Disusun Oleh :
AFENTIANI RIZKY SUHENDRI
204291517030
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
BAB I KONSEP DASAR............................................................................................................................3
A. Definisi......................................................................................................................................3
B. Anatomi dan Fisiologi..............................................................................................................3
C. Patofisiologi dan Pathway.......................................................................................................4
D. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................................5
E. Penatalaksanaan......................................................................................................................5
F. Konsep Pertumbuhan..............................................................................................................5
G. Konsep perkembangan........................................................................................................6
H. Konsep Hospitalisasi.................................................................................................................10
BAB II TEORI ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................................16
A. Pengkajian Keperawatan......................................................................................................16
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................................19
C. Intervensi Keperawatan........................................................................................................19
D. Implementasi Keperawatan..................................................................................................23
E. Evaluasi..................................................................................................................................24
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................27
BAB I
KONSEP DASAR
A. Definisi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang paling banyak terjadi pada
manusia di segala umur. Anak-anak dan bayi yang paling rentan dan banyak terkena
ISPA (Sternak et al.,2016). ISPA pada umumnya bersifat ringan dan biasanya
disebabkan oleh virus, dan bakteri bakteri (Bellos et al., 2010).
ISPA adalah penyakit yang disebabkan oleh berbagai macam mikrorganisme dan
dapat menyebabkan Infeksi. Kematian yang disebabkan oleh infeksi terjadi 2-6 kali
lebih tinggi di negara berkembang. Infeksi merupakan salah satu faktor penyebab
kematian anak- anak di bawah umur lima tahun (Anjum U.M et al.,2017)
Fungsi utama dari sistem pernpasan adalah mengambil oksigen dan megeluarkan
karbon dioksida. Pertukaran gas ini disebut respirasi dan terjadi antara atmosfer,
darah, dan sel dalam fase yang berbeda:
E. Penatalaksanaan
Depkes RI, (2005). merekomendasikan terapi suportif ISPA sebagai salah satu
penatalaksanaan menggunakan obat simptomatik antara lain obat analgetikantipiretik,
antihistamin, kortikosteroid,dekongestan, bronkodilator dan mukolitik. Sedangkan
menurut standar WHO: Model formulary for children 2010, antara lain golongan
penisilin, sefalosporin, aminoglikosida dan makrolida.
F. Konsep Pertumbuhan
a. Definisi pertumbuhan
Pertumbuhan (growth) ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau keseluruhan. Bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan
mempergunakan satuan panjang dan berat.
b. Penilaian pertumbuhan anak
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai pada penilaian pertumbuhan fisik,
antara lain tinggi badan, berat badan, lingkaran kepala, lingkaran dada, lipatan
kulit, lingkaran lengan atas, panjang lengan (arm span), proporsi tubuh/perawakan,
dan panjang tungkai. Penilaian pertumbuhan dimulai dengan memplot hasil
pengukuran tinggi badan, berat badan pada kurva standar (misalnya NCHS,
Lubschenko, Harvard, dan lain sebagainya), sejak dalam kandungan (intra uterin)
hingga remaja. Berikut rumus untuk memperkirakan berat badan dan tinggi badan
normal pada bayi dan anak:
1. Beber
apa
G. Konsep perkembangan
Perkembangan anak adalah pembentukan bertahap yang ditentukan secara biologis
karakteristik dan sifat yang muncul saat anak belajar dari pengalaman.
Teori perkembangan
- Bila ibu berhasil memberi rasa aman maka anak akan dapat melangkah dengan
mantap ke fase berikut
- Titik rawan fase ini berhubungan dengan persoalan makan dan menyapih. Bila ada
hambatan terjadi fiksasi oral dan akan terbawa ke fase ke-2 dst.
- Mendapat kepuasan dan kenikmatan dari pengalaman auto erotiknya Tugas perkemb
fase ini :
1. Toilet training
- Merasakan dorongan seksual yang ditujukan kpd ortu dgn jenis kel. berbeda,
bersaing dgn ortu berjenis kel. sama oleh karena itu persaingan aman, maka anak
tidak merasa terancam.
