Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi dan pasar bebas World Trade Organization dan General

Agreement on Traffs and Trade yang akan berlaku tahun 2020 mendatang,

keselamatan dan kesehatan kerja dirumah sakit merupakan salah satu

prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang

dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota,

termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta

mewujudkan perlindungan masyarakat, kesehatan kerja harus di

tingkatkan pada pekerja Indonesia yang telah ditetapkan Visi Indonesia

Sehat 2010 dan visi indonesia mencapai Millennium Development Goal

MDGS 2014 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang

penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh

pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, keselamatan

kerja juga dapat meningkatkan kesejahteraan dalam bekerja serta memiliki

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Ernawati & Nurlelawati, 2017).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya

menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran

lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan

kerja dan penyakit akibat kerja dan dapat berdampak meningkatkan

efisiensi dan produktivitas kerja. Upaya penerapan K3 di rumah sakit

menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja, dan

1
2

lingkungan kerja yang meliputi peningkatan. K3 pada umumnya bertujuan

melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja ataupun buruh dalam

mewujudkan produktivitas kerja yang optimal (Hanifa, Respati, & Susanti,

2017).

Sumber daya manusia kesehatan memegang peranan penting dalam

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit merupakan fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara parnipurna dan sebagai salah satu tempat kerja yang

memiliki berbagai risiko bahaya yang dapat menimbulkan dampak

terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Salah satu sumber daya

manusia dirumah sakit adalah perawat merupakan yang merawat atau

membantu, memelihara, melindungi pasien, seorang perawat dapat

terjadinya kecelakaan kerja dengan salah satunya tidak mengikutin standar

operasional yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja yang bisa membuat

perawat atau seseorang mengalami gangguan kesehatan yang cukup serius

(Tumalun, Joshep, & Boky, 2016).

Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1998 dalam Sholihat,

(2013). determinan yang berhubungan dengan kecelakaan kerja

disebabkan oleh tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman, sebagaian

besar 85% kecelakan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan

yang tidak aman. Terjadinya kecelakaan di rumah sakit 41 % lebih besar

dari pekerja industri lainnya (Maria, Wiyono, & Candrawati, 2015). Kasus
3

yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pigang, tergores,

luka bakar dan penyakit lainnya. Laporan lainnya di israel angka

prevalensi cedera punggung tertinggi pada perawat (16,8%) dibandingkan

pekerja industri lainnya. Di Austrialia, diantara 813 perawat, 87 pernah

mengalami low back pain, keselamatan K3 sangat penting dalam peran

perawat karena keselamatan kerja yang harus ditingkatkan dan karyawan

harus memperhatikan tentang keselamatan kerja yang ada dirumah sakit

agar tidak terjadi kecelakaan kerja.

Menurut Internatational Labour Organization (ILO) tahun 2009 terdapat

kasus kecelakaan kerja sebesar 96.314, di tahun 2010 meningkat menjadi

98,711 kasus (2,5%). Selanjutanya periode 2011 terjadi peningkatan

menjadi 99,491 kasus, apabila dibandingkan periode sebelumnya

meningkat 0,8%. Tahun 2012 peningkatan kasus tertinggi yaitu 103.074

kasus (3,6%). Tahun 2013 terjadi 103.285 kasus atau meningkat 0,2%.

Dari data tersebut terjadi peningkatan setiap tahunya. (Maharani &

Wahyuningsih, 2017).

Menurut (Kemenkes RI, 2019) kasus kecelakaan kerja pada Tahun 2015

meningkat 110.285 kasus. Tahun 2016 terdapat 105.182 dan pada tahun

2017 terdapat 80.392 dari hasil data angka kecelakaan kerja dengan

menurun dari tahun ke tahun tetapi jumlah ini masih membutuhkan

perhatian serius, untuk itu peningkatkan budaya kesehatan dan

keselamatan kerja masih harus terus dilakukan bila terjadi tidak


4

dilaksanakan budaya kesehatan dan keselamatan kerja tidak berjalan

dengan baik, bisa mengakibatkan dampak kecelakaan kerja dan angka

kecelakaan kerja semakin meningkat.

