Anda di halaman 1dari 6

Nama : Popi Hidayana

NIM : 19022108

Mata Kuliah : Matematika AUD

Dosen : Dra. Zulminiati, M.Pd. 

Kode Sesi : 202020220039

Resume Pertemuan 10

 Strategi Pembelajaran Matematika Anak Usia Dini

Pengertian Strategi Pembelajaran :

Strategi berasal dari kata Yunani strategia yang berarti ilmu perang atau panglima perang.
Berdasarkan pengertian ini maka strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam
peperangan, seperti cara- cara mengatur posisi atau siasat berperang, angkatan darat atau laut.
Strategi dapat pula diartikan sebagai suatu keterampilan mengatur kejadian atau peristiwa.
Secara umum sering dikemukakan bahwa strategi merupakan suatu teknik yang digunakan
untuk mencapai suatu tujuan.Strategi pembelajaran untuk mengajarkan matematika pada anak
usia dini dapat dilakukan dengan Pembelajaran secara langsung dimana anak dilibatkan
secara langsung dengan media yang akan digunakan dalam pembelajaran matematika yang
dilakukan oleh pendidik. Selanjutnya strategi pembelajaran diskusi,dimana dalam
mengajarkan matematika pada anak diperlukannya ada proses iker jawab yang dilakukan oleh
pendidik dan juga anak. Dengan demikian, dalam penggunaan strategi pembelajaran yang
tepat akan mempermudah anak menangkap kegiatan pengembangan yang dilakukan oleh
guru.

Jadi, dapat kita ambil kesimpulan bahwa strategi pembelajaran merupakan Suatu
langkah yang harus di perhatikan dalam memulai sebuah pembelajaran, dengan menggunakan
strategi dalam proses pembelajaran maka suatu pembelajaran akan berjalan lancar, strategi
pembelajaran mencakup materi, bahan atau media, metode yang digunakan dalam
pembelajaran. Dalam memuat startegi pembelajaran harus dapat mengambangkan semua
aspek perkembangan pada anak.

Metode Pengembangan Matematika Anak Usia Dini :

Metode mengajar dikatakan efisien jika penerapannya dalam menghasilkan sesuatu yang
diharapkan itu relatif menggunakan tenaga, usaha pengeluaran biaya, dan waktu minimum,
semakin kecil tenaga, usaha, biaya, dan waktu yang dikeluarkan maka semakin efisien metode
itu. Metode atau cara yang diharapkan dapat terlaksana dengan baik, jika materi yang
diajarkan dirancang telebih dahulu. Dengan kata lain bahwa untuk menerapkan suatu metode
atau cara dalam pembelajaran matematika sebelumnya harus menyusun strategi belajar
mengajar, dan akhirnya dapat dipilih alat peraga atau media pembelajaran sebagai pendukung
materi pelajaran yang akan diajarkan.

Metode yang digunakan oleh guru adalah salah satu kunci pokok di dalam keberhasilan
suatu kegiatan belajar yang dilakukan oleh anak. Pemilihan metode yang akan digunakan
harus relevan dengan tujuan penguasaan konsep, transisi dan lambang dengan berbagai variasi
materi, media dan bentuk kegiatan yang akan dilakukan. Adapun metode yang dapat
digunakan antara lain :

1. Metode Penemuan
Penemuan (discovery) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman
langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses
daripada hasil belajar.Cara mengajar dengan metode penemuan menempuh langkah-
langkah berikut :
a. Adanya masalah yang akan dipecahkan
b. Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
c. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan
tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas.
d. Harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan.
e. Susunan kelas diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus
bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
f. Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengumpulkan data.
g. Guru harus memberikan jawaban dengan cepat dan tepat dengan data dan
informasi yang diperlukan peserta didik.
2. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode kegiatan dengan melakukan suatu percobaan
dengan cara mengamati proses dan hasil dari percobaan tersebut. Berbagai metode
yang lain pada dasarnya dapat digunakan di dalam permainan berhitung. Hal ini
disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan serta tergantung kepada kreativitas
guru.
3. Metode Inquiri
Inquiri berasal dari bahasa Inggris “inquiry”, yang secara harfiah berarti
penyelidikan.Carin dan Sund (1975) mengemukakan bahwa inquiry adalah the
process of invstigating a problem. Adapun Piaget, mengemukakan bahwa
metode inquiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi
untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin
melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya
sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan yang lain, membandingkan
apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain. Mengajar dengan
penemuan biasanya dilakukan dengan ekspositori dalam kelompok-kelompok kecil (di
laboratorium, bengkel, atau kelas). Tetapi mengajar dengan metode inquiri dapat
dilakukan melalui ekspositori, kelompok, dan secara sendiri- sendiri. Dalam metode
penemuan hasil akhir yang harus ditemukan siswa merupakan sesuatu yang baru bagi
dirinya sendiri, tetapi sudah diketahui oleh guru. Tetapi dalam metode inquiri, hal
yang baru itu juga belum dapat diketahui oleh guru. Dalam metode ini selain sebagai
pengarah dan pembimbing, guru menjadi sumber informasi data yang diperlukan,
siswa masih harus mengumpulkan informasi tambahan, membuat hipotesis, dan
mentesnya. Sebuah contoh pengajaran penemuan dalam geometri adalah menarik
jarak antara dua garis yang sejajar. Sejenis dengan ini, dalam inquiri adalah menarik
jarak antara dua garis yang bersilangan sembarang dalam ruang. Contoh-contoh topik
lainnya untuk inquiri adalah menentukan kepadatan lalu lintas di suatu perempatan,
menentukan air yang terbuang percuma dari kran ledeng yang rusak, menentukan
banyak air suatu aliran sungai. Sebuah tujuan mengajar dengan inquiri adalah agar
siswa tahu dan belajar metode ilmiah dengan inquiri dan mampu mentransfernya ke
dalam situasi lain. Metode ini terdiri dari 4 tahap, yaitu :
a. Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan, teka-teki, dan
sebagainya.
b. Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan
prosedur mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang diperlukannya
untuk memecahkan pertanyaan, pernyataan, masalah, dan sebagainya.
c. Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inquiri yang baru
dilaksanakan.
Siswa menganalisis metode inquiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan
metode umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain. Adapun kegiatan-kegiatan
dalam menerapkan metode inquiri, sebagai berikut :
a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam;
b. Merumuskan masalah yang ditemukan;
c. Merumuskan hipotesis;
d. Merancang dan melakukan eksperimen;
e. Mengumpulkan dan menganalisis data;
f. Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni :objektif, jujur, hasrat
ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab.
4. Metode Permainan
Kegiatan yang berkaitan dengan logika matematika dapat ditemui dengan cara antara
lain:
a. Mengajak anak untuk tebak-terka tentang panjang-pendek, tinggi rendah dan
b. Melempar bola memasukkan bola ke dalam keranjang,
c. Lari tangkas,
d. Lari estafet,
e. Berjinjit dan permainan lainnya.
Permainan matematika adalah suatu kegiatan yang menggembirakan yang dapat
menunjang tercapainya tujuan instruksional pengamatan matematika. Tujuan ini dapat
menyangkut aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Walaupun permainan matematika
menyenangkan, penggunaannya harus dibatsi. Barangkali sekali-kali dapat juga
diberikan untuk mengisi waktu, mengubah suasana yang tegang / “tekanan tinggi”,
menimbulkan minat, dan sejenisnya. Seharusnya direncanakan dengan tujuan
instruksional yang jelas, tepat penggunaannya, dan tepat pula waktunya. Permainan
yang mengandung nilai-nilai matematika dapat meningkatkan keterampilan,
penanaman konsep, pemahaman, dan pemantapannya; meningkatkan kemampuan
menemukan, memecahkan masalah, dan lain-lainnya. Yang begini harus banyak
dipakai, terpadu dengan kegiatan belajar mengajar. Ketika anak-anak mulai belajar
koordinat, permainan yang menyangkut koordinat dapat diberikan.
5. Metode Bercerita
Metode bercerita adalah cara bertutur kata dan menyampaikan cerita atau memberikan
penerangan kepada anak secara lisan. Jenisnya antara lain, bercerita dengan alat
peraga, tanpa alat peraga, dengan gambar, dan lain-lain.
6. Metode Bercakap-cakap
Metode bercakap-cakap adalah salah satu penyampaina bahan pengembangan yang
dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan
guru, atau anak dengan anak. Jenisnya antara lain: bercakap-cakap bebas, berdasar-
kan gambar seri, atau berdasarkan tema. Pada saat guru menggunakan metode
bercakap-cakap ini maka secara langsung guru telah menstimulasi anak untuk
membantu perkembangan kognitif anak. Metode bercakap-cakap/tanya jawab terjadi
dalam tiga situasi yaitu (1) di awal kegiatan, (2) ketika kegiatan sedang berlangsung,
dan di akhir kegiatan. Karakteristik metode ini diantaranya adalah:
a. Guru menyapa anak dengan panggilan ’anak pintar’, anak hebat’ anak
menjawab sapaan guru,
b. Mengucapkan dan menjawab salam,
c. Guru mengajukan pertanyaan, anak menjawab atau sebaliknya,
d. Guru menyampaikan pengumuman atau nasehat,
e. Guru menyampaikan perintah atau larangan kepada anak. Pada saat bercakap-
cakap, pertukaran gagasan dan ide-ide pasti akan terjadi.
7. Metode Tanya Jawab:
Dilaksanakan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memberi-kan
rangsangan agar anak aktif untuk berpikir. Melalui pertanyaan guru, anak akan
berusaha untuk memahaminya dan menemukan jawabannya.
8. Metode Pemberian Tugas:
Metode pemberian tugas adalah pemberian kegiatan belajar mengajar dengan
memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang telah disiapkan
oleh guru. Pemberian tugas merupakan salah satu metode dimana guru memberikan
tanggung jawab kepada anak untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan
petunjuk guru. Pemberian tugas merupakan kegiatan yang memungkinkan anak untuk
mengembangkan kemampuan bahasa reseptif, kemampuan mendengar dan
menangkap arti dan kemampuan kognitif,khususnya memperhatikan dan kemauan
bekerja sampai tuntas. Metode pemberian tugas merangsang anak untuk aktif belajar
baik secara afektif, kognitif maupun psikomotorik.
9. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu cara untuk mempertunjukan atau memperagakan
suatu objek atau proses dari suatu kegiatan atau peristiwa. Demonstrasi berarti
menunjukkan, mengerjakan, dan menjelaskan. Pada saat guru mendemonstrasikan
cara-cara mengerjakan sesuatu maka diharapkan anak dapat mengenal tata cara
pelaksanaannya. Metode demonstrasi adalah metode yang paling pertama dilakukan
oleh guru untuk memasukkan informasi baru kepada anak. Metode demonstrasi ini
adalah metode yang dilakukan secara rutin. Dengan metode ini anak berkesempatan
mengembangkan kemampuan mengamati segala sesuatu kemudian terlibat dalam
kegiatan tersebut. Roestiyah (2001) bahwa metode demonstrasi dilaksanakan bukan
saja melibatkan pendengaran dan penglihatan anak tetapi juga meraba atau merasakan
apa yang dipertunjukkan oleh guru, berpartisipasi aktif dan memperoleh pengalaman
langsung dari proses belajar tersebut. Dengan demikian dapat meningkatkan daya
pikir anak dalam memperoleh pengalaman belajar.
10. Metode Bernyanyi
Metode bernyanyi dapat dipraktikkan dalam pembelajaran ‘Funny Learning’ atau
belajar ceria. Dalam bernyanyi dapat menggerakkan kerja otak akan maksimal jika
kedua belahan otak tersebut dipergunakan secara bersama-sama. Otak kanan yang
memiliki spesifikasi berpikir dan mengolah data seputar perasaan, emosi, seni dan
musik. Sedangkan otak belahan kiri merupakan spesifikasi cara berpikir logis,
sekuensial, linier dan rasional.

Cara yang dapat di lakukan orangtua dalam membelajarkan matematika melalui proses
saintifik sebagai berikut:

a. Proses mengamati suatu pola, ukuran, bentuk, dan kejadian, hal tersebut dapat
meningkatkan rasa ingin tahu anak tentang suatu kejadian atau tindakan seperti para
orangtua dapat melihatkan pola terdapat pada keramik lantai, ukuran meja yang ada
di rumah, bentuk jendela rumah, kejadian semut yang berjalan lebih pelan dan
kemampuan kucing dalam berlari dengan cepat
b. Mengenalkan konsep matematika dalam suatu yang bentuk dapat dimanipulasi,
seperti menunjukkan berbagai tombol di rumah yang dapat dibentuk menjadi
bermacam bentuk, ukuran, dan warna, atau jumlah lubang dalam jenis wadah
dengan banyak ukuran yang dapat diisi
c. Mengenalkan simbol dengan permainan sentuh angka yang ada di Handphone
seperti usia anak, nomor rumah, nomor sepatu
d. Mendorong anak-anak memiliki kepercayaan diri dengan mampu bertanya
mengenai konsep angka tanpa takut disalahkan
e. Pemecahan suatu masalah. Memecahkan suatu masalah dalam kehidupan nyata
memberikan kesempatan anak untuk menerapkan pemberian alasan matematika
dengan cara yang berarti (Maulid,2020:1-2).

Daftar Pustaka

Nurani Yuliani Sujiono. 2009. Konsep dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.

Sriningsih, N. (2008). Pembelajaran matematika terpadu untuk anak usia dini. Bandung:

Pustaka Media.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta

W. Gulo. 2002. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana

Anda mungkin juga menyukai