Anda di halaman 1dari 26

PEMBERONTAKAN APRA

( Angkatan Perang Ratu Adil )


Kelompok 3

• Alam Cahyo L [03]


• Fadhila Rahma DM [12]
• Fajar Rizki K [13]
• Muhammad Fadhil AD [21]
• Selsa Maretta R [32]
Terbentuknya APRA
• APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) berdiri pada tanggal 15
Januari 1949 oleh Raymond Westerling.
• Westerling menganggap dirinya adalah seorang 'Ratu Adil'
berdasarkan ramalan Jayabaya, yaitu pemimpin yang akan
memerintah rakyat dengan adil dan bijaksana.
• Dengan mengatasnamakan 'Ratu Adil', Westerling mencoba
mencari simpati rakyat untuk melakukan pemberontakan
terhadap pemerintah Republik Indonesia.
Latar Belakang Pemberontakan APRA
• Di antara anggota pasukan Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger (KNIL)
banyak yang tidak puas terhadap hasil keputusan Konferensi Meja Bundar
(KMB). Mereka tidak suka dengan terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang dulunya bernama Republik Indonesia
Serikat (RIS).
• Terutama KNIL harus bergabung ke dalam Angkatan Perang Republik
Indonesia Serikat (APRIS) bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI).
• TNI dan KNIL sama-sama kesulitan menerima kenyataan bahwa mereka
harus bekerja sama, sebab mereka pernah berhadapan satu sama lain
dalam pertempuran pada masa Perang Kemerdekaan.
• Kecemburuan KNIL terhadap TNI semakin menjadi setelah
diputuskan bahwa pimpinan APRIS harus berasal dari TNI. Selain
itu juga diperparah dengan sambutan rakyat yang lebih simpatik
terhadap keberadaan TNI.
• Pada titik itulah, kaum reaksion yang subversif memanfaatkan
situasi untuk terus menyebar hasutan untuk merongrong
pemerintah Indonesia.
• Pertengahan November 1949, muncul seorang tokoh militer
Belanda bernama Raymond Pierre Westerling dan mulai
menyusun kekuatan dengan menarik anggota KNIL yang
didemobilisasikan.
Raymond Pierre Westerling

Seorang 'Ratu Adil' dan Pendiri APRA


Raymond Westerling: Pemimpin APRA
• Westerling dikenal sebagai seor militer yang berpengalaman dan
kejam. Perjalanan hidupnya di Indonesia diwarnai dengan
genangan darah.
• Pada awalnya, ia ditugaskan sebagai Kapten Tentara Kerajaan
Belanda untuk melumpuhkan semangat juang rakyat di Sulawesi
Selatan. Ia datang bersama 150 anggota Corps Speciale Troepen.
Dalam pelaksanaan tugasnya, ia membunuuh 40.000 rakyat
Sulawesi Selatan.
• Selesai bertugas di Sulawesi, ia ditarik ke Jawa Barat sebagai
pimpinan atas 1.500 orang Speciale Troepen dan kembali
melakukan pembantaian terhadap penduduh Cibarusah,
Cikalong, Tasikmalaya, dan Cirebon.
• Di Jawa Barat, Westerling berusaha melebarkan sayapnya.
Kekejamannya itu mendapat penghargaan dari pihak yang
berjuang di pihak Belanda.
• Akan tetapi pemerintah Belanda memecat Westerling dari dinas
ketentaraan. Dan hal ini ternyata lebih memberikan keleluasaan
kepadanya karena ia bisa lebih dekat dan aktif melakukan
kegiatan bersama unsur-unsur penentang Republik Indonesia.
• Bebas dari tugas militer, Westerling justru membentuk gerakan dengan
nama 'Ratu Adil'. Dengan nama ini, gerakan Westerling semakin
mendapat simpati dari rakyat Indonesia.
• Dalam waktu yang relatif singkat, ia berhasil mengumpulkan modal dan
pengikut sebanyak 8.000 orang, termasuk para tentara bekas pasukan
Belanda.
• Tujuan utama APRA adalah mempertahankan bentuk federal di Indonesia
serta mempertahankan tentara tersendiri pada setiap negara-negara
bagian RIS.
• Tujuan tersebut bertolak belakang dengan hasil Konferensi Antar-
Indonesia di Yogyakarta yang menyetujui bahwa APRIS adalah Angkatan
Perang Nasional.
Dimulainya Serangan APRA
• Tidak lama setelah APRA terbentuk, Westerling mengajukan
ultimatum kepada Pemerintah RIS agar kekuasaan militer daerah
Pasundan diserahkan sepenuhnya kepada APRA. Ia menilai TNI
kurang mampu menjalankan tugas itu dan meminta agar APRA
dijadikan pasukan resmi.
• Pemerintah RIS tidak sepenuhnya menanggapi ultimatum
Westerling. Oleh karena itu, Westerling mulai berusaha merebut
kekuasaan dengan cara kekerasan.
• Target utama Westerling adalah Jakarta dan Bandung.
• Setelah menyusun rencana, APRA mulai bergerak di sekitar Cililin,
dibawah pimpinan van Beeklen dan van der Meula.
• Gerakan APRA yang terdiri dari sekitar 800 orang diantaranya 300
anggota KNIL bersenjata lengkap, menyerang kota Bandung pada pagi
hari tanggal 23 Januari 1950.
• Sehari sebelum serangan, pimpinan Divisi Siliwangi telah mensinyalir
adanya suatu gerakan dari sekelompok orang bersenjata yang bergerak
dari Cimahi menuju kota Bandung.
• Hal itu tidak menghentikan Westerling, sehingga ia berhasil memasuki
kota itu. Dan keesokan harinya, APRA memasuki kota Bandung.
Pasukan APRA di Bandung

https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwi_kJzzr_rjAhUKY48KHQlNAV0QjRx6BAgBEAQ&url=https%3A%2F%2F
www.idntimes.com%2Fscience%2Fdiscovery%2Fcandrikailhamwijaya%2Fmelawan-lupa-ini-dia-5-fakta-sejarah-peristiwa-kudeta-23-januari-
c1c2&psig=AOvVaw3y25q2ALxcVOaWEba3Of_-&ust=1565597653359492
Pasukan APRA di Bandung
• Gerombolan APRA berhasil menduduki Markas Staff Divisi
Siliwangi, pertempuran tidak berimbang pun terjadi antara 150
orang APRA melawan 18 orang anggota TNI.
• Pertempuran itu menyebabkan 15 orang, termasuk Letkol
Lemboh gugur, sedangkan hanya 3 orang yang berhasil melarikan
diri.
Korban APRA di Bandung

https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiH6ezlsfrjAhVRmuYKHaIpBQ0QjRx6BAgBEAQ&url=ht
tps%3A%2F%2Fgardanasional.id%2Fpost%2F3500%2Fketika-bandung-diacak-acak-angkatan-perang-ratu-adil-
apra&psig=AOvVaw0Q1MDzXrgF0vBYD03j_y5h&ust=1565598048613648
Korban APRA di Bandung

Secara keseluruhan, gerakan APRA di Bandung menyebabkan


79 anggorta APRIS gugur dan banyak penduduk sipil yang menjadi
korban pembantaian.
Reaksi Pemerintah Indonesia untuk
menumpas APRA
• Pemerintah RIS segera bereaksi dengan mengirimkan bala bantuan
ke Bandung untuk menghentikan APRA.
• Di Jakarta juga diadakan perundingan antara Moh. Hatta sebagai
Perdana Menteri RIS dengan Komisaris Tinggi Belanda. Hasilnya,
Mayjen Engels, komandan tentara Belanda di Bandung mendesak
Westerling untuk pergi meninggalkan kota Bandung.
• Setelah terdesak, gerombolan APRA pergi meninggalkan Bandung
dan menyebar ke wilayah lain yang akhirnya dikejar oleh APRIS.
Dengan bantuan rakyat, gerombolan APRA berhasil dilumpuhkan
oleh TNI.
Westerling dan Sultan Hamid II

Rencana Menumpas Jakarta


Westerling dan Sultan Hamid II
• Selain ke Bandung, gerakan APRA juga diarahkan ke Jakarta. Di
daerah ini, Westerling dan Sultan Hamid II mengadakan
kerjasama.
• Supaya publik tertipu, Sultan Hamid II akan ditembak di tangan
atau kakinya agar orang mengira bahwa ia juga termasuk yang
akan dibunuh Westerling.
• Sultan Hamid II dijanjikan oleh Westerling akan dijadikan
Menteri Pertahanan jika rencana mereka sukses.
• Rencana mereka adalah sebagai berikut :
1) APRA akan menyerang gedung tempat Kabinet RIS sidang.
2) Semua Menteri RIS akan diculik.
3) Menteri Pertahanan (Sultan Hamengkubuwono IX), Sekjen
Kementrian Pertahanan (Ali Budiarjo), dan Pejabat Kepala
Staff Angkatan Perang (Kol. TB Simatupang) akan dibunuh.
• Akan tetapi berkat kesigapan APRIS, usaha APRA di Jakarta
mengalami kegagalan. Meskipun demikian, Westerling dengan
gerombolannya masih terus mencoba namun tetap berujung pada
kegagalan.
Kegagalan APRA
• Westerling yang mellihat indikasi kegagalan rencananya, memilih
melarikan diri dengan pesawat Catalina Angkatan Laut Belanda
ke Singapura pada 22 Februari 1950.
• Di Singapura, Westerling ditahan polisi setempat dengan tuduhan
telah memasuki wilayah tanpa izin.
• Westerling menjalani hukuman selama 1 bulan di Singapura.
Pemerintah Indonesia berusaha menuntut agar Westerling
diserahkan kepada Indonesia, namun ditolak oleh pihak Inggris
karena RIS tidak punya perjanjian dengan Inggris akan hal itu.
• Sementara Sultan Hamid II yang ikut serta dalam rencana makar
tersebut baru tertangkap pada 5 April 1960.
• Presiden Soekarno di depan Sidang DPR RIS menyampaikan
pidato yang menegaskan sikap pemerintah untuk menumpas
pemberontakan Westerling.
• Soekarno juga mengingatkan pula agar rakyat, khususnya umat
Islam agar tidak terpancing dan masuk ke dalam gerakan
pemberontak.
Dampak Kegagalan APRA
• Kegagalan gerakan APRA justru meningkatkan sikap anti-federal
negara-negara bagian RIS. Usaha untuk menyerahkan kekuasaan
kepada pemerintah pusat RIS semakin keras.
• Pada tanggal 30 Januari 1950, RAA Wiranatakusumah, wakil
negara Pasundan mengundurkan diri dan pada tanggal 8 Februari
perdana menteri mengangkat Sewaka sebagai penggantinya
dengan jabatan komisaris RIS di Pasundan.
• Gerakan Unitarisme juga meluas ke daerah-daerah lain.
Unitarisme adalah ajaran yang menginginkan terbentuknya
negara kesatuan.
Dampak Kegagalan APRA :
Gerakan Unitarisme
• Negara Jawa Timur dibubarkan setelah didesak oleh rakyat.
Kemudian Gubernur Jawa Timur pada tanggal 27 Februari
mengeluarkan suatu instruksi agar meneyerahkan pimpinan
daerahnya masing-masing kepada pejabat Republik Indonesia.
• Negara Madura juga ikut bergabung ke dalam wilayah Republik
Indonesia.
• Di Sumatra Selatan, tuntutan juga muncul dan mencapai
puncaknya pada awal tahun 1950. Pada 24 Maret 1950, pemerintah
RIS meresmikan pembubaran Negara Sumatra Selatan.
• Pembubaran Daerah Istimewa Bangka Belitung menyusul setelah
Sumatra Selatan, penyerahan dilaksanakan pada tanggal 23 April 1950.
• Di Sulawesi Selatan, gerakan ini mendapat tantangan dari golongan
federal yang ingin mempertahankan Negara Indonesia Timur (NIT).
Berbagai demonstrasi pembubaran NIT terjadi di Ujungpandang,
Gorontalo, Poso, Donggala, Takalar, dan Jeneponto.
• Sebelumm pemerintah RIS resmi membubarkan NIT, rakyat provinsi
Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara telah menyatakan diri melepaskan
diri dari ikatan NIT dan bergabung dengan Republik Indonesia.
• Pada pertengahan Januari 1950, Kalimantan Timur bergabung dengan
Republik Indonesia sebagai daerah otonomi Negara Kesatuan.
• Di Kalimantan Selatan juga terjadi pergolakan menuntut unitarisme.
Penggabungan tersebut dilakukan setelah bubarnya Dewan Banjar.
• Di Kalimantan Barat, gerakan-gerakan rakyat yang menuntut unitarisme
tidak berhasil. Hambatan utamanya karena yang dikirimkan ke
Kalimantan Barat sebagai wakil RIS adalah Mr. Indrakusuma, seorang
tokoh pendukung negara federal. Akhirnya tuntutan tersebut hanya
berhasil membubarkan Dewan Istimewa dan menyebabkan wilayah ini
sebagai wilayah terakhir yang bergabung ke NKRI.
Sekian & Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai