OLEH:
NIM. P07120320062
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
DM tipe I DM tipe II
Difisiensi Insulin
Miocard Penyumbat
Gangguan penglihatan
infark an pada Stroke
otak
Resiko Cedera
Nyeri Akut
Nekrosis luka
Gangren
Gangguan Integritas
Kulit/Jaringan
5. Pemeriksaan Diagnostik
Mansjoer, 1999 mengatakan bahwa pemeriksaan penunjang sangat penting
dilakukan pada penderita DM untuk menegakkan diagnose kelompok resiko DM yaitu
kelompok usia dewasa tua (lebih dari 40 tahun), obesitas, hipertensi, riwayat keluarga
DM riwayat kehamilan dengan bayi lebih dari 4000 gram, riwayat DM selama
kehamilan. Pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan gula darah sewaktu kemudian
dapat diikuti dengan Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Untuk kelompok resiko
yang hasil pemeriksaan nya negatif, perlu pemeriksaan ulang setiap tahunnya.
Pada pemeriksaan dengan DM dipemeriksaan akan didapatkan hasilgula darah
puasa >140 mg/dl pada dua kali pemeriksaan. Dan gula darah postprandial
>200mg/dl.Selain itu juga dapat juga dilakukan pemeriksaan antara lain:
1) Aseton plasma (keton) > positif secara mencolok
2) Asam lemak bebas:kadar lipid dan kolesterol meningkat
3) Elektrolit :natrium naik ,turun kalium naik, turun, fosfor turun
4) Gas Darah Arteri :menunjukkan PH menurun dan HCO3 menurun(Asidosis
Metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
5) Urine: Gula dan aseton positif (berat jenis dan osmolaritas meningkat.
6) Kultur dan Sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemihinfeks i
saluran pernafasan, dan infeksi pada luka
7) Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik untuk DM > 140 mg/dl
paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau > 140 mg/dl disertai gejala klasik
hiperglikemia atau IGT 115- 140 mg/dl.
8) Gula darah 2 jam post prondial < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan
evaluasi pengobatan bukan diagnostik.
9) Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan diagnostik.
10) Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam 1 jam ½ jam <200
mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
11) Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO merupakan
kontraindikasi atau terdapat kelainan gatrointestinal yang mempengaruhi absorbsi
glukosa.
12) Tes toleransi kortisen glukosa, digunakan jika TTGO tidak bermakna.
Kortison menyebabkan peningkatan kadar glukosa abnormal dan menurunkan
penggunan gula darah perifer pada orang yang berpredisposisi menjadi DM kadar
glukosa darah 140 mg/dl pada akhir 2 jam dianggap sebagai hasil positif.
13) Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari 3 bulan.
14) C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian glukosa.
15) Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml, dapat digunakan
dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam penelitian Diabetes.
6. Penatalaksanaan Medis
Strategi pengelolaan penderita neuropati diabetik dibagi 3 bagian :
1) Diagnosis neuropati diabetik sedini mungkin
2) Kontrol gula darah dan perawatan kaki / foot care sebaik-baiknya
3) Kontrol gula darah.
Studi dari The Diabetes Control Complications Trial (DCCT) menunjukkan bahwa
pengendalian gula darah ketat dapat menurunkan resiko terjadinya neuropati
diabetes hingga 60%. The American Association of Clinical Endocrinologists
merekomendasikan nilai gula darah post prandial (setelah makan) kurang dari 180
mg/dL dan nilai A1C <6,5 pada penyandang DM tipe 1 dan tipe 2.
Perawatan kaki / foot care. Jaga kebersihan kaki, hindari trauma kaki, gunakan alas
kaki yang aman dan nyaman, rutin memeriksa sendiri kaki setiap hari sehingga
dapat segera diketahui bila terdapat luka.
4) Pengendalian keluhan akibat neuropati diabetik setelah strategi kedua dikerjakan
Pengobatan simtomatik (sesuai gejala/keluhan), oleh dokter yang merawat.
Penatalaksanaanya secara medis yaitu:
1) Obat Hipoglikemik Oral
a) Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat
golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfaglukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel-
sel beta pankreas, karena itumenjadi pilihan utama para penderita DM tipe 2
dengan berat badanberlebihan
b) Golongan Biguanad /metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki
pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer)dianjurkan sebagai obat
tinggal pada pasien kelebihan berat badan.
2) Insulin
a) Indikasi insulin
Pada DM tipe 1 yang Human Monocommponent Insulin (40 UI dan100 UI/ml
injeksi) yang beredar adalah actrapidInjeksi insulin dapat diberikan kepada
penderita DM tipe11 yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak
berhasil denganpenggunaan obat-obatan anti DM dengan dosis maksimal atau
mengalami kontra indikasi dengan obat-obatan tersebut. Bila mengalami
ketoasidosis, hiperosmolar asidosis laktat, stress berat karena infeksi sistemik,
pasien operasi berat, wanita hamil dengan gejala DM yang tidak dapat dikontrol
dengan pengendalian diet.
b) Jenis insulin
a. Insulin kerja cepatjenisnya adalah reguler insulin, cristalin zink, dan
semilente
b. Insulin kerja sedang, Jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon)
c. Insulin kerja lambat, Jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)
Penatalaksanaan secara keperawatan yaitu:
1. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makananwalaupun
telah mendapat penyuluhan perencanaan makanan, lebihdari 50% pasien tidak
melaksanakannya. Penderita DM sebaiknyamempertahankan menu yang seimbang
dengan komposisi Idealnya sekitar 68% karbohidrat, 20% lemak dan 12% protein.
Karena itudiet yang tepat untuk mengendalikan dan mencugah agar beratbadan
ideal dengan cara:
a) Kurangi Kalori
b) Kurangi Lemak
c) Kurangi Karbohidrat komplek
d) Hindari makanan manis
e) Perbanyak konsumsi serat
a. Tujuan Diet
Membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olah raga untuk
mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik dengan cara :
1) Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin (endogenous atau
exogenous), dengan obat penurun glukosa dan aktifitas fisik.
2) Mencapai dan mempertahankan kadar lipida normal.
3) Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan
normal.
4) Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan
insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek dan jangka lama
serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani.
5) Meningkatkan dejarat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal.
b. Syarat Diet
1) Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk
metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg berat badan normal, ditambah
kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya kehamilan
atau laktasi serta ada tidaknya komplikasi . Makanan dibagi dalam tiga porsi
besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi
kecil untuk makanan selingan (10-15%).
2) Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
3) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam
bentuk < 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10%
dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh
tunggal. Asupan kolesterol dibatasi, yaitu < 300 mg per hari.
4) Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total , yaitu 60-
70%.
5) Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan
kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu.
6) Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah
bahan pemanis selain sakarosa. Misalnya, fruktosa, gula alkohol, aspartam
dan sakarin.
7) Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air
yang terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata memenuhi
kebutuhan serat sehari.
8) Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi
natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 mg/hari.
Apabila mengalami hipertensi, asupan garam harus dikurangi
9) Cukup vitamin dan mineral. (Katsilambros, Dimosthenopoulos ,
Kontogianni, Manglara, & Poulia, 2013)
2. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuatinsulin
bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan,
memperkuat jantung dan mengurangi stress .Bagi pasien DM melakukan olahraga
dengan teratur akan lebih baik tetapi jangan mmelakukan olahraga terlalu berat.
Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama ± ½ jam. Adanya kontraksi
otot akan merangsang peningkatan aliran darah dan penarikan glikosa ke dalam sel.
Penderita diabetes dengan kadar glukosa darah >250mg/dl dan menunjukkan
adanya keton dalam urine tidak boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan
keton urine menunjukkan hasil negatif dan kadar glukosa darah mendekati normal.
Latihan dengan kadar glukosa tinggi akan meningkatkan sekresi glukagon, growth
hormon dan katekolamin. Peningkatan hormon ini membuat hati melepas lebih
banyak glukosa sehingga terjadi kenaikan kadar glukosa darah. Untuk pasien yang
menggunakan insulin setelah latihan dianjurkan makan cemilan untuk mencegah
hipoglikemia dan mengurangi dosis insulinnya yang akan memuncak pada saat
latihan.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakstabilan kadar glukosa darah
2) Hipovolemia
3) Defisit nutrisi
4) Gangguan integritas kulit/jaringan
5) Nyeri akut
6) Risiko infeksi
7) Risiko cedera
3. Rencana Keperawatan
Hipoglikemia Observasi
Identifikasi tanda dan gejala
Gangguan koordinasi
hipoglikemia
Kadar glukosa dalam
Identifikasi kemungkinan
darah/uin rendah
penyebab hipoglikemia
Hiperglikemia
Terapeutik
Kadar glukosa dalam Berikan karbohidrat
darah/urin tinggi sederhana, jika perlu
Gejala dan Tanda Minor Berikan glukagon, jika perlu
Berikan karbohidrat
Subjektif :
kompleks dan sesuai diet
Hipoglikemia Pertahankan kepatenan jalan
napas
Palpitasi
Pertahankan akses IV, jika
Mengeluh lapar
perlu
Hiperglikemia
Edukasi
Mulut kering Anjurkan monitor kadar
Haus meningkat glukosa darah
Objektif : Jelaskan interaksi antara
diet, insulin/agen oral, dan
Hipoglikemia
olahraga
Gemetar Anjurkan pearawatan
Kesadaran menurun mandiri untuk mencegah
Perilaku aneh hipoglikemia (mis.
Sulit bicara mengurangi insulin/agen
Berkeringat oral dan/atau meningkatkan
Hiperglikemia asupan makanan untuk
berolahraga
Jumlah urin meningkat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
Kondisi Klinis Terkait :
deksrose, jika perlu
Diabetes mellitus Kolaborasi pemberian
Ketoasidosis diabetic glukagon , jika perlu
Hipoglikemia
Hiperglikemia
Diabetes gestasional
Penggunaan
kortikosteroid
Nutrisi parentera total
(TPN)
2. Hipovolemia (D.0023) Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
Definisi: tindakan keperawatan Observasi
Penurunan volume cairan selama …...x…... jam, Periksan tanda dan gejala
instravaskular, interstisial, maka hypovolemia hipovolemias (mis. Nadi
dan/atau intraseslukler. membaik dengan kriteria meningkat, nadi teraba
hasil: lemah, tekanan darah
Penyebab mneurun, tekanan nadi
Status Cairan:
Kehilangan cairan aktif menyempit, turgor kulit
Kekuatan nadi (5)
Kegagalan mekanisme menurun, membrane
Turgor kulit (5)
regulasi mukosa kering, volume
Output urine (5)
Pengsisian vena (5)
Peningkatan permeabilitas Frekuensi nadi (5) urine menurun, hematokrit
kapiler Tekanan darah (5) meningkat, haus, lemah)
Kekurangan intake cairan Tekanan nadi (5) Monitor intake dan output
Evaporasi Membrane mukosa cairan
(5) Terapeutik
Gejala dan Tanda Mayor: Jugular Venous Hitung kebutuhan cairan
Subjektif Pressure (JVP) (5) Berikan posisi modified
- Integritas Kulit dan Trendelenburg
Objektif: Jaringan: Berikan asuoan cairan oral
Frekuensi nadi meningkat Elastisitas (5) Edukasi
Nadi teraba lemah Hidrasi (5) Anjurnkan memperbanyak
Tekanan darah menurun Perfusi jaringan (5) asupan cairan oral
Tekanan nadi menyempit Kerusakan jaringan Anjurkan menghindari
Parkinson
Mobius syndrome
Cerebral palsy
Cleft lip
Cleft palate
Amvotropic lateral
sclerosis
Luka bakar
Kanker
Infeksi
AIDS
Penyakit Crohn’s
Enterokolitis
Fibrosis kistik
4. Gangguan Integritas Setelah diberikan Perawatan Integritas Kulit
Kulit/ Jaringan (D.0129) intervnesi keperawatan Observasi
Definisi selama …….. x ...... Identifikasi penyebab
Kerusakan kulit (dermis jam maka integritas gangguan integritas kulit
