Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWATDARURATAN PADA ILEUS OBSTRUKTIF

A. PENGERTIAN
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran isi usus. Obstruksi
usus dapat akut dengan kronik, partial atau total.Intestinalobstruction terjadi
ketika isi usus tidak dapat melewati saluran gastrointestinal(Nurarif&
Kusuma, 2015).
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan
tanda adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan
atau tindakan (Indrayani, 2013).
Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus
dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti
pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari.
Misalnya intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu
empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses(Nurarif& Kusuma, 2015).

B. KLASIFIKASI
1. Menurut sifat sumbatannya
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :
a) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di
dalam lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain
karena atresia usus dan neoplasma
b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus
disertai oklusi pembuluh darah seperti hernia strangulasi,
intususepsi, adhesi, dan volvulus(Pasaribu, 2012).
2. Menurut letak sumbatannya
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (Pasaribu, 2012).
3. Menurut etiologinya
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3:
a) Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi
(postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma
(karsinoma), dan abses intraabdominal.
b) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena
kelainan kongenital (malrotasi), inflamasi (Chron’s disease,
diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan intususepsi.
c) Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di
dalam usus, misalnya benda asing, batu empedu (Pasaribu, 2012).
4. Menurut stadiumnya
ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya,
antaralain :
a) Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian
sehingga makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi
sedikit.
b) Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang
tidak disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan
aliran darah).
c) Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai
dengan terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang
akan berakhir dengan nekrosis atau gangren(Indrayani, 2013).

C. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain
1. Hernia inkarserata :
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung
hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan)dan strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan
terhentinya aliran darah ke usus). Pada anak dapatdikelola secara
konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jikapercobaan
reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus
diadakanherniotomi segera (Indrayani, 2013)
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Dapat berupa
perlengketanmungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum
akibat peritonitis setempat atau umum.Ileus karena adhesi biasanya
tidak disertai strangulasi. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi
berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi
abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat
menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak (Indrayani,
2013).
b. Invaginasi (intususepsi)
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan
agak jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak
sering bersifat idiopatikkarena tidak diketahui penyebabnya.
Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk
naik kekolon ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari
rektum. Hal ini dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada
bagian usus yang masuk dengankomplikasi perforasi dan
peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan
fisik, dandipastikan dengan pemeriksaan Rontgen dengan
pemberian enema barium (Indrayani,2013).
c. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di
mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang
merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan
dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat
pemberian obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing
berisiko tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan
perforasi (Indrayani,2013).
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus
yang abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri,
maupun pemuntiran terhadap aksis sehingga pasase (gangguan
perjalanan makanan) terganggu. Pada usus halus agak jarang
ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian
ileum dan mudah mengalami strangulasi (Indrayani,2013).
e. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus,
kecuali jika ia menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan
oleh kumpulan metastasis (penyebaran kanker) di peritoneum atau di
mesenterium yang menekan usus (Indrayani,2013).
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul
(koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur
lainnya) dari saluran empedu keduodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke raktus gastrointestinal. Batu
empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian
ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma (anker
yang dimulai di kulit atau jaringan yang melapisi atau menutupi organ-
organ tubuh) , terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal
(Indrayani,2013).