- Perasaan seksual yg negatif menyebabkan menjauhi ortu lawan jenis & mendekati
ortu sesama jenis kelamin mulai proses identifikasi seksual
- Berkembang lebih bebas. Anak menyadari bahwa dia harus belajar menyesuaikan
diri dgn norma masyarakat, super ego mulai berkembang
Terjadi interaksi antara ibu dan anak. Rasa aman anak dapat dilihat dari enaknya
makan, nyenyaknya tidur, mudah defekasi. Berkembangnya perasaan aman tidak
tergantung dari kuantitas makanan dan demonstrasi sayang yang diberikan, tetapi
banyak dipengaruhi oleh kualitas hubungan ibu dan anak. Rasa aman akan
menimbulkan dasar-dasar kepercayaan thdp dunia luar. Bila rasa kepercayaan tdk
tumbuh, maka akan timbul rasa tidak aman dan tidak percaya terhadap dunia luar.
Tidak adanya kepercayaan dasar dapat dijumpai pada klien schizophrenia. Tidak
adanya kepercayaan thdp dunia luar menyebabkan klien tersebut menarik diri ke
dalam dunianya dan depresi.
Anak sangat aktif dan banyak bergerak, belajar mengembangkan kemampuan utk
bermasyarakat. Inisiatif mulai berkembang. Bersama teman belajar merencanakan
permainan dan melakukan dengan gembira. Norma masyarakat telah ditanamkan oleh
orang tua dan lingkunga. Rasa bersalah (konflik) akan menimbulkan kebencian pada
ortu, saat dewasa muncul dlm bentuk histeria dan psokosomatis
(4) Middle Childhood (6-12 tahun) Industry vs Infeority Berusaha utk merebut
perhatian dan penghargaan atas karyanya. Belajar menyelesaikan tugas yg diberikan
padanya. Mulai senang belajar bersama. Bila merasa dirinya kurang mampu dibanding
temannya akan timbul rasa rendah diri
Pertumbuhan fisik sangat pesat dan mencapai taraf dewasa. Peran orang tua sebagai
figur identifikasi mulai luntur sehingga mencari figur lain. Mulai meragukan nilai-
nilai yang dianut. Bereksperimen dengan berbagai peran untuk mendapatkan yang
cocok
Pengalaman fase sebelumnya menjadi lebih mantap. Mulai sadar pada kemampuannya
untuk bekerja sama dengan orang lain. Kesadaran terhadap proses timbal balik. Mulai
mengerti bahwa orang lain bisa mempunyai pendapat yang berbeda dengan
pendapatnya
Kemampuan berpikir sudah mencapai orang dewasa. Mampu berpikir secara logis.
Mengeksplorasi dan menyelesaikan persoalan atas dasar berbagai kemungkinan
H. Konsep Hospitalisasi
1. Pengertian
Menurut Supartini (2004), hospitalisasi merupakan suatu proses dimana karena alas
an tertentu atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani
terapi perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Hospitalisasi pada anak
adalah suatu sindrom yang terjadi pada anak yang dirawat di rumah sakit secara
terpisah dari ibunya atau pengganti peran ibu dalam kurun waktu yang lama. Kondisi
ini ditandai dengan tidak adanya kegairahan, tidak responsif, kurus, pucat, nafsu
makan buruk, tidur terganggu, episode demam, hilangnya kebiasaannya menghisap
dan nampak tidak bahagia. Gangguan ini dapat pulih kembali dengan anak dalam
waktu 2-3 minggu. (Bastaman et al, 2004).
a. Pengabaian: .
b. Hukuman:
c. Takut katastrofik:
Rumah sakit dapat menjadi suatu tempat yang menakutkan dilihat dari sudut pandang
anak-anak. Suasana rumah sakit yang tidak familiar, wajah-wajah yang asing,
berbagai macam bunyi dari mesin yang digunakan, dan bau yang khas, dapat
menimbulkan kecemasan dan ketakutan baik bagi anak ataupun orang tua. (Norton-
Westwood, 2012).
Kurangnya informasi yang didapat anak dan orang tuanya ketika akan menjalani
hospitalisasi. Hal ini dimungkinkan mengingat proses hospitalisasi merupakan hal
yang tidak umum di alami oleh semua orang. Proses ketika menjalani hospitalisasi
juga merupakan hal yang rumit dengan berbagai prosedur yang dilakukan (Gordon et
al, 2010).
Aturan ataupun rutinitas rumah sakit, prosedur medis yang dijalani seperti tirah
baring, pemasangan infus dan lain sebagainya sangat mengganggu kebebasan dan
kemandirian anak yang sedang dalam taraf perkembangan (Price & Gwin, 2005).
Semakin sering seorang anak berhubungan dengan rumah sakit, maka semakin kecil
bentuk kecemasan atau malah sebaliknya (Pelander & Leino-Kilpi, 2010).
b. Kecemasan Orangtua
Orang tua dan anak mengalami kecemasan saat anak dihospitalisasi. Kecemasan yang
terjadi pada orang tua ini dapat meningkatkan kecemasan anak. Orang tua kadang
tidak menjawab pertanyaan anak dan tidak menjelaskan yang sebenarnya karena
khawatir anak menjadi takut dan cemas. Orang tua takut membuat bingung anak dan
menurunkan tingkat kepercayaan anak. (James & Ashwill, 2007)
Metode yang dapat dilakukan untuk menyiapkan anak dalam menjalani hospitalisasi
adalah mengerti kebutuhan tentang dari anak tersebut. Petugas kesehatan harus
mempertimbangkan umur, tingkat perkembangan, keterlibatan keluarga, waktu, status
fisik dan psikologi anak, faktor sosial budaya dan pengalaman terhadap sakit maupun
pengalaman merawat anak. (James & Ashwill, 2007)
Reaksi anak terhadap hospitalisasi dimulai saat sebelum masuk rumah sakit, selama
hospitalisasi, dan setelah pulang dari rumah sakit. Perubahan perilaku temporer dapat
terjadi selama anak dirawat di rumah sakit sampai pulang dari rumah sakit. Perubahan
ini disebabkan oleh (1) perpisahan dari orang-orang terdekat, (2) hilangnya
kesempatan untuk membentuk hubungan baru, dan (3) lingkungan yang asing ( Wong
et al, 2003).
Kekhawatiran yang paling sering dikeluhkan anak yang dirawat inap adalah (a)
kecemasan karena perpisahan dari keluarga dan teman-temannya, (b) ketakutan
terhadap orang dan lingkungan yang asing, (c) ketidakpastian tentang peraturan rumah
sakit dan harapan, (d) persepsi sebelum hospitalisasi, (e) ketakutan terjadi mutilasi
anggota tubuh atau kematian, (f) ketakutan terhadap rasa nyeri dan ketidaknyamanan,
(g) pikiran bahwa hospitalisasi sebagai hukuman, (h) kehilangan kontrol emosi dan
fisik,(i) persepsi tentang perubahan fisik, (j) kehilangan kemandirian dan identitas,
serta (k) takut ditolak . Hampir semua, rumah sakit adalah lingkungan asing yang
mengganggu aktivitas hidup sehari-hari. Child Hospitalization 49 (Berz, 2000).