dan/atau epidermis) atau kulit dan jaringan (mis. perubahan sirkualsi,
jaringan (membrane mukosa, meningkat dengan perubahan status nutrisi,
kornea, fasia, otot, tendon, kriteria hasil: penurunan kelembaban,
tulang, kartilago, kapsul sendi Elastisitas suhu lingkunagn ekstrim,
dan/atau ligament). meningkat (5) penurunan mobilitas)
Hidrasi meningkat Terapeutik
Penyebab (5) Ubah posisi tiap 2 jam jika
Perubahan sirkualsi Perfusi jaringan tirah baring
Perubahan status meningkat (5) Lakukan pemijatan pada
nutrisi (kelebihan Kerusakan jaringan area penonjolan tulang,
atau menurun (5) jika perlu
kekurangan) Kerusakan lapisan Bersihkan perineal dengan
Kekurangan / kulit menurun (5) air hangat, terutama selama
kelebihan volume Nyeri menurun (5) periode diare
cairan Perdarahan Gunakan produk berbahan
Penurunan mobilitas menurun (5) petroleum atau minyak
Bahan kimia iriatif Kemerahan pada kulit kering
Suhu lungkungan yang menurun (5) Gunakan produk
ekstrim Hematoma berhbahan ringan/ alami
Faktor mekanis (mis. menurun (5) dan hipoalergik pada kulit
penekanan pada Pigmentasi sensitive
tonjolan tulang, abnormal menurun Hindari produk berbahan
gesekan) atau faktor (5) dasar alkohol pada kulit
elektris (mis. Jaringan parut kering anjurkan
elektrodiatermi, menurun (5) menggunakan pelembab
energy listrik Nekrosis menurun (mis.lotion, serum)
bertegangan tinggi) (5) Edukasi
Efek samping terapi Abrasi kornea Anjurkan minum air yang
radia menurun (5) cukup
Kelembaban Suhu kulit Anjurkan menggunakan
Proses penuaan membaik (5) pelembab (mis. lotion,
Neuropati Sensai membaik serum)
Kurang terpapar (5) Anjurkan meningkatkan
informasi tentang Tekstur membaik asupan nutrisi
upaya (5) Anjurkan meningkatkan
mempertahankan Pertembuhan asupan buah dan sayur
/melidungi intergitas rambut membaik Anjurkan menghindari
kulit) (5) terpapar suhu ekstrim
Anjurkan mengguanakn
Gejala Tanda dan Mayor SFP minimal 30 saat
Subjektif : berada di luar ruangan
(Tidak tersedia) Anjurkan mandi dan
Objektif : mengguanakan sabun
Kerusakan integritas secukupnya
jaringan dan/atau
lapisan kulit Perawatan Luka
Observasi
Gejala Tanda dan Minor Monitor karakteristik luka
Subjektif : (mis. drainase, warna,
(Tidak tersedia) ukuran,bau)
Objektif Monitor tanda-tanda
Nyeri infeksi
Perdarahan Terapeutik
Kemerahan Lepaskan balutan dan
Hematoma plester secara perlahan
Kondisi Klinis Terkait Cukur rambut di sekitar
Imobilisasi daerah luka, jika perlu
Gagal jantung Bersihkan dengan cairan
kongestif NaCl atau pembersih
Gagal ginjal nontoksik, sesuai
Diabetes mellitus kebutuhan
Imunodefisiensi (mis.
AIDS) Bersihkan jaringan
nekrotik
Berikan salep sesuai jenis
luka prtahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
Ganti balutan sesuai
eksudat dan drainase
Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
Berikan diet dengan kalori
30-35 kkal/kgBB/hari dan
protein 1,25-1,5
g/kgBB/hari
Berikan suplemen vitamin
dan mineral (mis. vitamin
A, vitamin C, Zinc, asam
amino), sesuai indikasi
Berikan terapi TENS
(stimulasi saraf
transkytancus), jika perlu
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
Anjurkan mengonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi prosedur
debridement (mis.
enzimatik, biologis ,
mekanis, autolitik), jika
perlu
Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
Pemberian Analgesik
Observasi
Identifikasi karakteristik
nyeri (mis. Pencetus,
pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi,
durasi)
Identifikasi riwayat alergi
obat
Identifikasi kesesuaian
jenis analgesic (mis.
Narkotika, non narkotika,
atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
Monitor tanda tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
Diskusikan jenis analgesic
yang disukai untuk
mencapai analgesia
optimal, jika perlu
Pertimbangkan
penggunaan infus kontinu,
atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
Tetapkan target efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalkan respon
pasien
Dokumentasikan respons
terhadap efek analgesik dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek terapu dan
efek samping obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
6. Risiko infeksi Setelah dilakukan Edukasi pencegahan infeksi
Definisi intervensi keperawatan Observasi
Berisiko mengalami selama … x … jam maka □ Periksa kesiapan dan
peningkatan terserang risiko infeksi menurun kemampuan menerima
organisme patogenik. dengan kriteria hasil: informasi
Tingkat infeksi Edukasi
Faktor Risiko □ Kebersihan tangan □ Jelaskan tanda dan
□ Penyakit kronis (mis. meningkat (5) gejalan infeksi lokas atau
DM,) □ Kebersihan badan sistemik
□ Efek prosedur invasive meningkat (5) □ Informasikan
□ Malnutrisi □ Nafsu makanan pemeriksaan laboratorim
□ Peningkatan paparan meningkat (5) (mis leukosit, WBC)
organisme petogen □ Demam menurun □ Anjurkan mengikuti
lingkungan (5) tindakan pencegahan
□ Kemerahan sesuai kondisi
menurun (5)
□ Ketidakadekuatan □ Nyeri menurun (5) □ Anjurkan membatasi
pertahanan tubuh □ Bengkak menurun pengunjung
primer: (5) □ Anjurkan kecukupan
1) Gangguan peristaltic □ Periode menggigil nutrisi, cairan, dan
2) Kerusakan integritas menurun (5) istirahat
kulit □ Letargi menurun (5) □ Anjurkan kecukupan
3) Perubahan sekresi □ Kadar sel darah mobilisasi dan olahraga
Ph putih membaik (5) sesuai kebutuhan
4) Penurunan kerja □ Kultur darah □ Anjurkan latihan napas
siliaris membaik (5) dalam bentuk sesuai
5) Ketuban pecah lama □ Kultur urine kebutuhan
6) Ketuban pecah membaik (5) □ Anjurkan mengelola
sebelum waktunya Status imun antibiotic, sesuai resep
7) Merokok □ Integritas kulit □ Anjarkan cara mencuci
8) Statis cairan tubuh meningkat (5) tangan
□ Ketidakadekuatan □ Integritas mukosa
pertahan tubuh meningkat (5) Pencegahan Infeksi
sekunder: □ Imunisasi Observasi
1) Penurunan meningkat (5) Monitor tanda dan gejala
hemoglobin □ Suhu tubuh infeksi local dan sistemik
2) Imunosupresi membaik (5) Terapeutik
3) Leukopenia □ Sel darah putih Batasi jumlah
4) Supresi respon membaik (5) oengunjung
inflamasi Berikan perawatan kulit
5) Vaksinasi tidak pada area edema
adekuat Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
Kondisi Klinis Terkait pasien dan lingkungan
□ AIDS pasien
□ Luka bakar Pertahankan Teknik
□ Penyakit paru aseptik pada pasien
obstruktif kronis berisiko tinggi
□ DM Edukasi
□ Tindakan invasif Jelaskan tanda dan gejala
□ Kondisi penggunaan infeksi
terapi steroid Ajarkan cara mencuci
□ Penyalahgunaan obat tangan dengan benar
□ Ketuban pecah sebelum Kolaborasi
waktunya Kolaborasi pemberian
□ Kanker imunisasi, jika perlu
□ Gagal ginjal Kolaborasi pemberian Vit
□ Imunosupresi K dan salep mata
□ Lympedema
□ Leukositopenia
□ Gangguan fungsi hati
4. Implementasi Keperawatan
Dilaksanakan sesuai intervensi.
5. Evaluasi Keperawatan
a. Evaluasi Formatif: evaluasi segera terhadap klien terhadap respon langsung pada
intervensi keperawatan.
b. Evaluasi Sumatif: evaluasi rekapitulasi mengenai status kesehatan klien terhadap
waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi,Isma.(2014). Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, dan Pengobatan Asam Urat, Diabetes
Mellitus dan Hipertensi. Jakarta: Araska.
Nurarif,Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic – Noc. Jogjakarta:Mediaction.
SLKI 2018. Standar Luaran Keperawatan IndonesiaDefinisi dan Kriteria Hasil Keperawatan
2018.Tim Pokja SLKI DPP PPNI.
Wijaya,Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2
Keperawatan Dewasa Teoridan Contoh Askep. Jogjakarta: Nuha Medika.
LEMBAR PENGESAHAN
Denpasar, 2020
Mengetahui,
Pembimbing / CT Mahasiswa