B. PRINSIP MENEJEMEN KEPERAWATAN
· Tahap merancang
· Tahap delegasi
· Tahap mendidik
· Tahap perkembangan
· Tahap implementasi
ü Perawat kesehatan di rumah meninjau kembali jadwal setiap hari. Ini harus tepat
sehingga 5 menit sebelum menggunjungi pasien dapat ditambahkan selama 40 jam
kerja setiap minggu. Dengan cara ini jasa pelayanan meningkat bbukan berupa
materi.
Ada empat bentuk struktur organisasi : unit, departemen, puncak (divisi atau
tingkat eksekutif dari managemen organisasi), tingkat operasional (meliputi semua
fase pekerjaan dalam struktur organisasi)
o Divisi keperawatan yang dikelola baik memotivasi pekerja yang memuaskan.
Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang
umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau
keluaran. Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui
penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat,
pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi. Selain itu, mekanisme
umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan yang
akan datang. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan,
audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar
dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan
dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses
manajemen, sebagaimana juga proses keperawatan, terdiri atas kegiatan
pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan,
dan kegiatan penilaian hasil. ( Gillies, 1985 )
2. Kelompok 2
3. Kelompok 3
Pengertian pengarahan
B. Tujuan pengarahan
Menurut Muninjaya (1999), terdapat lima tuuan dan fungsi pengarahan yaitu sebagai
berikut.
1. Pengarahan bertujuan menciptakan kerjasama yang lebih efisien.
Banyak halyang terkait dengan kegiatan pengarahan didalam ruang perawatan akan dapat
memberikan peluang bagi yang diberikan delegasi untuk mengerjakan tugas dan tanggung
tjawab secara otonomi.
Perawat yang diarahkan jika salah, diberi motivasi jika kinerja menurun, dan diberi apresiasi
atas hasil kerja akan memberikan penguatan rasa memiliki dan menyukai pekerjaannya.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menciptakan lingkungan kerja yang
kondusif, dan menciptakan hubungan interpersonal yang harmonis. Selain itu,
kepemimpinan yang adil merupakan kunci sukses dalam memberikan motivasi kerja dan
meningkatkan prestasi kerja perawat bawahan.
C. Unsur-unsur pengarahan
1. Kepemimpinan
a. Pengertian
Menurut Harsey, Blanchard dan Johnson (1999 dalam Huber, 2006), kepemimpinan adalah
proses memengaruhi aktivitas individu atau kelompok dalam upaya mencapai tujuan paad
suatu situasi. Sedangkan menurut Hasibuan (2005), kepemimpinan adalah kemampuan
untuk memengaruhi kelompok menuju pencapaian sasaran. Toner (1982) menyatakan
bahwa kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada
kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Talbott
(1971 dalam Swasnburg, 1993) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah bumbu vita yang
mengubah sekelompok orang menjadi suatu organisasi yang berfungsi dan berguna.
ð Seorang pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahannya, tetapi juga dapat
memengaruhi bawahan agar mau bertindaka atau bekerja dengan baik dan tepat.
b. Sifat-sifat kepemimpinan
Menurut edwin ghiselli (1971 dalam Handoko, 1999), seorang manajer dapat menjadi
pemimpin yng efektif jika mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
2) Pemimpin yang efektif mengerti kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan. Seorang
pemimpin yang efektif bertanggung jawab atas pekerjaannya dan selalu mempunyai
keinginan untuk maju dan sukses.
3) Pemimpin yang efektif mempunyai kecerdasan. Seorang pemimpin yang efektif harus
mampu dalam merumuskan ataupun membuat serta mempunyai pemikiran yang kreatif
dan daya pikir.
c. Gaya-gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan diperlukan oleh seorang pemimpin dalam memimpin suatu organisasi.
Seorang pemimpin harus dapat memahami kapan dia harus mempunyai gaya
kepemimpinan tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh
terhadap efektiitas seorang dalam memimpin. Gaya kepemimpinan yang tepat dapat
meningkatkan produktivitas.
Berbagai macam gaya kepemimpinan yang daapt kita kena. Akan tetapi, secara umum gaya
kepemimpinana dapat dibagi menjadi tiga, yaitu demokratis, otokratis, dan permisif.
Gaya kepemimpinan otokratis mempunyai ciri bahwa wewenang dan keputusan mutlak
pada pimpinan. Gaya ini bermanfaat atau efektif pada tahap awal beroperasinya suatu
organisasi, atau pada saat terjadi kontroversi/perselisihan.
Gaya kepemimpinan ini mempunyai ciri bahwa seorang pemimpin memberikan kebebasan
kepada bawahan untuk melakukan tugasnya, dan minimalnya atau bahkan hampir idak ad
pemimpina pengarahan/bimbingan kepada bawahan. Seorang pemimpin akan memberikan
kepemimpinannya saat diminta.
Pendapat lain mengatakan bahwa gaya kepemimpinan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut :
1) Orientasi tugas (task-oriented)
d. Teori kepemimpinan
1) Pendekatan kesifatan
Teori ini menekankan bahwa sifat kepemimpinan seseorang sudah dibawa sejak lahir, bukan
dibuat. Seseorang yang dilahirkan sudah membawa atau tidak membawa sifat yang
diperlukan oleh seorang pemimpin. Seseorang dilahirkan sudah atau tidak membawa sifat
yang diperlukan seorang pemimpin. Seseorang dilahirkan membawa karakteristik yang
berbeda-beda dengan orang lain. Supardi dan Anwar (2004) menyebutkan bahwa
kepemimpinan adalah suatu fungsi kualitas seseorang dari suatu individu, bukan dari situasi,
teknologi, atau dukungan masyarakat. Teori ini disebut juga dengan greatman theory. Akan
tetapi, teori kontemporer menyatakan bahwa kepemimpianan yang dibawa dan dimiliki
oleh seseorang dapat dikembangkan sehingga tidak hanya tergantung dari sifat yang dibawa
sejak lahir.
Teori ini menjelaskan bahwa peranan kepemimpinan seorang menejer dipengaruhu situasi-
situasi tertentu. Efektivitas kepemimpinan berhubungan eart denag situasi yang
menguntungkan. Menurut Fiedler, situasi empiris tersebut dibagi menjadi tiga dimensi,
yaitu hubungan pimpinan dengan anggota, tingkat dalam struktur tugas, dan posisi
kekuasaan pemimpin yang didapatkan melalui wewenang formal. Situasi tersebut diatas
akan menguntungkan pemimpin jka mempunyai derjat tinggi. Akan tetapi, jika sebaliknya,
akan tidak menguntungkan. Kombinasi gaya kepemimpinan yang menyesuaikan dengan
situasi menguntungkan akan menetukan efektivitas organisasi.
3) Teori Path-Goal
Teori ini mengarah pada analisis pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi dan
pelaksanaan kerja bawahan. Teori ini mengajukan empat tipe gaya kepemimpinan sebagai
berikut:
Model kepemimpinan ini mencirikan bahwa tidak adanya partisipasi oleh bawahan sehingga
model ini terjadi pada gaya kepemimpinan otokratik. Komunikasi yang terjadi pada directive
leadership adalah satu arah sehingga hanya berupa perintah.
Gaya kepemimpinan ini mengarah pada pemberian dukungan dan juga dorongan kepada
bawahan. Selain itu, seorang pemimpin akan berusaha dekat dengan bawahan, tidak
menjaga jarak, dan berusaha untuk mendengarkan keluhan bawahan. Gaya kepemimpinan
ini berpengaruh sangat positif terhadap bawahan yang sedang frustasi, menghadapi
pekerjaan yang banyak tekanan, merasa tidak puas, dan kurang motivasi.
Penekanan gaya kepemimpinan ini adalah pada partisipasi aktif dari bawahan walaupun
pembuatan keputusan ada di tangan pemimpin. Model kepemimpinan ini mempunyai
hubungan yang positif dengan kepuasan kerja bawahan.
· Achievement Oriented Leadrship (Kepemimpinan Berorientasi Prestasi)
Gaya kepemimpinan ini mempunyai ciri, yaitu seorang pemimpin suka memberikan
tantangan yang dapat merangsang bawahan atas pekerjaan yang dilakukan. Harapannya,
bawahan dapat menunjukan kemampuannya untuk bekerja dengan baik.
2. Motivasi
Berbicara tentang kinerja, tidak sekedar terlihat dari individu perawat yang bersedia
melakukan suatu tindakan atau tidak, tetapi yang paling penting adalah apakah individu
perawat melakukan suatu tindakan keperawatan didasari adanya dorongan/motivasi atau
hanya sekedar gugur kewajiban/kegiatan rutinitas. Oleh karena itu, dorongan/motivasi akan
memberikan dampak yang langgeng bagi seorang perawat dalam melakukan tindakan
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Menurut
Hasibuan (2005), motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung
perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.
Woldkowski (1985) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi yang menyebabkan
atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan (persistence)
pada tingkah laku tersebut.
Motivasi merupakan salah satu unsur pengarahan dalam fungsi-fungsi menajeman sehingga
seorang perawat manajer harus mampu melakukannya. Perawat manajer harus dapat
mengenali dan mengetahui motivasi maupun kebutuhan staf yang merupakan faktor
pemicu untuk melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang dirawatnya secara
efektif dan efisien.
a. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin movere berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi
adalah konsep yang menggambarkan kondisi ekstrinsik yang merangasng perilaku tertentu
dan respons intrinsik yang menampakkan perilaku manusia (Swansburg,1993). Menurut
Kreitner dan Kinicki (2000), motivasi adalah proses psikologi yang meningkatkan dan
mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Robbins (2003) menyatakan motivasi sebagai
proses yang ikut menentukan intensitas, arah, dan ketekunan individu dalam usaha
mencapai sasaran. Woldkowski (1985) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi
yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah serta
ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan
proses psikologi yang menimbulkan perilaku tertentu dan ikut menentukan intensitas, arah,
ketekunan, dan ketahanan pada perilaku tersebut sesuai tujuan yang ditetapkan.
b. Lingkaran Motivasi
Seseorang dalam berperilaku pada umumnya dirangsang oleh keinginan untuk mencapai
suatu tujuan. Setiap perilaku mempunyai satuan dasar yang disebut “kegiatan”. Artinya,
perilaku adalah serangkaian kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu tujuan.
Motivasi merupakan istilah yang sering dipakai silih berganti dengan istilah kebutuhan
(need), keinginan (want), dorongan (drive), maupun impuls (Thoha, 2007). Setiap orang
mempunyai keinginan, dorongan, dan kebutuhan yang berbeda dalam melakukan tindakan.
Kekuatan motivasi seseorang akan menentukan kualitas kegiatan yang dilakukan. Secara
logika, motivasi seseorang akan berbanding lurus dengan kegiatan yang dilakukan. Motivasi
ini pula yang dapat mengendalikan dan mengarahkan perilaku seseorang.
c. Tujuan Motivasi
Manajer keperawatan sebagai pimpinan dalam organisasi pelayanan keperawatan harus
mampu menciptakan iklim motivasi. Iklim motivasi yang kondusip akan membawa berbagai
dampak yang dapat meningkatkan kepuasan pasien, keluarga pasien, dan kepuasan
perawat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hasibuan (2005) yang mengatakan bahwa tujuan
motivasi dalam suatu organisasi adalah sebagai berikut:
Dorongan, dukungan, perhatian, dan apresiasi yang diberikan oleh manajer keperawatan
kepada bawahan dapat meningkatkan moral bawahan. Hal ini dapat mempengaruhi
motivasi bawahan. Seorang perawat yang mempunyai motivasi kerja yang baik, cenderung
melaksanakan tugas keperawatan sesuai tanggung jawabnya dan berusaha memberikan
pelayanan secara profesional. Jika hasil yang dikerjakan dapat diselesaikan dengan baik,
akan memberikan kepuasan tersendiri.
Seseorang yang diberi dukungan dan apresiasi terhadap hasil kerjanya akan meningkatkan
motivasinya. Tingginya motivasi kerja seorang perawat akan mempengaruhi kinerjanya
dengan asumsi: semakin tinggi motivasi, akan semakin baik pula kinerjanya sehingga
produktivitasnya akan meningkat.
Turn over yang tinggi dan produktivitas yang rendah merupakan salah satu bukti kalau
motivasi kerja orang-orang yang ada dalam organisasi adalah juga rendah. Kestabilan
perawat dalam menjaga produktivitasnya dan rendahnya turn over perawat tergantung
motivasinya. Dengan demikian, seorang menajer keperawatan harus dapat selalu menjaga
kestabilan perawat bawahannya dengan cara selalu memberikan motivasi.
Seorang perawat yang bekerja dengan motivasi tinggi akan berusaha untuk bekerja penuh
dedikasi dan rasa tanggung jawab.
Motivasi tinggi yang tertanam dalam setiap jiwa perawat akan membawa luaran pada
tingginya tanggung jawab pada masing-masing personel dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
Loyalitas, kreativitas, dan partisipasi seorang perawat akan berlipat pada saat mempunyai
motivasi tinggi.
Kesejahteraan karyawan tidak hanya menyangkut kesejahteraan fisik, tetapi juga psikologis,
sosial, dan spiritual. Motivasi akan dapat meningkatkan produktivitas. Tingginya
produktivitas berdampak pada intensif yang lebih sehingga pendapatan meningkat. Motivasi
juga dapat mengangkat moral dan kepuasan karyawan, menciptakan suasana, dan
hubungan kerja yang baik.
Tingginya rasa tanggung jawab akan berdampak pada keinginan menyelesaikan tugas secara
tepat waktu, bekerja sebaik mungkin, dan sesuai protap yang ada. Dengan demikian, akan
dapat meminimalisasi kesalahan sebagai bidang pemborosan alat maupun bahan baku.
d. Azas-Azas Motivasi
Beberapa azas yang dapat mempengaruhi motivasi kerja seseorang, antara lain sebagai
berikut:
1) Partisipasi
2) Komunikasi
ð Komunikasi dalam suatu organisasi merupakan salah satu kunsi yang dapat menentukan
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang ingin dicapai,
bagaimana cara mengerjakan suatu pekerjaan, kendala-kendala yang dihadapi suatu
organisasi, maupun keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan sangat penting
diinformasikan kepada seluruh anggota organisasi. Seringnya mengomunikasikan hal-hal
yang terjadi di organisasi dengan seluruh anggota akan dapat meningkatkan minat,
perhatian, dan rasa memiliki terhadap organisasiyang secara otomatis akan berpengaruh
pada motivasinya.
ð Pengakuan dan penghargaan dengan tepat dan wajar atas prestasi yang dicapai oleh
anggota organisasi akan dapat meningkatkan keinginan dan motivasinya untuk bekerja lebih
baik lagi. Pengakuan dan penghargaan yang diberikan di depan umum (anggota lain) akan
mempunyai dampak ganda. Selain meningkatkan motivasi yang mendapatkan penghargaan,
juga akan menggugah motivasi anggota lainnya.
ð Perhatian timbal balik maksudnya adalah bahwa apa yang dilakukan oleh karyawan
menentukan keberadaan organisasi. Jika organisasi semakin berkembang dan mapan, secara
otomatis akan berdampak pada kesejahteraannya.
e. Metode Motivasi
Kegiatan memotivasi seseorang dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Motivasi langsung (direct motivation) adalah motivasi yang diberikan secara langsung
kepada setiap individu untuk memenuhi kebutuhan maupun kepuasannya. Termasuk
metode langsung, antara lain pujian, penghargaan, bonus, insentif, bintang jasa, tunjangan
hari raya, dan lain sebagainya.
f. Alat-Alat Motivasi
Alat-alat motivasi yang dapat menjadi perangsang bawahan dalam melakukan suatu
pekerjaan yang optimal adalah insentif material ddan insentif nonmaterial. Insentif material
adalah alat motivasi yang berupa uang atau barang-barang. Sedangkan, alat insentif
nonmaterial adalah piagam penghargaan, penempatan yang tepat, ruang kerja yang
nyaman,pekerjaan yang terjamin, bintang jasa, dan lain sebagainya.
g. Teori Motivasi
Munculnya teori motivasi modern dilandasi oleh perilaku kebutuhan, penguatan, kesadaran,
karakteristik pekerjaan dan perasaan/emosi (Kreitner dan Kinicki, 2000).
1) Teori Motivasi Kebutuhan
Teori motivasi kebutuhan muncul didasarkan bahwa individu dalam hidupnya ingin
memenuhi kebutuhannya, baik fisiologis maupun psikologis secara baik/cukup. Menurut
Kreitnar dan Kinicki (2000), kebutuhan diartikan sebagai kekurangan fisiologis atau
psikologis yang mendorong timbulnya perilaku. Beberapa teori kebutuhan motivasi yang
terkenal antara lain sebagai berikut:
Teori ini dikemukakan oleh Abraham H. Maslow. Teori ini didasarkan pada teori holistik
dinamis yang mencakup kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih
sayang, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi. Oleh karena itu, teori motivasi ini
dikenal dengan “Teori Kebutuhan”.
4. Kelompok 4
Minimal Care
Partial Care
1. Klien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang
lebih lama
a. Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kursi
roda
b. Membutuhkan latihan pasif
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus) atau NGT
(sonde)
d. Membutuhkan bantuan kebersihan mulut
e. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
f. Dimandikan perawat
g. Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter
h. Klien tidak sadar
Pre conference adalah komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana setelah selesai operan
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung
jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference
ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan
rencana dari kepala tim dan penanggung jawab tim.
Tatalaksanan :
Post conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien. Conferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, pagi, sore atau malam
sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di
tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
Tujuan Post Conference
Tujuan post conference adalah untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian
masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.
Pelaksanaan
1. Mengucapkan terimakasih dan siap melaporkan
2. Perawat melaporkan perkembangan pasien kelolaan (kondisi dan tingkat ketergantungan)
meliputi:
a. Identitas klien: nama, alamat, nomor registrasi.
b. Diagnosa medis
c. Diagnosa keperawatan dan data fokus yang menunjang diagnosa
d. Tindakan keparawatan yang sudah dilakukan dan hasilnya
e. Tindakan yang belum dilaksanakan
f. Rencana tindak lanjut
g. Masalah yang dihadapi
3. Meminta saran atau masukan kepada ketua tim
Mencatat hasil diskusi atau masukan
Terminasi (Penutup)
1. Mengembalikan kepada katim untuk melanjutkan midle conference
2. Mengucapkan terimakasih dan memberikan salam