Anda di halaman 1dari 85

SKRIPSI

PROFIL PENYIMPANAN OBAT DI INSTALASI FARMASI DINAS


KESEHATAN KABUPATEN MAROS

SYAIRA MUHLISA

15020170207

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021
PROFIL PENYIMPANAN OBAT DI INSTALASI FARMASI DINAS
KESEHATAN KABUPATEN MAROS

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk mencapai Gelar Sarjana

Disusun dan diajukan oleh

SYAIRA MUHLISA

15020170207

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021

ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : SYAIRA MUHLISA

Stambuk : 15020170207

Judul Skripsi : PROFIL PENYIMPANAN OBAT DI INSTALASI

FARMASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN

MAROS

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar karya tulis penulis

sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan plagiat,

duplikat, tiruan atau dibuat dan dibantu oleh orang lain sebagian atau

secara keseluruhan, maka skripsi dan gelar yang diperoleh batal demi

hukum.

Maros, Mei 2021

Penulis

SYAIRA MUHLISA

iii
SKRIPSI

PROFIL PENYIMPANAN OBAT DI INSTALASI FARMASI

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAROS

Disusun dan diajukan oleh

SYAIRA MUHLISA

Stambuk 15020170207

Telah dipertahankan di depan Ujian Skripsi dan dinyatakan telah


memenuhi syarat

Menyetujui

Dr. Apt. Mirawati., S.Si., M.Si Apt. Rahmawati,S.Si.,M.Sc


Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Mengetahui

Dekan Fakultas Farmasi Ketua Program Studi


Universitas Muslim Indonesia

Apt. Rachmat Kosman, S.Si., M.Kes Apt. Dr. Andi Emelda, S.Si., M.Si
NIPs : 116020769 NIP : 19740816200902 2002

iv
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Skripsi pada Tanggal……

Nama : SYAIRA MUHLISA

Stambuk : 15020170207

Judul Skripsi : PROFIL PENYIMPANAN OBAT DI INSTALASI

FARMASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN

MAROS

Tim Penguji :

1. Ketua : apt. Muzakkir Baits, S.Si., M.Si (…………….)

2. Sekretaris : apt. St. Maryam., S.Si.,M.Sc (…………….)

3. Anggota 1 : Dr. Apt. Mirawati, S.Si.,M.Si (…………….)

4. Anggota 2 : apt. Rahmawati, S.Si.,M.Sc (…………….)

v
PRAKATA

Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat, karunia, nikmat kesehatan, akal, limpahan ilmu, serta

petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesikan dengan

baik. Shalawat dan salam juga tak lupa kita panjatkan kepada Baginda

Rosul Nabi Muhammas SAW, keluarga serta para sahabatnya. Nabi yang

menjadi penerang dan suri tauladan yang baik bagi umat-umatnya. Atas

kemudahan yang diberikan oleh Allah SWT. Alhamdulillah penulis mampu

menyelesaikan skripsi yang berjudul “PROFIL PENYIMPANAN OBAT DI

INSTALASI FARMASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAROS”

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di

Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan karena banyaknya hambatan yang dihadapi dalam

penyusunannya. Namun berkat petunjuk dan kehendak-Nya serta doa,

bantuan, dan dukungan baik moril maupun materil dari berbagai pihak,

sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati, penulis

ingin mengucapkan banyak terima kasih terkhusus kepada :

1. Kedua orang tua penulis, ayahanda Idrus dan ibunda tercinta Aminah,

yang telah merawat, membimbing dan menjadi tempat penulis

berkeluh kesah selama menempuh pendidikan. Atas kasih sayang

vi
tulus, doa, nasihat, motivasi, perjuangan serta pengorbanan materi

yang telah diberikan beliau sehingga penulis sampai dititik ini. Dan

untuk itu semoga beliau selalu diberi kesehatan dan umur panjang

sehingga dapat melihat kesuksesan penulis di masa depan. Aamiin.

2. Kakak Sukmawati dan Adek Muhamaad Adiyaksa serta keluarga

besar atas segala dukungan, bantuan, dan doa sehingga penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. apt. Mirawati., S.Si., M.Si selaku pembimbing pertama dan Apt.

Rahmawati,S.Si.,M.Sc selaku pembimbing kedua atas keikhlasannya

meluangkan waktu, memberikan arahan, saran, dan segala

pemikirannya dalam membantu proses pembuatan dan penyelesaian

skripsi ini.

4. Prof. Dr. H. Basri Modding, SE., M.Si selaku Rektor Universitas

Muslim Indonesia.

5. Apt. Rachmat Kosman, S.Si., M.Si selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Muslim Indonesia.

6. Apt. Nurlina, S.Si., M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi

Universitas Muslim Indonesia.

7. Apt. Rahmawati, S.Si., M.Kes selaku Wakil Dekan II Fakultas Farmasi

Universitas Muslim Indonesia.

8. Herwin, S.Si., M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Farmasi

Universitas Muslim Indonesia.

9. Drs. H. Muh. Ilyas Upe, M. Ag selaku Wakil Dekan IV Fakultas

Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

vii
10. Apt. Dr. Andi Emelda, S.Si., M.Si selaku ketua program studi Farmasi

Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

11. Aminah, S.Farm., M.Sc sebagai Penasehat Akademik atas nasehat,

motivasi, dan segala bantuan mulai awal perkuliahan hingga saat ini.

12. Bapak/Ibu Dosen beserta Staf Fakultas Farmasi Universitas Muslim

Indonesia yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas

curahan ilmu, bantuan, motivasi, inspirasi dan nasehatnya yang

sangat berarti bagi penulis selama menempuh Pendidikan.

13. Staf Tata Usaha Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia yang

membantu penulis dalam pengurusan administrasi selama perkuliahan

hingga saat ini.

14. Apt., Lilis Sukmawati, S.Farm selaku seksi kefarmasian instalasi

farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Maros.

15. Apt., Ika Fitria, S.Si selaku apoteker pertama yang telah banyak

membantu peneliti dalam melakukan penelitian

16. Bapak/Ibu pegawai Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten

Maros atas bantuan dalam mencari informasi di tempat penelitian

17. Sahabat – sahabat seperjuangan Hasni. A, Nur Aliah, Musdalifah, Nur

Asisi, Siti Nurul Badzlin, yang juga banyak membantu, memberi

support dan doa serta kebersamaannya mulai awal perkuliahan

hinggat saat ini. Tanpa kalian masa perkuliahan dan praktikum penulis

tidak akan menyenangkan.

18. Sahabat – sahabat semasa SMA Revita, Gita, Novi, Shifa, Mayang,

Haris dan Takwa yang juga banyak membantu selama perkuliahan

viii
dan saat penelitian, memberi support dan doa

19. Teman-teman tercinta seperjuangan angkatan 2017 terutama teman-

teman R12AMP1S1N atas segala semangat dan kerjasamanya

melewati suka dan duka perkuliahan dan praktikum, serta teman-

teman yang selalu memeberi masukan kepada penulis selama

penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

20. Diri sendiri, terimakasih untuk segala perjuangan yang sudah dilewati,

terlah bertahan sampai detik ini, terimakasih sudah menjadi versi

terbaikmu.

Terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bentuk bantuan

yang telah diberikan dan doa yang dipanjatkan kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini. Penulis yang belum bisa membalas seperseratus

dari sekian kebaikan yang diberikan oleh pihak terlibat, hanya mampu

mendoakan kembali dengan tulus agar Allah Subhana Wa Ta‟ala

senantiasa membalas kebaikan semua pihak yang membantu.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang ditulis ini masih sangat jauh

dari kesempurnaan, namun besar harapan kiranya skripsi ini dapat

bermanfaatn bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang

Farmasi.

Aamiin Ya Rabbal Alamin

Wassalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh

Makassar, Mei 2021

SYAIRA MUHLISA

ix
ABSTRAK
SYAIRA MUHLISA Profil Penyimpanan Obat Di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Kabupaten Maros (Dibimbing oleh Mirawati dan
Rahmawati).
Penyimpanan obat yang tidak tepat menjadi salah satu penyebab
rusaknya mutu obat yang akan menurunkan efek terapi atau dapat
memberikan efek toksik bagi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui profil penyimpanan obat di Instalasi Farmasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Maros. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif.
Data diperoleh dengan wawancara dengan kepala bagian kefarmasian
dan apoteker pertama serta observasi langsung terhadap beberapa aspek
yaitu, sarana dan pengaturan tata ruang, penyusunan stok obat,
pencatatan kartu stok, pengecekan kondisi obat dan waktu daluarsa serta
pengecekan peyimpanan obat berdasatkan brosur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah dan kualifikasi personil
telah memenuhi persyaratan. Sedangkan persyaratan untuk sarana dan
pengaturan tata ruang, penyusunan stok obat dan pencatatan kartu stok
telah memenuhi persyaratan sebesar 87,5; 90 dan 87,5 % secara
berurutan. Ketiga aspek memenuhi kategori sangat baik. Pengecekan
kondisi obat dan waktu daluarsa dilakukan setiap bulan sedangkan
penyimpanan obat dari 20 sampel penelitian telah sesuai.