Dampak hospitalisasi selain cemas perpisahan, juga dapat berupa regresi dan adanya
rasa malu (Lau & Tse, 1994)
6. Pencegahan
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh petugas medis dalam memberikan
pencegahan dampak hospitalisasi pada anak, adalah :
a. Persiapan hospitalisasi
Kehadiran orang tua setiap saat dapat membantu mengurangi kecemasan anak. Orang
tua diharapkan terlibat dalam aktivitas pengobatan sehingga orang tua dapat
berpartisipasi terhadap pengobatan. (Wong et al, 2003) Lingkungan yang akrab juga
meningkatkan penyesuaian anak terhadap perpisahan. Jika orang tua tidak dapat
melakukan rawat gabung, mereka harus membawa barang-barang kesukaan anak dari
rumah ke rumah sakit seperti selimut, alat bermain, botol, peralatan makan, atau
pakaian.(Price & Gwin, 2005)
d. Mencegah dan mengurangi ketakutan akan cedera tubuh dan nyeri Anak akan
dihantui rasa takut akan mengalami cedera tubuh dan nyeri dalam menghadapi
prosedur yang menyakitkan. Tehnik manipulasi prosedural untuk setiap kelompok
umur dapat mengurang ketakutan terhadap cedera tubuh. Intervensi yang paling
mendukung adalah dengan prosedur secepat mungkin dan mempertahankan kontak
orang tua dengan anak. (Wong et al, 2003)
e. Penataan Ruang Rawat Inap dan Ruang Bermain di Rumah Sakit Anak yang sakit
dimungkinkan dirawat di rumah sakit khusus anak atau di rumah sakit umum yang
memiliki fasilitas ruangan khusus untuk anak. Perlu mempertimbangkan kebutuhan
dan perkembangan anak, dengan mempersiapkan sarana di unit perawatan anak
dengan perabotan yang berwarna cerah dan sesuai dengan usia anak, dekorasi ruangan
yang menarik dan familiar bagi anak, serta adanya ruang bermain yang dilengkapi
berbagai macam alat bermain (Price & Gwin,2005).
a. Terapi Bermain Melalui bermain dapat mengetahui persepsi seorang anak ketika
hospitalisasi. Bermain juga bagi seorang anak adalah suatu kesempatan untuk
menghilangkan stres, ketika berada ditempat dimana dia merasa tidak berdaya dan
cemas. Melalui bermain, terutama dengan peralatan medis, anak dapat
mengembangkan rasa kontrol. (Webb, 1995; Homeyer & Morrison, 2008)
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa terapi bermain adalah efektif dalam
menurunkan kecemasan dan ketakutan anak pada saat harus segera masuk rumah sakit
untuk operasi dan pada saat keluar dari rumah sakit Koller, 2008).
b. Terapi Badut
Terapi Badut di bagian anak adalah bermain dengan lemah lembut dan penuh tawa
bersama anak-anak yang menderita sakit sehingga mereka dapat mengekspresikan
emosinya, memenuhi rasa kontrol dan dapat berinteraksi sosial selama hospitalisasi.
Terapi Badut bertujuan untuk mengurang stres anak dan keluarga selama rawat inap
dan menjalani pengobatan. (Koller & Gryski, 2008)
c. Terapi Musik
Terapi musik adalah salah satu metode yang dilakukan untuk mengurangi stres pada
anak yang mengalami hospitalisasi. Berbagai penelitian telah menunjukkan efek
fisologis dan psikologis dari musik terhadap anak yang mengalami hospitalisasi.
( Berz, 2000 ; Kazemi, et al, 2010).
Tujuan premedikasi dengan sedatif adalah menurunkan kecemasan anak saat akan
dilakukan induksi anestesi, terutama pada penggunaan masker. Efek premedikasi telah
dipelajari baik secara tunggal maupun berkaitan dengan intervensi lain seperti
kehadiran orang tua atau program persiapan. Midazolam digunakan untuk
menurunkan kecemasan pada saat induksi anestesi (Karling, 2006)
BAB II
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Menurut Hidayat (2012), pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses
keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar dari pasien,
untuk informasi yang diharapakan dari pasien. Pengkajian keperawatan pada seluruh
tingkat analisis (individu, keluarga, komunitas) terdiri atas data subjektif dari
seseorang atau kelompok, dan data objektif dari pemeriksaan diagnostik dan sumber
lain. Pengkajian individu terdiri atas riwayat kesehatan (data subjektif) dan
pemeriksaan fisik (data objektif) (Weber & Kelley 2009).
Terdapat dua jenis pengkajian yang dilakukan untuk menhasilkan diagnosis
keperawatan yang akurat: komprehensif dan fokus. Pengkajian komprehensif
mencakup seluruh aspek kerangka pengkajian keperawatan seperti 11 pola kesehatan
fungsional (Gordon, 2009). Sedangkan menurut (Sujono & Sukarmin 2009)
pengkajian pada anak dengan ISPA meliputi:
1) Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan ISPA untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah sesak nafas, batuk, pilek dan peningkatan suhu
tubuh/demam.
