Anda di halaman 1dari 23

BAB II

KONSEP DASAR

Landasan Teori
Konsep Keluarga a.Definisi keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Effendi, 2004).
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota (Sudhiarto,
2007).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama
lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Bailon dan
Maglaya, 1989 dalam Mubarak 2002).
b. Struktur keluarga
Menurut Murwani (2007), struktur keluarga terdiri atas:
1) Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi: (1) bersifat terbuka dan jujur,
(2) selalu menyelesaikan konflik keluarga, (3) berpikiran positif, dan (4) tidak mengulang ulang isu dan pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :

Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa


yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan
balik.
Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan balik, melakukan
validasi.
Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu
dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi
kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik.
Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah
berdiam diri dirumah.
3) Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah
positif.
4) Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.Norma adalah
pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam
keluarga. Budaya adalah kupulan dari pola

perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah (Murwani, 2007).
c. Tipe atau Bentuk Keluarga
Beberapa tipe atau bentuk keluarga menurut Sudiharto (2007), antara
adalah sebagai berikut:
Keluarga inti (Nuclear Family)
Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari
suam, istri, dan anak-anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
Keluarga besar (Extended Family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek,
nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal,
keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejanis (guy/lesbian families).

Keluarga Campuran (Blended Family)


Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan anak-anak tiri.
Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family): Anak-anak yang tinggal
bersama.
Keluarga orang tua tinggal
Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah,
ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka yang
tinggal bersama.
Keluarga Hidup Bersama (Commune Family)

Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama
berbagi hak dan tanggung jawab, serta memiliki kepercayaan bersama.
Keluarga Serial (Serial Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin telah
punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki
anak-anak dengan pasangannya masing-masing, tetapi semuanya mengganggap
sebagai satu keluarga.
Keluarga Gabungan (Composite Family)
Keluarga yang terdiri dari suam dengan beberapa istri dan anak-anaknya (poligami)
atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya (poliandri).
Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan
perkawinan yang sah.
Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Sudiharto, (2007), antara
adalah sebagai berikut:
Fungsi Afektif (The affective function) : Fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial keluarga.
Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and social placement
fungtion) : Fungsi pengembangan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

Fungsi Reproduksi (reproductive function): Fungsi untuk mempertahankan generasi


menjadi kelangsungan keluarga.
Fungsi Ekonomi (the economic function) : Keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care function): Fungsi
untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang
kesehatan.
Tugas Perkembangan Keluarga
Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti individuindividu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut,
keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahaptahap perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan Miller (Friedman,
1998) adalah :
Tahap I: keluarga pemula perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya
sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke
hubungan baru yang intim.
Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak pertama
hingga bayi berusia 30 bulan.
Tugas perkembangan:
Perubahan peran menjadi orang tua, Perubahan hidup yang sulit, masa transisi, tugas
kritis.

Masalah: Suami merasa diabaikan, peningkatan perselisihan dan argumentasi


suami dan isteri, interupsi dalam jadwal yang continue, kehidupan seksual
dan sosial terganggu.
Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : Peran, interaksi, kebutuhan
kebutuhan, keselamatan, keterbatasan, toilet training, komunikasi bayi
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangannya: pembentukan
kembali pola komunikasi, Pembentukan perasaan, perkawinan, hubungan seksual
menurun, konseling KB, hubungan perkawinan yang kokoh dan bergairah sangat
penting bagi stabilitas dan moral keluarga.
Masalah kesehatan : Pendidikan maternitas, Perawatan bayi yang baik, Pengenalan
dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini, Imunisasi, Tumbuh kembang.
Tahap III: keluarga dengan anak usia pra sekolah dimulai ketika anak pertama
berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun.
Tahap IV: keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak pertama berusia
6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari
masa remaja.
Tahap V: keluarga dengan anak remaja yang dimualai ketika anak pertama
melewati umur 13 tahun, berlangsung selama 6 sampai 7 tahun. Tahap ini dapat
lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak
masih tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.
Tahap VI: keluarga yang melepas anak usia dewasa muda yang ditandai oleh anak
pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong,
ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak
panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang

masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan
dari dan oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri.
Tahap VII: orang tua usia pertengahan, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan.
Tahap VIII: keluarga dalam masa pensiun dan lansia dimali dengan salah satu atau kedua
pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir
dengan pasangan lainnya meninggal.

Menurut BKKBN (1999), tahapan keluarga dapat diukur berdasarkan tingkat


kesejahteraannya yaitu sebagai berikut,
Keluarga prasejahtera, yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan
dasar (basic needs) secara menimal, seperti kebutuhan akan pengajaran, agama, pangan,
sandang, papan dan keehatan.
Keluarga sejhtera tahap I, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhn
dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan social
psikologis (social psychological needs) seperti kebutuhn terhadap pendidikan, keluarga
berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan
transportasi.
Keluarga sejahtera tahan II, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar dan seluruh kebutuhan psikologis, tetapi belum dapat memenuhi
keseluruhan kebutuhan perkembangannya (developmental needs), seperti kebutuhan
untuk menabug dan memperoleh informasi.
Keluarga sejahtera tahap III, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan dasar, kebutuhan sosil psikologis, dan kebutuhan perkembangan, namun
belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat.
Misalnya, secara teratur (waktu tertentu) memberikan sumbangan dalam bentuk material
dan keuangan untuk kepentingan social kemasyarakatan serta berperan secara aktif
dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan-yayasan social,
keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan sebagainya.
Keluarga sejahtera tahap III plus, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, social psikologis maupun yang bersifat
pengembangan serta dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan
bagi masyarakat.
Indikator keluarga sejahtera adalah sebagai berikut :
Keluarga prasejahtera
Keluarga ini belum mampu untuk melaksanakan indicator sebagai berikut:
Keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masing-masing.
Keluarga makan 2 x sehari atau lebih.
Keluarga menggunkan pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan.
Keluarga mempunyai rumah yang sebagian besar berlantai bukan dari tanah.
Keluarga memeriksakan kesehatan ke petugas atau sarana kesehatan (bila anak sakit atau
PUS ingin ber-KB)
Keluarga sejahtera I
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1-5, tetapi belum mampu

melaksanakan indicator sebagai berikut:


Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang di anut
Keluarga makan daging, ikan, atau telur sebagai lauk pauk sekurang kurangnya sekali
dalam seminggu
Keluarga memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir
Setiap anggota keluarga mempunyai ruang kamar yang luasnya 8 m2
Semua anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat melaksanakan
fungsi mereka masing-masing
Paling sedikit satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas memiliki penghasilan
tetap
Seluruh anggota keluarga yang berusia 10-60 tahun mampu mambaca dan menulis latin.
Anak usia sekolah ( 7-15 tahun) dapat bersekolah
Keluarga yang masih pasangan usia subur ( PUS ) memakai kontrasepsi dan mempunyai
dua anak atau lebih yang hidup.
Keluarga sejahtera II
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 14, tetapi belum mampu
melaksanakan indicator-indikator sebagai berikut:
Keluarga berusaha meningkatkan atau menambah pengetahuan agama
Keluara mempunyai tabungan
Keluarga makan bersama paling sedikit sekali dalam sehari
Keluarga ikut serta dalam kegiatan masyarakat
Keluarga melakukan rekreasi bersama/penyegaran paling kurang sekali dalam enam
bulan
Keluarga memperoleh berita dari surat kabar, majalah, radio, dan televise
Keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
Keluarga sejahtera III
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 21, tetapi belum mampu
melaksanakan indicator sebagai berikut:
Keluarga memberikan sumbangan secara teratur ( waktu tertentu ) dan sukarela dalam
bentuk material kepada masyarakat
Keluarga aktif sebagai pengurus yayasan atau institusi masyarakat.
Keluarga sejahtera III plus
Sebuah keluarga dapat disebut keluarga sejahtera plus bila sudah mampu melaksanakan
semua indicator (23)
Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
a. Pengertian
Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai
melalui tumbuh kematangan dan belajar (Wong, 2000).
Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel,
jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masingmasing dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 2004).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan
adalah suatu proses menuju terciptanya kedewasaan yang ditandai bertambahnya
kemampuan atau ketrampilan yang menyangkut struktur tubuh yang berkaitan dengan

aspek non fisik. Pertumbuhan dan perkembangan termasuk suatu proses yang saling
berkaitan dan sulit dipisahkan.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

Pola tumbuh kembang secara normal antara anak yang satu dengan yang lainnya
pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi banyak faktor
(Nursalam, 2005). Menurut Soetjiningsih (2002), faktor yang mempengaruhi
tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.
Faktor Dalam (Internal)
Genetika
Faktor genetik akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan
tulang, alat seksual, serta saraf, sehingga merupakan modal dasar dalam mencapai
hasil akhir proses tumbuh kembang, yaitu: (1) Perbedaan ras, etnis, atau bangsa,
(2) Keluarga, (3) Umur, (4) Jenis Kelamin, (5) Kelainan Kromosom.
Pengaruh hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berumur 4
bulan. Pada saat itu, terjadi pertumbuhan yang cepat. Hormon yang berpengaruh
terutama adalah hormone pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh
kelenjar pituitary. Selain itu, kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin
yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak.
Faktor eksternal (lingkungan)
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi tiga yaitu
pranatal, kelahiran, dan pascanatal.
Faktor pranatal (selama kehamilan), meliputi : (1) Gizi, nutrisi ibu hamil akan
mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama selama trimester akhir kehamilan, (2)
Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat

menyebabkan kelainan congenital misalnya club foot, (3) Toksin/zat kimia, radiasi,
(4) Kelainan endokrin, (5) Infeksi TORCH atau penyakit menular seksual, (6)
Kelainan imunologi, (7) Psikologis ibu.
Faktor kelahiran
Riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forcep dapat menyebabkan trauma
kepala pada bayi sehingga beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak.
Faktor pascanatal
Seperti halnya pada masa pranatal, faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang anak adalah gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital, lingkungan fisik dan
kimia, psikologis, endokrin, sosioekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan
obat-obatan.
Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak yang Normal
Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa itu
mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu :
Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai
maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa perlambatan, serta
laju tumbuh kembnag yang berlainan diantara organ-organ.
Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya berbeda
antara anak satu dengan lainnya.
Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf.
Aktifitas seluruh tubuh diganti respons individu yang khas.
Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.

Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum
gerakan volunter tercapai.
Perubahan proporsi tubuh yang daat diamati pada masa bayi dan dewasa.
Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan lepasnya
gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya refleks primitif pada masa bayi,
timbulnya tanda seks sekunder dan perubahan lainnya.
Kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditandai dengan adanya masa-masa
tertentu, yaitu masa pranatal, bayi, dan adolesensi, dimana terjadi pertumbuhan cepat
dan masa prasekolah dan masa sekolah, dimana pertumbuhan berlangsung lambat
(Soetjiningsih, 2002, dikutip oleh Nursalam 2005).
d. Tahap-Tahap Tumbuh Kembang Anak
Pada dasarnya manusia dalam kehidupannya mengalami berbagai tahapan tumbuh
kembang dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu. Tahapan tumbuh kembang yang
paling memerlukan perhatian adalah pada masa anak-anak (Nursalam, 2005).
Menurut Nursalam (2005), ada beberapa tahapan tumbuh kembang pada masa anakanak. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
Masa Pranatal
Kehidupan bayi pada masa prenatal dikelompokkan menjadi dua periode yaitu:
Masa Neonatal
Masa bayi 1-12 bulan
Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat. Pada umur 5 bulan berat badan
anak sudah 2 kali lipat berat badan lahir, sementara pada umur 1 tahun berat badannya
sudah menjadi 3 kali

lipat. Sedangkan untuk panjang badan, pada umur 1 tahun sudah menjadi satu
setengah kali panjang badan saat lahir. Pertambahan lingkar kepala juga pesat.
Pada 6 bulan pertama, pertumbuhan lingkar kepala sudah mencapai 50%. Oleh
karena itu, diperlukan pemberian gizi yang baik, yaitu dengan memperhatikan
prinsip menu gizi seimbang. Pada tiga bulan pertama, anak berusaha
mengelola koordinasi bola mata untuk mengikuti suatu obyek, membedakan
seseorang dengan benda, senyum naluri dan bersuara. Terpenuhinya rasa aman
dan kasih sayang yang cukup mendukung perkembangan yang optimal pada
masa ini. Pada posisi telungkup, anak berusaha mengangkat kepala. Jika tidur
telentang, anak lebih menyukai sikap memiringkan kepala ke samping.
Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan menoleh ke kirikanan saat telungkup. Setelah usia lima bulan anak
mampu membalikkan badan dari posisi telentang ke telungkup dan sebaliknya,
berusaha meraih benda-benda di sekitarnya untuk dimasukkan ke mulut. Anak
mampu tertawa lepas pada suasana yang menyenangkan, misalnya diajak
bercanda, sebaliknya akan menangis pada suasana yang tidak menyenangkan.
Pada enam bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada posisi telungkup
untuk menjangkau benda-benda di sekitarnya. Sekitar usia sembilan bulan,
anak bergerak merayap atau merangkak dan mampu duduk sendiri tanpa
bantuan. Apabila dibantu berdiri, anak berusaha untuk melangkah sambil
berpegangan. Koordinasi jari telunjuk dan ibu jari lebih sempurna sehingga
anak dapat mengambil benda dengan menjepitnya. Kehadiran orang asing
akan membuatnya cemas (stranger anxiety), demikian juga perpisahan dengan

ibunya. Anak suka sekali bermain ci-luk-ba. Pada usia 9 bulan-1 tahun, anak
mampu melambaikan tangan, bermain bola, memukulmukul mainan dan
memberikan benda yang dipegang bila diminta.
Berdasarkan teory psikososial (Erikson), anak berada pada tahap percaya dan tidak
percaya , sehingga lingkungan dalam hal ini orang tua yang memberikan perhatian
dan kasih sayang yang cukup, akan menumbuhkan rasa percaya diri anak.
Sedangkan menurut teori psikoseksual (Sigmund Freud), anak berada pada fase
oral, sehingga segala sesuatu yang dipegangnya cenderung dimasukkan ke dalam
mulut. Oleh karena itu, orang tua harus memperhatikan keamanan dan kebersihan
makanan maupun permainan anaknya.
Masa ini merupakan perkembangan interaksi yang menjadi dasar persiapaan untuk
menjadi anak yang lebih mandiri. Kegagalan untuk memperoleh perkembangan
interaksi yang positif dapat menyebabkan terjadinya kelainan emosional dan
sosialisasi pada masa mendatang. Oleh karena itu diperlukan hubungan yang mesra
antara ibu (orang tua) dan anak.
Masa Balita (1-3 tahun)
Masa Pra sekolah akhir (3-5 tahun)

Perkembangan pada anak menurut Soetjiningsih (2002), mencakup 4 kemampuan


dasar:
Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan Motorik Kasar
Perkembangan motorik kasar pada usia 8 bulan ini dapat dilihat pada perubahan
dalam aktivitas, seperti dapat duduk tanpa dibantu, dapat tengkurap

dan berbalik sendiri, dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang, memindahkan
benda dari satu tangan ke tangan yang lain, memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari
telunjuk, bergembira dengan melempar benda-benda, mengeluarkan kata-kata yang tanpa arti,
mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada orang asing atau orang lain.
Deteksi perkembangan menurut Frankerburg (1981) yang dikutip oleh Soetjiningsih (2002),salah
satu aspek perkembangan anak balita yang berhubungan dengan motorik kasar(gross motor), yaitu
aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian besar
tubuh karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar sehingga memerlukan cukup tenaga,
misalnya berjalan dan berlari.
Aspek-aspek perkembangan tersebut merupakan modifikasi dari tes/skrining perkembangan yang
ditemukan oleh Frankerburg, yang dikenal dengan Denver Development Screening Test (DDST),
yaitu salah satu test atau metode skrining yang sering digunakan untuk menilai perkembangan
anak mulai usia 0-8 bulan.
Perkembangan bahasa
Perkembangan Perilaku/Adaptasi Sosial

Pada buku petunjuk program BKB (Bina Keluarga dan Balita)


perkembangan balita dibagi menjadi 7 aspek perkembangan, yaitu perkembangan:
1)
Tingkah laku social
2)
Menolong diri sendiri
3)
Intelektual
4)
Gerakan motorik halus

5)
Komunikasi pasif
6)
Komunikasi aktif
7)
Gerakan motorik kasar

e. Masalah-Masalah Tumbuh Kembang Anak


Dalam buku Pedoman Pembinaan Perkembangan Anak Di Keluarga yang disusun oleh Direktorat
Bina Kesehatan Keluarga, masalah-masalah/gangguan pada masa kecil atau kelainan yang dibawa
sejak lahir sering mengakibatkan hambatan pada perkembangan anak (Direktorat Bina Kesehatan
Keluarga, 2002). Masalah tumbuh kembang yang sering timbul gangguan perkembangan motorik.
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh: Faktor keturunan, faktor lingkungan,
faktor kepribadian, retardasi mental, kelainan tonus otot, obesitas, penyakit neuromuscular, buta.
3. Keperawatan kesehatan keluarga a. Definisi
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau
dipusatkan pada keluarga sebagai unit atas kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan
melalui perawatan sebagai saran/ penyalur ( Murwani,2007).
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan
Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan
masyarakat.
Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya.

Masalah - masalah dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu anggota
keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga
yang lainnya.
Dalam memelihra anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan
sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya.
Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan
masyarakat.
Konsep dasar asuhan keperawatan keluarga dengan masalah perkembangan motorik
kasar anak
Menurut teori / model family center nursing friedman, meliputi 7 komponen pengkajian
yaitu :
a. Pengkajian
Data Fokus
Identitas kepala keluarga, komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa,
agama, status sosial ekonomi keluarga, dan aktivitas rekreasi keluarga
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembengan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga ini yaitu
keluarga memasuki perkembangan tahap II yaitu keluarga sedang mengasuh anak
dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 8 bulan.

Tugas perkembangan: Perubahan peran menjadi orang tua, Perubahan hidupyang


sulit, masa transisi, tugas kritis.
Masalah: (1) Suami merasa diabaikan, peningkatan perselisihan dan argumentasi
suami dan isteri, interupsi dalam jadual yang continue, kehidupan seksual dan
sosial terganggu, (2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : Peran,
interaksi, kebutuhan kebutuhan, keselamatan, keterbatasan, toilet training,
komunikasi bayi, (3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangannya: pembentukan kembali pola komunikasi, Pembentukan perasaan,
perkawinan, hubungan seksual menurun, konseling KB, hubungan perkawinan
yang kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas dan moral keluarga
Masalah kesehatan : Pendidikan maternitas, Perawatan bayi yang baik, Pengenalan
dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini, Imunisasi, Tumbuh kembang.
b) Riwayat keluarga inti
Adanya riwayat anggota keluarga yang terkena gangguan perkembangan pada
motorik kasar anak yang mempunyai resiko terhambatnya tumbuh kembang.
Riwayat keluarga sebelumnya
Pengkajian lingkungan
Karakteristik rumah yang cukup nyaman, ventilasi cukup, status rumah yang
dihuni keluaraga adalah rumah sendiri.

Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal, yang meliputi tetangga


yang ada di sekitar rumah keluarga cukup ramah. Keluarga tinggal di
pedesaan,sehingga jarak antara rumah dengan tetangga tidak berhimpitan karena
masih banyak lahan yang kosong. Warga memiliki kebiasaan mengadakan kerja
bakti. Penduduk setempat juga mempunyai kebiasaan apabila ada tetangga yang
sakit mereka saling membantu. Keluarga merasa nyaman tinggal di pedesaan
tersebut karena keluarga merasa tetangga-tetangga sekitar saling membantu dan
tidak merugikan dalam berbagai hal.
Fasilitas transportasi
Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat diperlukan agar
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segera. Ketiadaan sarana transportasi
menjadikan masyarakat enggan berkunjung ke pelayanan kesehatan sehingga
kondisi akan semakn memburuk.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga sering mengajarkan kepada keluarga tentang kebersamaan , sehingga
keluarga saling menghormati dengan masyarakat sekitar. Keluarga mengatakan
perkumpulan di masyarakat sangat berguna yaitu untuk memecahkan masalahmasalah yang ada di lingkungan dan tempat berinteraksi antar
tetangga(silahturahmi)., dan mengikuti acara pengajian tahlilan bapak-bapak.
System pendukung keluarga
Dalam keluarga terdapat sistem pendukung yang sifatnya positif yaitu jika ada
masalah dalam keluarga biasanya di selesaikan secara bersama-sama dan

terbuka, rasa saling memaafkan, ada rasa saling menyayangi dan mengasihi dalam
anggota keluarga, hubungan antar anggota keluarga cukup baik, keluarga
menanamkan pola hidup sederhana.
Struktur keluarga
Pola komunikasi keluarga
Berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga merupakan tugas
keluarga, dan dapat menurunkan beban masalah.
Struktur kekuatan keluarga
Dalam urusan pengambilan keputusan yang diambil adalah dengan musyawarah
bersama terlebih dahulu, namun untuk pengambilan keputusan terakhir adalah
pemegang keputusan yang mempunyai hak dalam menentukan masalahdan
kebutuhan dalam mengatasi masalah perkembangan motorik kasar pada anak.
Struktur peran
Peran antar kelurga menggambarkan perilaku interpersonal yang berhubungan
dengan masalah kesehatan dalam posisi dan situasi tertentu.
Nilai dan norma keluarga.
Beban kasus keluarga sangat bergantung pada nilai kekuasaan dan kebutuhan akan
asuhan keperawatan keluarga.
Fungsi keluarga
Fungsi afektif

Perhatian yang diberikan sudah cukup, karena keluarga menyadari adanya


kebutuhan-kebutuhan seperti kebutuhan terhadap makanan dan kasih sayang,
namun untuk memberikan kesempatan anaknya untuk bermain terlalu dibatasi,
sehingga klien tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan
ketrampilannya.
Fungsi sosialisasi
Tingkat pengetahuan masyarakat rendah, sehingga dalam proses sosialisasi
masyarakat, keluarga tidak mendapatkan informasi yang tepat tentang masalah
perkembangan anaknya dan penanganannya.
Fungsi perawatan kesehatan
Keluaraga harus mampu melakukan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu: keluarga
mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga,
memodifikasi lingkungan, dan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan
kesehatan masyarakat.
Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah: Berapa jumlah
anak yang direncakan oleh keluarga , bagaimana keluarga merencakan jumlah
anggota keluarga, adakah penggunaan alat kontrasepsi
Stress dan koping keluarga
Stressor jangka pendek dan stressor jangka panjang
Stesor jangka pendek yaitu stesor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 bulan. Stesor jangka panjang yaitu

stesor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu


lebih dari 6 bulan.
Respon keluarga terhadap stress
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap situasi / stesor
Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
Strategi adaptasi disfungsional
Menjelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga
bila menghadapi permasalahan. Adakah cara keluarga mengatasi masalah secara
maladaptive.
Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai