Anda di halaman 1dari 9

Nama : Popi Hidayana

NIM : 19022108

Mata Kuliah : Matematika AUD

Dosen : Dra. Zulminiati, M.Pd. 

Kode Sesi : 202020220039

Resume Pertemuan 9

 Hakikat Pendekatan Problem Solving

Problem Solving oleh Evans (1994) diartikan sebagai aktivitas yang dihubungkan dengan
penyeleksian sebuah cara yang cocok untuk tindakan dan mengubah suasana sekarang
menjadi suasana yang dibutuhkan. Artinya dalam setiap tahapan penyelesaian masalah,
dibutuhkan sebuah filter dalam menentukan cara yang baik untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Dengan menyaring berbagai persoalan yang ada, seseorang akan dengan mudah
dalam melakukan sebuah proses problem solving dari berbagai masalah yang
dihadapinya.Menurut istilah Mulyasa problem solving adalah suatu pendekatan pengajaran
menghadapkan pada peserta didik permasalahan sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan permasalahan, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep esensial dari materi pembelajaran. Metode problem solvingyang
dimaksud adalah suatu pembelajaran yang menjadikan masalah kehidupan nyata, dan
masalah-masalah tersebut dijawab dengan metode ilmiah rasional dan sistematis. Mengenai
bagaimana langkah-langkah dalam menjawab suatu masalah secara ilmiah, rasional dan
sistematis ini akan penulis dalam sub bab di bawah.

Pembelajaran dengan problem solving ini dimaksud agar siswa dapat menggunakan
pemikiran (rasio) seluas-luasnya sampai titik maksimal dari daya tangkapnya.Sehingga siswa
terlatih untuk terus berpikir dengan menggunakan kemampuan berpikirnya. Pada umumnya
siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian
dalam menjawab pertanyaan dan masalah. Dalam berpikir rasional siswa dituntut
menggunakan logika untuk menentukan sebab-akibat, menganalisa, menarik kesimpulan, dan
bahkan menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan ramalan-ramalan.
Dari berbagai pendapat di atas metode problem solvingatau sering juga disebut dengan
nama metode pemecahan masalah merupakan suatu cara mengajar yang merangsang
seseorang untuk menganalisa dan melakukan sintesa dalam kesatuan struktur atau situasi di
mana masalah itu berada, atas inisiatif sendiri. Metode ini menuntut kemampuan untuk dapat
melihat sebab akibat atau relasi-relasi diantara berbagai data, sehingga pada akhirnya dapat
menemukan kunci pembuka masalahnya.

Secara garis besar terdapat tiga macam interpretasi istilah pendekatan problem solving
dalam pembelajaran matematika, yaitu :

1. Problem solving sebagai tujuan (as a goal)


Para pendidik, matematikawan, dan pihak yang menaruh perhatian pada pendidikan
matematika seringkali menetapkan problem solving sebagai salah satu tujuan
pembelajaran matematika. Bila pendekatan problem solving ditetapkan atau dianggap
sebagai tujuan pengajaran maka ia tidak tergantung pada soal atau masalah yang
khusus, prosedur, atau metode, dan juga isi matematika. Anggapan yang penting
dalam hal ini adalah bahwa pembelajaran tentang bagaimana menyelesaikan masalah
(solve problems) merupakan “alasan utama” (primary reason) belajar matematika.
2. Problem solving sebagai proses (as a process)
Pendekatan problem solving adalah sebagai sebuah proses yang dinamis. Dalam
aspek ini, pendekatan problem solving dapat digunakan sebagai proses
mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang baru dan tidak
biasa. Dalam interpretasi ini, yang perlu diperhatikan adalah metode, prosedur,
strategi dan heuristik yang digunakan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.
Masalah proses ini sangat penting dalam belajar matematika dan yang demikian ini
sering menjadi fokus dalam kurikulum matematika.
3. Problem solving sebagai keterampilan dasar (as a basic skill)
Problem solving sebagai keterampilan dasar lebih dari sekedar menjawab tentang
pertanyaan : apa itu pemecahan masalah? Peran seorang guru adalah berusaha
mengerahkan seluruh kemampuannya untuk membangun kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah. Karena disadari atau tidak siswa setiap harinya selalu
dihadapkan pada suatu masalah karena pembelajaran pemecahan masalah sejak dini
diperlukan agar siswa dapat menyelesaikan problematika kehidupan dalam arti yang
luas maupun sempit, Sumardyono (2017).Untuk itu pendekatan problem solving
sebagai keterampilan dasar (basic skill) merupakan keterampilan dasar yang harus
dimiliki oleh siswa. Apalagi kompetensi yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan global semakin meningkat, salah satunya kemampuan memecahkan
masalah.

Ada tiga ciri utama dari pendekatan problem solving (pemecahan masalah) :

1. Pemecahan masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam


implementasi pemecahan masalah ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan
siswa. Pemecahan masalah tidak mengharapkan siswa hanya sekedar
mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi siswa
aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya
menyimpulkan.
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Pemecahan
masalah menempatkan masalah sebagai kunci dari proses pembelajaran. Artinya,
tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah melalui proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan
secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui
tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian, Wina
Sanjaya (2003).
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pembelajaran problem solving yaitu
sebagai berikut:

 Menyajikan Masalah Dalam Bentuk Umum,


 Menyajikan Kembali Masalah Dalam Bentuk Operasional,
 Menentukan Strategi Penyelesaian,
 Menyelesaikan Masalah.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan siswa memecahkan masalah
matematika adalah:

 kemampuan memahami ruang lingkup masalah dan mencari informasi yang relevan
untuk mencapai solusi
 kemampuan dalam memilih pendekatan pemecahan masalah atau strategi pemecahan
masalah di mana kemampuan ini dipengaruhi oleh keterampilan siswa dalam
merepresentasikan masalah dan struktur pengetahuan siswa
 keterampilan berpikir dan bernalar siswa yaitu kemampuan berpikir yang fleksibel
dan objektif
 kemampuan metakognitif atau kemampuan untuk melakukan monitoring dan kontrol
selama proses memecahkan masalah
 persepsi tentang matematika
 sikap siswa, mencakup kepercayaan diri, tekad, kesungguh-sungguhan dan ketekunan
siswa dalam mencari pemecahan masalah
 latihan-latihan.
 Tujuan Problem Solving dalam Pembelajaran Anak Usia Dini
Metode pembelajaran problem solving mengembangkan kemampuan berfikir yang
dipupuk dengan adanya kesempatan untuk mengobservasi problema, mengumpulkan data,
menganalisa data, menyusun suatu hipotesa, mencari hubungan (data) yang hilang dari data
yang telah terkumpul untuk kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan
masalah tersebut. Cara berfikir semacam itu lazim disebut cara berfikir ilmiah. Cara berfikir
yang menghasilkan suatu kesimpulan atau keputusan yang diyakini kebenarannya karena
seluruh proses pemecahan masalah itu telah diikuti dan dikontrol dari data yang pertama yang
berhasil dikumpulkan dan dianalisa sampai kepada kesimpulan yang ditarik atau ditetapkan.

Tujuan utama dari penggunaan metode pemecahan masalah adalah:

 Mengembangkan kemampuan berfikir, terutama didalam mencari sebab-akibat dan


tujuan suatu masalah. Metode ini melatih murid dalam cara-cara mendekati dan cara-
cara mengambil langkah-langkah apabila akan memecahkan suatu masalah.
 Memberikan kepada murid pengetahuan dan kecakapan praktis yang bernilai atau
bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari. Metode ini memberikan dasar-dasar
pengalaman yang praktis mengenai bagaimana cara-cara memecahkan masalah dan
kecakapan ini dapatditerapkan bagi keperluan menghadapi masalah-masalah lainnya
didalam masyarakat.
 Melatih si anak menemukan langkah-langkah yang di tempuh bila menemukan
masalah yang ada kemiripannya dan mencari solusi nya.
 Melatih si anak bagaimana cara bertindak dan berbuat dalam situasi yang baru
ditemukannya.
 Melatih si anak bagaimana cara nya menemukan   jalan   keluar dari   masalah yang 
sulit di pecahkan.
 Melatih si anak mengambil suatu keputusan yang  menurut nya benar.
 Melatih si anak bagaimana  membatasi  masalah yang sedang dihadapi.
 Belajar menyadari si anak bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya jika  
dilakukan  dengan  bersungguh-sungguh dan sabar.
 Belajar meneliti suatu masalah dari berbagai segi pandang pada situasi yang sulit.
 Belajar bagaimana bekerja yang sistimatis sehingga masalah yang dihadapi lebih 
mudah  dipecahkan dan mencari solusi.
Tujuan penggunaan metode problem solving (pemecahan masalah) menurut Taplin (2003)
sebagai berikut:

 Mencari jalan keluar dalam menghadapi masalah-masalah secara rasional.


 Memecahkan masalah secara individual maupun secara bersama-sama.
 Mencari cara pemecahan masalah untuk meningkatkan kepercayaan pada diri sendiri.
 Untuk pembenaran pengajaran matematika.
 Untuk menarik minat siswa akan nilai matematika, dengan isi yang berkaitan dengan
masalah kehidupan nyata.
 Untuk memotivasi siswa, membangkitkan perhatian siswa pada topik atau prosedur
 khusus dalam matematika dengan menyediakan kegunaan kontekstualnya (dalam
kehidupan nyata).
 Untuk rekreasi, sebagai sebuah aktivitas menyenangkan yang memecah suasana
belajar rutin.Sebagai latihan, penguatan keterampilan dan konsep yang telah diajarkan
secara langsung (mungkin ini peran yang paling banyak dilakukan oleh kita selama
ini).
Problem solving melatih siswa terlatih mencari informasi dan mengecek silang validitas
informasi itu dengan sumber lainnya, juga problem solvingmelatih siswa berfikir kritis dan
metode ini melatih siswa memecahkan dilema. Sehingga dengan menerapkan metode
problem solvingini siswa menjadi lebih dapat mengerti bagaimana cara memecahkan masalah
yang akan dihadapi pada kehidupan nyata atau di luar lingkungan sekolah.

Untuk mendukung strategi belajar mengajar dengan menggunakan metode problem


solvingini, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan.Materi pelajaran
tidak terbatas hanya pada buku teks di sekolah, tetapi juga di ambil dari sumber-sumber
lingkungan seperti peristiwa-peristiwa kemasyarakatan atauperistiwa dalam lingkungan
sekolah.Tujuannya agar memudahkan siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah
yang terjadi di lingkungan sebenarnya dan siswa memperoleh pengalaman tentang
penyelesaian masalah sehingga dapat diterapkan di kehidupan nyata.

 Pendekatan Problem Solving dalam Pengembangan Pembelajaran Matematika


Anak Usia Dini
Banyak bentuk pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam
rnelaksanakan proses pembelajaran; Salah satu diantaranya adalah bentuk pendekatan
pemecahan masalah (problem solving). Pendekatan problem solving dalam pembelajaran
matematika menurut Taplin (1996) adalah " ... a problem solving approach to teaching
mathematics. The focus is on teaching mathematical topics through problem solving contexts
and enquiry oriented environments which are characterized by the teacher ... ".

Jadi pendekatan ini pada dasamya merupakan bentuk pembelajaran matematika melalui
konsep pemecaban masalah dan berorientasi pada metode penernuan serta mempunyai ciri
antara lain: guru membantu siswa untuk mengkontruksi pemahamannya tentang matematika.
Guru melakukan pembelajarannya di kelas melalui apa yang disebut dengan "doing math"
yang mencakup ; menciptakan, menduga-duga (trial & error), menyelidiki, menguji, dan
membuktikan. Selain dengan metode penemuan, pendekatan problem solving ini dapat
diberikan kepada siswa di kelas melalui metode-metode yang lainnya yaitu diskusi, tanya
jawab, kerja kelompok, investigasi kelompok, discovery learning, contextual teaching and
learning, matematika realistik dan sebagainya.

Sangatlah penting bagi guru untuk membangun keahlian problem solving dalam diri anak
usia dini, baik mereka itu individu yang berada pada tahap operasional konkrit maupun
formal. Para guru harus membangun berdasarkan pada kemampuan-kemampuan yang
dimiliki oleh para anak usia dini. Para guru juga harus mengenali ketidakmampuan mereka
dalam mengorganisasikan, mensistematisikan dan mendapatan penyelesaian secara efisien
terutama saat dilibatkan dalam beberapa variable atau hubungan.Sehingga tidak terjadi
kesalahan yang fatal baik bagi anak maupun bagi guru yang mengajarkannya.

Menurut piaget pada usia ini anak berada pada tahap operasional konkrit. Sehingga pada
saat guru mengajarkan matematika dengan pendektan problem solving sebaiknya
memperhatikan kondisi perkembangan tersebut. Hal ini sejalan dengan teori Bruner yang
mengatakan bahwa anak usia dini berada pada tahap enactive, iconic dan sebagian sudah
ketahap simbolik. Yang artinya proses pembelajaran yang dilakukan masih harus dibantu
oleh benda-benda konkrit.
Dengan memperhatikan hal-hal diatas penggunaan pendekatan problem solving dalam
pembelajaran matematika untuk anak usia dini sangatlah beragam, tergantung pada
tahapan/tingkat perkembangan anak. Maksudnya bahwa untuk tahapan tertentu dan atau
materi ajar tertentu, bentuk problem solvingnya berbeda-beda.

Pendekatan problem solving memiliki karakteristik sebagai berikut:

 Terjadinya interak:si antara siswa dengan siswa dan guru dengan siswa.
 Terjadinya dialog matematika dan konsensus antar siswa.
 Guru hanya memberikan informasi tentang permasalahan dan siswa melakukan
klari:fikasi, interpretasi, dan berusaha mengkonstruksi proses penyelesaian.
 Guru menerima benar/salahnya jawaban siswa dalam cara nonevaluati£
 Guru membimbing, melatih, memberikan stimulus dengan cara memberikan
pertanyaan-pertanyaan dan mendiskusikan proses pemecahan masalah dengan siswa.
 Guru harus tahu kapan menginterpensi siswa dan kapan tidak, dan biarkan dulu siswa
mencobacoba dulu jawabannya.
 Dapat mendorong siswa membuat generalisasi tentang aturan dan konsep
matematika.
Dengan melihat karakteristik tersebut pendekatanproblem solving mempunyai sifat yang
variatif, baik bagi siswa maupun bagi gurunya. Secara umum pendekatan problem solving
memberikan peranan sebagai berikut:

 Dapat membangun aspek-aspek matematika.


 Dapat memberikan motivasi yang lebih besar kepada siswa karena dapat menggali
kemampuan berpikir siswa.
 Dapat menciptakan suatu konteks pembelajaran dapat disimulasikan ke bentuk realife
sehingga tidak berbentuk klasikal.
 Dapat meningkatkan kemampuan dan kreatifitas siswa dalam matematika.
 Dapat melatih berfikir kritis
 Dapat melatih logika menalar siswa.
Maka dari itu, pendekatan problem solving dapat digunakan sebagai salah satu altematif
dalam pembelajaran matematika karena siswa secara umum tampak lebih mampu untuk
mengorganisasika pikiran siswa, bahkan lebih darui satu variable yang mereka pikirkan.

 Urgensi Pengembangan Problem Solving Pada AUD


Setiap manusia pasti selalu mengalami permasalahan-permasalahan dalam setiap tahap
kehidupannya. Tidak hanya orang dewasa, anak usia dini juga seringkali menjumpai suatu
masalah. Namun masalah yang dihadapi anak tentunya berbeda dengan apa yang orang
dewasa alami. Oleh karena itu, diperlukan adanya problem solving atau pemecahan masalah
sebagai solusinya.

Aspek fundamental dalam perkembangan kognitif anak usia dini, salah satunya adalah
problem solving. Pada dasarnya, problem solving adalah sebuah proses intelektual ketika
anak menemukan suatu masalah lalu timbul pemecahan masalah tersebut berupa keputusan
pemikiran atau perbuatan. Dan apabila suatu masalah tidak menjumpai titik temu seperti yang
diharapkan, maka anak akan berpikir kembali dari awal untuk mendapatkan pemahaman dari
masalah yang sedang dihadapi.

Karakteristik dari problem solving itu sendiri ada banyak, salah satunya adalah memori.
Kemampuan Pemecahan Masalah (KMP) memerlukan adanya memori otak yang aktif.
Dimana hal tersebut memungkinkan anak untuk memecahkan masalah dengan mengingat
peristiwa atau kejadian yang pernah dialami. Selain itu, karakteristik problem solving bisa
juga didapat dari kemampuan berkreasi, perhatian atau konsentrasi, serta kecepatan menelaah
informasi.Keterampilan memecahkan masalah merupakan bekal untuk anak mengatasi
kesulitan atau hal-hal baru yang dihadapinya dalam beraktivitas sehari-hari, di sekolah, atau
kelak di masyarakat. Anak menjadi mandiri dan tidak bergantung pada orangtua untuk
menyelesaikan masalah atau kesulitan yang dihadapi. Anak juga terlatih untuk menjadi
kreatif karena dibiasakan untuk menyelesaikan masalah dengan berbagai cara yang dapat
dipikirkannya.

Untuk itu, sangat penting bagi orang tua maupun pendidik untuk mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah yang dihadapi anak. Karena tidak hanya berguna untuk
menyelesaikan masalah mereka sehari-hari, keterampilan problem solving juga bermanfaat
saat anak harus mengeksplorasi dunianya, atau mengerjakan tugas-tugas di sekolah. Dan
yang paling penting, problem solving dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak,
sehingga pastinya akan berpengaruh pada prestasi belajarnya.
Keterampilan anak dalam memecahkan masalah, memiliki tahapan tersendiri sesuai dengan
usianya. Untuk itu perlu kita ketahui bagaimana tahapan problem solving anak, supaya
mampu mengasah kemampuan tersebut sehingga anak akan semakin terarah dan tahu kapan
menggunakannya.
Pada usia TK A (4-5 tahun), anak umumnya sudah dapat berpartisipasi dalam kegiatan-
kegiatan bermain variatif yang membutukan pemecahan masalah dalam memainkannya.
Misalnya seperti menyusun puzzle, lompat tali, menyusun balok, atau bermain petak umpet.
Setiap permainan tentunya memiliki aturannya tersendiri. Sehingga anak akan memikirkan
bagaimana cara agar dia dapat bermain dan menyelesaikannya.Dalam hal ini, satu-satunya
peran orang tua atau pendidik hanyalah sebagai pendamping. Biarkan anak bereksplorasi
dengan pemikirannya, sehingga kemampuan problem solvingnya terasah. Kecuali jika anak
benar-benar merasa kesulitan dan memerlukan bantuan, maka boleh membantu namun
dengan syarat tidak mendominasi. Dalam artian, berikan petunjuk supaya anak dapat
berusaha melakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.
Seiring dengan bertambahnya usia anak, kemampuan dalam memahami masalah juga akan
bertambah. Begitu juga ketika sudah memasuki usia 5-6 tahun, rasa ingin tahu anak akan
semakin menjadi-jadi. Hal itu yang menyebabkan anak mulai bermain dengan tujuan rasa
ingin tahu terhadap akibat dari tindakannya. Seperti ketika memukul alat musik yang
menghasilkan bunyi. Anak akan terus memperhatikan sebab-akibat dan mengulanginya
kembali jika hal tersebut dirasa menyenangkan.

Daftar Pustaka

Kurnia, Asep. 2013. Pendekatan Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan


Berpikir Tingkat Tinggi. Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan Universitas Garut.
Vol 5 No 1

Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta

W. Gulo. 2002. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana

Anda mungkin juga menyukai