2) Riwayat penyakit saat ini Pengakajian
ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Apabila keluhan utama adalah batuk,
maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama keluhan batuk muncul. Pada
klien ISPA, keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah
minum obat batuk yang biasa ada dipasaran. Pada awalnya keluhan batuk
nonproduktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan
mukus purulen kekuningan, kehijauan, kecoklatan atau kemerahan dan sering kali
berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil
serta sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, dan lemas.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya,apakah klien pernah mengalami infeksi
saluran pernafasan atas(ISPA) dengan 19 gejala seperti luka tenggorok, kongesti
nasal, bersin, dan demam ringan.
4) Riwayat keperawatan berdasarkan 11 pola kesahatan fungsional
a) Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat
Data yang muncul sering orangtua berpersepsi meskipun anaknya batuk masih
menganggap belum terjadi gangguan serius, biasanya orang tua menganggap anaknya
benar-benar sakit apabila anak sudah mengalami sesak nafas.
b) Pola metabolik nutrisi
Anak dengan pneumonia sering muncul anoreksia (akibat respon sistemik melalui
kontrol saraf pusat), mual dan muntah.
c) Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan
melalui proses evaporasi karena demam.
d) Pola tidur istirahat
Data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur karena sesak nafas.
Penampilan anak terlihat lemah, sering menguap, anak sering menangis malam hari
karena ketidaknyamanan tersebut.
e) Pola aktifitas latihan
Anak tampak menurun aktifitas dan latihannya sebagai dampak kelemahan fisik.
Anak tampak lebih banyak minta digendong orangtuanya atau bedrest.
f) Pola kognitif
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya sesaat
akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak.
g) Pola persepsi konsep diri
Tampak gambaran orang tuan terhadap anak diam kurang bermain, kurang bersahabat
dan ketakutan terhadap orang lain.
h) Pola peran hubungan
Anak tampak malas kalau diajak bicara baik dengan teman sebaya maupun yang lebih
besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama ornag terdekat orangtua.
i) Pola seksualitas
Pada kondisi sakit dan anak kecil sulit dikaji. Pada anak yang sudah mengalami
pubertas mungkin terjadi gangguan menstruasi pada wanita tetapi bersifat sementara
dan biasanya penundaan.
j) Pola toleransi koping
Aktifitas yang sering dilakukan untuk menghadapi stres adalah menangis, kalau sudah
dewasa adalah sering marah dan mudah tersinggung.
k) Pola nilai keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiiring dengan kebutuhan untuk mendapat
sumber kesembuhan dari Allah.
5) Pemeriksaan fisik
a) Status penampilan kesehatan: lemah
b) Tingkat kesadaran:
kesadaran normal, letargi, strupor, koma, apatis tergantung tingkat penyebaran
penyakit.
c) Tanda-tanda vital:
(1)Frekuensi nadi dan tekanan darah: takikardi, hipertensi.
(2)Frekuensi pernafasan: takipnea, dipsnea progresif, pernafasan dangkal, penggunaan
otot bantu pernafasan, pelebaran nasal.
d) Suhu tubuh: hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang direspon
oleh hipotalamus.
e) Berat badan dan tinggi badan
Kecenderungan berat badan anak mengalami penurunan.
f) Integumen kulit:
(1)Warna: pucat sampai sianosis.
(2)Suhu: pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah hipertermi teratasi
kulit anak teraba dingin.
(3) Turgor: menurun pada dehidrasi
g) Kepala:
(1) Perhatikan bentuk dan kesimetrisan.
(2)Periksa higiene kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut, perubahan
warna.
h) Data yang paling menonjol pada pemeriksaan fisik adalah pada thorak dan paru-
paru:
(1) Inspeksi: Frekuensi irama, kedalaman, dan upaya bernafas antara lain: takpinea,
dipsnea progresif, pernafasan dangkal.
(2) Palpasi: Adanya nyeri tekan, peningkatan fokal fremitus pada daerah yang
terkena.
(3) Perkusi: Pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya timpani (terisi udara)
resonansi.
(4) Auskultasi:
(a) Suara bronkoveskuler atau bronkhial pada daerah yang terkena.
(b) Suara nafas tambahan ronkhi pada sepertiga akhir inspirasi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Proses Infeksi ( D.0001)
2. Hipertermia berhubungan dengan Proses Penyakit ( Infeksi ) ( D.0130)
3. Defisit pengetahuan tentang penyakit Infeksi saluran pernafasan akut berhubungan
dengan kurang terpapar informasi. (D.0111)
C. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA STANDAR LUARAN STANDAR INTERVENSI
O KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN INDONESIA
INDONESIA ( SIKI )
( SLKI)
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan intervensi 1. Latihan Batuk Efektif
nafas tidak efektif keperawatan selama 3 x 24 I.01006
berhubungan jam, maka bersihan jalan Observasi
dengan Proses nafas meningkat dengan - Identifikasi kemampuan
Infeksi ( D.0001) kriteria hasil : batuk
1. Batuk Efektif - Monitor adanya retensi
meningkat sputum
2. Produksi sputum - Monitor tanda dan gejala
menurun infeksi saluran napas
3. Wheezing menurun - Monitor input dan output
4. Frekuensi napas cairan ( Mis. Jumlah dan
membaik karakteristik )
5. Pola napas membaik Terapeutik
- Atur posisi semi- fowler
atau fowler
- Pasang perlak dan bengkok
dipangkuan pasien
- Buang secret pada tempat
sputum
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
- Anjurkan Tarik nafas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, di tahan
selama 2 detik kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
( dibulatkan ) selama 8
detik.
- Anjurkan mengulangi
Tarik nafas dalam hingga 3
kali
- Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah Tarik
napas dalam yang ke 3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu.
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang
dingin
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral hindari
pemberian antipiretik atau
aspirin
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intraveni, jika perlu
3. Defisit Setelah dilakukan intervensi 1. Edukasi Kesehatan ( I.12383)
pengetahuan keperawatan selama 3 x 24 Observasi
tentang penyakit jam, maka pengetahuan
- Identifikasi kesiapan dan
Infeksi saluran meningkat dengan kriteria
kemampuan menerima informasi
pernafasan akut hasil :
berhubungan 1. Kemampuan
Terapeutik
dengan kurang menjelaskan
terpapar informasi. pengetahuan tentang - Sediakan materi dan media
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru.
- Tahap-Tahap dalam Pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
• Review rencana tindakan keperawatan.
• Analisis pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
2. Tahap Pelaksaan
• Berfokus pada klien.
• Kompeten.
A. Macam Evaluasi
1. Evaluasi Proses (Formatif)
Menjelaskan keberhasilan/ketidakberhasilan.
• S: Data Subjektif
Interpretasi dari data subjektif dan data objektif Analisis merupakan suatu
masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat
dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status
kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan
objektif.
• P: Planning
• I: Implementasi
• R: Reassesment
Reassesment adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencanaan
setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan,
dimodifikasi, atau dihentikan?
Fahrizal, I., & Zulaikha, F. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Vitamin A
dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita di PUSKESMAS
Karang Asam Samarinda.
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta:
Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 21 Juli 2021 dari
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Anatomi-dan-
Fisiologi-Manusia-Komprehensif.pdf
Kesuma, U., & Istiqomah, K. (2019). Perkembangan Fisik dan Karakteristiknya serta
Perkembangan Otak Anak Usia Pendidikan Dasar. Madaniyah, 9(2), 217-236.
Pragholapati, A., Septiani, D. D., & Sudiyat, R. (2020). Parent Anxiety Levels In
Hospitalization Children In RSUD Majalaya Kab. Bandung. Health Media, 1(2), 40-44.
Pramita, B. K. D., & Endrawati, S. (2019). Pola Pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(Ispa) Pediatrik Rawat Inap Di Rsud Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. IJMS-
Indonesian Journal on Medical Science, 6(1).
Syarifuddin, N., & Natsir, S. (2019). Profil Penggunaan Obat Pada Pasien Penderita Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas Empagae Kabupaten Sidenreng
Rappang. JIKI Jurnal Ilmiah Kesehatan IQRA, 7(02), 58-63.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2017), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2017), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia