Anda di halaman 1dari 50

6

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Konsep Manajemen Keperawatan


1. Pengertian
Menurut Harsey dan Blanchard (1977) dalam Suyanto (2008: 2),
pengertian manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan pencapaian
tujuan organisasi melalui kerja sama dengan orang lain.
Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif,
keberhasilan rencana perawat manajer klinis, yang mempunyai teori atau
sistematik dari prinsip dan metode yang berkaitan pada instusi yang besar dan
organisasi keperawatan di dalamnya, termasuk setiap unit. Teori ini meliputi
pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi dapat memerlukan
pengembangan atau perbaikan termasuk misi atau tujuan devisi keperawatan.
Dari pernyataan pengertian yang jelas perawat manajer mengembangkan tujuan
yang jelas dan realistis untuk pelayanan keperawatan (Swanburg, 2000).
Manajemen Keperawatan adalah proses dalam mengelola pelayanan
keperawatan melalui fungsi-fungsi manjemen untuk mencapai tujuan
pelayanan keperawatan (Depkes RI, 2001).

2. Manajemen Sebagai Suatu Proses


            Menurut Suyanto (2008) manajemen adalah sebagai suatu proses
dapat dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh
seorang manajer. Adapun yang dimaksud fungsi manajemen adalah langkah-
langkah penting yang wajib dikerjakan oleh seorang manajer untuk mencapai
tujuan.
            Masing-masing pakar mengidentifikasi fungsi-fungsi manajemen
yang berbeda-beda. Keperawatan lebih sering mengadopsi fungsi manajemen
menurut George Terry, yaitu:

6
Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis
Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
7

a. Planning (perencanaan) sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan


tujuan organisasi, sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian
kegiatan untuk mencapainya. Melalui perencanaan akan dapat ditetapkan
tugas – tugas staf. Dengan tugas – tugas ini seorang pemimpin akan
mempunyai pedoman untuk melakukan supervisi dan evaluasi serta
menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan
tugas – tugasnya.
b. Organizing (pengorganisasian), adalah rangkaian kegiatan manajemen
untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh
organisasi dan memanfatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan
organisasi.
c. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau penggerakkan
adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu
bekerja secara optimal dan melakukan tugas – tugasnya sesuai dengan
ketrampilan yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya
yang tersedia.
d. Controling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk mengamati
secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan
mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.

3. Filosofi Manajemen Keperawatan


a. Mengerjakan hari ini lebih baik dari hari esok.
b. Manajer keperawatan merupakan fungsi utama bidang keperawatan.
c. Peningkatan mutu kinerja perawat.
d. Pendidikan berkelanjutan.
e. Proses keperawatan individual menunjang pasien untuk mencapai
kesehatan optimal.
f. Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk setiap
tindakan keperawatan yang diberikan.
g. Menghargai pasien dan haknya untuk mendapatkan asuhan keperawatan
yang bermutu.

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
8

h. Perawat adalah advokat pasien.


i. Perawat berkewajiban untuk memberikan pendidikan kesehatan pada
pasien dan keluarga.

4. Prinsip – Prinsip Manajemen Keperawatan


a. Prinsip – prinsip manajemen menurut Fayol adalah :
1) Division of work (pembagian pekerjaan)
2) Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)
3) Dicipline (disiplin)
4) Unity of command (kesatuan komando)
5) Unity of direction (kesatuan arah)
6) Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan
individu tunduk pada kepentingan umum)
7) Renumeration of personal (penghasilan pegawai)
8) Centralization (sentralisasi)
9) Scalar of hierarchy (jenjang hirarki)
10) Order (ketertiban)
11) Stability of tenure of personal (stabilitas jabatan pegawai)
12) Equity (keadilan)
13) Inisiative (prakarsa)
14) Esprit de Corps (kesetiakawanan korps)
b. Prinsip – prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
1) Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan
karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan
resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan
terencana.
2) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu
yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan
menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
9

3) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan.


Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam
pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan
keputusan di berbagai tingkat manajerial.
4) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang
pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin
utama dari seluruh tujuan keperawatan.
5) Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
6) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan
yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan
pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
7) Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
8) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan
memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara
pegawai.
9) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
persiapan perawat – perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih
tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan
karyawan.
10) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat,
pemberian instruksi dan menetapkan prinsip – prinsip melalui
penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan
memperbaiki kekurangan.

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
10

5. Fungsi Manajemen Keperawatan


a. Fungsi perencanaan
1) Mencakup kegiatan menentukan sasaran yang harus dicapai dan
menetapkan sarana yang sesuai untuk mencapai sasaran yang telah
ditentukan dengan visi misi keperawatan atau institusi (Gillies, 1999).
2) Merupakan fungsi utama pengelolaan dan landasan kegiatan yang
disusun berdasarkan hasil analisa data dari hasil pelayanan
keperawatan dalam upaya mencapai tujuan sesuai dengan kebijakan,
visi, misi institusi (Depkes RI, 2001).
b. Fungsi pengorganisasian
Meliputi seluruh aktifitas manajerial yang dilakukan untuk
menterjemahkan aktifitas yang perlu dan telah direncanakan ke dalam
struktur tugas dan wewenang (Swanburg, 1999).
c. Fungsi pelaksanaan
Melaksanakan kegiatan pelayanan keperawatan sesuai dengan tugas dan
wewenang dengan penuh tanggungjawab untuk mencapai tujuan sesuai
perencanaan yang dibuat (Sabarguna, 2004).
d. Fungsi pengendalian
Mencakup kegiatan yang harus ditangani manjer untuk menjamin agar
hasil yang dicapai konsisten dengan hasil yang direncanakan. Persyaratan
dasar dalam pengendalian adalah adanya standar yang ditetapkan untuk
mencapai tujuan, informasi yang akurat dan tindakan korektif (Marquis
dan Huston, 2000).
e. Fungsi evaluasi
Mencakup kegiatan menyusun rencana evaluasi pencapaian,
melaksanakan evaluasi, memberikan umpan balik dan adanya
tindaklanjut hasil pencapaian pelayanan keperawatan (Depkes RI, 2001).

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
11

5. Tingkatan manjemen keperawatan


a. Top Manajemen (puncak manajemen)
Tugas top manajemen / puncak manajemen:
1) Menentukan sasaran kebijaksanaan
2) Menentukan bimbingan dan pengarahan
3) Menentukan standar kinerja
4) memelihara hubungan masyarakat yang baik
b. Middle managemen (manajemen menengah)
Tugas manajemen menengah :
1) Menginterpretasikan dan menjelaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan
dari top manajemen.
2) Memberikan perintah secara terperinci
3) Berpartisipasi dalam pembuatan keputusan operasional
4) Melatih manajer-manajer lain.
c. Lower managemen (manajemen tingkat bawah)
Tugas manajemen tingkat bawah :
1) Merencanakan kegiatan sehari hari
2) Membagi tugas kepada para pekerja
3) Melakukan pengawasan dan pengendalian kegiatan para bawahannya.
4) Mengatur materil, peralatan perlengkapan.
5) Memelihara disiplin

6. Tugas Manajer Keperawatan


Tugas seorang manajer keperawatan adalah mengkoordinasikan
tenaga, alat atau bahan, keuangan keperawatan dengan menjalankan fungsi-
fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, mengarahkan dan
mengendalikan sehingga tercapai pelayanan dan asuhan keperawatan
kepada kelompok pasien, secara efektif dan efisien dan bermutu.

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
12

7. Kepala Ruangan Sebagai Manajer Keperawatan


a. Peran Kepala Ruangan
Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994)
adalah peran kepala ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah
sakit dan kualitas pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap
hasil dari pelayanan keperawatan yang berkualitas, dan menghindari
terjadinya kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan
terjadinya saling melempar kesalahan.
Kepala ruangan disebuah ruangan keperawatan, perlu melakukan
kegiatan koordinasi kegiatan unit yang menjadi tanggung jawabnya dan
melakukan kegiatan evaluasi kegiatan penampilan kerja staf dalam
upaya mempertahankan kualitas pelayanan pemberian asuhan keperawatan.
Berbagai metode pemberian asuhan keperawatan dapat dipilih
disesuaikan dengan kondisi dan jumlah pasien, dan kategori pendidikan
serta pengalaman staf di unit yang bersangkutan (Arwani, 2005).
b. Peran Perawat Pelaksana
Perawat bertanggung-jawab dalam memberikan pelayanan
keperawatan dari yang bersifat sederhana sampai pada yang paling
kompleks kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara
langsung atau tidak langsung (Praptianingsih, 2006). Dalam
melaksanakan peran sebagai perawat pelaksana bertindak sebagai:
1) Comferter
Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien
(Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai
pemberi kenyamanan yaitu memberikan pelayanan keperawatan
secara utuh bukan sekedar fisik saja, maka memberikan
kenyamanan dan dukungan emosi sering kali memberikan
kekuatan kepada klien untuk mencapai kesembuhan. Dalam
memberikan kenyamanan kepada klien, perawat dapat
mendemonstrasikan dengan klien.

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
13

2) Protector dan Advocat


Perawat berupaya melindungi pasien, mengupayakan
terlaksananya hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan
(Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), sebagai
pelindung perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman
bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan dan melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak
diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau pengobatan. Untuk
menjalankan tugas sebagai advokat, perawat melindungi hak dan
kewajiban klien sebagai manusia secara hukum, serta membantu
klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan. Perawat
juga melindungi hak - hak klien melalui cara-cara yang umum dengan
penolakan aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan
kesehatan klien atau menetang hak - hak klien.
3) Communication
Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim
kesehatan, hal ini terkait dengan keberadaan perawat yang
mendampingi pasien selama 24 jam untuk memberikan asuhan
keperawatan dalam rangka upaya pelayanan kesehatan di rumah
sakit (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran
sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat
pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan
klien, keluarga, antara sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya,
sumber informasi dan komunitas. Memberikan perawatan yang efektif,
pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga, memberikan
perlindungan pada klien dari ancaman terhadap kesehatannya,
mengokordinasi dan mengatur asuhan keperawatan dan lain-lain tidak
mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.
4) Rehabilitator
Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah mengembalikan
fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi normal.

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
14

Rehabilitas merupakan proses dimana individu kembali ketingkat


fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang
menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Rentang aktivitas rehabilitas
dan restoratif mulai dari mangajar klien berjalan dengan
menggunakan alat pembantu berjalan sampai membantu klien
mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan penyakit
kronis (Potter & Perry, 2005)
c. Fungsi Kepala Ruangan
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston
(2000) sebagai berikut:
1) Perencanaan
Dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan
peraturan- peraturan: membuat perencanaan jangka pendek dan jangka
panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan
biaya-biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola
rencana perubahan.
2) Pengorganisasian
Meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan perencanaan,
menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien
yang paling tepat, mengelompokkan kegiatan untuk mencapai
tujuan unit serta melakukan peran dan fungsi dalam organisasi
dan menggunakan power serta wewenang dengan tepat.
3) Ketenagaan
Pengaturan ketegagaan dimulai dari rekrutmen, interview, mencari, dan
orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan staf, dan
sosialisasi staf.
4) Pengarahan
Mencangkup tanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia
seperti motivasi untuk semangat, manajemen konflik, pendelegasian,
komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
15

5) Pengawasan
Meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan etika
aspek legal, dan pengawasan professional. Seorang manajer dalam
mengerjakan kelima fungsinya tersebut sehari-sehari akan bergerak
dalam berbagai bidang penjualan, pembelian, produksi, keuangan,
personalia dan lain - lain.
d. Fungsi Perawat Pelaksana
Tenaga keperawatan diharapkan dapat melaksanakan fungsi (pada
pasien-pasien yang dirawat) sebagai berikut :
1) Menentukan kebutuhan kesehatan pasien dan mendorong pasien untuk
berperan serta di dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya.
2) Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai kebersihan perorangan,
kesehatan lingkungan, kesehatan mental, gizi, kesehatan ibu dan anak,
pencegahan penyakit dan kecelakaan.
3) Memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien yang meliputi
perawatan darurat,serta bekerjasama dengan dokter dalam program
pengobatan
4) Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak dapat
ditanggulangi dan menerima rujukan dari organisasi kesehatan
lainnya.
5) Melaksanakan pencatatan pelaporan asuhan Keperawatan.
e. Uraian Tugas Kepala Ruangan
Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut
Depkes (1994), adalah sebagai berikut:
1) Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:
a) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga
lain sesuai kebutuhan.
b) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.
c) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan
yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
2) Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi:

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
16

a) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga


lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan yang
berlaku (bulanan, mingguan, harian).
b) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di
ruang rawat.
c) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan
satu atau tenaga lain yamg bekerja di ruang rawat.
d) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart.
e) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja
sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang
rawat.
f) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta
mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar
tercapainya pelayanan optimal.
g) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan
lain yang diperlukan di ruang rawat.
h) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar
selalu dalam keadaan siap pakai.
i) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan.
j) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya
meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas
yang ada dan cara penggunaannya.
k) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di
ruang rawat.
l) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa
pasien dan mencatat program.
m) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang
rawat untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi, untuk
memudah pemberian asuhan keperawatan.
n) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
17

untuk mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta


membantu memecahkan masalah berlangsung.
o) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung.
p) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien / keluarga
dalam batas wewenangnya.
q) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi serlama
pelaksanaan pelayanan berlangsung.
r) Memelihara dan mengembangkan system pencatatan data
pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakuakan
secara tepat dan benar.
s) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap
lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan
kepala UPF di Rumah Sakit.
t) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara
petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan.
u) Memberi motivasi tenaga non keperawatan dalam memelihara
kebersihan ruangan dan lingkungan.
v) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
w) Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan
berdasarkan macam dan jenis makanan pasien kemudian
memeriksa / meneliti ulang saat pengkajiannya.
x) Memelihara buku register dan bekas catatan medis.
y) Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan
asuhan keperawatan serta kegiatan lain di ruangan rawat
3) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian,
meliputi:
a) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang
telah ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap upaya
peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.
b) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
18

Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi pelaksana


keperawatan dan tenaga ain di ruang yang berada di bawah
tanggung jawabnya untuk berbagai kepentingan (naik pangkat /
golongan, melanjutkan sekolah) mengawasi dan mengendalikan
pendayagunaan peralatan perawatan serta obat - obatan secara
efektif dan efisien.
c) Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan
kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang
rawat.
f. Uraian Tugas Perawat Pelaksana
1) Memelihara kebersihan dan kerapihan di dalam ruangan
2) Menerima pasien baru
3) Melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode
proses keperawatan
4) Mempersiapkan pasien keluar
5) Membimbing dan mengawasi pekarya kesehatan dan pekarya rumah
tangga
6) Mengatur tugas jaga
7) Mengelola peralatan medik dan keperawatan, bahan habis pakai dan
obat
8) Mengelola administrasi

8. Teori Kepemimpinan
a. Teori kepemimpinan
Menurut Gillies (1994), dalam Arwani (2006), mendefinisikan
kepemimpinan berdasarkan kata kerjanya, yaitu to lead, yang
mempunyai arti beragam, seperti untuk memandu (to guide), untuk
menjalankan dalam arah tertentu (to run in a specific direction), untuk
mengarahkan (to direct), berjalan didepan (to go at the head of), menjadi
yang pertama (to be first), membuka permainan (to open play), dan
cenderung mendapatkan hasil yang pasti (to tend toward a de).

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
19

Pemimpin yang efektif adalah seorang katalisator dalam


memudahkan interaksi yang efektif di antara tenaga kerja, bahan, dan
waktu. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pembangkit tenaga
(sinergis) yang menyatukan usaha banyak pekerja dengan bermacam –
macam keterampilan. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana
satu pihak memiliki kemampuan lebih besar untuk menunjukkan dan
mempengaruhi perilaku yang lain dibandingkan dengan dia,
jadi, fungsi pemimpin berdasarkan pada perbedaan kekuasaan antara pihak-
pihak yang terlibat. Dalam setiap perusahaan kerja sama memerlukan
usaha banyak orang atau pekerja, pemimpin dibutuhkan untuk
meluruskan pegawai dalam rangka mendukung tujuan organisasional.
Untuk memulai usaha kelompok kepada akhir yang diinginkan,
mencampur dan menopang usaha berbagai tenaga
ahli (Gillies, 1989).
1) Teori “ Trait “ (Bakat)
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin
(pimpinan dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka
mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik
dari orang lain, teori ini disebut dengan “Great Man Theory”. Banyak
peneliti tentang riwayat kehidupan Great Man Theory. Tetapi
menurut teori kontemporer, kepemimpinan seseorang dapat
dikembangkan bukan hanya pembawa sejak lahir, dimana teori trait
mengabaikan dampak atau pengaruh dari siapa pengasuh. Situasi,
dan lingkungan lainnya (Marqus dan Huston,1998 dalam Arwani 2006).
Swanburg (2001) menyatakan ciri - ciri pemimpin menurut
teori bakat adalah:
a) Inteligensi
Sifat yang berhubungan dengan inteligensi termasuk pengetahuan,
ketegasan, dan kelancaran berbicara. Menyadari bahwa pengetahuan
dan kompetensi dalam pekerjaan tertentu adalah salah satu faktor
terpenting dalam keefektifan pemimpin.

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
20

b) Kepribadian
Sifat kepribadian seperti kemampuan beradaptasi, kepercayaan
diri, kreativitas dan integritas personal dihubungkan dengan
kepemimpinan yang efektif. Seorang pemimpin adalah orang yang
efektif mengetahui bagaimana memotivasi semangat kerja para
pekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
c) Kemampuan
Seorang pemimpin mempunyai cukup kepopuleran, kemasyuran,
dan keterampilan interpersonal untuk memberikan symbol,
memperluas, memperdalam kesatuan kolektif diantara anggotanya
dalam system tersebut.
2)Teori Perilaku
Nursalam (2002) menyatakan bahwa teori perilaku lebih
menekankan kepada apa yang dilakukan pemimpin dan
bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku
sering dilihat sebagai suatu rentang dari sebuah
perilaku otoriter ke demokrat atau dari fokus suatu produksi ke fokus
pegawai.
Tentang teori prilaku terdapat teori X dan teori Y dari
McGregor yang dihubungkan dengan motivasi dari Moslow yang
menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu
secara keseluruhan yang mengadakan interaksi dengan dunia individu
lain (Swanburg, 2000).
b. Gaya Kepemimpinan
Nursalam (2000) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat
diidentifikasikan berdasarkan perilaku pimpinan itu sendiri. Perilaku
seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-tahun dalam
kehidupannya. Oleh karena itu, kepribadian seseorang akan mempengaruhi
gaya kepemimpinan yang digunakan. Gaya kepemimpinan cenderung
sangat bervariasi dan berbeda-beda. Secara mendasar gaya

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
21

kepemimpinan dibedakan atas empat macam berdasarkan kekuasaan


dan wewenang, yaitu otokratik, demokratik, participation, dan laisez -
faire atau free rain. Keempat tipe atau gaya kepemimpinan tersebut satu
sama lain memiliki karakteristik yang berbeda (Gillies, 1986).
1) Gaya kepemimpinan autokratis
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau
pekaryaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam
memimpin dengan cara otoriter, mempertanggungjawab untuk
semua perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan serta memotivasi
bawahannya dengan menggunakan sanjungan, kesalahan, dan
penghargaan. Pemimpin menetukan semua tujuan yang akan dicapai
dalam pengambilan keputusan (Gillies, 1986). Seorang pemimpin
yang menggunakan gaya ini biasanya akan menentukan semua
keputusan yang berkaitan dengan seluruh kegiatannya dan memerintah
seluruh anggotanya untuk mematuhi dan melaksanakannya (DepKes,
1990).
2) Gaya kepemimpinan demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan
kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuasaan posisi dan
pribadinya untuk mendorong ide-ide dari staf, memotivasi kelompok
untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat perencanaan, mengontrol
dalam penerapannya, informasi diberikan seluas - luasnya dan terbuka
(Nursalam, 2002). Prinsipnya pemimpin melibatkan kelompok dalam
pengambilan keputusan dan memberikan tanggung jawab pada
karyawannya (La Monica, 1986).
3) Gaya kepemimpinan Partisipatif
Merupakan gabungan bersama antara gaya kepemimpinan
otoriter dan demokratis. Dalam pemimpin partisipatif manajer
menyajikan analisa masalah dan mengusulkan tindakan kepada para
anggota kelompok, mengundang kritikan dan komentar mereka.
Dengan menimbang jawaban bawahan atas usulannya, manajer

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
22

selanjutnya membuat keputusan final bagi tindakan oleh kelompok


tersebut (Gillies, 1986).
4) Gaya kepemimpinan Laisserz Faire
Disebut juga bebas tindak atau membiarkan. Merupakan
pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa
pangarah, supervisi, dan koordinasi. Staf / bawahan mengevaluasi
pekaryaan sesuai dengan cara sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber
informasi dan pengendali secara minimal atau sebagai fasilitator
(Nursalam. 2002).