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Ester (2001 : 49) pathofisiologi dari obstruksi usus atau illeus
adalah:
Secara normal 7-8 cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus dan
kebanyakan direabsorbsi, bila usus tersumbat, cairan ini sebagian tertahan
dalam usus dan sebagian dieliminasi melalui muntah, yang menyebabkan
pengurangan besar volume darah sirkulasi. Mengakibatkan hipotensi, syok
hipovolemik dan penurunan aliran darah ginjal dan serebral.
Pada awitan obstruksi, cairan dan udara terkumpul pada bagian
proksimal sisi yang bermasalah, menyebabkan distensi. Manifestasi
terjadinya lebih cepat dan lebih tegas pada blok usus halus karena usus halus
lebih sempit dan secara normal lebih aktif, volume besar sekresi dari usus
halus menambah distensi, sekresi satu-satunya yang yang bermakna dari usus
besar adalah mukus.
Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik saat usus
berusaha untuk mendorong material melalui area yang tersumbat. Dalam
beberapa jam peningkatan peristaltik dan usus memperlambat proses yang
disebabkan oleh obstruksi. Peningkatan tekanan dalam usus mengurangi
absorbsinya, peningkatan retensi cairan masih tetap berlanjut segera, tekanan
intralumen aliran balik vena, yang meninkatkan permeabilitas kapiler dan
memungkinkan plasma ekstra arteri yang menyebabkan nekrosis dan
peritonitis.

E. MANIFESTASI KLINIK
1. Mekanik sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi,
muntah, peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
2. Mekanik sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus
meningkat, nyeri tekan abdomen.
3. Mekanik sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
abdomen.
4. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.
Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan.
5. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan
terlokalisir, distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus
menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar. (Price
&Wilson, 2007)

F. KOMPLIKASI
1. Peritonitis septicemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peradangan
pada selaput rongga perut (peritonium) yang disebabkan oleh terdapatnya
bakteri dalam dalah (bakteremia).
2. Syok hypovolemia terjadi abikat terjadi dehidrasi dan kekurangan
volume cairan.
3. Perforasiusus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya
suatu lubang usus yang menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam
rongga perut. Kebocoran ini dapat menyebabkan peritonitis
4. Nekrosisusus adalah adanya kematian jaringan pada usus
5. Sepsis adalah infeksi berat di dalam darah karena adanya bakteri.
6. Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah didaerah anus
oleh bakteri atau kelenjar yang tersumbat pada anus.
7. Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi adalah suatu
keadaan dimana tubuh sudah tidak bisa mengabsorpsi nutrisi karena
pembedahan.
8. Gangguan elektrolit ; terjadi karena hipovolemik

G. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang
mengalami obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya
selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua.
Kadang-kadang suatupenyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa
pengobatan, terutama jikadisebabkan oleh perlengketan. Penderita
penyumbatan usus harus di rawat dirumah sakit(Nurarif& Kusuma, 2015).
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi danmengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien
dipuasakan, kemudiandilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit
untuk perbaikan keadaan umum.Setelah keadaanoptimum tercapai
barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksiparsial atau karsinomatosis
abdomen dengan pemantauan dan konservatif(Nurarif& Kusuma, 2015).
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-
organvital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering
dilakukan adalahpembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah
dilakukan bila :-Strangulasi-Obstruksi lengkap-Hernia inkarserata-Tidak
ada perbaikan dengan pengobatankonservatif (dengan pemasangan NGT,
infus,oksigen dan kateter)(Nurarif& Kusuma, 2015).
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan
danelektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikankalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus
pasien masih dalamkeadaan paralitik(Nurarif& Kusuma, 2015).
I. Pemeriksaan Diagnostic
1. HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) :
meningkat akibat dehidrasi
2. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum
meningkat, Na+ dan Cl- rendah.
3. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
a. Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan
valvula connives melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi besar
(distribusi perifer/bayangan haustra tidak terlihat di seluruh lebar
usus)
b. Mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)
4. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan
suspensi barium sulfat sebagai media kontras pada usus besar) :
untuk melihat tempat dan penyebab.
5. CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab,
sigmoidoskopi untuk menunjukkan tempat obstruksi (Pasaribu,
2012).
Hernia inkarserata, adhesi, intususepsi, askariasis, volvulus, tumor, batu empedu

ILEUS OBSTRUKTIF

Akumulasi gas dan cairan intra lumen disebelah paroksimal dari letak obstruktif

Distensi abdomen Gelombang peristaltic berbalik arah, isi usus


terdorong ke lambung kemudian mulut

Poliferasi bakteri Tekanan


cepat intralumen ↑ Asam
lambung ↑
pelepasan bakteri Tekanan vena &
dan toksin dari arteri ↓ Mual muntah
usus yang infark
Kehilangan cairan
Iskemia menuju ruang dehidrasi
bakteri melepas
dinding usus peritonium
endotoksin,
Intake cairan ↓
melepaskan Metabolism Pelepasan bakteri &
anaerob toksin dr usus yg
zat pirogen Cairan intrasel ↓
nekrotik ke dlm
Merangsang pengeluaran peritonium
Impuls  hipotalamus mediator kimia (prostaglandin, Resiko syok
bagian termoregulator serotonin, bradialin, serotonin) (hipovolemia)
Resiko infeksi
melalui ductus thoracicus
Merangsang reseptor
Suhu tubuh ↑ nyeri

hipertermi Nyeri akut


H. KONSEP ASUHAN KEGAWATDARURATAN ILEUS OBSTRUKSI
A. Pengkajian Keperawatan
1. Primary survey
Menurut Musliha (2010), Penilaian Awal yang dilakukan adalah ABC
jika ada indikasi, jika korban tidak berespon, maka segera buka dan
bersihkan.
a. Airway
Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head tilt chin
lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah
benda asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Muntahan,
makanan, darah atau benda asing lainnya.
b. Breathing
Memeriksa pernapasan dengan cara “lihat, dengar, rasakan’,
selanjutnya pemeriksaan status respirasi klien. Jika pernafasan pasien
cepat atau tidak adekuat, maka berikan bantuan pernafasan.
c. Circulation
Dengan kontrol perdarahan, mengukur CRT
d. Disability
Kaji ulang tingkat kesadaran pasien dengan menggunakan GCS,
tonus otot dan cek pupil.
e. Exposure
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada
pasien adalah mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan
eksternal. Setelah semua pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup
pasien dengan selimut hangat dan jaga privasi pasien, kecuali jika
diperlukan pemeriksaan ulang (Thygerson, 2011).
2. Secondary Survey
a. Umum
Anoreksia dan malaise, demam, takikardia, diaforesis, pucat,
kekakuan abdomen, kegagalan untuk mengeluarkan fese atau flatus
secara rectal, peningkatan bising usus/ penurunan bising usus, retensi
perkemihan dan leukositosis.
b. Khusus:
1) Usus halus:
a) Nyeri abdomen seperti kolik / kram , peningkatan distensi.
b) Distensi ringan
c) Mual
d) Muntah: pada awal mengandung makanan tak dicerna dan kim,
selanjutnya muntah air dan mengandung empedu, hitam dan fekal
e) Dehidrasi
2) Usus Besar:
a) Ketidaknyamanan abdominal ringan
b) Distensi berat
c) Muntah fekal laten
d) Dehidrasi laten: asidosis jarang
c. Activity Daily Life
i. Nutrisi :Nutrisi terganggu karena adanya mual dan
muntah
ii. Eliminasi :Klien mengalami konstipasi dan tidak bisa
flatus karena peristaltik usus menurun/ berhenti
iii. Istirahat :Tidak bisa tidur karena nyeri hebat, kembung
dan muntah.
iv. Aktivitas :Badan lemah dan klien dianjurkan untuk
istirahat dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan
aktivitas
v. Personal Hygiene : klien tidak mampu merawat dirinya.
d. Pemeriksaan fisik
Sistem gastrointestinal: tampak mengembang atau buncit,
teraba keras, adanya nyeri tekan, hipertimpani, bising usus >
12x/mnt, distensi abdomen. Pada anamnesis obstruksi tinggi sering
dapat ditemukan penyebab misalnya berupa adhesi dalam perut
karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejala umum berupa
syok,oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan
meteorismus dan kelebihan cairan di usus, hiperperistaltis berkala
berupa kolik yang disertai mual dan muntah. Kolik tersebut terlihat
pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan
pada auskultasi sewaktu serangan kolik,hiperperistaltis kedengaran
jelas sebagai bunyi nada tinggi. Penderita tampak gelisah dan
menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali defekasi tidak
ada lagi flatus atau defekasi.
Pemeriksaan dengan meraba dinding perut bertujuan untuk
mencari adanya nyeri tumpul dan pembengkakan atau massa yang
abnormal. Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan
kebiasaan buang air besar terutama berupa obstipasi dan kembung
yang kadang disertai kolik pada perut bagian bawah. Pada inspeksi
diperhatikan pembesaran perut yang tidak pada tempatnya misalnya
pembesaran setempat karena peristaltis yang hebat sehingga terlihat
gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut. Biasanya
distensi terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian
ini mudah membesar.
Dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari usus yang berfungsi
(bising usus). Pada penyakit ini, bising usus mungkin terdengar sangat
keras dan bernada tinggi, atau tidak terdengar sama sekali.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko syok (hipovolemia) berhubungan dengan faktor resiko kehilangan
cairan aktif ditandai dengan frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,
suhu tubuh meningkat.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko peningkatan paparan
organisme patogen lingkungan ditandai dengan tindakan invasif.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (obstruksi
ileus) ditandai dengan ekspresi wajah meringis, gelisah, bersikap
protektif, sulit tidur, frekuensi nadi dan tekanan darah meningkat.
4. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) ditandai
dengan suhu tubuh diatas normal, kulit merah, kulit terasa hangat.
J. RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI

1 Resiko syok berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan SIKI Label : Manajemen Syok
faktor resiko perdarahan pada keperawatan selama ... x ... jam Observasi
robeknya dinding bladder. diharapkan dapat mengatasi Resiko □ Monitor status kardiopulmonal (frekuensi
syok dengan kriteria hasil : dan kekuatan nadi, frekuensi nafas, TD,
MAP).
SLKI Label : Status cairan
□ Monitor status cairan (intake dan output)
□ Kekuatan nadi cukup membaik □ Monitor status oksigenasi dan tingkat
(70-130 x/ menit) kesadaran serta reflek pupil
□ Turgor kulit cukup meningkat Terapieutik
□ Tekanan darah cukup membaik □ Pertahankan jalan nafas paten
(120/80 mmHg) □ Berikan oksigen untuk mempertahankan
□ Membran mukosa cukup membaik saturasi oksigen
□ Berikan posisi modified trendelenberg
Kolaborasi
□ Kolaborasi pemberian cairan infuse
kristaloid 1-2L pada dewasa
□ Kolaborasi pemberian tranfusi darah jika
perlu

2 Resiko Infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan SIKI Label : Pencegahan Infeksi
faktor resiko peningkatan paparan keperawatan selama ... x ... jam Observasi
organisme pathogen lingkungan. diharapkan dapat mengatasi resiko □ Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
infeksi berlanjut dengan kriteria hasil : sistemik
Terapeutik
SLKI Label : Kontrol Risiko
□ Pertahankan teknik aseptic pada pasien
□ Kemampuan bekemih cukup berisiko tinggi
meningkat □ Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
□ Kemampuan mengidentifikasi dengan pasien dan lingkungan pasien
faktor resiko infeksi Edukasi
□ Kemampuan melakukan □ Jelaskan tanda dan gejala infeksi
strategi control resiko infeksi □ Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
□ Kemampuan mengenali □ Anjurkan meningkatkan asupan cairan dan
perubahan status kesehatan nutrisi
□ Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
cedera
Kolaborasi
□ Kolaborasi pemberian vaksin/imunisasi jika
perlu

3 Nyeri Akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan SIKI: Nyeri Akut
cedera fisik (trauma) ditandai dengan keperawatan selama ... x ... jam Intervensi Utama
tampak meringis, bersikap protektif, diharapkan dapat mengatasi nyeri akut Label: Manajemen Nyeri
gelisah, frekuensi nadi dan tekanan dengan kriteria hasil : Observasi:
darah meningkat, sulit tidur. □ Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
(SLKI) : Nyeri Akut
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
Luaran Utama
□ Identifikasi skala nyeri
Label : Tingkat Nyeri
□ Identifikasi respon nyeri non verbal
setelah dilakukan intervensi selama
□ Identifikasi factor yang memperberat dan
..x..24jam, diharapkan nyeri akut
memperingan nyeri
berkurang dengan kriteria hasil:
□ Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
□ Keluhan nyeri menurun
□ Wajah Tampak Meringis tentang nyeri
menurun □ Identifikasi pengaruh budaya terhadap
□ Sikap protektif menurun respon nyeri
□ Kesulitan tidur menurun □ Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
□ Tidak tampak gelisah hidup
□ Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
□ Monitor efek saming penggunaan analgetik
Terapeutik :
□ Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresure, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat atau
dingin, terapi bermain)
□ Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
□ Fasilitasi istirahat dan tidur
□ Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri.
Edukasi :
□ Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
□ Jelaskan strategi meredakan nyeri
□ Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
□ Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
□ Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4 Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan SIKI: Nyeri Akut
proses penyakit (infeksi) ditandai keperawatan selama ... x ... jam Intervensi Utama
dengan suhu tubuh diatas normal, kulit diharapkan dapat mengatasi hipertermi Label: Manajemen Hipertermia
merah, kulit terasa hangat. dengan kriteria hasil : Observasi:
□ Identifikasi penyebab hipertermia (dehidrasi,
(SLKI) : Nyeri Akut
terpapar lingkungan panas, penggunaan
Luaran Utama incubator)
Label : Termoregulasi □ Monitor suhu tubuh
setelah dilakukan intervensi selama □ Monitor kadar elektrolit

..x..24jam, diharapkan termoregulasi □ Monitor haluaran urine


cukup membaik dengan kriteria hasil: □ Monitor komplikasi akibat hipertermia

□ Tidak pucat Terapeutik :


□ Tidak mengalami hipoksia □ Berikan cairan oral

□ Tidak mengalami kejang □ Sediakan lingkungan yang dingin

□ Konsumsi oksigen cukup □ Longgarkan atau lepaskan pakaian

meningkat □ Berikan oksigen jika perlu


□ Takikardi dan bradikardi Edukasi :
menurun □ Anjurkan tirah
□ Suhu tubuh membaik Kolaborasi :
□ Tekanan darah membaik
□ Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit

intravena jika perlu


K. IMPLEMENTASI
Dilakukan sesuai dengan intervensi.
L. EVALUASI
1. Evaluasi Formatif : merefleksikan observasi perawat dan analisis
terhadap klien (terhadap respon langsung paa intervensi sikap
perawat).
2. Evaluasi sumatif : merefleksikan rekapitulasi dan synopsis observasi
dan ala analisis mengenai status kesehatan klien terhadap waktu. Poer
2012.
DAFTAR PUSTAKA

Chahayaningrum,Tenti. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan


LaparatomiPada Ileus Obstruksi Di Instalasi Bedah SentralRsud Dr
Moewardi Surakarta.Universitas Muhammadiyah Surakarta :
Surakarta (jurnal).

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi


2012- 2014. EGC: Jakarta

Indrayani, M Novi. 2013. Diagnosis Dan Tata Laksana Ileus Obstruktif.


Universitas Udayana : Denpasar (jurnal)

Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnose Medis Dan Nanda Nic – Noc Edisi Revisi Jilid
2. Media Action : Yogjakarta.

Pasaribu,Nelly. 2012. Karakteristik Penderita Ileus Obstruktif Yang Dirawat


Inap Di Rsud Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2010.Universitas
Sumatera Utara : Sumatera Utara (jurnal)

Price &Wilson, (2007). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Edisi 6, Volume1. EGC: Jakarta.

Sjamsuhidajat. 2006. Manual Rekam Medis. Jakarta: Konsil Kedokteran


Indonesia

Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2011). Diagnosis Keperawatan Edisi 9.


EGC:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai