Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

Disusun Oleh:
SITI HADIJAH SYAM
14220170015

PROCEPTOR INSTITUSI PROCEPTOR LAHAN

PRTOGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

A. Konsep Dasar Istirahat dan Tidur


1. Definisi
Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan
emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktifitas saja akan tetapi
istirahat juga membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti
menyegarkan diri atau diam setelah melakukan kerja keras, suatu keadaan
untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu
keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan,
bahkan menjengkelkan.
Tidur merupakan proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan
periode yang lebih lama dari keterjagaan . Tidur adalah keadaan gangguan
kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan dengan minimnya tidur
(Bennita, 2011). Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu
mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau
kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau
mengganggu gaya hidup yang diinginkannya (Lynda Juall, 2012).
Tabel. Kebutuhan Dasar Manusia

Tingkat Jumlah Kebutuhan


Umur
Perkembangan Tidur
0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari
1-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18 bulan -3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari
3-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari
40-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari

2. Fisiologi Tidur
Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan
oleh integrasi tinggi aktivitas system saraf pusat yang berhubungan dengan
perubahan dalam system saraf peripheral, endokrin, kardiovaskuler,
pernapasan dan muscular. Tiap rangkaian diidentifikasi dengan respon
fisik tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan seperti elektroensefalogram
(EEG), yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral,
elektromiogram (EMG), yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram
(EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan informasi struktur
aspek fisiologis tidur. Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada
hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara
intermitten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan
terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga dan yang lain
menyebabkan tertidur.
System Aktivasi Reticular (SAR) berlokasi pada batang otak teratas.
SAR dipercaya terdiri atas sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan
dan terjaga. SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri dan
taktil. Aktivasi korteks serebral (mis. Proses emosi atau pikiran) juga
menstimulasi SAR. Saat terbangun merupakan hasil neuron dalam SAR
yang mengeluarkan katekolamin seperti norepinefrin. Tidur dapat
dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam system
tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah otak juga
disebut daerah sinkronisasi bulbar (Bulbar Synchronizing Region, BSR).
Ketika seseorang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada
dalam posisi relaks. Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan
tenang, maka aktivasi SAR selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian,
BSR mengambil alih, yang menyebabkan tidur.
3. Siklus Tidur
Secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan
periode sebelum tidur, selama orang terjaga hanya pada rasa kantuk yang
bertahap berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir
10-30 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tidur,
akan berlangsung satu jam atau lebih, tahapan tidur dibagi dalam beberapa
tahap antara lain :
a. Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM)
1) Tahap 1 tidur NREM
a) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
b) Tahap berakhir beberapa menit
c) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan
secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme
d) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori
seperti suara
e) Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun
2) Tahap II NREM
a) Tahap II merupakan periode tidur bersuara
b) Tahap berakhir beberapa menit
c) Untuk terbangun masih relative mudah
d) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
e) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
3) Tahap III NREM
a) Tahap III merupakan tahap awal dari tidur yang dalam
b) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
c) Otot-otot dalam keadaan santai penuh
d) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
e) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit
4) Tahap IV NREM
a) Tahap IV merupakan tahap tidur terdalam
b) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
c) Jika terjadi kurang tidur, maka orang tidur akan menghabiskan
porsi malam yang seimbang pada tahap ini
d) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama
jam terjaga
e) Tahap berakhir kurang lebih 15 sampai 30 menit
f) Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi
b. Rapid Eye Movement (REM)
1) Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada
REM. Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang
lain.
2) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
3) Hal ini dicirikan oleh respon otonom dari pergerakan mata yang
cepat, fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan
atau fluktuasi tekanan darah
4) Terjadi tonus otot skelet penurunan
5) Peningkatan sekresi lambung
6) Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
7) Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus rata-rata 20
menit. (Aziz, 2008)

4. Etiologi Istirahat dan Tidur


Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda.
Ada yang kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami
gangguan. Seseorang bisa tidur maupun tidak dipengaruln oleh beberapa
faktor, di antaranya sebagai berikut (Asmadi, 2008):
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dia dapat
ndur dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri,
maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan
baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Misalnya, pada
klien yang menderita gangguan pada sistem pernapasan. Dalam
kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin dapat
istirabat dan tidur.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang
untuk tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang
dapat tidur dengan nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising,
dan gaduh akan menghambat seseorang untuk tidur.
c. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi
tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan
meningkatkan nonepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini
akan mengurangi tahap IV NREM dan REM. Berdasarkan penelitian
Desita Febriana tahun 2011 tentang “Kajian Stres Hospitalisasi
Terhadap Pemenuhan Pola Tidur Anak Usia Prasekolah Di Ruang
Anak Rs Baptis Kediri”, Keadaan hospitalisasi dapat menjadi stresor
bagi anak saat dirawat di rumah sakit, sehingga anak akan mengalami
stres hospitalisasi yang ditunjukkan dengan adanya perubahan
beberapa perilaku pada anak. Apabila masalah tidak teratasi, maka hal
ini akan menghambat proses perawatan anak dan kesembuhan anak itu
sendiri. Dalam penelitin tersebut terbukti 85% anak mengalami stres
hospitalisasi sedang pada anak di Ruang Anak Rumah Sakit Baptis
Kediri dan 62% anak mengalami gangguan pola tidur pada anak usia
prasekolah.
d. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu,
daging, dan ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur.
Sebaliknya, minuman yang mengandung kafein maupun alkohol akan
mengganggu tidur.
e. Gaya hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan
tingkat menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada
kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih
pendek.
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek
menyebabkan ada pula yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya,
obat golongan amfetamin akan menurunkan tidur REM.

5. Gangguan Tidur
a. Insomnia
Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi
kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Seseorang yang
terbangun dari tidur, tetapi merasa belum cukup tidur dapat disebut
mengalami insomnia Ada tiga jenis insomnia diantaranya:
1) Insomnia inisial: ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai
tidur
2) Insomnia intermitten: ketidakmampuan untuk memepertahankan
tidur atau keadaan sering terjaga tidur.
3) Insomnia terminal: bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami insomnia diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan,
ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk
tidur. Perawat dapat membantu klien mengatasi insomnia melalui
pendidikan kesehatan, menciptakan lingkungan yang nyaman, melatih
klien relaksasi, dan tindakan lainnya. Ada beberapa tindakan atau
upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia yaitu:
1) Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju
atau susu
2) Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama
3) Hindari tidur di waktu siang atau sore hari
4) Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan
tidak pada waktu kesadaran penuh
5) Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum
tidur
6) Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak
menjelang tidur
7) Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum
berusaha untuk tidur
b. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat
kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi
motorik, seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur,
emnabrak kursi, berjalan kaki, dan berbicara. Somnambulisme ini lebih
banyak terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Seseorang
yang mengalami somnabulisme mempunyai risiko terjadinya
cedera.Upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi
somnabulisme yaitu dengan membimbing anak. Upaya lain yang dapat
dilakukan untuk mengatasi somnabulisme adalah dengan membuat
lingkungan yang nyaman dan aman, serta dapat pula dengan
menggunakan obat seperti Diazepam dan Valium.
c. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol).
Terjadi pada anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-
laki. Penyebab secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor
yang dapat menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder,
stres, dan toilet training yang kaku. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah enuresis anatara lain: hindari stres, hindari minum yang
banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu)
sebelum tidur.
d. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan
yang tak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula narkolepsi
adalah serangan mengantuk yang mendadak sehingga ia dapat tertidur
pada setiap saat di mana serangan tidur (kantuk) tersebut datang.
Penyebab narkolepsi secara pasti belum jelas, tetapi diduga terjadi
akibat kerusakan genetika sistem saraf pusat dimana periode REM
tidak dapat dikendalikan. Serangan narkolepsi ini dapat menimbulkan
bahaya apabila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja
yang bekerja pada alat-alat yang berputar-putar, atau berada di tepi
jurang. Obat-obat agripnotik dapat digunakan untuk mengendalikan
narkolepsi yaitu sejenis obat yang membuat orang tidak dapat tidur.
Obat tersebut diantarnya jenis ampetamin.
e. Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak
usia 6 tahun atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut
langsung terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
f. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara
di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat
menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah
yang menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian
belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati udara
pernapasan.

B. Asuhan Keperawatan Pada Masalah Gangguan Istirahat Tidur


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
No. Reg :
Tgl. MRS :
Tgl. Pengkajian :
Dx Medis :
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hub. dgn pasien :
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama :
Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien
meminta bantuan pelayanan seperti :
a) Apa yang dirasakan klien
b) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-
tiba atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
c) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
d) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu
klien
2) Riwayat penyakit sekarang :
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah
berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan
penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien,
kondisi ini tidak dikeluhkan.
3) Riwayat diit
4) Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan
dapat mencerminkan gangguan pola tidur. Pola dan kebiasaan
makan yang salah dapat menjadi faktor penyebab, oleh karena itu
kondisi ini perlu dikaji :
a) Penurunan berat badan yang drastis
b) Selera makan yang menurun
c) Pola makan dan minum sehari-hari
d) Kebiasaan mengonsumsi makanan yang dapat mengganggu
fungsi pencernaan
5) Riwayat Tidur :
Data yang perlu dikaji seperti deskripsi masalah tidur klien,
pola tidur biasa, perubahan tidur terakhir, rutinitas menjelang tidur
dan lingkungan tidur, penggunaan obat tidur, pola asupan diet,
gejala yang dialami selama terbangun, penyakit fisik yang terjadi
secara bersamaan, status emosional dan mental saat ini.
6) Status Sosial Ekonomi
Kaji status sosial ekonomi klien dengan menghindarkan
pertanyaan yang mengarah pada jumlah atau nilai pendapatan
melainkan lebih difokuskan pada kualitas pengelolaan suatu nilai
tertentu. Mendiskusikan dan menyimpulkan bersama-sama
merupakan upaya untuk mengurangi kesalahan penafsiran.
7) Riwayat kesehatan keluarga :
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada
tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh
klien.
d. Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolic
3) Pola cairan dan metabolic
4) Pola istirahat dan tidur
5) Pola aktivitas dan latihan
6) Pola eliminasi
7) Pola persepsi dan kognitif
8) Pola reproduksi dan seksual
9) Pola persepsi dan konsep diri
10) Pola mekanisme koping
11) Pola nilai dan kepercayaan
e. Pengkajian Fisik
1) Keadaan umum pasien
2) Kesadaran
3) Pemeriksaan TTV
Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan
dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi,
Palpasi, Auskultasi dan Perkusi. Pengkajian Psikososial : Mengkaji
keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan handai taulan
serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.
Analisa (pengelompokan data)
DS:
1) Klien mengeluh nyeri
2) Klien mengaku tidak bisa beristirahat dengan baik dan selalu
mengantuk
3) Klien mengeluh sulit tidur dan jika tertidur terbangun lagi beberapa
jam kemudian
DO:
1) Klien tampak pucat
2) Klien tampak lemas
3) Klien tampak bingung
4) Klien sesak nafas
5) Frekuensi pernafasan klien >24 x/menit
6) Frekuensi nadi klien >100 x/menit
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
2) Pemeriksaan radiologic
2. Diagnosa
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan
(bising) ditandai dengan sulit tidur, sering terjaga, tidak puas tidur.
b. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat,
mimpi buruk, dimensia, nyeri saat tidur
c. Insomnia berhubungan dengan faktor lingkungan, pola aktivitas,
ansietas, konsumsi obat-obatan dan stimulant.

3. Intervensi

Tujuan & Kriteria Hasil


NO Diagnosa Intervensi (NIC) Rasional
(NOC)
1. Insomnia Setelah dilakukan 1. Peningkatan Kop1. Mengurangi
asuhan keperawatan ing : Membantu tekanan pada
selama... x 24 jam pasien untuk diri pasien.
diharapkan pasien tidak beradaptasi 2. Kenyamanan
mengalami insomnia dengan persepsi, membuat pasien
dengan kriteria hasil : stressor, relaksasi dan
1. Jumlah jam tidur perubahan atau membantu
(sedikitnya 5 jam per 24 ancaman yang pasien santai.
jam untuk orang mengganggu 3. Agar pasien
dewasa. pemenuhan mampu
2. Pola, kualitas dan tuntutan dan membangun
rutinitas tidur. peran hidup. pola tidur yang
3. Perasaan segar setelah 2. Manajemen sesuai
tidur. Lingkungan
4. Terbangun di waktu Kenyamanan:
yang sesuai. Memanipulasi
lingkungan
sekitar pasien
untuk
meningkatkan
kenyamanan yang
optimal.
3. Peningkatan
Tidur :
Memfasilitasi
siklus tidur-
terjaga yang
teratur.
2. Deprivasi Setelah dilakukan 1. Manajemen 1. Menghilangkan
Tidur asuhan keperawatan Energi : Mengatur pencetus
selama ...X24 jam penggunaan deprivasi tidur.
diharapkan pasien tidak energi untuk 2. Mengurangi
mengalami deprivasi mengatasi atau gangguan tidur.
tidur dengan kriteria mencegah 3. Membuat pasien
hasil : keletihan dan lebih santai.
1. Menunjukkan Tidur, mengoptimalkan 4. Agar pasien
yang dibuktikan oleh fungsi. mampu
indikator berikut 2. Manajemen membangun
(gangguan ekstrem, Medikasi : pola tidur yang
berat, sedang, ringan, Memfasilitasi sesuai
atau tidak mengalami penggunaan obat
gangguan ) resep dan obat
- Perasaan segar setelah bebas yang
tidur aman dan efektif.
- Pola dan kualitas tidur 3. Manajemen Alam
- Rutinitas tidur Perasaan:
- Jumlah waktu tidur Menciptakan
yang terobservasi keamanan ,
- Terjaga pada waktu kestabilan,
yang tepat. pemulihan, dan
2. Melaporkan penurunan pemeliharaan
gejala Deprivasi tidur pasien yang
(misalnya, konfusi, mengalami
ansietas, mengantuk disfungsi alam
pada siang hari, perasaan baik
gangguan perseptual, depresi maupun
dan kelelahan). peningkatan
3. Mengidentifikasikan alam perasaan.
dan melakukan 4. Peningkatan
tindakan yang dapat Tidur
meningkatkan tidur : Memfasilitasi
atau istirahat. siklus tidur-
4. Mengidentifikasikan bangun yang
faktor yang dapat teratur.
menimbulkan Deprivasi
tidur (misalnya, nyeri,
ketidakadekuatan
aktivitas pada siang
hari)
3. Gangguan Setelah dilakukan 1. Determinasi efek-1. Mengetahui
Pola Tidur asuhan keperawatan efek medikasi pengaruh obat
selama... x 24 jam terhadap pola dengan pola
diharapkan px tidak tidur. tidur pasien.
terganggu saat tidur 2. Jelaskan 2. Memberikan
dengan kriteria hasil : pentingnya tidur informasi
1. Jumlah jam tidur dalam yang adekuat. kepada pasien
batas normal 6-8 3. Fasilitas untuk dan keluarga
jam/hari. mempertahankan pasien.
2. Pola tidur, kualitas aktivitas sebelum 3. Meningkatkan
dalam batas normal. tidur (membaca). tidur.
3. Perasaan segar sesudah 4. Ciptakan 4. Agar periode
tidur atau istirahat. lingkungan yang tidur tidak
4. Mampu nyaman. terganggu dan
mengidentifikasi hal- 5. Kolaborasi rileks.
hal yang meningkatkan pemberian obat 5. Mengurangi
tidur. tidur. gangguan tidur.
6. Diskusikan 6. Meningkatkan
dengan pasien pola tidur yang
dan keluarga baik secara
tentang teknik mandiri.
tidur pasien. 7. Mengetahui
7. Instruksikan perkembangan
untuk memonitor pola tidur
tidur pasien. pasien.
8. Monitor waktu 8. Mengetahui
makan dan pengaruh waktu
minum dengan makan dan
waktu tidur. minum terhadap
9. Monitor/catat pola tidur
kebutuhan tidur pasien.
pasien setiap hari 9. Mengetahui
dan jam. perkembangan
pola tidur
pasien.
PATHWAY GANGGUAN ISTIRHAT DAN TIDUR

Gangguan
eliminasi urin Hipertermi
Nyeri akut
Cemas

Faktor psikologis Faktor Lingkungan Faktor Fisiologis

Merangsang sistem Merangsang sensori Merangsang kortek


limbik (pengatur sistem perifer untuk serebral untuk
emosi) untuk meningkatkan pengeluaran meningkatkan
meningkatkan serotonin pengeluaran seroton
pengeluaran katekolamin

Merangsang Sistem
Aktivasi Retikuler (SAR)
untuk menurunkan
pengeluaran serotonin

Bangun 3 kali atau lebih dimalam


hari, insomnia, ketidakpuasan tidur,
sring terjaga tidur, total waktu tidur
kurang, kebiasaan buruk saat tidur
dan keluhan verbal lainnya.

Gangguan Depvirasi
Insomnia
Pola Tidur Tidur
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Aziz, H. A. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Bulechek, dkk. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam.


Jakarta: Elselvier.

Nanda International. 2015. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 13.
Jakarta:EGC

Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku
3. Jakarta: Salemba Medika

Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha Publishing

Anda mungkin juga menyukai