B. Proses Manajemen Keperawatan


Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Manajemen Keperawatan ( Gillies, 1999)
PROSES OUTPUT
INPUT

Askep
SDM

ALAT Pengumpul Pengem


Planing Organizi Staffing Leading Controli
an Data bangan
METODA ng ng
Staf
Info ttg : Misi Struktur Pengklasifikasian Penggunaan Peningkatan
Agency pasien power
DATA Tujuan Org. Mutu
Klien Standar
Penentuan keb. Pemecahan Peneliti
Evaluasi Staf Audit Pasien
Karyawan Kebijakan Jab. Rekruitmen
Masalah
Evaluasi an
Pengambila
Sumber Prosedur Uraian Jab. Seleksi
Kinerja
Orientasi n Keputusan
Anggaran Pengem Penjadwalan Manajemen Disiplin
bangan Penugasan Perubahan Sistem
Tim Mengurangi Manajemen Informasi
Absentisme Konflik
Mengurangi Turn Komputer
Komunikasi
Over
Pengembangan
Staf
OUTPUT

1. Pengertian
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu
tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah
pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi,
argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan kemudahan dari

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
23

kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen Keperwatan, bagian akhir


adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok pasien.

2. Proses Manajemen Keperawatan


a. Pengkajian
Pada tahap ini perawat dituntut tidak hanya megumpulkan
informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi
(rumah sakit/puskesmas), tenaga keperawatan, administrasi dan bagian
keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara
keseluruhan.
Pada tahap ini harus mampu mempertahankan level yang tinggi
bagi efisiensi salah satu bagian dengan cara menggunakan ukuran
pengawasan untuk mengidentifikasikan masalah dengan segera, dan
setelah mereka terbentuk kemudian dievaluasi apakah rencana tersebut
perlu diubah atau prestasi yang perlu dikoreksi.
Pengkajian yang dilakukan di ruang rawat inap adalah :
1) Visi dan Misi Keperawatan
a) Visi Keperawatan
Diartikan sebagai Pernyataan keyakinan tentang keperawatan
dan manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang digunakan
untuk berfikir dan bertindak.
Visi ini dimaksudkan agar perawat harus dapat mempunyai
sudut pandang dan pengetahuan yang luas tentang manajemen dan
proses perubahaan yang terjadi saat ini dan akan datang.
b) Misi Keperawatan
Misi dapat diartikan sebagai suatu langkah-langkah nyata dari
profesi keperawatan dalam melaksanakan visi yang telah
ditetapkan, yaitu menjaga dan mengawasi sustu proses
profesionalisme keperawatan Indonesia agar berjalan  dan
berkesinambungan.

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
24

2) Sumber Daya Keperawatan


a) Man
(1) Pengkajian ketenagaan di ruang rawat inap meliputi :
(a) Jumlah ketenagaan
(b) Jenis ketenagaan
(c) Status kepegawaian
(d) Kualifikasi ketenagaan (profesional lanjut, profesional
pemula, vokasional, lain-lain)
(e) Keterampilan khusus melalui pendidikan dan pelatihan
(f) Peraturan kepegawaian
(g) Uraian tugas
(2) Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan dihitung
berdasarkan :
(a) Karakteristik tingkat ketergantungan pasien (Self-Care
Deficit) menurut teori D. Orem :

Tabel. 2.1
Ketergantungan pasien menurut D. Orem

MINIMAL CARE PARTIAL CARE TOTAL CARE


1. Pasien 1. Pasien memerlukan 1. Pasien membutuhkan bantuan
mandiri/hampir tidak bantuan perawat perawat sepenuhnya &
memerlukan (sebagian) : membutuhkan bantuan perawat
bantuan/mampu untuk yang lebih lama :
:
 Naik dan turun dari  Membutuhkan  Membutuhkan bantuan 2 orang
tempat tidur bantuan satu orang perawat untuk mobilisasi dari
perawat untuk naik tempat tidur ke kursi roda
dan turun dari tempat maupun ke kereta dorong
tidur
 Ambulasi dan  Membutuhkan  Membutuhkan latihan pasif
berjalan sendiri bantuan untuk
ambulasi dan berjalan
 Makan dan minum  Membutuhkan  Kebutuhan nutrisi dan cairan

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
25

sendiri bantuan untuk dipenuhi melalui terapi


menyiapkan makanan intravena (infus) atau NGT
(sonde lambung)
 Mandi sendiri  Membutuhkan  Membutuhkan bantuan untuk
ataupun dengan bantuan untuk makan kebersihan mulut
sedikit bantuan (disuap)
 membersihkan  Membutuhkan  Membutuhkan bantuan penuh
mulut (sikat gigi bantuan untuk untuk berpakaian dan berdandan
sendiri) kebersihan mulut
 BAB dan BAK  Membutuhkan  Dimandikan perawat
dengan sedikit bantuan untuk
bantuan berpakaian dan
berdandan
 Membutuhkan  Dalam keadaan inkontinensial,
bantuan BAB &BAK menggunakan kateter 24 jam
(di tempat tidur post operasi mayor
maupun di kamar
mandi)
2. Status psikologis 2. Post-operasi minor 24 2. Pasien tidak sadar
stabil jam

3. Pasien dirawat untuk 3. Melewati fase akut dari 3. Keadaan pasien tidak stabil
prosedur diagnostic post operasi mayor
4. Operasi ringan 4. Fase awal dari 4. Membutuhkan observasi tanda-
penyembuhan tanda vital setiap kurang dari 1
jam
5. Membutuhkan 5. Perawatan kolostomi/luka bakar
observasi tanda-tanda
vital setiap 4 jam
6. Gangguan emosional 6. Pasien dengan alat bantu
ringan pernafasan (ventilator)
7. Pasien dengan WSD
8. Pasien dengan irigasi kandung
kemih secara terus menerus
9. Pasien dengan traksi (skeletal
traksi)
10. Pasien dengan fraktur atau pasca
operasi tulang belakang atau leher
11. Pasien mengalami gangguan
emosional berat, bingung, atau

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
26

disorientasi

Tabel. 2. 2
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat inap

Jumlah Klasifikasi pasien


pasien Minimal Parsial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42X = (A x
0,30 B x C ) X D
0,81 0,45 + faktor koreksi
0,21 20 %
1,08 0,90 0,60
(D – E) x F

Keterangan :
A : BOR / Bed Occupancy Rate (jumlah tempat tidur yang
dihuni pasien dalam setahun)
B : Jumlah Tempat Tidur
C : Jam efektif : Rata-rata klien membutuhkan
perawatan sehari ( berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien) :
Self care : waktu kerja efektif 1,5 jam/24 jam

Minimal care : waktu kerja efektif 2 jam/24 jam

Moderate care : waktu kerja efektif rata-rata 3,5

jam/24 jam

Extensive care : waktu kerja efektif rata-rata 5-6

jam/24 jam
(b) FTE (Full Time Equivalent) menurut Gillies
FTEIntensive care
menggunakan :perbandingan
waktu kerja efektif
antararata-rata
BOR 7dengan
jumlah tempat tidur serta jam efektif
jam/24 jam perawat

D : Jumlah hari dalam setahun (365 hari)

E : Jumlah hari libur, cuti, sakit dalam 1 tahun dihitung

sebanyak 115 hari

F : Jumlah jam kerja efektif dalam 1 hari (7 jam)


Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis
Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
27

Faktor Koreksi : merupakan tambahan ketenagaan yang

diperlukan dengan adanya cuti tahunan

dll (lossday) yaitu 20 % dari jumlah

ketenagaan yang dibutuhkan

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
28

Formula pembagian SHIFT WARSTACKER, yaitu dinas


pagi 47%, dinas sore 35%, dan dinas malam 17%.
Formula distribusi kualifikasi menggunakan perbandingan
: perawat profesional 58%, perawat vokasional 26% dan
lain-lain 16%.
b) Money
Menyangkut :
(1) Pengelolaan sumber pendapatan ruangan rawat inap
(2) Pengelolaan pengeluaran ruangan rawat inap
(3) Pengelolaan sumber kesejahteraan pegawai
c) Methode
Metode pendekatan yang digunakan berdasarkan standar
keperawatan bedah. Keberhasilan suatu keperawatan kepada klien
sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan
keperawatan. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan
masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan
perkembangan IPTEK, maka metode sistem pemberian asuhan
keperawatan harus epektif dan efisien.
Dasar pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatan
(MAKP) Mclaughin, Thomas dan Barterm (1995) mengidentifikasi
delapan (8) model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model
yang umum digunakan di Rumah Sakit adalah asuhan keperawatan
total ; keperawatan TIM, keperawatan Primer. Tetapi setiap unit
keperawatan mempunyai riwayat dalam menseleksi model dalam
pengelolaan asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara
ketenagaan, sarana dan prasarana dan policy RS. Karena setiap
perubahan akan berdampak terhadap suatu stres, maka perlu
mem[ertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan
metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Huston, 1998 :
143);
(1) Sesuai dengan Visi dan Misi Institusi

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
29

Dasar utama penetuan model pemberian asuhan keperawatan


harus didasarkan pada visi dan misi Rumah Sakit.
(2) Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan
keperawatan.
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap
kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien.
Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan
oleh proses keperawatan.
(3) Efisien dan efektif penggunaan biaya
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya
dan efektifitas dalam kelancaran aktifitasnya. Bagaimanapun
baiknya suatu model tanpa ditunjang oleh biaya yang
memadai, maka tidak akan didapatkan hasil yang sempurna.
(4) Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan
atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh
karena itu model yang baik adalah model asuhan keperawatan
yang dapat menunjang terhadap kepuasan pelanggan.
(5) Kepuasan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh
motivasi dan kinerja perawat. Oleh karena itu model yang
diplih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat , bukan
justru menambah beban kerja dan prustasi dalam
pelaksaannya. Terlaksananya komunkasi yang adekuat dan tim
kesehatan lainnya Komunikasi secara profesional sesuai
dengan lingkup tangung jawab merupakan dasar pertimbangan
penetuan model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan
dapat meningkatkan hubungan imnterpersonalyanga baik
anatara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

Tabel 2.3

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
30

Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey dan


Marquis & Huston

Model Deskripsi P. Jawab


Fungsional  Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi Perawat yang
keperawatan bertugas pada
 Perawat melaksanakan tugas (tindakan tindakan
tertentu) berdasarkan jadwal kegiatan yang tertentu
ada
 Metode fungsional dilaksanakan oleh
perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada
saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan satu sampai dua jenis
intervensi (misalnya, merawat luka)
keperawatan kepada semua pasien di
bangsal.

Kasus  Berdasarkan pendekatan holistic dari Manajer


filosopi keperawatan keperawatan
 Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan
dan obsersavi pada pasien tertntu
 Ratio : 1: 1 pasien perawat
Setiap pasien ditugaskan kepada semua
perawat yang melayani seluruh
kebutuhannya pada saat ia dinas.Pasien akan
dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift dan tidak ada jaminin bahwa
pasien akan dirawat oleh orang yang sama

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
31

pada hari berikutnya. Metode penugasan


kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat, umumnya dilaksanakan untuk
perawat privat atau untuk perawatan khusus
seperti : isolasi, dan intensive care.

Tim  Berdasarkan pada kelompok filosofi Ketua Tim


keperawatan
 Enam-tujuh perawat profesional dan
perawat associate bekerja sebagai suatu tim,
disupervisi oleh ketua tim.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri
dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan terbagi
menjafdi 2-3 tim/ grup yang terdiri dari
tenaga professional, tekhnikal dan pembantu
dalam satu grup kecil yang saling
membantu.

Primer  Berdasarkan pada tindakan yang Perawat


komprehensip dari filosofi keperawatan Primer (PP)
 Perawat bertanggung jawab terhadap semua
aspek asuhan keperawatan, dari hasil
pengkajian kondisi pasien untuk
mengkoordinir asuhan keperawatan.
 Ratio : 1:4/ 1: 5 (perawat : pasien) dari
penugasan metode kasus

Metode penugasan dimana satu orang


perawat bertanggung jawab penuh selama

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
32

24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien


mulai dari pasien masuk sampai keluar
Rumah Sakit. Mendorong praktek
kemandirian perawat, ada kejelasan antara si
pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus menerus antara
pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

Dibawah ini merupakan penjabaran secara rinci tentang metode


pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada lima metode
pemberian asuhan kepe yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan dimasa depan dalam menghadapi trend pelayanan
keperawatan.
(1) Model Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada
saat perang dunia kedua.Pada saat itu karena masih terbatasnya
jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya, merawat luka)
keperawatan kepada semua pasien di bangsal.

Gambar 2.2
Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan ”Fungsional”
(Marquis & Huston, 1998)

Kepala ruang

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :


Pengobatan Perwatan Luka Pengobatan Perwatan Luka

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
Pasien/Klien
33

(a) Kelebihan
- Manajemen klasik yang menekankan efisiensi,
pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik.
- Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
- Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas
manajerial, sedangkan merawat pasien diserahkan
kepada perawat yunior dan atau belum berpengalaman.
(b) Kelemahan
- Tidak memberikan kepuasaan pada pasien maupun
perawat.
- Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat
menerapakan proses keperawatan
- Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang
berkaitan dengan keterampilan saja.
(2) Metode keperawatan Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 23
tim/grup yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.
 Kelebihan
- Memungkinkan pelayanan keperawatan yang
menyeluruh.
- Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
- Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik
mudah diatasi dan memberikan kepuasan pada anggota
tim

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
34

 Kelemahan
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan
waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-
waktu sibuk
 Konsep metode tim
- Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai teknik kepemimpinan.
- Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas
rencana terjamin.
- Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua
tim.
- Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model
tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruangan
 Tanggung jawab ketua tim
- Membuat perencanaan
- Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi
 Tanggung jawab anggota tim
- Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah
tanggung jawabnya.
- Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
- Memberikan laporan
- Mengembangkan kemampuan anggota
- Menyelenggarakan konferensi
 Tanggung jawab kepala ruangan
- Perencanaan
o Menunjukkan ketua tim akan bertugas di ruangan
masing-masing
o Mengikuti serah terima pasien di shif sebelumnya

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
35

o Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien :


gawat, transisi, dan persiapan pulang bersama ketua
tim.
o Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama
ketua tim, mengatur penugasan /penjadwalan
o Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
o Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan,
program pengobatan dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien.
o Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
o Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
o Mengadakan diskusi pemecahan masalah
o Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga
yang baru masuk
o Membantu mengembangkan niat pendidikan dan
latihan diri.
o Membantu membimbing terhadap peserta didik
keperawatan
o Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan
rumah sakit.
- Pengorganisasian
o Merumuskan metode penugasan yang digunakan
o Merumuskan tujuan metode penugasan
o Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim
secara jelas

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
36

o Membuat rentang kendali kepala ruangan


membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi
2-3 perawat.
o Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan :
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada
setiap hari dan lain-lain.
o Mengaturdan mengendalikan logistik ruangan
o Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
o Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak
berada di tempat, kepada ketua tim.
o Memberi wewenang kepada usaha untuk mengurus
administrasinya pasien.
o Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya.
o Identifikasi masalah dan cara penanganan.
- Pengawasan
o Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksana
mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien.
o Melalui supervisi :
 Pengawasan langsung melalui inspeksi,
mengamati sendiri atau melaui laporan langsung
secara lisan dan memperbaiki/mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.
 Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek
daftar hadir ketua tim. Membaca dan memeriksa
rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan serta
catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
37

mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan


tugas.
- Evaluasi.
oMengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandngkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun
bersama ketua tim
oAudit keperawatan.

Gambar 2.3
Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan ”Team Nursing”
(Marquis & Huston, 1998)

Kepala ruang

Ketua tim Ketua tim Ketua tim

Staf perawat Staf perawat Staf perawat

Pasien/Klien Pasien/klien Pasien/klien

(3) Model Keperawatan Primer


Metode penugasan dimana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
38

Gambar 2.4
Bagan Pengembangan MPAKP : Primer

Tim medis Kepala ruangan Sarana RS

PP 1 PP 1
PA 1 PA 1
PA 2 PA 2

Pasien 1 2 3 4 5 Pasien 1 2 3 4 5

Gambar 2.5
Diagram Sistem Asuhan Keperawatan ”Primary Nursing”
(Marquis & Huston, 1998)

Tim medis Tim medis Tim medis

Perawat Primer
Pasien/Klien

Perawat Perawat Perawat pelaksana


pelaksana sore pelaksana jika diperlukan
malam

(a) Kelebihan
- Bersifat kontinuitas dan komperhensif.

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
39

- Perawat primer mendapatakan akuntabilitas yang tinggi


terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
- Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat,
dokter, dan rumah sakit (Gillies, 1989).
- Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa
dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara
individu. selain itu asuhan yang diberikan bermutu
tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan
advokasi.
- Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer
karena senantiasa mendapatka informasi tentang
kondisi pasien yang selalu diperbaharui
dankomprehensif.
(b) Kelemahan
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai denga
kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawtan klinik,
acauntable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai
disiplin
(c) Konsep Dasar Metode Primer
- Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
- Ada otonomi
- Ketertiban pasien dan keluarga

(d) Tugas Perawat Primer


- Menerima pasien dan mngkaji pasien secara
komprehensif
- Membuat tujuan dan rencana keperawatan

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
40

- Melaksanakan rencana yang sudah dibuat selama ia


dinas
- Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan
pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun
perawat lain
- Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
- Menerima dan menyesuaikan rencana
- Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
- Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak
dengan lembaga sosial di masyarakat
- Membuat jadwal perjanjian klinik
- Mengadakan kunjungan rumah
(e) Peran Kepala Ruang/ Bangsal Dalam Metode Primer
- Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat
primer
- Orientasi dan merencanakan karyawan baru
- Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada
perawat asisten
- Evaluasi kerja
- Merencanakan/ menyelenggarakan pengembangan staf
- Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal
hambatan yang terjadi
(f) Ketenagaan Metode Primer
- Setiap perawat primer adalah perawat ”bed side”
- Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
- Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
- Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain
maupun on profesional sebagai perawat asisten.

(4) Metode Manajemen Kasus

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
41

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh


kebutuhan pasien saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat
yang berbeda untuk setiap shif dan tidak ada jaminan bahwa
pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu
pasien satu perawat, dalam hal ini umumnya dilaksanakan
untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti:
isolasi, intensive care.
 Kelebihannya
- Perawat lebih memahami kasus perkasus
- sistem evaluasi dari managerial menjadi lebih mudah
 Kekurangannya
- Belum dapatnya diidentifikasi perawat
penanggungjawab
- Perlu tenaga yang ukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama.
Gambar 2.6
Diagram Sistem Asuhan Keperawatan manajemen kasus

Kepala ruang

Staf perawat Staf perawat Staf perawat

Pasien/Klien Pasien/klien Pasien/klien

(5) Model Modifikasi TIM PRIMER


Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari dua
sistem. menurut Ratna.S Sudarsono (2000) penempatan sistem
model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan :

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
42

 Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena


sebagai perawat primer harus mempunyai latar belakang
pendidikan S I keperawatan atau setara.
 keperawatn tim tidak digunakan secara murni karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
pada berbagai tim.
 melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan
komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan
keperawatan terdapat pada primer. disamping itu karena
saat jenis pendidikan perawat yang ada di RS sebagian
besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat
bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan
keperawatan contoh dikutif dari Ratna S Sudarsono tahun
2002 untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26
perawat. dengan menggunakan model modifikasi
keperawat primer ini diperlukan 4 orang perawat primer
(PP) dengan kualifikasi SI /D IV keperawatan. perawat
asosiet (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat
asosiat terdiri dari D III keperawatan ( 3 orang) dan SPK
(18 orang). pengelompokan tim pada setiap ship atau jaga
terlihat pada gambar di bawah ini.

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
43

Gambar. 2.7
Metode primary tim (modifikasi)

Kepala Ruangan

PP1 PP1 PP1 PP1

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7 – 8 pasien 7 – 8 pasien 7 – 8 pasien 7 – 8 pasien


Tabel 2.4
Peran masing-masing komponen kepala ruangan ;
perawat primer; dan perawat assosciate.
Kepala Ruangan (Karu) Perawat primer (PP) Perawat Assosciate
(PA)
menerima pasien baru • Membuat perencanaan askep • memberikan askep
• memimpin rapat • mengadakan tindakan • mengikuti timbang
• mengevaluasi kinerja kolaborasi terima
perawat • memimpin timbang terima • melaksanakan
• membuat daftar dinas • mendelegasikan tugas tugas yang
• menyediakan • memimpin ronde keperawatan didelegasikan
material • mengevaluasi pemberian • mendokumentasik
• perencanaan, askep an tindakan
pengarahan dan • bertanggung jawab terhadap keperawatan
pengawasan pasien
- • memberikan petunjuk jika 
pasien akan pulang
• memimpin timbang terima
• mengisi resume keperawatan

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
44

 Material
Yaitu sarana dan prasarana yang ada di ruangan yang
bersangkutan. Yang harus dikaji adalah :
 Fasilitas ruangan rawat
Dengan kriteria :
- Persyaratan Umum
o Tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan di
sekitarnya
o Tata letak unit pelayanan harus mempunyai
hubungan fungsional antar unit yang efisien
o Unit rawat inap penyakit dalam harus berlokasi
didaerah yang tenang
- Persyaratan Khusus
Dalam mererencanakan unit rawat inap penyakit dalam
perlu ditetapkan dahulu prinsip-prinsip dalam
perencanaan instalasi rawat inap :
o Konsep perawatan yang sebaiknya dianut adalah
perawatan terpadu (intergraded care) untuk
meningkatkan efisiensi pemanfaatan ruangan.
o Standar luas ruangan adalah sebagai berikut :
 Luas kamar VIP ± 21,5 m² / tempat tidur
 Luas kamar kelas I ± 15 m² / tempat tidur
 Luas kamar kelas II ± 10 m² / tempat tidur
 Luas kamar kelas III ± 8 m² / tempat tidur
o Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus
dipisahkan seperti :
 Pasien atau penyakit dan pengobatan yang dapat
menimbulkan bau
 Pasien yang gaduh, gelisah (mengeluarkan suara
atau dalam ruangan)

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
45

o Ruang rawat inap penyakitt dalam sebaiknya


dikelompokkan dalam bagian sebagai berikut :
 Ruang VIP, terletak dalam satu blok, jendela-
jendela kamar berorientasi ke pandangan luar
yang lapang/ke taman dengan jumlah pasien VIP
1 orang dengan fasilitas KM/WC di dalam.
 Ruang kelas I dan II digabung dalam 1 blok
(kelas 1 untuk 2 tempat tidur dan kelas II untuk 4
tempat tidur)
 Kelas III a dan III b boleh digabung dalam 1 blok
dan dapat pula di pisah (kelas IIIa untuk 6 tempat
tidur dan kelas IIIb untuk 8 tempat tidur).
o Stasiun perawat maksimum melayani 40 tempat
tidur, letak stasiun perawat harus terletak di pusat
blok yang dilayani, agar perawat dapat mengawasi
pasiennya secara efektif. Untuk bangunan perawatan
kelas yang berupa 1 blok maka dibutuhkan 1 stasiun
perawat.
o Bila ruang perawatan tidak di lantai dasar harus ada
akses yang mudah bagi pelayanan dengan roda atau
lift khusus
o Akses pencapaian ke setiap ruangan/ blok harus
dapat dicapai dengan mudah.
o Jumlah kebutuhan ruangan harus disesuaikan dengan
kebutuhan jumlah pasien yang akan ditampung.
o Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk
ruangan.
o Alur petugas dan pengunjung dipisah.
o Masing-masing ruang rawat tempat spesialis dasar
mempunyai ruang isolasi.

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
46

o Setiap ruangan atau minimal pada setiap stasiun


perawat terdapat wastafel dengan air mengalir.
o Tidak menggunakan bahan yang mudah terbakar.
o Kamar perawatan harus mendapat cahaya matahari
yang cukup.
o Bila mungkin pintu utama menuju blok perawatan
kedap asap tidak mudah terbakar.
o Disediakan fasilitas elevasi bila bangunan terdiri
dari lebih empat lantai.
o Perlu dipertimbangkan ruang untuk intermediate
care, ruang tindakan, ruang perawat, ruang dokter
sekaligus converena room
o Ruang converence, kepustakaan, laboratorium, coas
dan residen/Ass
 Fasilitas medis dan keperawatan
 Fasilitas penunjang medis dan keperawatan
 Fasilitas rumah tangga
 Fasilitas akses komunikasi perawat dan klien
 Fasilitas pencatatan dan pelaporan
 Fasilitas lain yang dapat diakses pasien dan
keluarga
d) Material
Peralatan dan pelengkapan medis dan non-medis (terlampir)
e) Market
Menyangkut system pemasaran, pemasyarakatan dan pembudayaan
yang digunakan secara internal maupun eksternal.
b. Perencanaan
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menyusun suatu rencana
yang strategis dalam mencapai tujuan, seperti menentukan kebutuhan
dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan,

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
47

mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran  dan tipe tenaga


keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang
dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan
dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi yang telah
ditetapkan.
Perencanaan meliputi pemilihan / penetapan :
1) Strategi
2) Kebijakan
3) Proyek
4) Program
5) Prosedur
6) Metoda
7) Sistem
Salah satu pembuatan rencana stratejik keperawatan adalah dengan
metode SWOT. Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun
eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai
dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal
meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan
(Weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang
(Opportunity) dan tantangan (ThreathS).
1)Langkah langkah analisa SWOT :
a. Mengidentifikasi berbagai isu dan permasalahan yang terkait dengan
pengembangan suatu organisasi
b. Pengumpulan dan identifikasi data
Lakukan pengumpulan data tentang kekuatan dan kelemahan internal
(Strength & Weakness) yaitu dengan mengklasifikasi berbagai isu
dan permasalahan yang dapat berpotensi menjadi kekuatan dan
kelemahan organisasi dan peluang serta ancaman eksternal
(Opportunity & Threaths) yaitu dengan mengklasifikasi berbagai isu
dan permasalahan yang dapat berpotensi menjadi peluang dan
ancaman bagi suatu organisasi.

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
48

c. Berikan bobot dengan mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan
0,0 (sangat tidak penting). Semua bobot tersebut jumlah/skor
totalnya harus 1,00 (100%). Nilai-nilai tersebut secara implisit
menunjukkan angka persentase tingkat kepentingan faktor
tersebut relatif terhadap faktor-faktor yang lain. Angka yang lebih
besar berarti relatif lebih penting dibanding dengan faktor yang lain.
Sebagai contoh faktor X diberi bobot 0,10 (10%),
sedangkan faktor Y diberi bobot 0,05 (5%).
d. Berikan rating untuk masing-masing factor denganmemberikan
skala mulai dari 4 (sangat tinggi) sampai dengan 1 (sangat rendah)
berdasar ada pengaruh faktor tersebut terhadap pengembangan
kawasan industri di kabupaten tersebut. Pemberian rating untuk
faktor kekuatan dan peluang bersifat positif (peluang yang besar di
beri rating 4, sedangkan jika peluangnya kecil diberi rating 1).
Pemberian rating kelemahan dan ancaman adalah
kebalikannya, yaitu jika ancamannya sangat besar diberi rating 1
dan jika ancamannya kecil ratingnya 4.
e. Kalikan bobot dengan skor tersebut
f. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d)
dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya
menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e
= y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y;
g. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada
kuadran SWOT.
Tabel 2.5
Contoh Analisa SWOT

Internal Factor (IFAS) Bobot Rating BxR KET


STRENGTH
1. Kepala ruangan mendukung kegiatan 0,20 4 0,80 S-W
supervisi demi meningkatkan mutu

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
49

pelayanan keperawatan 2,90


2. Memiliki SAK dan SPM 0,10 2 0,20 -2,95
3. Adanya tenaga yang kompeten untuk 0,20 2 0,40 =
menjadi supervisor (2 tenaga perawat - 0,15
S1 keperawatan)
4. Supervisi yang dilakukan diruang 0,20 3 0,60
bersifat tidak langsung sesuai dengan
keadaan ruangan
5. Pelaksanaan supervisi diruang 0,30 3 0,90
termasuk cukup (86%)
TOTAL 1 2,90

WEAKNESS
1. Belum ada uraian yang jelas tentang 0,20 1 0,20
supervisi.
2. Belum mempunyai format dalam 0,35 4 1,4
pelaksanaan supervisi
3. Belum adanya pendokumentasian 0,25 3 0,75
kegiatan yang disupervisi
4. pelaksanaan supervisi menunjukkan 0,20 3 0,6
7% kurang baik
TOTAL 1 2,95

External Factor (EFAS) Bobot Rating BxR KET


OPPORTUNITY
1. Adanya 11 mahasiswa STIKES yang 0,45 3 0,35 O-T
praktik managemen keperawatan
2. Adanya kesempatan untuk melanjutkan 0,55 2 1,10 2,45
pendidikan formal kejenjang yang lebih -2,00
tinggi =
TOTAL 1 2,45 0,45

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
50

THREATENED
1. Tuntutan masyarakat terhadap 0,40 3 0,80
pelayanan Asuhan Keperawatan
profesional semakin meningkat
2. Mahasiswa S1 kep praktek manajemen 0,60 2 1,20
untuk mengembangkan supervisi
diruangan
TOTAL 1 2,00

2) Kuadran SWOT
Gambar 2.8
Kuadran Hasil Analisa SWOT

a) Kuadran I (positif, positif)


Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya
organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat
dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar
pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
b) Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
51

tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah


Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun
menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda
organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya
bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi
disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
c) Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat
berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah
Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi
sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk
dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki
kinerja organisasi.
d) Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi
tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada
pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk
meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar
tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus
berupaya membenahi diri.
3) Matrix SWOT
Selanjutnya lakukan perencanan strategis sesuai dengan hasil analisa
SWOT, dengan matrix SWOT contoh :

Gambar 2.9
Matriks SWOT

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
52

a) Strategi SO
Strategi SO dipakai untuk menarik keuntungan dari peluang yang
tersedia dalam lingkungan eksternal. Dengan kata lain, penyelenggara
dan pengelola pembangunan daerah harus mampu meraih semua
peluang berdasarkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki. Setiap peluang
harus ditangkap berdasarkan pertimbangan kekuatan yang dmiliki,
bukan sekedar karena adanya peluang tersebut. Kategori ini
mengandung berbagai alternatif strategi yang bersifat eluang dengan
mendayagunakan kekuatan atau kelebihan yang dimiliki. Strategi ini
dipilih bila skor EFAS lebih besar dari pada 2 dan skor IFAS lebih besar
dari pada 2.
b) Strategi WO
Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang dari lingkungan yang terdapat di luar. Setiap
peluang yang tidak dapat dipenuhi karena adanya kekurangan yang
dimiliki, harus dicari jalan keluarnya dengan memanfaatkan kekuatan-
kekuatan lainnya yang tersedia. Kategori yang bersifat memanfaatkan
peluang eksternal untuk mengatasi kelemahan. Strategi ini dipilih bila
skor EFAS lebih besar dari pada 2 dan skor IFAS lebih kecil atau sama
dengan 2.
c) Strategi ST
Strategi ST digunakan untuk menghindari, paling tidak memperkecil
dampak negatif dari ancaman atau tantangan yang akan datang dari
luar. Jika ancaman tersebut tidak bisa diatasi dengan kekuatan internal
maupun kekuatan eksternal yang ada, maka perlu dicari jalan

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
53

keluarnya, agar ancaman tersebut tidak akan memberikan dampak


negatif yang terlalu besar. Kategori alternative strategi yang
memanfaatkan atau mendayagunakan kekuatan untuk mengatasi
ancaman. Strategi ini dipilih bila skor EFAS lebih kecil atau sama
dengan 2 dan skor IFAS lebih besar daripada 2.
d) Strategi WT
Strategi WT aktik mempertahankan kondisi yang diusahakan dengan
memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.
Dengan kata lain, jika sekiranya ancaman yang akan datang lebih
kuat dari upaya pengembangan, maka hal yang perlu dilakukan,
adalah dengan menghentikan sementara usaha ekspansi
pengembangan, dengan menunggu ancaman eksternal yang datang
menjadi hilang atau reda. Kategori alternatif strategi sebagai solusi
dari penilaian atas kelemahan dan ancaman yang dihadapi, atau
usaha menghindari ancaman untuk mengatasi kelemahan. Strategi ini
dipilih bila skor EFAS lebih kecil atau sama dengan 2 dan skor IFAS
lebih kecil atau sama dengan 2.

C. Pengertian Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-
alat, tugas, tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga
tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan
kesatuan yang telahditetapkan. Sedangkan Szilagji (dalam Juniati, 1983)
mengemukakan bahwa fungsi pengorganisasian merupakan proses mencapai
tujuan dengan koordinasi kegiatan dan usaha, melalui penataan pola struktur,
tugas, otoritas, tenaga kerja dan komunikasi.
1. Aspek dalam pengorganisasian
a. Pola struktur yang berarti proses hubungan interaksi yang dikembangkan
secara efektif
b. Penataan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
54

c. Struktur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama, pola


hubungan antar kegiatan yang berbeda, penempatan tenaga yang tepat
dan pembinaan cara komunikasi yang efektif antar perawat.
2. Uraian kerja
a. Staffing
Staffing mencakup hal-hal sebagai berikut :
1) Pengklasifikasian pasien
2) Penentuan kebutuhan staf
3) Rekruitmen
4) Seleksi
5) Orientasi
6) Penjadwalan
7) Penugasan
8) Mengurangi Absentisme
9) Mengurangi Turn Over
10) Pengembangan Staf
b. Leading
Mencakup :
1) Kepemimpinan
2) Pemecahan masalah
3) Pengambilan keputusan
4) Perubahan efektif
5) Penanganana konflik
6) Komunikasi dan transaksi analisa
c. Pelaksanaan
Pada tahap ini Manajemen Keperawatan memerlukan kerja melalui orang
lain, maka tahap implementasi di dalam proses manajemen terdiri dari
dan bagaimana memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang
telah direncanakan.

d. Evaluasi

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi
55

Tahap akhir dari proses manajerial adalah melakukan evaluasi seluruh


kegiatan yang telah dilaksanakan.Pada tahap ini manajemen akan
memberikan nilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan tugasnya dan
mengidentifikasi factor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam
pelaksanaan. Evaluasi pelayanan keperawatan neurologi harus dilakukan
secara komprehensif dan berkala dapat dilaksanakan pada tiap bulan, per
triwulan, dan semester atau tahunan Mencakup :
1) Quality assurance keperawatan
a) Jenis dan jumlah kasus yang sama
b) Kesesuaian antara SOP, SAK dan protap
c) Sistem pendokumentasian askep
d) kepuasan kerja perawat
2) Audit pasien : Survey kepuasan pasien
3) Performance appraisal
4) Kedisplinan
5) Hubungan kerja
6) Sistem informasi

Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Ciamis


Stase Manajemen di Ruang Obstetri dan Ginekologi

Anda mungkin juga menyukai