Kata Kunci: Penyimpanan obat, instalasi farmasi dinas kabupaten

xi
ABSTRACT
SYAIRA MUHLISA. Profile of Drug Storage in the Pharmacy Installation of
the Maros District Health Office (Supervised by Mirawati and
Rahmawati).
Improper storage of drugs is one of the causes of damage to the
quality of drugs which will reduce the therapeutic effect or can have a toxic
effect on the patient. This study aims to determine the profile of drug
storage in the Pharmacy Installation of the Maros District Health Office.
This research is descriptive qualitative. Data were obtained by interviewing
the head of the pharmacy department and the first pharmacist as well as
direct observation of several aspects, namely, facilities and infrastructure,
spatial arrangements, drug storage arrangements, recording of stock
cards, checking drug conditions and expiration times and checking drug
storage based on brochures.
The results showed that the number and qualifications of personnel
had met the requirements. Meanwhile, the requirements for facilities and
spatial arrangements, drug storage arrangements and stock card
recording have met the requirements of 87.5; 90 and 87.5% respectively.
The three aspects meet the very good category. Checking the condition of
the drug and expiration date is carried out every month while the drug
storage of 20 research samples is appropriate.

Keywords: Drug storage, district office pharmacy installation

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN JUDUL ii

PERNYATAAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI v

PRAKATA vi

ABSTRAK x

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Maksud dan Tujuan Penelitian 3

D. Manfaat Penelitian 4

E. Kerangka Pikir 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Instalasi Farmasi 6

B. Pengertian Obat 6

C. Penyimpanan Obat 7

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 19

B. Populasi dan Sampel

19

xii
C. Metode Penelitian 19

D. Instrumen Penelitian 19

E. Prosedur Penelitian 19

F. Analisis Data 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan Pembahasan 21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 34

B. Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 36

LAMPIRAN 38

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Sarana dan pengaturan tata ruang 23

Tabel 2 Penyusunan stok obat 26

Tabel 3 Pencatatan kartu stok 28

Tabel 4 Pengecekan kondisi dan penyimpanan obat 31

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Foto sampel pengecekan mutu obat 60

Gambar 2 Foto dokumentasi penelitian 68

Gambar 3 Foto surat izin penelitian 69

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Skema kerja penelitian Profil Penyimpanan 38

Obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan

Kabupaten Maros

Lampiran 2 Informasi umum personil 39

Lampiran 3 Daftar ceklis penelitian 41

Lampiran 4 Perhitungan analisis data 49

Lampiran 5 Sampel pengecekan mutu obat 50

Lampiran 6 Dokumentasi penelitian 60

Lampiran 7 Surat izin penelitian 61

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah harus mengupayakan pelayanan kesehatan yang

diterima oleh masyarakat semakin baik. Upaya kesehatan yang di

maksud adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan

mewujudkan kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Salah satu

upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah adalah memperhatikan

pelayanan kefarmasian (Depkes RI, 2009).

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan

farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan

mutu kehidupan pasien. Pengelolaan Sediaan Farmasi dilakukan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi

perencanaan, pengadaan, penyaluran, penyimpanan dan penggunaan

obat-obatan (Permenkes, 2016).

Sediaan farmasi adalah obat, obat tradisional dan kosmetik. Obat

adalah bahan atau paduawan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau

keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk

manusia (Permenkes No. 72 Tahun 2016).

Obat merupakan zat yang digunakan untuk pencegahan dan

Universitas Muslim Indonesia


1
2

penyembuhan penyakit serta pemulihan dan peningkatan kesehatan bagi

penggunanya (BPOM, 2015).

Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis riwayat muslim sebagai

berikut :

‫َّاء بَ َرأ َ ِبإ ِ ْذ ِن هللاِ َع َّز َو َج َّل‬


ِ ‫ْب َد َوا ُء الد‬ ِ ُ ‫ فَإِذَا أ‬،‫ُك ِّل َداءٍ َد َوا ٌء‬
َ ‫صي‬

Terjemahannya :

“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan

penyakitnya maka dia akan sembuh atas izin Allah Subhanahu

wa Ta‟ala ” (HR. Muslim no 5705)

Pada berbagai upaya pelayanana kesehatan, obat merupakan salah

satu unsur penting. Oleh karena itu, Penyimpanan obat merupakan salah

satu dari lima hal penting dalam melakukan pengelolaan obat di Instalasi

Farmasi. Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan menyimpan dan

memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada

tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat

merusak mutu obat (Binfar, 2010).

Menurut penelitian Puslitbang Biomedis dan Farmasi (2006),

masih terdapat banyak gudang penyimpanan obat di Indonesia yang

kurang memenuhi persyaratan seperti tidak menggunakan sistem

alfabetis dalam penataannya, tidak menggunakan sistem First In First

Out (FIFO) atau First Expired First Out (FEFO) dan penggunaan kartu

stok yang belum memadai. Dalam penelitian lain di salah satu rumah sakit

swasta di daerah Jakarta diketahui bahwa standar prosedur operasional

tentang penyimpanan obat yang sudah ditetapkan oleh rumah sakit

Universitas Muslim Indonesia


3

malahan tidak dilaksanakan dengan baik (Palupiningtyas, 2014).

Penyimpanan obat perlu diperhatikan karena banyak kejadian obat

yang kadaluarsa, obat yang rusak serta tidak efektifnya obat saat

dikonsumsi pasien akibat sistem penyimpanan obat yang salah

(Akbar, 2016). Penyimpanan obat yang tidak sesuai dengan standar

akan dapat mengakibatkan obat mengalami penurunan mutu (rusak)

dan mengakibatkan kesulitan dalam pencarian dan pengawasan obat. Hal

ini yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian untuk mengetahui profil

penyimpanan obat di instalasi farmasi Kabupaten Maros.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Apakah penyimpanan obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan

Kabupaten Maros sudah sesuai dengan standar pelayanan

kefarmasian ?

2. Bagaimana profil penyimpanan obat di Instalasi Farmasi Dinas

Kesehatan Kabupaten Maros

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk melakukan identifikasi

profil serta kesesuaian penyimpanan obat di Instalasi Farmasi Dinas

Kesehatan Kabupaten Maros berdasarkan standar pelayanan

kefarmasian.

Universitas Muslim Indonesia


4

2. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil

penyimpanan obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten

Maros.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk menentukan

profil penyimpanan obat di Instalasi Farmasi Kabupaten Maros yang

meliputi, personil (SDM), sarana penyimpanan, pengaturan tata

ruang, penyusunan stok obat, sistem pencatatan stok obat, dan

pengamatan mutu obat secara visual.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis terkait darii hasil penelitian yang dilakukan,

diharapkan dapat sebagai sumber data ilmiah, sebagai rujukan bagi

mahasiswa atau peneliti lainnya, dan sebagai referensi pustaka bidang

farmasi tentang profil penyimpanan obat di Instalasi Farmasi Dinas

Kesehatan Kabupaten Maros.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari hasil penelitian yang dilakukan adalah untuk

memberikan informasi kepada praktisi kefarmasian mengenai cara

penyimpanan obat di instalasi farmasi kabupaten/kota.

Universitas Muslim Indonesia


5

E. Kerangka Pikir

Obat adalah zat yang Banyak kejadian obat yang


digunakan untuk pencegahan kadaluarsa, obat yang rusak
dan penyembuhan suatu serta tidak efektifnya obat saat
penyakit dikonsumsi pasien akibat
sistem penyimpanan obat yang
salah (Akbar, 2016).

Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota

Standar pelayanan kefarmasian


di Instalasi Farmasi
Kabupaten/kota

1. Pengaturan tata ruang


Penyimpanan Obat 2. Penyusunan stok obat
3. Sistem pencatatan stok obat
4. Pengamatan mutu obat

Universitas Muslim Indonesia


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Instalasi Farmasi

Instalasi Farmasi Pemerintah adalah sarana pengelolaan sediaan

farmasi dan alat kesehatan milik pemerintah, baik pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah, dalam rangka pelayanan kesehatan,

Pengelolaan obat sendiri bagi daerah kabupaten/kota secara khusus

bertujuan agar terlaksananya optimasi penggunaan dana melalui

peningkatan efektifitas dan efisiensi pengelolaan obat secara tepat

dan benar (Kepmenkes No. 1121/2008).

Instalasi Sediaan Farmasi yang disebut juga Instalasi Farmasi

Pemerintah adalah sarana tempat menyimpan dan menyalurkan sediaan

farmasi dan alat kesehatan milik Pemerintah, baik Pemerintah Pusat

maupun Pemerintah Daerah dalam rangka pelayanan kesehatan, yang

dalam Undang-Undang mengenai Narkotika dan Psikotropika disebut

Sarana Penyimpanan Sediaan Farmasi Pemerintah (BPOM, 2019).

Gudang Farmasi mempunyai tugas pengelolaan (penerimaan,

penyimpanan dan pendistribusian) perbekalan farmasi dan peralata

kesehatan yang diperlukan dalam rangka pelayanan kesehatan

pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pembinaan kesehatan di

kabupaten sesuai petunjuk dinas kesehatan (Kemenkes, 2014).

B. Pengertian obat

Menurut Peraturan Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Nomor 4

(2018), obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi

Universitas Muslim Indonesia


6
7

yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi

atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk

manusia.

Obat adalah bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam

menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,

menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan

badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan

atau bagian badan manusia (Anief, 2010).

Menurut Dirjen Binfar Alkes (2010) tentang Materi Pelatihan

Manajemen Kefarmasian Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, obat

merupakan komponen yang tidak tergantikan dalam pelayanan

kesehatan. Dalam upaya pelayanan kesehatan ketersediaan obat

dalam jenis yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya,

aman, efektif dan bermutu merupakan sasaran yang harus dicapai.

Hal ini berada dalam lingkup pelayanan kefarmasian sebagai salah

satu pilar yang menopang pelayanan kesehatan paripurna.

C. Penyimpanan Obat

1. Pengertian penyimpanan obat

Menurut Dirjen Binfar Alkes (2010) tentang Materi Pelatihan

Manajemen Kefarmasian Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota,

penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara

dengan cara menempatkan obat dan perbekalan kesehatan yang

diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta

Universitas Muslim Indonesia


8

gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat dan perbekalan

kesehatan.

Menurut peraturan pemerintahan kesehatan RI nomor 74 (2016)

penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai

merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap sediaan farmasi yang

diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun

kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang

ditetapkan.

Salah satu faktor yang mendukung penjaminan mutu obat adalah

bagaimana penyimpanan obat yang tepat dan sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan. Kegiatan penyimpanan disini mencakup tiga

faktor yaitu pengaturan ruangan, penyusunan obat, serta pengamatan

mutu fisik obat (Linarni & Hasanbasri, 2012).

2. Tujuan penyimpanan obat

Menurut Dirjen Binfar Alkes (2010) tentang Materi Pelatihan

Manajemen Kefarmasian Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota,Tujuan

penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan adalah untuk memelihara

mutu obat, menghindari penyalahgunaan dan penggunaan yang salah,

menjaga kelangsungan persediaan, memudahkan pencarian dan

pengawasan.

Penyimpanan obat bertujuan untuk menjaga mutu dan kestabilan

suatu sediaan farmasi, menjaga keamanan, ketersediaan, dan

menghindari penggunaan obat yang tidak bertanggung jawab. Menurut

Permenkes RI No 72 (2016), untuk mencapai tujuan penyimpanan obat

Universitas Muslim Indonesia


9

tersebut ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan, yaitu :

a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat

diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal

pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluarsa dan peringatan

khusus.

b. Elektrolit, konsentrasi tinggi disimpan di unit perawatan kecuali untuk

kebutuhan klinis yang penting.

c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan

pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas

dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk

mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati.

d. Sediaan farmasi alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang

dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat

diidentifikasi

e. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan

barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.

3. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam fungsi penyimpanan

a. Masalah keamanan dan bahaya kebakaran merupakan risiko

terbesar dari penyimpanan, apalagi barang-barang farmasi sebagian

adalah mudah terbakar.

b. Pergunakan tenaga manusia seefektif mungkin, jangan berlebih

jumlah karyawannya sehingga banyak waktu menganggur yang

merupakan biaya, demikian juga sebaliknya, kekurangan tenaga

akan menimbulkan antrian di pusat pelayanan yang akan merugikan

Universitas Muslim Indonesia


10

kedua belah pihak.

c. Pergunakan ruangan yang tersedia seefisien mungkin, baik dari segi

besar ruangan dan pembagian ruangan.

d. Simpan gudang dan peralatannya sebaik mungkin.

e. Menciptakan suatu sistem penataan yang lebih efektif untuk lebih

memperiancar arus barang (Rusli, 2015)

4. Standar penyimpanan obat

Standar penyimpanan obat di instalasi farmasi kabupaten/kota

Menurut Dirjen Binfar Alkes (2010) tentang Materi Pelatihan

Manajemen Kefarmasian Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota,

A. Sarana dan peralatan penyimpanan

Ketersediaan sarana yang ada di unit pengelola obat dan

perbekalankesehatan bertujuan untuk mendukung jalannya

organisasi. Adapun sarana yang minimal sebaiknya tersedia adalah

sebagai berikut:

a. Gedung dengan luas 300 m2 - 600 m2

b. Kendaraan roda dua dan roda empat, dengan jumlah 1-3 unit

c. Komputer + Printer dengan jumlah 1-3 unit

d. Telepon & Facsimile dengan jumlah 1 unit

e. Sarana penyimpanan:

Rak : 10-15 unit, pallet : 40-60 unit , lemari : 5-7 unit, lemari

Khusus : 1 unit, cold chain (medical refrigerator), coid Box, coid

Pack, generator

f. Sarana Administrasi Umum : Berkas, mesin tik, lemari arsip

Universitas Muslim Indonesia


11

g. Sarana administrasi obat dan perbekalan kesehatan :

Kartu stok, kartu persediaan obat, kartu induk persediaan obat,

buku harian pengeluaran barang, surat bukti barang keluar,

laporan pemakaian dan laporan permintaan obat, kartu rencana

distribusi, lembar bantu penentuan proporsi stok opname.

B. Syarat gudang

Syarat dari sebuah gudang obat yang baik adalah :

a. Cukup luas minimal 3 x 4 m2 atau sesuai dengan jumlah obat

yang disimpan

b. Ruangan kering dan tidak lembap

c. Adanya ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembap/ panas

d. Perlu ada cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai

perlindung untuk menghindarkan cahaya langsung dan berterali

e. Lantai dibuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan

bertumpuknya debu dan kotoran lain. Bila perlu diberi alas papan

(pallet)

f. Dinding dibuat licin

g. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam

h. Gudang digunakan khusus untuk menyimpan obat

i. Gudang mempunyai kunci ganda

j. Tersedia lemari/laci khusus untuk menyimpan narkotika dan

psikotropika yang selalu terkunci. Sebaiknya ada pengukur

ruangan

C. Pengaturan tata ruang

Universitas Muslim Indonesia


12

Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan,

penyusunan, pencarian dan pengawasan obat, maka diperlukan

pengaturan tata ruang gudang dengan baik. Pengaturan tata ruang

selain harus memperhatikan kebersihan dan menjaga gudang dari

kebocoran dan hewan pengerat juga harus diperhatikan

ergonominya.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang

gudang adalah sebagai berikut:

a. Kemudahan bergerak

Untuk kemudahan bergerak, maka gudang perlu ditata sebagai

berikut:

a) Gudang jangan menggunakan sekat-sekat karena akan

membatasi pengaturan ruangan. Jlka digunakan sekat,

perhatlkan posisi dinding dan pintu untuk mempermudah

gerakan.

b) Berdasarkan arah arus pene rimaan dan pengeluaran obat,

ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem arus garis

lurus, arus U, arus L.

Menurut Octarina (2005), Arus lurus, U dan L merupakan

proses keluar masuk obat, dimana obat yang cepat atau lama

keluar diletakkan di dekat pintu keluar ataupun pintu masuk

Instalasi.

c) SirkulasI udara yang baik

Salah satu faktor penting dalam merancang gudang

Universitas Muslim Indonesia


13

adalah adanya sirkulasi udara yang cukup dl dalam ruangan

gudang. SirkulasI yang baik akan memaksimalkan stablitas

obat sekaligus bermanfaat dalam memperbalki kondisi kerja

petugas.

Idealnya dalam gudang terdapat AC, namun biayanya

akan menjadi mahal untuk ruang gudang yang luas. Alternatif

lain adalah menggunakan kipas angin/ventllator/rotator. Perlu

adanya pengukur suhu di ruangan penyimpanan obat dan

dilakukan pencatatan suhu.

b. Rak dan Pallet

Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan

dapat meningkatkan sirkulasi udara dan pemindahan obat.

Penggunaan pallet memberikan keuntungan :

a) Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap banjir,

serangan serangga (rayap)

b) Melindungi sediaan dari kelembaban

c) Memudahkan penanganan stok

d) Dapat menampung obat lebih banyak

e) Pallet lebih murah dari pada rak

c. Kondisi penyimpanan khusus

a) Vaksin dan serum memerlukan Cold Chain khusus dan harus

dilindungi dari kemungklnan putusnya aliran listrik (harus

tersedianya generator)

b) Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari

Universitas Muslim Indonesia


14

khusus dan selalu terkunci sesuai dengan peraturan yang

berlaku

c) Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol, eter dan

pestisida harus disimpan dalam ruangan khusus, sebaiknya

disimpan di bangunan khusus terpisah dari gudang induk

d. Pencegahan kebakaran

Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang

mudah terbakar seperti dus, karton dan Iain-Iain. Alat pemadam

kebakaran harus diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau

dan dalam jumlah yang cukup. Contohnya tersedia bak pasir,

tabung pemadam kebakaran, karung goni, galah berpengait besi.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No.4 Tahun 1980 menyebutkan bahwa, jumlah APAR dapat

dihitung dengan cara sebagai berikut :

Luas perlindungan per APAR yaitu 176,6

D. Penyusunan stok obat

Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis. Untuk

memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Gunakan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First

Out (FIFO) dalam penyusunan obat yaitu obat yang masa

kadaluwarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal harus

digunakan lebih awal sebab umumnya obat yang datang lebih

Universitas Muslim Indonesia


15

awal biasanya juga diproduksi lebih awal dan umurnya relatif

lebih tua dan masa kadaluwarsanya mungkin lebih awal.

b. Susun obat dalam kemasan besar di atas pallet secara rapi dan

teratur. Untuk obat kemasan kecil dan jumlahnya sedikit

disimpan dalam rak dan pisahkan antara obat dalam dan obat

untuk pemakaian luar dengan memperhatikan keseragaman

nomor batch.

c. Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan

psikotropika.

d. Simpan obat yang stabllitasnya dapat dipengaruhi oleh

temperatur, udara, cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat

yang sesuai. Perhatikan untuk obat yang perlu penyimpanan

khusus.

e. Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi.

f. Apabila persediaan obat cukup banyak, maka biarkan obat tetap

dalam box masing-masing.

Menurut (Yonita, 2018) penyusunan obat dilakukan dengan

cara sebagai berikut :

a. Susun obat yang bisa dikatakan besar diatas palet atau diganjal

dengan kayu secara rapi dan teratur

b. Simpan obat yang diketahui oleh suhu, udara, dan kontaminasi

bakteri pada tempat yang sesuai

c. Apabila gudang tidak mempunyai rak maka dus-dus bekas dapat

digunakan sebagai tempat penyimpanan

Universitas Muslim Indonesia


16

d. Apabila sediaan obat cukup banyak maka biarkan obat tetap

dalam kotak masing-masing, ambil seperlunya dan susun dalam

satu dus bersama obat-obatan lainnya

e. Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian maka

harus dilakukan rotasi stok

f. Cairan dari padatan

g. Sera, vaksin, supositoria disimpan dalam lemari pendingin

E. Pencatatan kartu stok

Fungsi :

a. Kartu stok induk digunakan untuk mencatat mutasi (penerimaan,

pengeluaran, hilang, rusak atau kedaluwarsa).

b. Tiap liembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data

mutasi 1 (satu) jenis obat yang berasal dari semua sumber

anggaran

c. Tiap baris data hanya diperuntukan mencatat 1 (satu) kejadian

mutasi obat

d. Data pada kartu stok induk digunakan sebagai :

a) Alat kendali bagi Kepala Unit Pengelola Obat Publik dan

Perbekalan Kesehatan terhadap keadaan fisik obat dalam

tempat penyimpanan.

b) Alat bantu untuk penyusunan laporan, perencanaan

pengadaan dan distribusi serta pengendalian persediaan.

Kegiatan yang harus dilakukan:

a. Kartu stok induk diletakkan di ruang Kepala Unit Pengelola Obat

Universitas Muslim Indonesia


17

Publik dan Perbekalan Kesehatan

b. Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari

c. Setiap terjadi mutasi obat (penerimaan, pengeluaran, hilang,

rusak/daluwarsa) langsung dicatat didalam kartu stok

d. Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir

bulan.

F. Pengamatan atau pengecekan mutu obat

Mutu obat yang disimpan dl ruang penyimpanan dapat

mengalami perubahan balk karena faktor fislk maupun kimiawi yang

dapat diamati secara visual. Jlka dari pengamatan visual diduga

ada kerusakan yang tidak dapat ditetapkan dengan cara

organoleptlk, harus dllakukan sampling untuk pengujian

laboratorlum.

Tanda-tanda perubahan mutu obat:

a. Tablet

a) Terjadlnya perubahan warna, bau atau rasa

b) Kerusakan berupa noda, berblntlk-blntik, lubang, pecah, retak

dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab

c) Kaleng atau botol rusak, sehlngga dapat mempengaruhl mutu

obat

b. Kapsul

a) Perubahan warna Isl kapsul

b) Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan

lalnnya

Universitas Muslim Indonesia


18

c. Tablet salut

a) Pecah-pecah, terjadi perubahan warna

b) Basah dan lengket satu dengan yang lalnnya

c) Kaleng atau botol rusak sehlngga menlmbulkan kelalnan fislk

d. Cairan

a) MenjadI keruh atau timbul endapan

b) Konsistensi berubah

c) Warna atau rasa berubah

d) Botol-botol plastik rusak atau bocor

e. Salep

a) Warna berubah

b) Pot atau tube rusak atau bocor

c) Bau berubah

f. Injeksi

a) Kebocoran wadah (vial, ampul)

b) Terdapat partikel asing pada serbuk Injeksi

c) Larutan yang seharusnya jernlh tampak keruh atau ada

endapan

d) Warna larutan berubah

Universitas Muslim Indonesia


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Instalasi Farmasi di Kecamatan Turikale,

Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Waktu penelitian ini

dilakukan pada bulan Maret 2021 sampai selesai.

B. Populasi dan Sampel

Adapun populasi dan sampel dari penelitian ini yaitu Instalasi

Farmasi Kabupaten Maros dan untuk aspek kondisi obat dilakukan

pemilihan sampel dengan metode probability sampling.

C. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian ini adalah penelitian observasional yang

bersifat deskriptif.

D. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian ini berupa daftra ceklis yang berisi

tentang standar penyimpanan obat di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.

E. Prosedur Penelitian

a. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada petugas Instalasi farmasi. Peneliti

akan memberikan pertanyaan ataupun pernyataan secara langsung

kepada responden untuk menggali informasi mengenai sistem

penyimpanan obat yang ada di Instalasi Farmasi Kab. Maros.

Universitas Muslim Indonesia


19
20

b. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui sistem penyimpanan obat

yang dilakukan di Instalasi Farmasi Kab. Maros. Observasi terhadap

proses penyimpanan obat yaitu berupa sarana penyimpanan obat,

pengaturan tata ruang, penyusunan stok obat, sistem pencatatan stok

obat, dan pengamatan mutu obat yang dapat diamati secara visual.

c. Pengecekan Mutu Obat

Dilakukan dengan pemilihan sampel dengan metode probability

sampling dilihat dari tempat penyimpanan dan kondisi obat.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dan dihitung hasilnya dianalisis

secara deskriptif dengan menggunakan analisa persentase.

Persentase

Keterangan : Nilai 1 untuk jawaban ya

Nilai 0 untuk jawaban tidak

Menurut Husnawati,2016, kriteria persentase sebagai berikut :

Sangat baik : 81 -100%

Baik : 61-80 %

Cukup baik : 41 – 60 %

Kurang baik : 21 – 40%

Sangat kurang baik : 0 – 20%

Universitas Muslim Indonesia


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Informasi Umum Tempat Penelitian

Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Maros terletak di

jalan Bougenville No.3, Kelurahan Pettuadae, Kecamatan Turikale,

Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Instalasi Farmasi Kabupaten Maros adalah sarana tempat

menyimpan dan menyalurkan sediaan farmasi serta alat kesehatan

yang akan didistribusikan ke 14 puskesmas dan beberapa Rumah Sakit

yang ada di Kabupaten Maros. Terdapat dua anggaran pengadaan obat

di Instalasi Farmasi saat ini yang pertama anggaran dari APBN untuk

obat-obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) dan yang kedua yaitu

anggaran Covid.

Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Maros

menggunakan sistem satu lantai dan memiliki satu gedung dengan luas

264 m2. Menurut Binfar (2010) minimal luas gudang obat yaitu 300 m2 –

600 m2, namun luas gudang obat dapat disesuaikan dengan jumlah

obat yang diterima.

2. Informasi Umum Personil (SDM)

Gambaran mengenai situasi sumber daya manusia sebagai

pengelola obat dan perbekalan kesehatan di Instalasi Farmasi terdiri

dari Apoteker dan Non Apoteker. Berdasarkan PP 51 tahun 2009

tentang pekerjaan kefarmasian, menjelaskan bahwa pekerjaan

Universitas Muslim Indonesia


21
22

kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi dan pelayanan

sediaan farmasi harus dilakukan oleh tenaga mempunyai keahlian dan

kewenangan (Binfar, 2011).

