Anda di halaman 1dari 28

Keperawatan Komunitas II

Ns. Ratna, S.Kep., M.Kes

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

Oleh:
Kelompok 3
Andiasmaul Husna (NH01180)
Arfianti (NH01180)
Elizabeth Debora Ahab (NH01180)
Fika Nurfikriah (NH01180)
Fizriani Pandiali (NH01180)
Indah Sarnita (NH0118033)
Icha Susella (NH01180)
Irwansyah (NH01180)
Jeanuwarita Mirari Watidjan (NH0118036)
Sitti Muslimmah (NH01170)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang sudah memberikan kesehatan
jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya Alam ciptaan-Nya.
Sholawat serta salam kita haturkan kepada teladan kita semua Nabi Muhammad Shallallahu
`alaihi Wa Sallam yang telah memberitahu kepada kita jalan yang benar berupa ajaran agama
yang sempurna serta menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Penulis sangat bersyukur karena dapat merampungkan makalah yang menjadi tugas
dalam mata kuliah Keperawatan Komunitas II. Selain itu, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada teman-teman yang sudah membantu sampai makalah ini dapat
terselesaikan.
Akhir kata, penulis sangat memahami apabila makalah ini tentu jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami butuh kritik dan sarannya yang bertujuan untuk memperbaiki
makalah selanjutnya.

Makassar, 21 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………………….
Daftar Isi………………………………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan………………………………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep PIS-
PK……………………………………………………………………………...
B. Jenis-Jenis KB, Efek Samping……………………………………………………………...
C. Perawatan ANC, INC, PNC, Perawatan Masa Persalinan………………………………….
D. Bayi Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap (Jenis Imunisasi) ………………………………
E. Bayi Mendapat ASI Ekslusif Perbandingaan dengan Susu Formula……………………….
F. Jelaskan Masa Pertumbuhan Sesuai Usia…………………………………………………...
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program indonesia sehat merupakan salah satu programm dari agenda ke-5 Nawa Cita,
yairu meningkatkan kualitas hidup manusia indonesia. Program ini di dukung oleh
program sektoral lainnya yaitu program indonesia pintar, program indonesia kerja, dan
program indonesia sejahtera program indonesia sehat selanjutnya menjadi program utama
pembangunan kesehatan. Sasaran dari program indonesia sehat adalah meningkatnya
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang di dukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan
kesehatan.
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung
dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Kementerian
Kesehatan menetapkan strategi operasional dalam pembangunan kesehatan melalui
Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga adalah salah
satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan
mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan
mendatangi keluarga.
Dalam rangka menerapkan paradigma pendekatan keluarga, kemenkes menetapkan
kebijakan program indonesia sehat melalui pendekatan keluarga (PIS-PK). Bentuk
pelaksanaan program ini adalah kunjungan rumah oleh staf puskesmas dan melakukan
pencatatan tentang beberapa masalah kesehtan penting yang terdiri dari 12 indikator
yaitu: Keluarga mengikuti program keluarga berencana (KB), Ibu melakukan persalinan
di fasilitas kesehatan, Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap, Bayi mendapat air susu
ibu (ASI) eksklusif, Balita mendapat pemantauan pertumbuhan, Penderita tuberkulosis
paru mendapatkan pengobatan sesuai standar, Penderita hipertensi melakukan pengobatan
sacara teratur, Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
diterlantarkan, Anggota keluarga tidak ada yang merokok, Keluarga sudah menjadi
iii
anggota jaminan sosial (JKN), Keluarga mempunyai akses sarana air bersih, dan
Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep PIS-PK
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke-5 Nawa Cita,
yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia indonesia. Program ini di dukung oleh
program sektoral lainnya yaitu program indonesia pintar, program indonesia kerja, dan
program indonesia sejahtera program indonesia sehat selanjutnya menjadi program utama
pembangunan kesehatan. [ CITATION Had20 \l 1057 ]
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung
dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Kementerian
Kesehatan menetapkan strategi operasional dalam pembangunan kesehatan melalui
Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga adalah salah
satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan
mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan
mendatangi keluarga.[ CITATION Ern18 \l 1057 ]
Tujuan dari PIS-PK adalah untuk meningkatkan akses keluarga berserta anggotanya
terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan
preventif serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar; mendukung pencapaian standar
pelayanan minimal kabupaten/kota; melalui peningkatan akses dan skrining kesehatan;
mendukung pelaksanaan jaminan kesehatan nasional dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional; dan mendukung
tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam rencana strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019.[ CITATION Mad19 \l 1057 ]
Sasaran dari PIS adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dari pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan
sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 (RPJMN),
yaitu; pertama, meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu dan anak, kedua,
meningkatkan pengendalian penyakit; ketiga, meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan;
1
keempat, meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia
Sehat (KIS) dan kualitas pengelolaan (Sistem Jaminan Sosial Nasional) SJSN, kelima,
terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan Vaksin, dan; keenam,
meningkatkatnya responsivitas sistem kesehatan.[ CITATION Nil19 \l 1057 ]
Dalam rangka menerapkan paradigma Pendekatan Keluarga, Kemenkes menetapkan
kebijakan program indonesia sehat melalui pendekatan keluarga (PIS-PK). Bentuk
pelaksanaan program ini adalah kunjungan rumah oleh staf puskesmas dan melakukan
pencatatan tentang beberapa masalah kesehtan penting yang terdiri dari 6 indikator
menurut [ CITATION Had20 \l 1057 ] yaitu sebagai berikut:
1. Keluarga mengikuti program keluarga berencana (KB)
2. Perawatan ANC, INC, PNC, Perawatan Masa Persalinan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapat pemantauan pertumbuhan
B. Jenis-Jenis KB, Efek Samping
Keluarga Berencana merupakan usaha untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas
melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi serta
penyelenggaraan pelayanan, pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk
membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak, dan usia
ideal melahirkan anak, mengatur kehamilan dan membina ketahanan serta kesejahteraan
anak.
1. Jenis-jenis KB
a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI
tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya.
Tidak ada efek samping secara sistemik.
b. Kontrasepsi Suntikan Progestin
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu:
1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera), mengandung 150 mg
DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM (di daerah
bokong)
2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik IM.
2
Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering

c. Implan
Alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit lengan atas sebelah dalam
berbentuk kapsul silastik (lentur) panjangnya sedikit lebih pendek dari pada
batang korek api dan dalam setiap batang mengandung hormon levonorgestrel
yang dapat mencegah terjadinya kehamilan.
d. IUD
1) Progestasert-T = Alza T
Panjang 36mm, lebar 32mm, dengan 2 lembar benang ekor warna
hitam.Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65mcg
progesteron per hari. Tabung insersinya berbentuk lengkung, Daya kerja :18
bulan. Teknik insersi: plunging. (modified withdrawal)
2) LNG-20
Mengandung 46-60mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20mcg per hari,
Sedang diteliti di Finlandia. Angka kegagalan /kehamilan sangat rendah: ‹0,5
per 100 wanita per tahun. Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-
persoalan perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena
25% mengalami amenore atau perdarahan hait yan sangat sedikit.
D. Perawatan ANC, INC, PNC, Perawatan Masa Persalinan
E. Bayi Mendapat Imunisasi Lengkap
a. Definisi : cara untuk meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap suatu Ag,
sehingga bila ia terpapar pada Ag yang sepura, tidak terjadi penyakit.
b. Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Jadi imunisasi adalah suatu
tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukan vaksin ke dalam
tubuh manusia. Sedangkan kebal adalah suatu keaadan dimana tubuh mempunyai
daya kemampuan mengadakan pencegahan penyakit dalam rangkah menghadapi
serangan kuman tertentu. Kebal atau resisten terhadap suatu penyakit belum tentu
terhadap penyakit lain. (Depkes RI, 1994).[ CITATION Sya11 \l 1057 ]

Dalam ilmu kedokteran, imunitas adalah suatu peristiwa mekanisme


pertahanan tubuh terhadap invasi benda asing sehingga terjadi interaksi antara
tubuh dengan benda asing tersebut. Adapun tujuan imunisasi adalah merangsang

3
system imunologi tubuh untuk membentuk anti bodi spesifik sehingga melindungi
tubuh dari serangan penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi (PD3I).
(Musa, 1985).

Departemen kesehatan RI (2004) menyebutkan imunisasi adalah suatu usaha


yang dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang sehingga dapat
menimbulkan kekebalan terhadap penyeakit tertentu.[ CITATION Sya11 \l 1057 ]

a. Sistem Imun Spesifik


Hanya dapat di menghancurkan benda asing yang di kenal sebelumnya.
1) Humoral
Peranan dari limfosit B atau sel B (Bursa fabricius) sel B di rangsanng “sel
plasma” zat anti atau anti bodi “di dalam serum fungsi : pertahanan terhadap
infeksi virus, bakteri dan menetapkan toksin.”
Anti bodi :
a) IgG :
(1) Komponen utama Ig serum (75%).
(2) Dapat menembus plasenta.
(3) Terbentuk pada respons sekunder.
(4) Anti bakteri, anti virus, anti jamur.
b) IgM :
(1) munologbulin terbesar.
(2) Respon imun primer.
(3) Mencegah gerakan mikroorganisme sekunder.
(4) Mengaktifkan komplemen.
c) IgA :
(1) Terbentuknya pada rangsangan selaput lender.
(2) Kekebalan infeksi saluran nafas, pencernaan, uroganitalis.
(3) Fiksasi komplemen, antitoxin, reaksi aglutinasi, anti virus.
d) IgD :
(1) Sangat rendah dalam sirkulasi.
(2) Fungsi bekum jelas.
e) IgE :
(1) Sangat sedikit jumlahnya.
(2) Tinggi pada alergi, viksasi komplemen, inveksi cacing, inveksi parasite.

4
2) Seluler
Peranan dari limfosit T atau Sel T dimana sel T di bentuk di sum-sum tulang “
prolifirasi dan diferensasi terjadi di kelenjar timus.”
Fungsi : pertahana terhadap bakteri (intra selular), virus, jamur, parasit,
keganasan.
Terdiri Dari :
a) Helper T-cell membantu sel B.
b) Suppressor T-cell :
(1) Menghambat sel B
(2) Menghambat sel T
c) Cytotoxic T-cell : menyerang antigen secara langsung.
b. Macam Imunisasi
1) Imunisasi aktif
Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang karena tubuh
yang secara aktif membentuk zat anti bodi.
a) Imunisasi aktif alamiah
Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis di peroleh setelah sembuh dari
suatu penyakit.
b) Imunisasi aktif buatan
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang di berikan untuk
mendapatkan perlindungan suatu penyakit.
2) Imunisasi pasif
Imunisasi adalah kekebalan tubuh yang bisa di perolah seseorang yang zat
kekebalan tubuhnya di dapatkan dari luar.
a) Imunisasi pasif alamiah
Adalah anti bodi yang di dapat seseorang karena di turunkan oleh ibu yang
merupakan orang tua kandung langsung ketika berada berada dalam kandungan.
b) Imunisasi pasif buatan
Adalah kekebalan tubuh yang di peloreh karena suntikan serum untuk mencegah
penyakit tertentu.
3) Imunisasi pasif di dapat
Kekebalan yang di peroleh dari luar tubuh bukan oleh invidu itu sendiri,
misalnya kekebalan bayi yang di peroleh dari ibu setelah pemberian Ig serum daya
lindung pendek (2-3 minggu).
5
Contoh :
a) Gama globulin murni penderita - campak.
b) ATS, ADS, anti radies, anti – snake venom.
c) Provilaksi dan terapeutik ( pengobatan)
c. Program Imunisasi
Di Indonesia, program imunisasi telah di mulai sejak abad ke-19 untuk
membasmi penyakit cacar di pulau jawa. Kasus cacar terakhir di Indonesia di
temukan pada tahun 1972 dan pada tahun 1974 indonesia secara resmi dinyatakan
Negara bebas cacar. Tahun 1977 sampai dengan tahun 1980 mulai di perkenalkan
imunisasi BCG, DPT, dan TT secara berturut-turut untuk memberikan kekebalan
terhadap penyakit-penyakit TBC anak, difteri, pertussis dan tetanus neonatorum.
Tahun 1981 dan 1982 berturut-tulut mulai di perkenalkan antigen polio dan
campak yang di mulai di 55 buah kecematan dan di kenal sebagai kecematan
pengembangan program imunisasi (PPI). (Depkes RI, 2000).
Pada tahun 1984, cakupan imunisasi lengkap secara nasional baru mencapai
4%. Dengan strategi akselerasi, cakupan imunisasi dapat di tingkatkan menjadi
73% pada akhir tahun 1989. Strategi ini terutama di tujukan untuk memperkuan
infrastruktur dan kemampuan manajemen program. Dengan bantuan donor
internasional (antara lain WHO, UNICEF, USAID) program berupa
mendistribusikan seluruh kebutuhan vaksin dan peralatan rantai dinginnya serta
melatih tenaga vaksinator dan pengelolahrantai dingin. Pada akhir tahun 1989,
sebanyak 96% dari semua kecamatan di tanah air memberikan pelayan imunisasi
dasar secara teratur. (Abednego, 1997).
Dengan status program demikian, pemerintah bertekat untuk mencapai
universal child immunization (UCI) yaitu komitmen internasioanl dalam rangka
child survival ada akhir tahun 1990. Dengan penerapan strategi mobilisasi sosial
dan pengembangan pemantauan wilaya setempat (PWS), UCI di tingkaat nasional
dapat di capai pada akhir tahun 1990. Akhirnya lebih dari 80% bayi di Indonesia
mendapat imunisasi lengkap sebelum ulang tahunnya yang pertama. (Depkes RI,
2000).[ CITATION Sya11 \l 1057 ]
d. Keberhasilan Imunisasi Tergantung Faktor
1) Status imun penjamu :
Adanya Ab spesifik pada penjamu, keberhasilan vaksinasi, misalnya :
a) Campak pada bayi.
6
b) Kolustrum ASI – IgA polio.
c) Maturasi imunologik : neonates, fungsi makrofag, kadar komplemen, aktifasi
optonin.
d) Pembentukan Ab spesifik terhadap Ag kurang hasil vaksinasi di tunda sampai
umur 2 bulan.
e) Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal secara simultan, bayi di
imunisasi.
f) Rekuensin penyakit, dampaknya pada neonatus berat imunisasi dapat di berikan
pada neonatus.
g) Status imunologik (sepeti defisiensi imun) respon terhadap vaksin kurang.
2) Genetik
Secara genetik respon imun manusia terhadap Ag tertentu baik, cukup, rendah
keberhasilan vaksinasi tidak 100%.
3) Walitas vaksin
a) Cara pemberian, missal polio oral imunitas lokal dan sistemik
b) Dosis vaksin :
a) Tinggi menghambat respon, menimbulkan efek samping.
b) Rendak tidak merangsang sel imunokompeten.
c) Frekuensi pemberian
Respon imun sekunder sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi
produksinya, afinitas lebih tinggi. Frekuensi pemberian mempengaruhi respon
imun yang terjadi. Bisa vaksin berikutnya di berikan pada saar kadar Ab spesifik
masih tinggi Ag di netralkan oleh Ab® tidak merangsang sel imunokompeten.
d) Ajufan : zat yang meningkatkan respon imun terhadap Ag.
(1) Mempertahankan Ag tidak cepat hilang.
(2) Mengaktifkan sel imunokompeten.
e) Jenis vaksin
Vaksin hidup menghidupkan respon imun lebih baik.
Kandungan vaksin :
(1) Antigen virus, bakteri :
(a) Vaksin yang dilemahkan : polio, campak, BCG.
(b) Vaksin mati : pertussis.
(c) Eksotoksin : toksoid, dipteri, tetanus.
(2) Ajufan : persenyawaan aluminium.
7
(3) Cairan pelarut : air, cairan garam fisiologis, fultur jaringan, telur.
Hal-hal yang merusak vaksin :
(1) Panas semua vaksin.
(2) Sinar matahari BCG.
(3) Pembekuan toxoid.
(4) Desinveksi / anti septik : sabun.
Jadwal imunisasi :
(1) Untuk keseragaman .
(2) Mendapatkan respon imun yang baik berdasarkan keaadan epidemiologi, prioritas
penyebab kematian dan kesakitan.
e. Pentingnya Imunisasi Dan Penyakita Yang Dapat Di Cegah Dengan Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara yang di efektif dan efisien dalam
mencegah penyakit dan merupakan bagian kedokteran reventif yang mendapatkan
prioritas. Sampai saat ini ada 7 penyakit inveksi pada anak yang dapat
menyebabkan kematian dan cacat, walaupaun sebagian anak dapat bertahan dan
menjadi kebal. Ke 7 penyakit tersebut di masukkan dapa program imunisasi yaitu
penyakit tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak dan hepatitis-B.
1) Tuber kulosis
Tuber kulosis (TBC) adalah suatu penyakit menular langsung yang di
sebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Penyakit TBC ini dapat
menyerang semua golongan umur dan di perkirakan terdapat 8 juta penduduk
dunia di serang TB dengan kematian 3 juta orang pertahun. Di nehara-vvfdvds
Negara-negara berkembang kematian ini merupakan 25% kematian penyakit
yang sebenarnya dapat diadakan pencegahan. Di perkirakan 95% penderita TBC
berada di Negara berkembang. (demkes RI, 1992).

2) Difteri
Difteri merupakan penyakit inveksi yang di sebebkan oleh corynebacteriun
diphtheria. Merangsang saluran pernafasan terutama terjadi pada balita. Penyakit
difteri mempunyai kasus kefatalan yang tinggi. Ada penduduk yang belum di
vaksinasi ternyata anak yang berumur 1-5 tahun paling banyak di serang karena
kekebalan (anti bodi) yang di peroleh dari ibunya hanya berumur 1 tahun.
3) Pertusis

8
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut di sebabkan oleh
bordotella pertusis pada saluran pernapasan. Penyakit ini merupakan penyakit
yang cukup serius pada bayi usia dini dan tidak jarang menimbulkan kematian.
Seperti halnya penyakit infeksi saluran pernapasan akut lainnya, pertusis sangat
muda dan cepat penularannya. Penyakit ini dapat merupakan salah satu penyebab
tingginya angka kesakitan terutama di daerah padat penduduk.
4) Tetanus
Penyakit tetanus merupakan penyakit yang di sebabkan kuman bakteri
clostridium tetani. Kejadian tetanus jarang dijumpai di Negara yang telah
berkembang tetapi masih banyak terdapat di Negara yang sedang berkembang,
terutama dengan masih seringnya kejadian tetanus pada bayi (tetanus
neonatorum). Penyakit terjadi karena kuman Clostridium tetani memasuki tubuh
bayi lahir melalui tali pusat yang kurang terawat. Kejadian seperti ini sering kali
di temukan pada persalinan yang di lakukan oleh dukun kampung akibat
memotong tali pusat memakai pisau atau sedilah bamboo yang tidak steril. Tali
pusat mungkin pila di rawat dengan berbagai ramuan, abu, daun-daunan dan
sebagainya. Oleh karena itu, untuk mencegah kejadian tetanus neonatorum ini
adalah dengan pemberian imunisasi.
5) Poliomyelitis
Polio adalah penyakit yang di sebebkan oleh virus polio. Berdasarkan hasil
surfeilans APP (acute Placcide paralyses) dan pemeriksaan laboratorium, penyakit
ini sejak tahun 1995 tidak di temukan di Indonesia. Namun kasus AVP ini dalam
beberapa tahun terakhir kembali di temukan di beberapa daerah di Indonesia.
6) Campak
Penyakit campak (measles) merupakan penyakit yang di sebabkan oleh virus
campak, dan termasuk penyakit akut dan sangat menular, menyeranghampir
semua anak kecil. Penyebabnya virus dan menular melalui saluran pernafasan
yang keluar saat penderita bernafas, batuk dan bersin (droplet). Pemyakit ini pada
umumnya sangat di kenal oleh masyarakat terutama pada ibu rumah tangga. Di
beberapa daerah penyakit ini di kaitkan dengan nasip yang harus di alami oleh
semua anak, sedangkan di daerah lain di kaitkan dengan pertumbuhan anak.
7) Hepatitis B
Penyakit hepatitis merupakan penyakit menular yang di sebabkan oleh virus
hepatitis penyakit ini masih merupakan satu masalah kesehatan di Indonesia
9
karena refalensinya cukup tinggi. Prioritas pencegahan terhadap penyakit ini yaitu
melalui pemberian imunisasi hepatitis pada baik dan anak-anak. Hal ini di
maksudkan agar mereka terlindungi dari penularan hipatitis B sedini mungkin
dalam hidupnya. Dengan demikian integrasi imunisasi hepatitis B ke dalam
imunisasi dasar pada kelompok bayi dan anak-anak merupakan langkah yang
sangat di perlukan.
f. Tujuan Pelaksanaan Imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya infeksi
penyakit yang dapat menyerang anak-anak. Hal ini dapat di cegah dengan
pemberian imunisasi sedini mungkin kepada bayi dan anak-anak.
Menurut depkes RI (2001), tujuan pemberian imunisasi adalah
untukmencegah penyakit dan kematian bayi dan anak-anak yang di sebabkan oleh
wabah yang sering muncul. Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan
program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka kesakitan, kematian
pada bayi, balita/anak-anak pra sekolah.
Untuk tercapainya program tersebut perlu adanya pemantauan yang
dilakukan oleh semua petugas baik pimpinan program, superfisor dan petugas
imunisasi vaksinasi. Tujuan pemantauan menurut azwar (2003) adalah untuk
mengetahui sampai dimana keberhasilan kerja, mengetahui permasalahan yang
ada. Hal ini perlu di lakukan untuk memperbaiki program.
g. Jadwal Pemberian Imunisasi
1) Vaksinasi BCG
Vaksinasi BCG di berikan pada bayi umur 0-12 bulan secara suntikan
intrakutan dengan dosis 0,05 ml. vaksinasi BCG di nyatakan berhasil apabila
terjadi tuberculin konversi pada tempat suntikan. Ada tidaknya tuberculin
konversi tergantung pada potensio vaksin dan dosis yang tepat serta cara
penyuntikan yang benar. Kelebihan dosis dan suntikan yang terlalu dalam akan
menyebabkan terjadinya abses di tempat suntikan. Untuk menjaga potensiny a,
vaksin BCG harus di simpan pada suhu 2°C. (Depkes RI, 2005).
2) Vaksinasi DPT
Kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah dengan
pemberian vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid tetanus yang telah
di murnikan di tambah dengan bakteri bortella pertusis yang telah di matikan.
Dosis penyuntikan 0,5 ml di berikan secara subkutan atau intramuscular pada bayi
10
yang berumur 2-12 bulan sebanyak 3 kali dengan interval 4 minggu. Reaksi
spesifik yang timbul setelah penyuntikan tidak ada. Gejala biasanya demam
ringan dan reaksi lokal tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang berlebihan
seperti suhu yang terlalu tinggi, kejang, kesadaran menurun, menangis yang
berkepanjangan lebih dari 3 jam, hendaknya pemberian vaksin DPT di ganti
dengan DT. (Depkes RI, 2005).
3) Vaksinasi Polio
Untuk kekebalan terhadap polio di berikan 2 tetes vaksin oral yang
mengandung viruis polio tipe 1,2, dan 3 dari sabin. Vaksin yang di berikan
melalui mulut pada bayi umur 2-12 bulan sebanyak 4 kali dengan jarak waktu
pemberian 4 minggu. (Depkes RI, 2005).
4) Vaksinasi campak
Vaksin yang di berikan berisi virus campak yang sudah di lemahkan dan
dalam bentuk bubuk kering atau freezeried yan harus di larutkan dengan bahan
pelarut, yang telah tersedia sebelum di gunakan. Suntikan ini di berikan secara
subkutan dengan dosis 0,5 ml pada anak umur 9-12 bulan. Di Negara berkembang
imunisasi campak di anjurkan di berikan lebih awal dengan maksud memberikan
kekebalan sedini mungkin, sebelum terkena infeksi virus campak secara alami.
Pemberian imunisasi lebih awal rupanya terbentur oleh adanya zat anti kebal
bawaan yang berasal dari ibu (maternal anti bodi), ternyata dapat menghambat
terbentuknya zat kebal campak dalam tubuh anak, sehingga imunisasi ulangan
masih di berikan 4-6 bulan kemudian. Maka untuk Indonesia vaksin campak di
berikan mulai abad berumur 9 bulan. ( Depkes RI, 2005).
h. Manfaat dan efek samping imunisasi
Imunisasi bertujuan untuk meransang sistem imunologi tubuh untuk
membentuk anti bodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan
penyakit. (Musa, 1985). Walaupun cakupan imunisasi tidak sama dengan 100%
tetapi sudah mencapai 70% maka anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi
pun akan terlindungi oleh adanya suatu “herd immunity”.
Berdasasrkan hasil penelitian Ibrahim (1991), menyatakan bahawa bila
imunisasi dasar di lakukan dengan lengkap dan teratur, maka imunisasi dapat
mengurangi angka kesakitan dan kematian balita sekitar 80-95%. Pengertian
teratur dalam hal ini adalah teratur dalam mentaati jadwal dan jumlah frekuensi
imunisasi, sedangkan yang di maksud imunisasi dasar lengkap adalah telah
11
mendapat semua jenis imunisasi dasar (BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali dan
Campak 1 kali ) pada waktu anak berusia kurang dari 11 bulan. Imunisasi dasar
yang tidak lengkap, maksimal hanya dapat memberikan perlindungan 25-40%.
Sedangkan anak yang sama sekali tidak di imunisasi tentu tingkst kekebalanya
lebih rendah lagi.
Pemberian tetanus toksoid pada ibi hamil dapat mencegah terjadinya tetanus
neonatorum pada bayi baru lahir yang di tolong dengan tidak steril dan
pemotongan tali pusat tidak steril. Imunisasi terhadap difteri dan potusis di mulai
sejak umur 2-3 bulan dengan selang 4-8 minggu sebanyak 3 kali akan
memberikan perlindungan mendekati 100% sampai anak beusia 1 tahun.
Imunisasi campak di berikan satu kali akan memberikan perlindungan seumur
hidup. Imunisasi poliomyelitis dapat memberikan perlindungan seumur hidup
apabila telah di berikan 4 kali. (Ibrahim,1991).
Vaksin sebagai suatu produk biologis dapat memberikan efek samping yang
tidak di perkirakan sebelumnya dan tidak selalu sama reaksinya antara penerima
yang dengan penerima lainnya. Efek samping imunisasi yang di kenal sebagai
kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) atau adverse efents following
immunization ( AEFI) adalah suatu kejadian sakit yang terjadi setelah menerima
imunisasi yang di duga berhubungan dengan imunisasi. Penyebab kejadian ikutan
pasca imunisasi terbagi atas empat macam, yaitu kesalahan program / tehknik
pelaksanaan imunisasi, induksi vaksin, factor kebetulan dan penyebab tiada di
ketahui. Gejala klinis KIPI dapat di bagi menjadi dua yaitu gejala lokal dan
sistemik. Gejala lokal seperti nyeri, kemerahan, nodelle/pembengkakan dan
indurasi pada lokasi suntikan. Gejala sistemik antara lain panas, gejala gangguan
pencernaan, lemas, rewel, dan menangis yang berkepanjangan. (Depkes,2000).

i. Dasar Dasar Imunisasi


1) Imunisasi upaya pencegahan primer
Dengan menurunya angka kesakitan dan kematian anak pada umumnya
maka kualitas hidup banga akan meningkat pula. Dengan terjadinya transisi
demografik yang mengakibatkan berkurangnya jumlah anak dalam keluarga (Satu
keluarga memiliki 3 orang anak) maka kelompok usia produktif akan meningkat.
Meskipun demikian usia anak di bawah 18 tahun masih merupakan kelompok

12
penduduk yang sangat besar jumlahnya dan memerlukan perhatian yang lebih
besar yaitu 37% dari jumlah penduduk Indonesi.
Hasil penenlitian di dunia mengatakan bahwa ada kaitan angka kelahiran
dan usia harapkan hidup di suatu Negara, makin rendahnya akan kelahiran makin
tingginya usia harapan hidup. Untuk itu pencegahan terhadap penbyakit infeksi
merupakan upaya yang menentukansituasi tersebut dan mutlak harus di lakukan
pada anak sedini mungkin guna dapat mempertahankan kualitas hidup yang
prima dalam perjalanan hidupnya. Demikian pula dari segi ekonomi di katakan
bahwa pencegahan adalah suatu cara perlindungan terhadap infeksi yang paling
infektif dan jauh lebih murah daripada mengobati apabila sudah terserang
penyakit sehingga memerlukan perawatan.
Secara konvesional, upaya pencegahan terhadap penyakit maupun cedera
dan keracunan dapat di lakukan dalam 3 kategori, yaitu pencegahan primer,
sekunder dan tersier yang meliputi seluruh masa hidup seseorang, sejak
prakonsepsi, prenatal,neonatal,masa bayi, anak pra dan masa sekolah serta masa
remaja dan dewasa.
Di sebut pencegahan primer adalah semua upaya untuk menghindari
terjadinya sakit atau kejadian yang mengakibatkan seseorang sakit atau menderita
cedera dan cacat. Memperhatikan gizi yang baik, sanitasi lingkungan,
pengamanan terhadap segala macam cedera dan keracunan serta imunisasi
terhadapa penyakit rangkaian upaya pencegahan primer. Di sebut pencegahan
sekunder adalah deteksi dini pada adanya suatu penyimpangan kesehatan seorang
bayi atau anak sehingga intervensi dari pengobatan dapat di lakukan utnuk koreksi
secepatnya. Yaitu tindakan pada seseorang yang telah menderita sakit sehingga
memerlukan upaya penyembuhan agar tidak terjadi suatu bekas sekuele, maupun
cacat fisik atau mental. Di sini di perlukan pengobatan yang tepat dan efektif
berdasarkan penetapan diagnosi yang tepat waktu pula. Sedangakan pencegahan
tersier adalah membatasi berkelanjutan suatu penyakit atau kecacatan dengan
upaya pemulihan seorang yang telah menderitza agar ia dapat hidup dan berdiri
sendiri tanpa bantuan orang lain, seperti halnya tindakan rehabilitasi pada anak
yang menderita kelumpuhan akibat poliomyelitis maupun cacat karena suatu
cedera yang di sebabkan oleh suatu kecelakaan. [ CITATION Sya11 \l 1057 ]
Perlu di tekankan bahwa pemberian imunisasi pada bayi, anak tidak hanya
memberikan pencegahan terhadapa anak tersebut tetapi akan memberikan dampak
13
yang jauh lebih luas karena kan mencegah terjadinya penularan yang luas dengan
adanya peningkatan tingkat imunisasi secara umum di masyarakat. Oleh karena
itu pandangan serta sikap setiap tenaga kesehatan atau orang tua sangat penting di
pahami tentang arti imunisasi bagi setiap anak di Indonesia.
2) Aspek imunologi imunisasi
a) Tujuan imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
( populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit yang transmisinya bergantung
kepada manusia, seperti misalnya penyakit difteria.
b) Respon imun
Di lihat dari beberapa kali pajanan antigen maka dapat di kenal 2 macam respon
imun, yaitu respon imun primer dan respon imun sekunder.
(1) Respon imun primer
Respon imun primer adalah respons imun yang terjadi pada pajanan pertama
kalinya dengan antigen. Antibody yang terbentuk pada respon imun primer
kebanyakan adalah IgM dengan liter yang lebih rendah di banding dengan respons
imun sekunder, demikian pula daya afinitasnya. Waktu antara antigen masuk
sampai timbul antibody (lag phase) lebih lama bila di bandingkan dengan respons
imun sekunder.
(2) Respon imun sekunder
Pada respons imun sekunder anti bodi yang di bentuk terutama adalah IgG
dengan liter dan kapasitasnya lebih tinggi serta fase lag lebih pendek di
bandingakan respons imun primer.
Hal ini di sebabkan oleh karena sel memori yang terbentuk pada respons
imun primer akan cepat mengalami transformasi blast, proliferasi dan diferensiasi
menjadi sel plasma yang mengahasilakan anti bodi. Demikian pula dengan
imunitas seluler, sel linfosit T akan lebih cepat mengalami transformasi blast dan
berdeferensiasi menjadi sel T aktif sehingga lebih banyak terbentuk sel efektor
dan sel memori. Pada imunisasi, respons imun sekunder inilah yang kelak di
harakan akan memberi respons adekuat bila terpajang pada antigen yang serupa.
Untuk mendapat liter antibody yang cukup tinggi dan mencapai nilai protektif,
siafat respons imun sekunder ini di terapkan dengan memberikan vaksinasi
berulang beberapa kali.
14
j. Mencegah infeksi
Imunisasi merupakan hal mendasar untuk diberikan kepada setiap anak.
“masa depan bangsa ditentukan anak saat ini. Karena itu, salah satu sasaran
Millennium Development Goals 2015 adalah menurunkan angka kematian bayi
dan anak balita, membasmi berbagai penyakit infeksi,” kata ketua Umum ikatan
Kedokteran Anak Indonesia (IDAI) Bagriul Hegar.
Sejauh ini, kematian anak di bawah usia satu tahun di Indonesia sangat
tinggi. Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia, angka kematian bayi
tahun 2007 adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup. “angka kematian bayi di
Indonesia tertinggi di antara Negara ASEAN,” ujar Sri Rezeki S Hadinegoro,
ketua satuan tugas imunisasi IDAI.
Sekitar 75 persen dari kematian bayi di bawah umur 1 tahun karena infeksi
saluran napas akut (ISPA), komplikasi perinatal (bayi umur 0-28 hari), dan diare.
Karena itu, upaya mengatasi ketiga penyebabutama kesakitan dan kematian itu
harus diutamakan. Banyak penyakit terkait ISPA bisa dicegah dengan iminisasi,
antara lain campak, pertusis, Hib, dan pneumokokus.
Imunisasi juga mencegah penyakit di masa depan. Sebagai contoh, hepatitis
B pada bayi bisa mencegah kanker hati pada usia produktif. Karena 90 persen bayi
yang dilahirkan ibu dengan infeksi hepatitis B akan terinfeksi virus itu,95 persen,
di antaranya berkembang menjadi kronik dan kanker hati.
“Pemberian vaksin dapat melindungi anak dari serangan berbagai penyakit
infeksi yang bisa menyebabkan kematian dan kecacatan. Imunisasi merangsang
sistem imunologi tubuh untuk membentuk antibody spesifik sehingga dapat
melindungi tubuh dari serangan penyakit,” kata Sri Rezeki.
Keuntungan vaksin dapat dirasakan secara induvidu, sosial, dan menunjang
sistem kesehatan nasional. Jika seorang anak telah mendapat vaksinasi, 80-95
persenakan terhindar dari penyakit itu. Hal ini memutuskan rantai penularan
penyakit dari anak ke anak lain atau orang dewasa yang hidup bersama,
menurunkan biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit, mencegah kematian
dan kecacatan seumur hidup.
Keberhasilan imunisasi rutin bergantung pada petugas kesehatan, kesadaran
masyarakat, dan alat penyimpanan vaksin. Sejak desenteralisasi sector kesehatan,
dana operasional imunisasi dilimpahkan ke daerah, pemerintah pusat bertanggung
jawab atas pengadaan dan distribusi logistic vaksin ke semua provinsi.
15
Dalam menjalankan program imunisasi rutin, kendala yang dihadapi adalah
banyak posyandu yang tidak aktif lagi di banyak daerah. Karena itu, revitalisasi
posyandu mulai dilakukan agar bayi terpantau kesehatannya dan mendapat
imunisasi lengkap. [ CITATION Sya11 \l 1057 ]

F. Bayi Mendapat ASI Ekslusif dan Susu Formula


a. Pengeertian Bayi ASI Eksklusif :
1) Bayi diberi ASI Eksklusif adalah bayi usia 0-6 bulan hanya di beri ASI saja tanpa
memberikan tambahan makanan atau minuman lain
2) Bayi diberi ASI Eksklusif, yaitu yang ibu dengan kesadaran penuh memberi
Bayinya ASI saja sejak lahir samapai usia 6 bulan.[CITATION ani13 \l 1057 ]
b. Pergertian Air Susu Ibu (ASI) :
ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup
dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik.
Air Susu Ibu pertema berupa cairan bening berwarna kekuningan (kolostrum), sangat
baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.
c. Keunggulan ASI :
Berikut ini adalah beberapa keunggulan ASI yang perlu di ketahui oleh setiap ibu
dan keluarga :
1) Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan fisik serta kecerdasan
2) Mengandung zat kekebalan
3) Melindungi bayi dari alergi
4) Aman dan terjamin kebersihan, karena langsung di susukan kepada bayi dalam
keadaan segar.
5) Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan
saja dan di mana saja.
6) Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernafasan bayi
d. Data-data Terkait Memberikan ASI Eksklusif pada Bayi :
1) Target pemberian ASI Eksklusif untuk bayi pada tahun 2009 adalah 58%.
2) Capaian pemberian ASI Eksklusif untuk bayi pada tahun 2009 adalah 49%
3) Masalah pada pemberian ASI eksklusif pada bayi :
a) Masih adanya kebiasaan memberikan makanan tambahan pada usia 5 minggu
16
b) Adanya kepercayaan masyarakat bayi diberi makanan akan cepat tumbuh
c) Produk ASI tidak cukup karena ibu kurang konsumsi makanan yang cukup
gizi
e. Waktu dan Cara Pemberian ASI :
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai kapan waktu
memberikan ASI dan bagaimana cara memberikan ASI, yakni :
1) Sebelum menyusui ibu harus yakin mampu menyusui bayinya dan mendapat
dukungan dari keluarga
2) Bayi segera diteteki / di susui sesegera mungkin paling lambat 30 menit setelah
melahirkan untuk memasang agar ASI cepat keluar dan menghentikan
pendarahan
3) Teteki / susui bayi sesering mungkin sampai ASI keluar, setelah itu berikan ASI
sesuai kebutuhan bayi, waktu dan lama menyusui tidak perlu di batasi, dan
berikan ASI dan kedua payudara secara bergantian
4) Berikan hanya ASI saja hingga bayi berusia 6 bulan, selain ASI di berikan pula
makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dalam bentuk makanan lumat dan jumlah
yang sesuai dengan perkembangan umur bayi.
5) Pemberian ASI tetap di lanjutkan hingga berusia 2 bulan.
f. Cara Menyusui Yang Benar :
Cara menyusui yang benar, antara lain di sebutkan berikut ini :
1) Sebelum menyusui bayi, terlebih dahulu ibu mencuci kedua tangannya dengan
menggunakan air bersih dan sabun sampai bersih
2) Lalu bersihkan kedua putting susu dengan kapas yang telah di rendam terlebih
dahulu dengan air hangat
3) Waktu menyusui bayi, sebaiknya ibu duduk atau berbaring dengan santai,
pikiran ibu harus dalam keadaan tenang (tidak tegang)
4) Pengang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala
5) Upayakan badan bayi menghadap pada badan ibu, rapatkan dada bayi dengan
dada ibu atau bagian bawah payudara ibu
6) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
7) Jauhkan hidung bayi pada payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi
dengan ibu bagian dalam
8) Bayi di susui dengan cara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu kesebelah kanan
sampai bayi merasa kenyang
17
9) Setelah menyelesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi di bersihkan
dengan kapas yang telah di rendam air hangat
10) Sebelum di tidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara yang terhisap
bisa keluar dengan cara meletakkan bayi tegak lurus pada ibu dan perlahan-lahan
di usap belakangnya sampai bersendawa. Udaranya akan keluar dengan
sendirinya.
g. Manfaat Memberikan ASI :
Memberikan ASI dapat bermanfaat bagi ibu, bayi dan keluarga, seperti yang
diuraikan berikut ini :
1) Manfaat ASI bagi Ibu :
a) Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi
b) Mengurangi pendarahan setelah persalinan
c) Mempercepat pemulihan kesehatan ibu
d) Menunda kehamilan berikutnya
e) Mengurangi resiko terkena kanker payudara
f) Lebih praktis karena ASI lebih mudah di berikan pada saat bayi
membutuhkan
2) Manfaat ASI bagi bayi :
a) Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng
b) bayi tidak sering sakit
3) Manfaat ASI bagi keluarga :
a) Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula
dan perlengkapannya
b) Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula misalnya
merebus air dan perlengkapannya
h. Cara Menjaga Mutu dan Jumlah Produksi ASI :
Cara menjaga mutu dan jumlah produksi ASI, antara lain dapat disebutkan
sebagai berikut ini :
1) Mnengonsumsi makanan bergizi seimbang, banyak makan sayuran dan buah-
buahan. Makan lebih banyak dari biasannya
2) Bnayak minum air putih paling sedikit 8 gelas sehari
3) Cukup istrahat dengan tidur siang/ berbaring selama 1-2 jam dan menjaga
ketenangan pikiran

18
4) Susui bayi sesering mungkin dari kedua payudara kiri dan kanan secara
bergantian hingga bayi tenang dan puas
i. Hal-hal yang PERLU Di perhatikan Untuk Membangun Keberhasilan Pemberian ASI
Eksklusif :
Agar pemberian ASI Eksklusif berhasil, maka dukungan suami, orang tua, ibu
mertua, dan keluarga lainnya sangat di perlukan agar supaya pemberian ASI Ekslusif
sampai bayi berusia enam bulan.
j. Ibu Bekerja Bisa Memberikan ASI Ekslusif :
Ibu yang bekerja tetap bisa memberikan ASI Ekslusif pada bayi caranya :
1) Berikan ASI sebelum berangkat kerja
2) Selama bekerja, bayi tetap bisa di beri ASI dengan cara memerah ASI sebelum
berangkat kerja dan di tamping di gelas yang bersih dan tertutup untuk di berikan
kepada bayi di rumah
3) Setelah pulang bekerja, bayi di susui kembali seperti biasa

k. Cara Menyimpan ASI di Rumah


Cara yang dapat dilakukan dalam menyimpan ASI di rumah antara lain :
1) ASI yang di simpan di rumah di tempat yang sejuk akan tahan 6-8 jam
2) ASI yang di simpan di dalam termos berisi es batu akan tahan 24 jam
3) ASI yang di simpan di lemari es akan tahan 3 kali 24 jam
4) ASI yang di simpan di freezer akan tahan selama 2 minggu
l. Cara Memberikan ASI Yang Di simpam :
Cara memberikan ASI yang telah di simpan, antara lain :
1) Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air bersih
2) Apabila ASI di letakan di ruangan yang sejuk, segera berikan sebelum masa
simpan berakhir (8 jam )
3) Apabila ASI di simpan dalam termos atau lemari es, ASI yang di simpan dalam
gelas bersih tertutup di hangatkan dengan cara yang di rendam dalam mangkok
berisi air hangat, kemudian di tunggu sampai ASI terasa hangat (tidak dingin).
4) ASI di berikan dengan sendok yang bersih, jangan pakai botol atau dot, karena
botol dan dot lebih sulit di bersihkan dan menghindari terjadinya bingung puting
susu pada bayi[CITATION ani13 \l 1057 ]
G. Jelaskan Masa Pertumbuhan
a. Pengertia Menimbang Bayi dan Balita :
19
Menimbang bayi dan balita adalah menimbang bayi / balita setiap bulan
dan mencatat berat badan bayi / balita dalam Kartu Menuju Sehat (KMS).
[CITATION ani13 \l 1057 ]
b. Alasan Mengapa Bayi dan Balita Perlu Di Timbang Setiap Bulan :
Penimbang bayi dan balita di maksudkan untuk memantau
pertumbuhannya setiap bulan.
c. Waktu dan Tempat Penimbangan Bayi dan Balita :
Penimbangan balita di lakukan setiap bulan mulai dari umur 1 tahun
sampai 5 tahun di posyandu.
d. Data-data Terkait Menimbang Bayi dan Balita :
1) Target capaian menimbang bayi dan balita pada tahun 2009 58%
2) Angka capaian menimbang bayi dan balita pada tahun 2009 adalah :
a) Lebih dari 4 kali adalah 45.4%
b) 1-3 kali adalah 29.1%
c) Tidak pernah di timbang adalah 25.5%
3) Masalah-masalah yang di temukan dalam menimbang bayi dan balita, antara
lain :
1) Jarak ke Posyandu jauh (2-5 bulan/X)
2) Budaya/ kebiasaan / kepercayaan
e. Cara Mengetahui Pertumbuhan dan Perkembangan Balita :
1) Untuk dapat mengetahui dan memantau pertumbuhan dan perkembangan balita,
maka perlu dilakukan pencatatan di buku KIA atau KMS
2) Caranya : Setelah balita di timbang di buku KIA (kesehatan ibu dan anak) atau
kartu menuju sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak
naik (lihat perkembangannya)
3) Bayi dan balita di katakana berat timbangannya naik, apabila :
a) Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna pada KMS
b) Garis pertumbuhannya pindah ke pita warna di atasnya
4) Bayi dan balita di katakana berat timbangannya tidak naik, apabila :
a) Garis pertumbuhannya menurun
b) Garis pertumbuhannya mendatar
c) Garis pertumbuhannya naik tetapi warna yang lebih muda
f. Tanda- tanda Balita Kurang Gizi :
1) Berat badan tidak naik selama 3 bulan berturut- turut, badannya kurus
20
2) Mudah sakit
3) Tampak lesu dan lemah
4) Mudah menangis dan rewel
g. Tiga Macam Gizi Buruk pada Balita :
Gizi buruk pada balita ada 3 macam, yaitu :
1) Kwashiorkor
2) Marasmus
3) Marasmus-kwashiorkor
h. Tanda-tanda Gizi Buruk pada Balita :
Tanda-tanda gizi buruk dari masing-masing gizi buruk di atas, adalah :
1) Tanda-tanda Gizi Buruk pada Kwashiorkor :
a) Edema seluruh tubuh (terutama pada punggung kaki)
b) Wajah bulat dan sembab
c) Cengeng dan / rewel / apatis
d) Perut buncit
e) Rambut kusam dan mudah di cabut
f) Bercak kulit yang luas dan kehitaman / bintik kemerahan
2) Tanda-tanda Gizi Buruk pada Marasmus :
a) Tampak sangat kurus
b) Wajah seperti orang tua
c) Cengeng / rewel / apatis
d) Iga gambang, perut cekung
e) Otot pantat mengendor
f) Pengeriputan otot lengang dan tungkai
i. Manfaat Penimbangan Balita Setiap Bulan di Posyandu :
Manfaat penimbangan balita setiap bulan di posyandu, antara lain :
1) Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat
2) Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita
3) Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam / batuk / diare).
j. Kapan Balita Perlu Di Rujuk Ke Puskesmas :
Berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat
badannya BGM (Bawah Garis Merah) dan di curigai Gizi buruk sehingga dapat
segera di rujuk ke puskesmas :
1) Untuk mengetahui kelengkapan Imunisasi
21
2) Untuk mendapatkan penyuluhan gizi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

22
DAFTAR PUSTAKA

23

Anda mungkin juga menyukai