Anda di halaman 1dari 13

Mata Ajar : Keperawatan Dasar 1

Pembimbing : Rahmat Hidayat, S. Kep., Ns.

Laporan Awal

Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas dan Latihan

Oleh :

Siti Hadijah Syam

14220170015

Progra Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Muslim Indonesia

2018
A. Definisi Aktvitas dan Latihan
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti
berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas
dari keadekuatan system persarafan dan muskuloskeletel. Kebutuhan aktivitas
(pergerakan) merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dengan
kebutuhan dasar dan tidur, dan saling mempengaruhi manusia yang lain
seperti istirahat. Aktivitas sebagai salah satu tanda bahwa seseorang itu dalam
keadaan sehat. Seseorang dalam rentang sehat dilihat dari bagaimana
kemampuannya dalam melakukan berbagai aktivitas seperti misalnya berdiri,
berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang itu tidak terlepas dari
keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas sendiri sebagai
suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan hal tersebut
agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Latihan merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
meningkatkan atau memelihara kebugaran tubuh. Latihan merupakan suatu
gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk menjaga kinerja otot dan
mempertahankan postur tubuh.Latihan dapat memelihara pergerakan dan
fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan
fleksibilitas otot. Selain itu, latihan fisik dapat membuat fungsi gastrointestinal
dapat bekerja lebih optimal dengan meningkatkan selera makan orang tersebut
dan melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat
melakukan aktifitas fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot
abdomen menjadi lemah sehinga fungsi eliminasinya kuang efektif.
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif
pada seseorang termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting,
berpakaian, mobilisasi tempat tidur, berpindah dan ambulasi/ROM.
Pemenuhan terhadap ADL ini dapat meningkatkan harga diri serta gambaran
diri pada seseorang, selain itu ADL merupakan aktifitas dasar yang dapat
mencegah individu tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan yang
menyangkut pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL pada klien
dengan intoleransiaktivitas harus diprioritaska. Adapun jenis aktivitas dan
latihan antara lain sebagi berikut.
1. Jenis aktivitas antara lain:
a) Aktivitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari-hari. Aktivitas penuh ini merupakan fungsi
saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh
area tubuh seseorang.
b) Aktivitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas dan tidak mam.pu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sesnsorik pada area
tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang
dengan pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami
aktivitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol
motorik dan sensorik. Aktivitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:
1) Aktivitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada system
musculoskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan
tulang.
2) Aktivitas permanen, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya system saraf yang reversibel, contohnya
terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang
belakang, poliomilitis karena terganggunya system saraf motorik
dan sensorik.
2. Latihan:
National Institues of Health (NIH) mendefinisikan latihan dan aktifitas
fisik sebagai berikut:
a) Aktivitas fisik adalah “pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
langka yang memerlukan pengeluaran energy dan menghasilkan
manfaat kesehatan yang progresif”.
b) Latihan adalah sebuah tipe aktivitas fisik yang didefinisikan sebagai
pergerakan tubuh secara terencana, terstruktur, dan baerulang yang
dilakukan untuk memperbaiki atau mempertahankan satu atau lebih
komponen kebugaran fisik.
c) Tipe latihan
1) Latihan isotonic (dinamik) adalah latihan yang memendekkan otot
untuk menghasilkan kontraksi otot dan pergerakan aktif.
2) Latihan isometric (statis atau ditempat) adalah latihan yang
memerlukan perubahan pegangan otot tetapi tidak ada perubahan
dalam panjang otot dan tidak ada pergerakan otot atau sendi.
3) Latihan isokinetic (resistif) melibatkan kontraksi otot atau tegangan
otot dalam melawan latihan; sehingga latihan ini dapat bersifat
isotonic atau isometric.
4) Latihan aerobic adalah aktivitas yang memerlukan jumlah
peroksigen lebih besar di dalam tubuh dibandingkan yang biasa
digunakan untuk melakukan aktivitas.

B. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Aktivitas


Ada pun sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas:
1. Tulang
Merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, diantaranya :
a. Mekanis :
1) Membentuk rangka
2) Tempat melekatnya berbagai otot.
b. Tempat penyimpanan mineral (Kalsium dan Fosfor).
c. Tempat sumsum tulang sebagai pembentuk sel darah.
d. Pelindung organ-organ dalam.
e. Jenis tulang :
1) Pipih ( kepala dan pelvis).
2) Kuboid (Vertebra dan tarsal).
3) Panjang (Femur dan Tibia).
2. Otot dan tendon
a. Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh
bergerak sesuai keinginan
b. Tendon adalah suatu jaringan ikat yang melekat pada tulang, origo
adalah tempat asal tendon dan insersio adalah arah tendon.
c. Terputusnya tendon akan membuat kontraksi otot tidak akan dapat
menggerakkan tulang
3. Ligamen
Merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.
4. Sistem Syaraf
a. Terdiri dari sistem syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan syaraf
tepi (perifer).
b. Setiap syaraf memiliki bagian somatis dan otonom.
c. Bagian Somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik.
5. Sendi
Merupakan tempat bertemunya dua ujung tulang atau lebih.Sendi membuat
segmentasi darikerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen
dan bebagai pertumbuhan tulang.

C. Kebutuhan Mobilitas Dan Imobilitas


1. Mobilitas
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.
a. Jenis Mobilitas
1) Mobilitas Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan
interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas
penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan
sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2) Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak
secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik
dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada
kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi.
Pasien paraplegi dapt mengalami mobilitas sebagian pada
ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan
sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma
reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah
adanya dislokasi sendi dan tulang.
b) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem
saraf yang reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia
karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang,
poliomielitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan
sensorik.
b. Mobilitas sendi
Sendi adalah unit fungsional system musculoskeletal. Tulang
rangka bersambungan disendi dan sebagian besar otot rangka
melekat ke 2 tulang dibagian sendi. Tipe pergerakan sendi, dapat
dilihat pada table di bawah ini.

Pergerakan Kerja
Fleksi Menurunkan sudut sendi (misal menekuk siku).
Ektensi Meningkatkan sudut sendi (misal meluruskan
lengan dibagian siku)
Hiperekstensi Ekstensi yang lebih jauh atau pelurusan sendi
(misal menekuk kepala ke belakang)
Abduksi Pergerakan tulang menjauhi garis tengah tubuh
Aduksi Pergerakan tubuh menuju garis tengah tubuh
Rotasi Pergerakan tulang mengelilingi sumbu pusatnya
Sirkumduksi Pergerakan dibagian distal tulang membentuk
sebuah lingkaran sementara ujung proksimal tetap
Eveksi Mengerakan telapak kaki kearah luar dengan
menggerakan sendi pergelangan kaki
Inversi Menggerakan telapak kaki kearah dalam dengan
menggerakan sendi pergelangan kaki
Pronasi Mengerakan tulang lengan bawah sehingga
telapak tangan menghadap ke bawah saat
dilatekan di depan tubuh
Supinasi Menggerakan tulang lengan bawah sehingga
telapak tangan menghadap ke atas saat dilatakan
didepan tubuh.
c. Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas
Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan
diantaranya:
1) Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi kemampuan
mobilitas seseorang karena gaya hidup berdampak pada
perilaku atau kebiasaan sehari-hari.
2) Proses Penyakit/Cedera
Proses penyakit dapat memengaruhi kemampuan mobilitas
karena dapat memengaruhi fungsi sistem tubuh. Sebagai
contoh, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami
keterbatasan pergerakan dalam ekstrimitas bagian bawah.
3) Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya
sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat;
sebaliknya ada orang yang mengalami gangguan mobilitas
(sakit) karena adat dan budaya tertentu dilarang untuk
beraktivitas.
4) Tingkat Energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar
seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan
energi yang cukup.
5) Usia dan Status Perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia
yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau
kematangan fungsi alat gerak sejalan perkembangan usia.

2. Imobilitas
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan di mana seseorang tidak
dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang menganggu pergerakan
(aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat
disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya.
a. Jenis Imobilitas
1) Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik
dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi
pergerakan, seperti pada pasien dengan hemiplegia yang tidak
mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak
dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan.
2) Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang
mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
3) Imobilitas emosional, keadaan ketika seseorang mengalami
pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-
tiba dalam menyesuaikan diri. Sebagai contoh, keadaan stress berat
dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang
mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan
sesuatu yang paling dicintai.
4) Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan
dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya
sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.
b. Efek imobilitas
Individu yang memiliki gaya hidup tidak aktif atau yang dihadapkan
dengan keadaan tidak aktif karena sakit atau cidera berisiko mengalami
banyak masalah yang dapat mempengaruhi system tubuh utama.
Kemunngkinan efek imobilitas pada system tubuh diuraikan dibawah
ini.
1) Sistem musculoskeletal
a) Disuse Osteopororsis. Tanpa tekanan dan aktivitas tulang,
mengalami demineralisai. Tulang mengalami deplesi terutama
kalsium, yang membeikan kekuatan dan densitas tulang.
Tanpa memperhatikan kalsium dalam diet seseorang, prose
demineralisasi, yang dikenal sebagai osteoporosis, terus
berlanjut dengan imobilitas.
b) Disuse Atrofi. Atrofi (pengecilan ukuran) otot karena tidak
terpakai, kehilangan sebagian besar kekuatan fungsi dan
normalmya.
c) Kontraktur. Saat serat otot tidak mampu memendek dan
memanjang, pada akhirnya akan terbentuk kontraktur
(pemendekan otot secara permanen), yang membatasi
mobilitas sendi.
d) Kekuan dan nyeri pada sendi. Tanpa pergerakan, jaringan
kolagen (jaringan ikat) di sendi menjadi ankilosis (tidak dapat
bergerak secara permanan).
2) Sistem Kardovaskuler
a) Pengurangan cadangan jantung. Penurunan mobilitis
menciptakan ketidakseimbangan dalam sistem saraf otonom,
yang menyebaban peningkatan aktivitas simpatik melebihi
aktivitas kolinegik yang meningkatkan frekuensi jantung.
b) Peningkatan penggunaan maneuver Valsava. Maneuver
valsava adalah menahan nafas dan menegakan glottis yang
tertutup.
c) Hipotensi ortostatik (postural). Hipotensi ortostatik adalah
akibat umum dari imobilisasi.
d) Vasodilatasi vena dan stasis vena. Otot rangka orang yang
aktif berkontraksi pada tiap pergerakan, yang menekan
pembuluh darah di otot tersebut dan membantu memompa
darah kembali ke jantung melawan gravitasi.
e) Edema jantung. Apabila tekanan vena cukup besar, beberapa
bagian serosa darah dipaksa keluar dari pembuluh darah ke
dalam ruangan intersitasi di sekitar pembuluh darah, yang
menyebabkan edema.
f) Pembentukan thrombus. Tiga factor secara bersama
menyebabkan terbentuknya tromboflbitis (bekuan yang
melekat secara longgar ke dinding darah yang mengalami
inflamasi).
3) Sistem Pernapasan
a) Penurunan pergerakan pernapasan. Klien yang tdiak bergerak
dan berbaring terlentang, ventilsi parunya berubah secara pasif.
b) Penumpukan sekresi pernapasan. Sekresi saluran pernapasan
secara normal dikeluarkan dengan mengubah posisi atau postur
dan dengan batuk.
c) Atelectasis. Apabila ventilasi menurun, sekresi yang
menumpuk dapat terkumulasi d area tergantung pada
bronkiolus dan secara efektif menyumbatnya.
d) Pneumonia hipostatik. Sekresi yang menumpuk menjadi media
pertumbuhan bakter yang sangat baik.
4) Sistem Metabolik
a) Penurunan laju metabolik. Metabolism adalah jumlah semua
proses fisik dan kimia yang membentuk dan mepertahankan zat
hidup dan yang menyediakan energy untuk digunakan oleh
tubuh.
b) Keseimbangan nitrogen negative. Pada orang yang aktif,
keseimbangan terjadi antara sistesis protein (anabolisme) dan
pemecahan protein (katabolisme).
c) Anoreksia. Kehilangan selea makan (anoreksia) terjadi karena
penurunan laju metabolic dan peningkatan katabolisme yang
menyertai imobilitas.
d) Keseimbangan kalsium negative. Keseimbanan kalsium
negative terjadi sebagai akibat langsung dari imobilitas.
5) Sistem Perkemihan
a) Stasis urine. Pada orang yang dapat bergerak, gravitasi
memainkan peranan penting dalam mengosongkan ginjal, dan
kandung kemih.
b) Batu ginjal. Pada orang yang dapat bergerak, kalsium di dalam
urine tetap kuat terlarut karena kalsium dan asam sitrat
seimbang dalam keasaman urine yang tepat.
c) Retensi urine. Orang yang tidak dapat bergerak dapat menderita
retensi urine (akumulasi urine di dalam kandung kemih),
distensi kandung kemih, dan kadang kala inkontinesia urine
(berkemih secara involunter)
d) Infeksi urine. stasis urine menyediakan medium yang sempurna
untuk pertumbuhan bakteri.
6) Sistem Pencernaan
Konstipasi adalah masalah yang sering terjadi pada orang yang
mengalami imobilitas karena penurunan peristaltic dan motilatas
kolon. Posisi yang tidak nyaman di atas pispot tidak memfasilitasi
seseorang yang mejalani terah baring untuk eliminasi.
7) Sistem Integumen
a) Penurunan turgor kulit. Kulit dapat mengalami atrofi sebagai
akibat dan imobilitas berkepanjangan.
b) Kerusakan kulit. Sirkulasi darah normal berlangsung pada
kativitas otot.
8) Sistem Psikoneurologi
Individu tidak mampu melaksankan aktivitas biasa terkait dengan
peran mereka (mis, sebagai pencari nafkah, suami, ibu, atau atlet)
menyadari peningkatan kebergantungan kepada orang lain.

D. Faktor yang Mempengaruhi Kebeutuhan Pemenuhan Aktivitas dan


Latihan
1. Gaya hidup. Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan
aktivitas seseorang karena berdampak pada perilaku kebiasaan sehari-hari.
2. Proses penyakit/cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi kemmapuan
aktivitas karena dapat mempengaruhi fungsi system tubuh.
3. Kebudayaan. Kemampuan melakukan aktivitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan, contohnya orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh
memiliki kemampuan aktivitas yang kuat, sebaliknya ada orang yang
mengalami gangguan aktivitas (sakit) karena budaya dan adat dilarang
beraktivitas.
4. Tingkat energi. Energi dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.
5. Usia dan status perkembangan. Kemampuan atau kematangan fungsi alat
gerak sejalan dengan perkembangan usia. Intolerensi aktivitas/ penurunan
kekuatan dan stamina, Depresi mood dan cemas.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Kozier, dkk. 2016. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, & Praktik Edisi
7 Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Salemba Medika.

Selvi. 2016. “Aktivitas dan Latihan”


(http://selviyanakakasing.blogspot.co.id/2016/09/aktivitas-dan-latihan.html.
Diakses, 8 Mei 2018 pukul 21.46 WITA)

Anda mungkin juga menyukai