Depkes (2002) menyebutkan bahwa tenaga yang dibutuhkan untuk

memperlancar jalannya organisasi dalam gudang farmasi yaitu adalah

Apoteker, Asisten Apoteker, tenaga SMU/Sarjana lainnya. Jumlah

tenaga yang tersedia dalam jumlah yang memadai akan memudahkan

organisasi mencapai tujuan. Adapun jenis dan jumlah tenaga yang

sebaiknya tersedia adalah :

1. Penanggung jawab pengelola obat publik dan perbekalan kesehatan

adalah seorang Apoteker

2. Pelaksana pendistribusian dan penyimpanan obat publik dan

perbekalan kesehatan adalah Apoteker atau Asisten Apoteker

dengan jumlah minimal 1 (satu) orang dan dapat dibantu oleh tenaga

lulusan SMU.

3. Pelaksana evaluasi, pencatatan dan perencanaan kebutuhan obat

publik dan perbekalan kesehatan adalah Apoteker atau Asisten

Apoteker dengan jumlah minimal 1 (satu) orang dan dapat dibantu

oleh tenaga lulusan SMU.

4. Pelaksana penyedia informasi obat, pelatihan dan monitoring

penggunaan obat rasional adalah seorang Apoteker dan dibantu oleh

tenaga lulusan SMU.

5. Pelaksana Administrasi:

Universitas Muslim Indonesia


23

a. Adminsitrasi Umum adalah tenaga lulusan D3 dan atau lulusan

SMU sesuai dengan kebutuhan dan tenaga yang tersedia.

b. Bendahara adalah seorang tenaga lulusan D3 atau SMU.

Hasibuan (2006) dalam Palupiningtyas (2014) menyebutkan bahwa

faktor penting yang perlu diperhatikan dalam penempatan jabatan

adalah kesesuaian pengetahuan dan keterampilan petugas.

Hasil wawancara dan observasi mengenai Informasi sumber daya

manusia atau personil di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten

Maros diketahui bahwa terdapat 6 pegawai, diantaranya Kepala Seksi

Kefarmasian, Asisten Apoteker Penyelia, Apoteker pertama,

pengadministrasi Gudang Farmasi, Pengelola kefarmasian, dan

pengemudi. Instalasi Farmasi ini dipimpin oleh Kepala seksi

kefarmasian dalam hal ini Ibu Lilis Sukmawati, S.Farm., Apt.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dibandingkan dengan

pedoman yang ada, Personil di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan

Kabupaten Maros telah memenuhi persyaratan dari segi pendidikan,

kecukupan dan kesesuaian jabatan.

3. Hasil Wawancara dan Observasi

Tabel 1. Sarana dan Pengaturan Tata Ruang


Persyaratan Menurut
No Pernyataan Hasil Binfar 2010 dan Ket
Depkes 2003
Terdapat kendaraan 1 unit Kendaraan roda dua
1. roda dua dan roda roda dan roda empat, Sesuai
empat empat dengan jumlah 1-3 unit

Universitas Muslim Indonesia


24

Kompu
Tersedia komputer dan ter : 4 Komputer dan print
2. Sesuai
printer Print : dengan jumlah 1-3 unit
5
Rak :
25
Rak : 10 – 15 unit
Terdapat rak, pallet, Pallet :
3. Pallet : 40 - 60 unit Sesuai
dan lemari obat 40
Lemari : 5 – 7 unit
Lemari
:5
Tersedian cold chain Terdapat cold chain
4. Ya Sesuai
dan kulkas dan kulkas
Tersedia buku Terdapat buku
5. Ya Sesuai
penerimaan obat penerimaan obat
Terdapat lemari arsip
6. Terdapat lemari arsip 3 unit Sesuai
dengan jumlah 1-2 unit
Terdapat buku harian Terdapat buku harian
7. Ya Sesuai
pengeluaran obat pengeluaran obat
Arah arus penerimaan Arah arus penerimaan
dan pengeluaran obat, dan pengeluaran obat,
Tidak
8. ditata berdasarkan Tidak ditata berdasarkan
sesuai
sistem arus garis lurus, sistem arus garis lurus,
arus U, arus, L arus U, arus, L
Gudang obat harus
Gudang obat dalam
9. Ya diperhatikan Sesuai
keadaan bersih
kebersihannya
Gudang obat bebas
Gudang obat bebas
10. dari hewan pengerat Ya Sesuai
dari hewan pengerat
seperti tikus
Atap gudang dalam Atap gudang dalam
11. keadaan baik dan tidak Ya keadaan baik dan tidak Sesuai
bocor bocor
Lantai terbuat dari Lantai terbuat dari
12. Ya Sesuai
tegel/semen tegel/semen
Gudang memilki Gudang memilki
sirkulasi udara yang sirkulasi udara yang
13. Ya Sesuai
baik dengan terdapat baik idealnya terdapat
kipas angin atau AC AC
Terdapat ventilasi Terdapat ventilasi
14. Ya Sesuai
ataupun jendela ataupun jendela

Universitas Muslim Indonesia


25

Terdapat ruangan
khusus untuk bahan
Terdapat ruangan
mudah terbakar,
khusus untuk bahan- Tidak
15. Tidak sebaiknya disimpan di
bahan mudah terbakar sesuai
bangunan khusus
seperti alkohol
terpisah dari gudang
induk
Tersedia alat
pemadam kebakaran
Tersedia alat dalam jumlah yang
pemadam kebakaran cukup, jumlah
16 2 unit Sesuai
dalam jumlah yang kebutuhan APAR
cukup untuk luas lantai 264
m2 adalah minimal 1-2
unit
Dari 16 poin pernyataan pada aspek sarana dan pengaturan tata

ruang, terdapat 14 poin yang telah sesuai dan terdapat 2 poin yang

belum sesuai yaitu sebagi berikut :

a. Untuk kemudahan bergerak, maka gudang perlu di tata berdasarkan

arah arus penerimaan dan pengeluaran obat, ruang obat dapat ditata

berdasarkan sistem arus garis lurus, arus U, ataupun arus L (Binfar

2010). Namun, berdasarkan hasil wawancara dan observasi,

Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Maros tidak

menggunakan sistem arus lurus, U, maupun L. Dengan alasan di

Instalasi Farmasi hanya menggunakan sistem FIFO dan FEFO.

b. Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol, eter, pestisida harus

disimpan dalam ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan

khusus terpisah dari gudang induk (Binfar 2010). Berdasarkan hasil

wawancara dan observasi bahan-bahan mudah terbakar telah

disimpan pada ruangan khusus namun masih dalam bangunan yang

Universitas Muslim Indonesia


26

sama dengan obat-obat.

Dari hasil observasi tersebut diperoleh persentase 87,5 %, hal ini

menunjukkan bahwa sarana dan pengaturan tata ruang masuk dalam

kategori sangat baik.

Tabel 2. Penyusunan Stok Obat


Persyaratan Menurut
No Pernyataan Hasil Binfar 2010 dan Ket
BPOM 2019
Obat di letakkan Ya Dalam penyusunan Sesuai
1. sesuai dengan metode obat gunakan prinsip
FIFO dan FEFO FIFO dan FEFO
Ya Obat disusun menurut Sesuai
Obat disusun menurut
2. bentuk sediaan dan
bentuk sediaan
alfabetis
Tidak Obat disusun menurut Tidak
Obat disusun menurut
3. bentuk sediaan dan sesuai
alfabetis
alfabetis
Obat dengan kemasan Ya Obat dengan kemasan Sesuai
besar disusun diatas besar disusun diatas
4. pallet secara rapi dan pallet secara rapi dan
teratur, kemasan kecil teratur, kemasan kecil
disimpan di dalam rak disimpan di dalam rak
Obat dalam dan obat Ya Obat dalam dan obat Sesuai
5. untuk pemakaian luar untuk pemakaian luar
dipisahkan dipisahkan
Tidak ada obat yang Ya Tidak ada obat yang Sesuai
6. langsung bersentuhan langsung bersentuhan
dengan lantai dengan lantai
Ya Obat yang kadaluarsa Sesuai
Obat yang kadaluarsa segera dikumpulkan,
7. segera dipisahkan dipisahkan secara
secara fisik fisik, dihapuskan serta
dibuat berita acara

Universitas Muslim Indonesia


27

Obat yang Ya Obat yang Sesuai


stabilitasnya stabilitasnya
dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh
temperatur, udara, temperatur, udara,
8.
cahaya, dan cahaya, dan
kontaminasi bakteri kontaminasi bakteri
disimpan pada tempat disimpan pada tempat
yang sesuai yang sesuai
Suhu Vaksin dan serum Sesuai
2-8 memerluka Cold Chain
°
C khusus dan harus
Vaksin dan serum dilindungi dari
diletakkan di cold kemungkinan putusnya
9. chain dan terlindungi aliran listrik (harus
dari kemungkinan tersedianya
putusnya aliran listrik generator). Vaksin
harus didinginkan
pada temperatur 2-8
°
C
Ya Narkotika dan Sesuai
Narkotika dan
psikotropika harus
psikotropika disimpan
disimpan dalam lemari
dilemari khusus yang
10. khusus yang terbuat
terbuat dari 2 pintu dan
dari 2 pintu dan kunci
kunci khusus yang
khusus yang di
pengang oleh apoteker
pengang oleh apoteker
Dari 10 poin pernyataan pada aspek penyusunan stok obat,

terdapat 9 poin yang telah sesuai dan terdapat 1 poin yang belum

sesuai yaitu Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Maros

menyusun obat berdasarkan bentuk sediaan saja sedangkan

penyusunan obat berdasarkan alfabetis tidak diterapkan.

Berikut penjelasan responden ibu Ika Fitria :

“Yang kami prioritaskan kalau sesama tablet dekat tablet, sesama

cairan dekat cairan dan yang paling dekat expirednya itu yang paling

depan.

Universitas Muslim Indonesia


28

Hal ini tidak sesuai dengan pedoman penyusunan obat menurut

Binfar (2010) yang menyebutkan bahwa obat disusun berdasarkan

bentuk sediaan dan alfabetis. Menurut Munawaroh (2020) penyusunan

yang tidak dilakukan secara alfabetis akan menyulitkan petugas dalam

penelusuran dan pengendalian obat di gudang farmasi.

Dari hasil observasi tersebut diperoleh persentase 90 %, hal ini

menunjukkan bahwa aspek penyusunan stok obat masuk dalam

kategori sangat baik.

Tabel 3. Pencatatan Kartu Stok

Persyaratan
No Pernyataan Hasil Ket
menurut Binfar 2010
Terdapat kartu stok untuk Terdapat kartu stok
1. Ya Sesuai
tiap item obat untuk tiap item obat
Kartu stok diletakkan
Kartu stok diletakkan
bersamaan atau
2. berdekatan dengan Ya Sesuai
berdekatan dengan
masing-masing obat
obat bersangkutan
Kartu stok digunakan
Kartu stok digunakan
untuk mencatat
untuk mencatat mutasi
mutasi obat mulai
obat mulai dari
3. Ya dari penerimaan, Sesuai
penerimaan,
pengeluaran, hilang,
pengeluaran, hilang,
rusak atau
rusak atau kedaluarsa
kedaluarsa
Semua informasi
Semua informasi yang
yang terdapat pada
terdapat pada kartu stok
4. Ya kartu stok merupakan Sesuai
merupakan informasi
informasi yang
yang terbaru dan benar
terbaru dan benar
Jumlah fisik obat
Jumlah fisik obat sama
5. Ya sama dengan dikartu Sesuai
dengan dikartu stok
stok

Universitas Muslim Indonesia


29

Tiap lembar kartu


Tiap lembar kartu stok
stok hanya
hanya diperuntukan
diperuntukan
6. mencatat satu jenis obat Ya Sesuai
mencatat satu jenis
dari satu sumber
obat dari satu sumber
anggaran
anggaran
Terdapat nama masing- Terdapat nama
Tidak
7. masing obat pada rak Tidak masing-masing obat
Sesuai
dengan rapi pada rak dengan rapi
Pencatatan kartu stok
Pencatatan kartu stok dilakukan secara rutin
8. dilakukan secara rutin Ya setiap harinya atau Sesuai
setiap harinya setiap terjadi mutasi
obat
Dari 8 poin pernyataan pada aspek pencatatan kartu stok, terdapat

7 poin yang telah sesuai dan terdapat 1 poin yang belum sesuai yaitu

tidak ada nama masing-masing obat pada rak dengan alasan belum

adanya ketersediaan anggaran. Menurut Binfar (2010) salah satu

langkah untuk memudahkan dalam pengendalian stok obat maka

dicantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi.

Dari hasil observasi diperoleh persentase 87,5 %, hal ini

menunjukkan bahwa pencatatan kartu stok masuk dalam kategori

sangat baik.

4. Pengecekan Mutu Obat

Mutu obat yang disimpan di ruang penyimpanan dapat mengalami

perubahan baik karena faktor fisik maupun kimiawi yang dapat diamati

secara visual. Jika dari pengamatan visual diduga ada kerusakan yang

tidak dapat ditetapkan dengan organopleptik, harus dilakuakan

sampling untuk pengujian laboratorium (Binfar 2010).

Universitas Muslim Indonesia


30

Penyimpanan merupakan salah satu faktor penyebab rusaknya

mutu obat, mutu obat yang rusak akan menurunkan efek terapi dan

dapat memberikan efek toksik bagi pengguna. Oleh karena itu, untuk

mempertahankan mutu suatu obat. kondisi dan tempat penyimpanan

obat harus selalu diperhatikan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Instalasi Farmasi

Dinas Kesehatan Kabupaten Maros mengenai pengecekan mutu obat

yaitu, Pengecekan waktu kadaluarsa dan pengecekan kondisi obat

dilakukan setiap bulan, kondisi obat yang dicek yaitu berupa warna,

bau, bentuk dari obat padat, kejernihan dari sirup, injeksi dan infus

serta wadah atau kemasan dari setiap obat.

Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Maros memiliki 65

item obat. Dari 65 populasi diambil 30 % sebagai sampel, diperoleh 20

sampel yang dipilih secara acak atau random probability sampling yang

akan dicek mutu obatnya berdasarkan kondisi obat dan tempat

penyimpanannya.

Universitas Muslim Indonesia


31

Tabel 4. Pengecekan Kondisi dan Penyimpanan Obat


Penyimpanan di Penyimpanan Sesuai
No Nama Obat Bentuk Sediaan Kondisi Obat
Instalasi Brosur
Di ruangan suhu 25 °C, Simpan pada suhu di
tempat kering, tidak bawah 30 °C dan
1. Diphenhydramine HCL Injeksi Baik
terkena sinar matahari kering, terlindung dari
langsug cahaya
Di ruangan suhu 25 °C, Simpan pada suhu di
2. Salbutamol Tablet tidak terkena sinar bawah 30 °C, terlindung Baik
matahari langsug dari cahaya
Di ruangan suhu 25 °C, Simpan pada suhu di
3. Hydrochlorothiazide Tablet tidak terkena sinar bawah 30 °C, terlindung Baik
matahari langsug dari cahaya
Di ruangan suhu 25 °C, Simpan pada suhu di
4. Chloramphenicol Salep tidak terkena sinar bawah 30 °C, terlindung Baik
matahari langsug dari cahaya
Di ruangan suhu 25 °C, Simpan pada suhu di
Dos kecil obat
5. Albendazole Kaplet kunyah tidak terkena sinar bawah 30 °C, terlindung
kurang baik
matahari langsug dari cahaya
Di ruangan suhu 25 °C, Simpan pada suhu di
6. Erytromycin Kapsul tidak terkena sinar bawah 30 °C, terlindung Baik
matahari langsug dari cahaya

Universitas Muslim Indonesia


32

Di ruangan suhu 25 °C, Simpan di suhu 15-25


7. Atropine Injeksi tidak terkena sinar °C dan kering, Baik
matahari langsug terlindung dari cahaya
Simpan pada suhu
8. Ringer laktat infus Infus Di ruangan suhu 25 °C Baik
dibawah 30 °C
Di ruangan suhu 25 °C, Simpan dalam wadah
tidak terkena sinar tertutup rapat, pada
9. Amoxicillin Trihydrate Sirup kering Baik
matahari langsug, suhu dibawah 30 °C dan
wadah semua tersegel terlindung dari cahaya
Simpan pada suhu
10. Metoclopramide Sirup Di ruangan suhu 25 °C Baik
dibawah 30 °C
Simpan pada suhu
11. Sodium Chloride Infus Di ruangan suhu 25 °C Baik
dibawah 30 °C
Simpan pada suhu
12. Domperidone maleate Tablet Di ruangan suhu 25 °C Baik
dibawah 30 °C
Di ruangan suhu 25 °C, Simpan pada suhu di
13. Miconazole nitrate Krim tidak terkena sinar bawah 30 °C, terlindung Baik
matahari langsug dari cahaya
Di ruangan suhu 25 °C, Simpan pada suhu di
14. Ketoconazole Krim tidak terkena sinar bawah 30 °C, terlindung Baik
matahari langsug dari cahaya
Di ruangan suhu 25 °C, Simpan pada suhu di
15. Oxytetracycline HCL Salep mata tidak terkena sinar bawah 30 °C, terlindung Baik
matahari langsug dari cahaya
Di ruangan suhu 25 °C, Simpan pada suhu di
16. Cyanocobalamin Injeksi tidak terkena sinar bawah 30 °C, terlindung Baik
matahari langsug dari cahaya

Universitas Muslim Indonesia


33

Simpan pada suhu


17. Domperidone suspensi Suspensi Di ruangan suhu 25 °C Baik
dibawah 30 °C
Di ruangan suhu 25 °C, Simpan pada suhu di
18. Paracetamol Kaplet tidak terkena sinar bawah 30 °C, terlindung Baik
matahari langsug dari cahaya
Simpan pada suhu di
Di ruangan suhu 25 °C,
bawah 30 °C, terlindung
19 Lamivudin Tablet tidak terkena sinar Baik
dari cahaya
matahari langsug
Di ruangan suhu 25 °C,
Simpan pada suhu di
20. Cetirizine Hydrochloride Sirup tidak terkena sinar Baik
bawah 30 °C
matahari langsug
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa 20 sampel yang dipilih secara acak telah disimpan

berdasarkan tempat penyimpanan yang sesuai dan hampir 20 sampel yang masuk dalam kategori baik dilihat dari

kondisi obatnya.

Universitas Muslim Indonesia


34

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

1. Penyimpanan obat di Instalasi Farmasi belum sesuai berdasarkan

pedoman yang ada sebesar 11, %.

2. Profil penyimpanan obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan

Kabupaten Maros dilihat dari aspek sarana dan pengaturan tata

ruang, Penyusunan stok obat, Pencatatan kartu stok masuk dalam

kategori sangat baik. Pengecekan kondisi obat dan waktu

kadaluarsa dilakukan setiap bulan. Pengecekan mutu obat

berdasarkan kondisi dan tempat penyimpanannya diperoleh hasil

20 sampel penelitian semua telah sesuai.

B. Saran

1. Bagi Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Maros

a. Diharapkan untuk Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten

Maros, menyususun dengan rapi obat yang ada di rak

penyimpnanan.

b. Diharapkan untuk membuat nama masing-masing obat pada rak

obat agar untuk mempermudah dalam pencarian obat

c. Diharapkan untuk obat disusun berdasarkan alfabetis untuk

Universitas Muslim Indonesia


35

memudahkan dalam pencarian obat.

d. Diharapkan untuk menerapkan sistem arus lurus untuk

mempermudah dalam proses masuk dan keluarnya obat

2. Bagi penenliti selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang sistem

pengelolaan obat dengan variabel yang berbeda.

Universitas Muslim Indonesia


DAFTAR PUSTAKA

Akbar, N.H., Kartinah, N., Wijaya, C. 2016. „Analisis Manajemen


Penyimpanan Obat di Puskesmas Se-Kota Banjarbaru‟ Jurnal
Manajemen dan Pelayanan Farmasi. vol. 6 no. 4.

Anief, M. 2010. Ilmu Meracik Obat Edk 15. Gadjha Mada University Press.
Yogyakarta.

Badan POM. 2015. „Materi Edukasi Tentang Peduli Obat dan Pangan
Aman‟. Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman.

Badan POM. 2018. „Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI


Nomor 4 Tahun 2018 tentang Pengawasan, Pengelolaan Obat,
Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian‟. Jakarta.

Badan POM. 2019. „Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI


Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi
Obat Yang Baik‟. Jakarta.

Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. „pedoman Pengelolaan


Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan‟. Jakarta

Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. „Pedoman Pengelolaan


dan Pebekalan Kesehatan di Puskesma.. Jakarta.

Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. „Undang-undang


Tentang Kesehatan‟. Jakarta.

Dirjen Binfar Alkes, 2010. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian


di Instalasi Farmasi Kabupaten Kota. Kementerian Kesehatan
RI, Jakarta.

Husnawati. 2016. „Implementasi Sistem Penyimpanan Obat Di


Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Kotamadya Pekanbaru‟
Jurnal. Poltekkes Jurusan Farmasi. Bandung.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. „Pusat Data dan Informasi. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1121


Tahun 2008. Tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat
Publik Dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan
Dasar.

Linarni, J., Hasanbasri. 2012. „Mutu Pelayanan Farmasi Di Puskesmas


Kota Padang. Master Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Muslim Indonesia
36
37

Universitas Gadjha Mada. Yogyakarta

Munawaroh, M. 2020. Salah satu faktor penting dalam merancang gudang


adalah adanya sirkulasi udara yang cukup di dalam ruangan
gudang. Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan stabilitas obat
sekaligus bermanfaat dalam memperbaiki kondisi kerja putugas.
21(1), 1-9

Octarina, R. 2005. „Manajemen Pergudangan‟. Universitas Widyatama.


Bandung.

Palupiningtyas, R. 2014. „Analisis Sistem Penyimpanan Obat di gudang


Farmasi Rumah Sakit Mulya Tangerang‟ Skripsi. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatulla. Jakarta.

Peraturan Menteri Pekeraan Umum No. 26 Tahun 1980 Tentang


Pemasangan Dan Pemeliharaan Alat Pemadan Api Ringan

Permenkes. 2016. „Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 74 tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas‟. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.

Puslibang Biomedis. 2006. „Evaluasi Manajemen Sistem Penyimpanan


Obat di Puskesmas dan Rumah Sakit daerah‟. Jakarta.

Rusli. 2015. „Farmasi Rumah Sakit Dan Klinik‟. Pusdik SDM Kesehatan.
Jakarta.

Yonita, S. 2018. „Sistem Penyimpanan Obat Di Gudang Instalasi Farmasi


Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat. Politeknik Kesehatan
Kupang. Kupang.

Universitas Muslim Indonesia


LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema kerja penelitian Profil Penyimpanan Obat Di


Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Maros

Surat pengantar permohona izin penelitian


dari Fakltas Farmasi UMI

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan


Terpadu Satu Pintu

Dinas Kesehatan Kabupaten Maros

Instalasi Farmasi Kabupaten Maros

Observasi (Wawancara dan Pengisian


Ceklis)

Pengambilan sampel untuk aspek


pengeceka mutu obat

Pengolahan data

Hasil dan Kesimpulan

Universitas Muslim Indonesia


38
39

Lampiran 2. Informasi umum personil


1. Lilis Sukmawati, S,Farm., Apt

Usia : 53

Pendidikan : S.1 Apoteker

Jenis Kelamin : Perempuan

Lama Kerja : 10 tahun

Status Kerja : Kepala Seksi Kefarmasian

2. Mernah, A.Md.F

Usia : 52

Pendidikan : DIII Farmasi

Jenis Kelamin : Perempuan

Lama Kerja : 8 tahun

Status Kerja : Asisten Apoteker Penyelia

3. Ika Fitria, S.Si., Apt

Usia : 34

Pendidikan : Apoteker

Jenis Kelamin : Perempuan

Lama Kerja : 4 tahun

Status Kerja : Apoteker Pertama

4. Muhammad Idris

Usia : 57

Pendidikan : SMA IPS

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Lama Kerja : 11 tahun

Universitas Muslim Indonesia


40

Status Kerja : Pengadministrasi Gudang Farmasi

5. Suciani Resky

Usia : 34

Pendidikan : SMA IPA

Jenis Kelamin : Perempuan

Lama Kerja : 5 tahun

Status Kerja : Pengelola Kefarmasian

6. Usman

Usia : 55

Pendidikan : SD

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Lama Kerja : 4 tahun

Status Kerja : Pengemudi

Universitas Muslim Indonesia


41

Lampiran 3. Daftar checklist penelitian


A. Sarana dan pengaturan tata ruang
Hasil
No Pernyataan Ket
Ya Tidak

Terdapat kendaraan roda dua dan roda


1. ✓ 1 unit
empat

K : 4 unit
2. Tersedia komputer dan printer ✓
P : 5 unit

Rak : 25

3. Terdapat rak, pallet, dan lemari obat ✓ Pallet :40

Lemari : 5

4. Tersedian cold chain dan kulkas ✓

5. Tersedia buku penerimaan obat ✓

6. Terdapat lemari arsip ✓ 3 unit

7. Terdapat buku harian pengeluaran obat ✓

Arah arus penerimaan dan pengeluaran

8. obat, ditata berdasarkan sistem arus ✓

garis lurus, arus U, arus, L

9. Gudang obat dalam keadaan bersih ✓

Gudang obat bebas dari hewan


10. ✓
pengerat seperti tikus

Atap gudang dalam keadaan baik dan


11. ✓
tidak bocor

Universitas Muslim Indonesia


42

12. Lantai terbuat dari tegel/semen ✓

Gudang memilki sirkulasi udara yang

13. baik dengan terdapat kipas angin atau ✓

AC

14. Terdapat ventilasi ataupun jendela ✓

Terdapat ruangan khusus untuk bahan-


15. ✓
bahan mudah terbakar seperti alkohol

Tersedia alat pemadam kebakaran


16 ✓
dalam jumlah yang cukup

(Depkes 2002, Depkes, 2003 dan Binfar, 2010)

