Disusun Oleh:
SITI HADIJAH SYAM
14220170015
2. Fisiologi Tidur
Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan
oleh integrasi tinggi aktivitas system saraf pusat yang berhubungan dengan
perubahan dalam system saraf peripheral, endokrin, kardiovaskuler,
pernapasan dan muscular. Tiap rangkaian diidentifikasi dengan respon
fisik tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan seperti elektroensefalogram
(EEG), yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral,
elektromiogram (EMG), yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram
(EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan informasi struktur
aspek fisiologis tidur. Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada
hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara
intermitten dan menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan
terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga dan yang lain
menyebabkan tertidur.
System Aktivasi Reticular (SAR) berlokasi pada batang otak teratas.
SAR dipercaya terdiri atas sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan
dan terjaga. SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri dan
taktil. Aktivasi korteks serebral (mis. Proses emosi atau pikiran) juga
menstimulasi SAR. Saat terbangun merupakan hasil neuron dalam SAR
yang mengeluarkan katekolamin seperti norepinefrin. Tidur dapat
dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam system
tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah otak juga
disebut daerah sinkronisasi bulbar (Bulbar Synchronizing Region, BSR).
Ketika seseorang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada
dalam posisi relaks. Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan
tenang, maka aktivasi SAR selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian,
BSR mengambil alih, yang menyebabkan tidur.
3. Siklus Tidur
Secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan
periode sebelum tidur, selama orang terjaga hanya pada rasa kantuk yang
bertahap berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir
10-30 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tidur,
akan berlangsung satu jam atau lebih, tahapan tidur dibagi dalam beberapa
tahap antara lain :
a. Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM)
1) Tahap 1 tidur NREM
a) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
b) Tahap berakhir beberapa menit
c) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan
secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme
d) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori
seperti suara
e) Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun
2) Tahap II NREM
a) Tahap II merupakan periode tidur bersuara
b) Tahap berakhir beberapa menit
c) Untuk terbangun masih relative mudah
d) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
e) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
3) Tahap III NREM
a) Tahap III merupakan tahap awal dari tidur yang dalam
b) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
c) Otot-otot dalam keadaan santai penuh
d) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
e) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit
4) Tahap IV NREM
a) Tahap IV merupakan tahap tidur terdalam
b) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
c) Jika terjadi kurang tidur, maka orang tidur akan menghabiskan
porsi malam yang seimbang pada tahap ini
d) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama
jam terjaga
e) Tahap berakhir kurang lebih 15 sampai 30 menit
f) Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi
b. Rapid Eye Movement (REM)
1) Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada
REM. Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang
lain.
2) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
3) Hal ini dicirikan oleh respon otonom dari pergerakan mata yang
cepat, fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan
atau fluktuasi tekanan darah
4) Terjadi tonus otot skelet penurunan
5) Peningkatan sekresi lambung
6) Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
7) Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus rata-rata 20
menit. (Aziz, 2008)
5. Gangguan Tidur
a. Insomnia
Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi
kebutuhan tidur baik secara kualitas maupun kuantitas. Seseorang yang
terbangun dari tidur, tetapi merasa belum cukup tidur dapat disebut
mengalami insomnia Ada tiga jenis insomnia diantaranya:
1) Insomnia inisial: ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai
tidur
2) Insomnia intermitten: ketidakmampuan untuk memepertahankan
tidur atau keadaan sering terjaga tidur.
3) Insomnia terminal: bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami insomnia diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan,
ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk
tidur. Perawat dapat membantu klien mengatasi insomnia melalui
pendidikan kesehatan, menciptakan lingkungan yang nyaman, melatih
klien relaksasi, dan tindakan lainnya. Ada beberapa tindakan atau
upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia yaitu:
1) Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju
atau susu
2) Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama
3) Hindari tidur di waktu siang atau sore hari
4) Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan
tidak pada waktu kesadaran penuh
5) Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum
tidur
6) Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak
menjelang tidur
7) Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum
berusaha untuk tidur
b. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat
kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi
motorik, seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur,
emnabrak kursi, berjalan kaki, dan berbicara. Somnambulisme ini lebih
banyak terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Seseorang
yang mengalami somnabulisme mempunyai risiko terjadinya
cedera.Upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi
somnabulisme yaitu dengan membimbing anak. Upaya lain yang dapat
dilakukan untuk mengatasi somnabulisme adalah dengan membuat
lingkungan yang nyaman dan aman, serta dapat pula dengan
menggunakan obat seperti Diazepam dan Valium.
c. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol).
Terjadi pada anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-
laki. Penyebab secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor
yang dapat menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder,
stres, dan toilet training yang kaku. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah enuresis anatara lain: hindari stres, hindari minum yang
banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu)
sebelum tidur.
d. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan
yang tak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula narkolepsi
adalah serangan mengantuk yang mendadak sehingga ia dapat tertidur
pada setiap saat di mana serangan tidur (kantuk) tersebut datang.
Penyebab narkolepsi secara pasti belum jelas, tetapi diduga terjadi
akibat kerusakan genetika sistem saraf pusat dimana periode REM
tidak dapat dikendalikan. Serangan narkolepsi ini dapat menimbulkan
bahaya apabila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan, pekerja
yang bekerja pada alat-alat yang berputar-putar, atau berada di tepi
jurang. Obat-obat agripnotik dapat digunakan untuk mengendalikan
narkolepsi yaitu sejenis obat yang membuat orang tidak dapat tidur.
Obat tersebut diantarnya jenis ampetamin.
e. Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak
usia 6 tahun atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut
langsung terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
f. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara
di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat
menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah
yang menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian
belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati udara
pernapasan.
3. Intervensi
Gangguan
eliminasi urin Hipertermi
Nyeri akut
Cemas
Merangsang Sistem
Aktivasi Retikuler (SAR)
untuk menurunkan
pengeluaran serotonin
Gangguan Depvirasi
Insomnia
Pola Tidur Tidur
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 13.
Jakarta:EGC
Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku
3. Jakarta: Salemba Medika