Fungsi ilmu filsafat
Fungsi Ilmu filsafat merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu,
fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara
keseluruhan, yakni :

Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.

Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap


pandangan filsafat lainnya.

Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan


dunia.

Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan

Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai


aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.

Jadi, Fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam
memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali
kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa
filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu
berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan
theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun
besar secara sederhana. Manfaat lain mengkaji filsafat ilmu adalah
Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual
Kritis terhadap aktivitas ilmu/keilmuan
Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus-menerus
sehingga ilmuwan tetap bermain dalam koridor yang benar (metode dan struktur
ilmu)
Mempertanggungjawabkan metode keilmuan secara logis-rasional
Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid
Berpikir sintetis-aplikatif (lintas ilmu-kontesktual)
2.3 Substansi Ilmu Filsafat
Telaah tentang substansi Filsafat Ilmu, Ismaun (2001) memaparkannya dalam
empat bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta atau kenyataan, (2)
kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi.
1.Fakta atau kenyataan
Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam, bergantung dari sudut
pandang filosofis yang melandasinya.
* Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada korespondensi
antara yang sensual satu dengan sensual lainnya.
* Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian
kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya
korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi
moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai.
* Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik
dengan skema rasional, dan
* Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi
antara empiri dengan obyektif.
* Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.

Di sisi lain, Lorens Bagus (1996) memberikan penjelasan tentang fakta obyektif dan
fakta ilmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau bagian realitas yang
merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta
ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang
dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta
ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis. Tanpa fakta-fakta ini bangunan
teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan dari bahasa yang diungkapkan
dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah membentuk suatu deskripsi ilmiah.
2. Kebenaran (truth)
Sesungguhnya, terdapat berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun secara
tradisional, kita mengenal 3 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan
pragmatik (Jujun S. Suriasumantri, 1982). Sementara, Michel William mengenalkan
5 teori kebenaran dalam ilmu, yaitu : kebenaran koherensi, kebenaran
korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik dan kebenaran
proposisi. Bahkan, Noeng Muhadjir menambahkannya satu teori lagi yaitu
kebenaran paradigmatik. (Ismaun; 2001)
a. Kebenaran koherensi
Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu
yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur
tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada tatanan
sensual rasional mau pun pada dataran transendental.
b.Kebenaran korespondensi
Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan
dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan
atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta
dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik
c.Kebenaran performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan
menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun
yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar
bila memang dapat diaktualkan dalam tindakan.
d.Kebenaran pragmatik
Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki

kegunaan praktis.
e.Kebenaran proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang
merentang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran
dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi
benar adalah bila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat lain
yaitu dari Euclides, bahwa proposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya,
melainkan dilihat dari benar materialnya.
f.Kebenaran struktural paradigmatik
Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan dari
kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan
analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu
dengan lainnya. Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang
dimaknai, karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih
menyeluruh.
3.Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang,
atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai
konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya
menggunakan asumsi, postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi
tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk
membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian
probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif, ataupun reflektif.
4.Logika inferensi
Logika inferensi yang berpengaruh lama sampai perempat akhir abad XX adalah
logika matematika, yang menguasai positivisme. Positivistik menampilkan
kebenaran korespondensi antara fakta. Fenomenologi Russel menampilkan
korespondensi antara yang dipercaya dengan fakta. Belief pada Russel memang
memuat moral, tapi masih bersifat spesifik, belum ada skema moral yang jelas, tidak
general sehingga inferensi penelitian berupa kesimpulan kasus atau kesimpulan
ideografik.
Post-positivistik dan rasionalistik menampilkan kebenaran koheren antara rasional,
koheren antara fakta dengan skema rasio, Fenomena Bogdan dan Guba
menampilkan kebenaran koherensi antara fakta dengan skema moral. Realisme
metafisik Popper menampilkan kebenaran struktural paradigmatik rasional universal

dan Noeng Muhadjir mengenalkan realisme metafisik dengan menampilkan


kebenaranan struktural paradigmatik moral transensden. (Ismaun,200:9)
Di lain pihak, Jujun Suriasumantri (1982:46-49) menjelaskan bahwa penarikan
kesimpulan baru dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan
menurut cara tertentu, yakni berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika
terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika induksi dan logika deduksi.

2.4 Sudut pandang ilmu filsafat


Terdapat tiga sudut pandang dalam melihat Filsafat, sudut pandang ini
menggambarkan variasi pemahaman dalam menggunakan kata Filsafat, sehingga
dalam penggunaannya mempunyai konotasi yang berbeda. Adapun sudut pandang
tersebut adalah :
1. Filsafat sebagai metode berfikir (Philosophy as a method of thought)
2. Filsafat sebagai pandangan hidup (Philosophy as a way of life)
3. Filsafat sebagai Ilmu (Philosophy as a science)
Filsafat sebagai metode berfikir berarti filsafat dipandang sebagai suatu cara
manusia dalam memikirkan tentang segala sesuatu secara radikal dan menyeluruh,
Filsafat sebagai pandangan hidup mengacu pada suatu keyakinan yang menjadi
dasar dalam kehidupan baik intelektual, emosional, maupun praktikal, sedangkan
filsafat sebagai Ilmu artinya melihat filsafat sebagai suatu disiplin ilmu yang
mempunyai karakteristik yang khas sesuai dengan sifat suatu ilmu.
2.5 Objek Filsafat
Secara umum, filsafat mempunyai objek yaitu segala sesuatu yang ada dan
mungkin ada dan boleh juga diaplikasikan, yaitu tuhan, alam semesta, dan
sebagainya. Apabila diperhatikan secara seksama objek filsafat tersebut dapat
dikatagorikan kepada dua:
1. Objek material
Objek material ini adalah sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran atau
penelitian keilmuan. Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri,
yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah
tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secar umum.[5]
2. Objek formal
Objek formal merubah objek khusus filsafat yang sedalam-dalamnya (Poedjawijatna,
1994: 8).[6] Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah

objek materialnya. Suatu obyek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang
sehingga menghasilkan ilmu yang berbeda-beda.[7] Objek formal ini dapat dipahami
melalui dua kegiatan:
a) Aktivitas berfikir murni (reflective thinking) artinya kegiatan akal manusia
dengan usaha untuk mengerti dengan usaha untuk mengerti secara
mendalam segala sesuatunya sampai ke akar-akarnya.
b) Produk kegiatan berfikir murni, artinya hasil dari pemikiran atau penyelidikan
dalam wujud ilmu atau ideologi.
Mengenai objek forma ini ada juga yang mengindentikan dengan metafisika,
yaitu hal-hal diluar jangkauan panca indra, seperti persoalan esensi dan substansi
alam, yaitu sebab utama terjadinya alam. Metafisika berasal dari bahasa yunani,
yaitu metha artinya di belakang, sedangkan fisika artinya fisik atau nyata. Untuk itu
dapat dipahami pengertian methafisika adalah pemikiran yang jauh dan mendalam
dibalik apa yang bisa dijangkau oleh panca indra seperti Tuhan, asal alam, hakikat
manusia, dan sebagainya.[8]
Bagi plato(+ 427-347 SM) filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab
dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada. Sementara bagi
Aritoteles(+ 384-322 SM) filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya
mempelajari peri ada selaku ada(being as being) atau peri ada sebagaimana
adanya(being as such). Dari dua pernyataan tersebut, dapatlah diketahui bahwa
ada merupakan objek materi dari filsafat. Karena fisafat berusaha memberikan
penjelasan tentang dunia seluruhnya, termasuk dirinya sendirinya, maka ada disini
meliputi segala sesuatu yang ada dan, bahkan, yang mungkin ada atau seluruh ada.
Jadi, secara singkat dapat dikatakan, jika filsafat itu bersifat holistik atau
keseluruhan, sementara ilmu pengetahuan lainnya bersifat Fragmental atau bagianbagian.[9]
Persoalan filsafat berbeda dengan persoalan nonfilsafat. Perbedaanya terletak
pada materi dan ruang lingkupnya. Ciri-ciri persoalan filsafat adalah sebagai berikut:
[10]
1. Bersifat Umum, artinya persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan dengan
objek-objek khusus dengan kata lain sebagian besar masalah kefilsafatan
berkaitan dengan ide-ide besar.
2. Tidak menyangkut fakta. Dengan kata lain persoalan filsafat lebih bersifat
spekulatif. Persoalan-persoalan yang dihadapi melampaui batas-batas
pengetahuan ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang
menyangkut fakta.
3. Bersangkutan dengan nilai-nilai (Values), artinya persoalan-persoalan
kefilsafatan bertalian dengan penilaian baik nilai moral-etika, estetika, agama,
dan sosial. Nilai dalam pengertian ini adalah suatu kualitas abstrak yang ada
pada suatu hal.
4. Bersifat kritis, filsafat merupakan analisi secara kritis terhadap konsep-konsep
dan arti-arti yang biasanya diterima begitu saja.
5. Oleh suatu ilmu tanpa pemeriksaan secara kritis.
6. Bersifat sinoptis, artinya persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan
secara keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan
kenyataan sebagai keseluruhan.

7. Bersifat implikatif, artinyakalau sesuatu persoalan kefilsafatan sudah dijawab,


maka dari jawaban tersebut akan memunculkan persoalan baru yang saling
berhubungan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat yaitu cinta atau suka kepada suatu kebijaksanaan atau kebajikan.
Filosof atau orang yang berfilsafat adalah orang yang suka akan kebijaksanaan dan
senantiasa akan berusaha untuk berbuat bijaksana. Filsafat mempunyai banyak
peranan bagi manusia seperti: mendobrak keterkungkungan pikiran manusia,
pembebas pikiran manusia, sebagai pembimbing, penghimpun ilmu pengetahuan,
dan sebagai pembantu pengetahuan.
Secara umum, tujuan filsafat adalah meraih kebenaran agar dapat membawa
manusia kepada pemahaman, dan kepada tindakan yang lebih layak.
3.2 Saran
Jika dilihat dari peranan filsafat dan manfaat dari filsafat itu sendiri, ada
baiknya kita mempelajari dan lebih memahami serta mendalami kajian dari ilmu
filsafat.

DAFTAR PUSTAKA
Zulhelmi.2004.Filsafat Ilmu.Palembang:IAIN Raden Fatah Press
Martini,Eka.2012.Filsafat Umum.Palembang:Noer Fikri Offset

Anda mungkin juga menyukai