Universitas Muslim Indonesia


43

B. Penyusunan stok obat


Hasil
No Pernyataan Ket
Ya Tidak

Obat di letakkan sesuai dengan metode


1. ✓
FIFO dan FEFO

2. Obat disusun menurut bentuk sediaan ✓

3. Obat disusun menurut alfabetis ✓

Obat dengan kemasan besar disusun

4. diatas pallet secara rapi dan teratur, ✓

kemasan kecil disimpan di dalam rak

Obat dalam dan obat untuk pemakaian


5. ✓
luar dipisahkan

Tidak ada obat yang langsung


6. ✓
bersentuhan dengan lantai

Obat yang kadaluarsa segera


7. ✓
dipisahkan secara fisik

Obat yang stabilitasnya dipengaruhi

oleh temperatur, udara, cahaya, dan


8. ✓
kontaminasi bakteri disimpan pada

tempat yang sesuai

Vaksin dan serum diletakkan di cold

9. chain dan terlindungi dari kemungkinan ✓

putusnya aliran listrik

Universitas Muslim Indonesia


44

Narkotika dan psikotropika disimpan

dilemari khusus yang terbuat dari 2


10. ✓
pintu dan kunci khusus yang pengang

oleh apoteker

(Depkes 2002, Binfar, 2010 dan BPOM, 2019)

Universitas Muslim Indonesia


45

C. Sistem pencatatan kartu stok


Hasil
No Pernyataan Ya Tidak Ket

1. Terdapat kartu stok untuk tiap item obat ✓

Kartu stok diletakkan berdekatan


2. ✓
dengan masing-masing obat

Kartu stok digunakan untuk mencatat

mutasi obat mulai dari penerimaan,


3. ✓
pengeluaran, hilang, rusak atau

kedaluarsa

Semua informasi yang terdapat pada

4. kartu stok merupakan informasi yang ✓

terbaru dan benar

Jumlah fisik obat sama dengan dikartu


5. ✓
stok

Tiap lembar kartu stok hanya

6. diperuntukan mencatat satu jenis obat ✓

dari satu sumber anggaran

Terdapat nama masing-masing obat


7. ✓
pada rak dengan rapi

Pencatatan kartu stok dilakukan secara


8. ✓
rutin setiap harinya

(Depkes 2002, Binfar, 2010)

Universitas Muslim Indonesia


46

D. Pengecekan mutu obat

Penyimp
Penyimpa
Bentuk anan Kondis
No Nama Obat nan di
Sediaan Sesuai i Obat
Instalasi
Brosur
Di ruangan
Simpan
suhu 25
pada suhu
°C, tempat
di bawah
kering,
Diphenhydramine 30 °C dan
1. Injeksi tidak Baik
HCL kering,
terkena
terlindung
sinar
dari
matahari
cahaya
langsug
Di ruangan Simpan
suhu 25
pada suhu
°C, tidak
di bawah
2. Salbutamol Tablet terkena 30 °C, Baik
sinar terlindung
matahari dari
langsug cahaya
Di ruangan Simpan
suhu 25
pada suhu
°C, tidak
di bawah
3. Hydrochlorothiazide Tablet terkena 30 °C, Baik
sinar terlindung
matahari dari
langsug cahaya
Di ruangan Simpan
suhu 25
pada suhu
°C, tidak
di bawah
Salep
4. Chloramphenicol terkena 30 °C, Baik
mata
sinar terlindung
matahari dari
langsug cahaya
Di ruangan Simpan
suhu 25
pada suhu Dos
°C, tidak
di bawah kecil
Kaplet
5. Albendazole terkena 30 °C, obat
kunyah
sinar terlindung kurang
matahari dari baik
langsug cahaya
Simpan
Di ruangan pada suhu
6. Erytromycin Kapsul Baik
suhu 25 °C di bawah
30 °C
Universitas Muslim Indonesia
47

Di ruangan
Simpan di
suhu 25 °C,
suhu 15-25
tidak
°C dan
7. Atropine Injeksi terkena Baik
kering,
sinar
terlindung
matahari
dari cahaya
langsug
Simpan
Ringer laktat Di ruangan pada suhu
8. Infus Baik
infus suhu 25 °C dibawah 30
°C
Di ruangan Simpan
suhu 25 °C, dalam
tidak wadah
terkena tertutup
Amoxicillin Sirup sinar rapat, pada
9. Baik
Trihydrate kering matahari suhu
langsug, dibawah 30
wadah °C dan
semua terlindung
tersegel dari cahaya
Simpan
Di ruangan pada suhu
10. Metoclopramide Sirup Baik
suhu 25 °C dibawah 30
°C
Simpan
Di ruangan pada suhu
11. Sodium Chloride Infus Baik
suhu 25 °C dibawah 30
°C
Simpan
Domperidone Di ruangan pada suhu
12. Tablet Baik
maleate suhu 25 °C dibawah 30
°C
Di ruangan
Simpan
suhu 25 °C,
pada suhu
tidak
Miconazole di bawah 30
13. Krim terkena Baik
nitrate °C,
sinar
terlindung
matahari
dari cahaya
langsug
Di ruangan
Simpan
suhu 25 °C,
pada suhu
tidak
di bawah 30
14. Ketoconazole Krim terkena Baik
°C,
sinar
terlindung
matahari
dari cahaya
langsug
Universitas Muslim Indonesia
48

Di ruangan
Simpan
suhu 25 °C,
pada suhu
tidak
Oxytetracycline Salep di bawah 30
15. terkena Baik
HCL mata °C,
sinar
terlindung
matahari
dari cahaya
langsug
Di ruangan
Simpan
suhu 25 °C,
pada suhu
tidak
di bawah 30
16. Cyanocobalamin Injeksi terkena Baik
°C,
sinar
terlindung
matahari
dari cahaya
langsug
Simpan
Domperidone Di ruangan pada suhu
17. Suspensi Baik
suspensi suhu 25 °C dibawah 30
°C
Di ruangan
Simpan
suhu 25 °C,
pada suhu
tidak
di bawah 30
18. Paracetamol Kaplet terkena Baik
°C,
sinar
terlindung
matahari
dari cahaya
langsug
Di ruangan Simpan
suhu 25 °C, pada suhu
tidak di bawah 30
19 Lamivudin Tablet terkena °C, Baik
sinar terlindung
matahari dari cahaya
langsug
Di ruangan
suhu 25 °C,
Simpan
tidak
Cetirizine pada suhu
20. Sirup terkena Baik
Hydrochloride di bawah 30
sinar
°C
matahari
langsug

Universitas Muslim Indonesia


49

Lampiran 4. Perhitungan analisis data

1. Persentase sarana dan pengaturan tata ruang

Persentase

2. Persentase penyususnan stok obat


Persentase

3. Persentase pencatatan kartu stok


Persentase

4. Penentuan jumlah APAR


Menurut Peraturean Meteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.4
Tahun 1980

Jumlah

1 – 2 unit

Keterangan : konstanta luas perlindungan satu APAR = 176,25 m2

Universitas Muslim Indonesia


50

Lampiran 5. Sampel Pengecekan Mutu Obat

1. Diphenhydramine HCL

2. Salbutamol

Universitas Muslim Indonesia


51

3. Hydrochlorothiazide

4. Chloramphenicol

Universitas Muslim Indonesia


52

5. Albendazole

6. Erytromycin

Universitas Muslim Indonesia


53

7. Atropine

8. Ringer laktat infus

Universitas Muslim Indonesia


54

9. Amoxicillin Trihydrate

Universitas Muslim Indonesia


55

10. Metoclopramide

11. Sodium Chloride

Universitas Muslim Indonesia


56

12. Domperidone maleate

13. Miconazole nitrate

Universitas Muslim Indonesia


57

14. Ketoconazole

15. Oxytetracycline HCL

Universitas Muslim Indonesia


58

16. Cyanocobalamin

17. Domperidone suspensi

Universitas Muslim Indonesia


59

18. Paracetamol

19. Lamivudin

Universitas Muslim Indonesia


60

20. Cetirizine Hydrochloride

Gambar 1. Foto sampel pengecekan mutu obat

Universitas Muslim Indonesia


61

Lampiran 4. Dokumentasi penelitian

Instalasi Farmasi

Komputer dan Print

Kendaraan Instalasi Farmasi


Universitas Muslim Indonesia
62

Rak Obat

Lemari Obat

Pallet

Universitas Muslim Indonesia


63

Lemari Arsip

Kulkas

Cold Chain

Universitas Muslim Indonesia


64

Atap Instalasi Farmasi

Ruang Instalasi Farmasi

Alat Pemadam Kebakaran

Universitas Muslim Indonesia


65

Ruangan Khusus

Obat kadaluarsa

Kartu Stok
Universitas Muslim Indonesia
66

Surat Bukti Barang Keluar dan Buku Penerimaan Obat

Sirkulasi Udara

Ventilasi

Universitas Muslim Indonesia


67

Obat disimpan diatas pallet dan rak obat

Sediaan dalam kulkas dan cold chain

Lemari narkotika dan psikotropika


Universitas Muslim Indonesia
68

Kartu stok berdekatan dengan obat

Alat pengukur suhu ruangan

Gambar 2. Foto dokumentasi penelitian

Universitas Muslim Indonesia


69

Lampiran 7. Surat Izin penelitian

Gambar 3. Foto surat izin penelitian

Universitas Muslim Indonesia

Anda mungkin juga menyukai