Di Indonesia penelitian dr Joseph tahun 2005-2007 mencatat bahwa angka

kecelakaan akibat kerja mencapai 38-73% dari total petugas kesehatan

pada perawat disuatu rumah sakit di jakarta berhubungan bermakna

dengan stressor kerja (Nazirah, R., & Yuswardi, 2017). kecelakaan kerja

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lama kerja perawat yang

mengakibatkan terjadinya peningkatan stressor pada saat bekerja.

Bedasarkan data ketenagakerjaan, hingga akhir 2015 telah terjadi

kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus di Indonesia, dan jumlah

kecelakaan kerja di Jawa Barat pada tahun 2014 mencapai 1713 kasus dan

di pulau Jawa 4.663 kasus. kecelakaan kerja dapat di pengaruhi oleh lama

kerja, usia dan pendidikan seseorang. Dari hasil data penelitian di atas

menunjukan bahwa kecelakaan kerja di Jawa Barat dipengaruhi oleh lama

kerja yang mengakibatkan kasus kecelakaan kerja.

Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan salah satu tempat kerja dengan

resiko tinggi keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk itu Fasilitas

pelayanan kesehatan wajib menerapakan K3. Berdasarkan data PPSDM

tahun 2017 jumlah sumber daya manusia kesehatan di Indonesia

1.149.437 orang. Dengan penerapan K3 di Fasilitas pelayanan kesehatan


5

diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan sehingga dapat

memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Penerapan K3 di Rumah

sakit dan Puskesmas telah masuk dalam penelitian akreditasi Rumah sakit

dan Puskesmas, sehingga diharapkan fasilitas pelayanan kesehatan yang

telah terakreditasi sudah melaksanakan penerapan K3 untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kerja (Kemenkes, RI, 2018).

Penerapan K3 di Indonesia diatur oleh Undang - Undang Republik

Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, sedangkan K3

rumah sakit 1087/MENKES/SK/VIII/2010. K3 pada umumnya bertujuan

melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja ataupun buruh dalam

mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. (Nagandla, dkk 2015 dalam

penelitian Hanifa, Respati, & Susanti, 2017). Tujuan diterapkannya K3RS

adalah terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman,

dan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS.

Pengetahuan K3RS yang baik diharapkan mampu menekan angka

kecelakaan kerja karena individu tersebut (Hanifa, Respati, Susanti 2017).

Upaya penerapan K3 di rumah sakit menyangkut tenaga kerja,

cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja, dan lingkungan kerja yang

meliputi peningkatan (Salawati, 2014 dalam Hanifa, Respati, & Susanti,

2017). Tenaga kesehatan yang sering berkontak langsung dengan pasien

adalah perawat. Tingkat pengetahuan K3 perawat sangat penting dalam

menjaga keselamatan pasien dan diri perawat itu sendiri. Pengetahuan


6

merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan itu sendiri di

pengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat

hubungnya dengan pendidikan, maka dari itu pihak manajemen RS perlu

mewadahi para perawat untuk memahami berbagai hal yang terkait dengan

K3. Salah satunya dengan kegiatan pelatihan yang tujuannya untuk

meningkatkan pengetahuan perawat terkait K3 di RS (Wawan & Dewi,

2016).

Pengetahuan menjadi dasar dalam membentuk tindakan agar menjadi lebih

baik. pengetahuan dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya informasi yang

sudah didapatkan oleh seseorang tersebut. Dengan demikian perawat dapat

lebih meningkatkan pengetahuannya, yang mengatakan bahwa

pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (Notoatmodjo, 20018).

Selain pengetahuan, sikap perawat juga harus diperhatikan dalam

penerapan K3. Melihat kejadian dilapangan budaya K3 penting diterapkan,

mengukur K3 bukan hanya dilihat dari kecelakaan yang terjadi namun

dilihat dari bagaimana perawat melakukan pekerjaan dengan baik atau dari

sikap perawat tersebut. Maka dari itu dibutuhkan budaya K3 yang menjadi

peranan penting didalam manajemen rumah sakit (The Offshore HSE,

2000 dalam (Endang purnawati rahayu, 2015)


7

Disamping itu lama kerja juga berperan penting dalam penerapan K3.

Karena hal tersebut berkaitan dengan kejadian kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja yang disebabkan karena perawat tidak menerapkan

budaya K3 di rumah sakit. Sedangkan perawat merupakan salah satu unsur

penting dalam pengendalian faktor produksi dan penentu keberhasilan

suatu perusahaan, maka diperlukan adanya kemampuan dan keterampilan

kerja untuk menerapkan budaya K3. Hal tersebut bila tidak segera diatasi

akan menimbulkan dampak negatif terhadap pelayanan rumah sakit akibat

tingginya angka kecelakaan kerja (Ernawati & Nurlelawati, 2017).

Lama kerja perawat terkait dengan pengalaman serta tingkat kemahiran

dalam melaksanakan pelayanan keperawatan. Semakin lama seorang

perawat berkecimpung dalam bidang keperawatan akan memberikan

pemahaman serta penguasaan teknik pelayanan maupun penguasaan

prosedur kerja yang disesuaikan dengan kasus atau pasien yang di hadapi.

Kondisi yang demikian jumlah pekerjaan yang diberikan kepada perawat

yan berpengalaman biasanya lebih banyak dari pada perawat yang belum

berpengalaman.

Dalam penelitian Ernawati & Nurlelawati (2017). Tentang pengetahuan,

sikap dan lama kerja di RSIA Permata Sarana Husada tahun 2015.

Distribusi pengetahuan terhadap K3 di dapatkan hasil dari 98 responden

didapatkan 91 respoden (92,9%) memiliki pengetahuan tidak baik dan

sebanyakn 7 responden (7,1%) memiliki pengetahuan baik. Artinya


8

responden yang mempunyai pengetahuan kurang baik tidak melakukan

penerapan K3 rumah sakit dibandingkan dengan pengetahuan baik,

miniminya pengetahuan membuat perawat tidak menerapan K3 rumah

sakit. Sikap terhadap penerapan K3 di dapatkan sebanyak 90 responden

(91.8%) memiliki sikap yang kurang baik dan sebanyakan 8 responden

(8.2%) memiliki sikap baik. Artinya responden yang mempunyai sikap

kurang baik tidak menerapan K3 RS dibandingkan yang mempunyai sikap

baik. Masa kerja lama didapatkan sebanyak 65 responden (6.3%) dengan

masa baru dan sebanyak 33 responden (33,7%) dengan masa kerja lama.

Artinya responden yang memiliki masa kerja lama tidak menerapan K3

dibandingkan dengan mempunyai masa kerja baru. Agar kesehatan dan

keselamatan kerja di rumah sakit dapat dilaksanakan dengan baik, maka

pihak manajemen rumah sakit perlu memahami berbagai hal yang terkait

dengan kesehatan dan keselamatan kerja. Salah satunya dengan kegiatan

pelatihan yang tujuannya menjawab atas berbagai permasalahan yang

terkait keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit, tidak hanya dari

aspek pengelolaannya saja akan tetapi lebih meningkatkan profesionalisme

sumber daya manusia, sehingga diharapkan sumberdaya manusia

kesehatana dan keselamatan kerja tersebut lebih peka dan kreatif dalam

implementasi K3 di RS.
9

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurfitriani pada tahun 2012 di RSUD

Ajappange Soppeng menunjukkan penerapan standar pelayanan kesehatan

pencapai stan dar sebesar 59,9% ini termasuk ke dalam kategori terlaksana

kurang baik. Penerapan standar pelayanan untuk keselamatan kerja

pencapai standar sebesar 78,6% ini masuk kedalam kategori terlaksana

sangat baik. Sehingga Sosialisasi bertahap dibutuhkan di rumah sakit ini

untuk memahamkan seluruh pekerja tentang pentingnya pelaksanaan K3

sehingga perawat dapat melaksanakan program penerapan k3 dengan

kemauan bukan karena aturan semata (Ernawati, Nurlaelawati 2017).

Hasil studi pendahuluan di dapatkan hasil wawancara kepada 11 perawat

di ruang rawat inap RSUD Karawang, terdapat sebagian perawat yang

tertusuk jarum suntik yaitu 5 perawat, dan sebagian perawat yang tertusuk

jarum infus saat melakukan tindakan pemasang infus didapatkan 2

perawat. Terdiri dari 5 perawat ruang rawat inap mengeluh nyeri pinggang

bagian bawah dan terdapat perawat yang tidak memperhatikan tentang

keselamatan saat bekerja, sebagian perawat tidak melaporkan bila terjadi

kecelakaan kerja pada saat bekerja, tenaga kesehatan dan perawat harus

menerapkan tentang aspek yang lebih mendalam terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja salah satunya mengikuti pelatihan K3. Bedasarkan

fenomena dan permasalahan di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Lama Kerja

Terhadap Penerapan K3 pada Perawat diruang rawat inap di RSUD

Karawang”.
10

B. Rumusan Masalah

Masalah penyebab kecelakaan kerja yang paling besar yaitu faktor

manusia karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan, kurangnya

kesadaran dari karyawan sendiri untuk melaksanakan perundangan K3.

Demikian juga kepatuhan karyawan yang menggap remeh atau acuh tak

acuh dalam SOP dalam keselamatan kerja, kurangnya kepedulian dalam

penerapan k3 terhadap karyawan Hasil dari Kasus kecelakaan kerja

menurut Kemenkes, (2018) pada Tahun 2015 meningkat 110.285 kasus.

Tahun 2016 terdapat 105.182 dan pada tahun 2017 terdapat 80.392. dari

hasil data angka kecelakaan kerja dengan menurun dari tahun ke tahun

tetapi jumlah ini masih membutuhkan perhatian serius, untuk itu

peningkatkan budaya kesehatan dan keselamatan kerja harus terus

dilakukan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan

permasalahan penelitian sebagai berikut : “Hubungan Pengetahuan,

Sikap dan Lama Kerja Terhadap Penerapan K3 Pada Perawat di

Ruang Rawat Inap RSUD Karawang Tahun 2019”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan

lama kerja terhadap penerapan K3 pada perawat di ruang rawat inap

RSUD karawang.
11

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik (usia, jenis kelamin, pendidikan) terhadap

penerapan K3 pada perawat di ruang rawat inap RSUD Karawang.

b. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan perawat di ruang

rawat inap RSUD Karawang.

c. Mengetahui distribusi frekuensi sikap perawat di ruang rawat inap

di RSUD Karawang.

d. Mengetahui distribusi frekuensi lama kerja perawat di ruang rawat

inap di RSUD Karawang.

e. Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap perawat terhadap

penerapan K3 di ruang rawat inap di RSUD Karawang.

f. Mengetahui hubungan pengetahuan dan lama kerja perawat

terhadap penerapan K3 di ruang rawat inap di RSUD Karawang.

g. Mengetahui hubungan sikap dan lama kerja perawat terhadap

penerapan K3 di ruang rawat inap RSUD Karawang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapakan dapat bermanfaat secara praktis sebagai

berikut:

1. Bagi karyawan

Diharapakan dapat menjadi masukan serta menambah wawasan dan

pengetahuan dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di

rumah sakit (K3RS) dan di harapkan bermanfaat bagi karyawan untuk

mengurangi kejadian kecelakaan kerja di RS.


12

2. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini diharapkan menjadi penyediaan data untuk penelitian

lainnya yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.

3. Bagi RS

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan bagi

pengembangan pelayanan komite kesehatan dan keselamatan kerja

untuk lebih meningkatkan pegawasan kepada karyawannya dalam

penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit.

4. Bagi penelitian

Diharapakan dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dalam

melakukan penelitian mengenai perilaku kesehatan dan keselamatan

kerja dengan kejadian kecelakaan kerja RS.

Anda mungkin juga menyukai