DOSEN PENGAMPUH
M. RIZA,S.E.,M.A
KELOMPOK 4
ASRI WATI SARIFUDIN 018013525
BUDIMAN 018013530
NURFATANAH 018013554
NURHAYATI 018013569
Masa lanjut usia merupakan periode penutup dalam rentang kehidupan seseorang.
Pada periode ini seseorang telah beranjak jauh dari kehidupan sebelumnya yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari masa yang penuh dengan manfaat. Ditandai dengan
adanya penurunan pada kapasitas fisik dan psikologis. Seringkali seseorang melihat masa
lampaunya, umumnya dengan penuh penyesalan, dan cenderung ingin hidup pada masa
sekarang, mencoba mengabaikan masa depan sebisa mungkin.
Karena kondisi kehidupan dan perawatan yang lebih baik, mayoritas pria dan wanita
jaman sekarang tidak menunjukkan tanda – tanda penuaan mental dan fisik hingga usia 65
tahun, bahkan sampai awal 70-an. Karena alasan tersebut ada kecenderungan yang
meningkat untuk menggunakan usia 65 sebagai usia pensiun.
Menurut Hurlock, tahap terakhir dalam rentang kehidupan, seringkali dibagi
menjadi: usia lanjut dini(60 – 70 tahun) dan usia lanjut (70 thn – akhir
kehidupannya).Semakin lanjut usia seseorang dalam periode hidupnya dan telah
kehilangan kejayaan masa mudanya.
Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang
penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya. Penuaan
merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel,
yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan
dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru,
saraf dan jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan regeneratife yang terbatas, mereka
lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan
orang dewasa lain. Penurunan ini terutama penurunan yang terjadi pada kemampuan otak.
Ciri – ciri masa lanjut usia, sebagai berikut :
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
3. Menua membutuhkan perubahan peran
4. Penyesuaian yang buruk pada masa lansia
5. Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda
6. Memiliki berbagai stereotype
7. Keinginan menjadi muda kembali sangat kuat
1. Teori Aktivitas pada Masa Lanjut Usia
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) yang
mengatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung dari bagaimana seorang lansia
merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas
tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. Dari
satu sisi aktivitas lansia dapat menurun, akan tetapi di lain sisi dapat dikembangkan,
misalnya peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau nenek, ketua RT, seorang
duda atau janda, serta karena ditinggal wafat pasangan hidupnya. Dari pihak lansia
sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan merupakan suatu perjuangan untuk
tetap muda dan berusaha untuk mempertahankan perilaku mereka semasa mudanya.
Dalam psikososial teori aktivitas menekankan pentingnya peran serta dalam
kegiatan masyarakat bagi kehidupan seorang lansia. Dasar teori ini adalah bahwa
konsep diri seseorang bergantung pada aktivitasnya dalam berbagai peran. Apabila
hal ini hilang, maka akan berakibat negatif terhadap kepuasan hidupnya. Ditekankan
pula bahwa mutu dan jenis interaksi lebih menentukan daripada jumlah interaksi.
Hasil studi serupa ternyata menggambarkan pula bahwa aktivitas informal lebih
berpengaruh daripada aktivitas formal. Kerja yang menyibukkan tidaklah
meningkatkan self esteem seseorang, tetapi interaksi yang bermakna dengan orang
lainlah yang lebih meningkatkan self esteem. Teori aktivitas, juga dikenal sebagai
teori implisit penuaan, teori normal dari penuaan mengusulkan bahwa sukses
penuaan terjadi ketika orang dewasa yang lebih tua tetap aktif dan menjaga interaksi
sosial.
Menurut teori aktivitas (activity theory), semakin orang dewasa lanjut aktif
dan terlibat, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin besar
kemngkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Dalam hal ini penting bagi
para dewasa lanjut untuk menemukan peran-peran pengganti untuk tetap menjaga
keaktifan mereka dan keterlibatan mereka didalam aktivitas kemasyarakatan.
Dengan adanya aktivitas pengganti ini maka dapat menghindari individu dari
perasaan tidak berguna, tersisihkan, yang membuat mereka menarik diri dari
lingkungan.
Teori aktivitas mencerminkan perspektif fungsionalis bahwa keseimbangan
seorang individu berkembang pada usia pertengahan harus dipertahankan di tahun
kemudian.
2. Teori Pelepasan pada Masa Lanjut Usia
Teori ini dikembangkan oleh Robert J. Havighurst pada tahun 1961. Pada
tahun 1964, Bernice Neugarten menegaskan kepuasan yang di usia tua bergantung
pada pemeliharaan aktif dari hubungan pribadi dan usaha. Teori ini mengasumsikan
bahwa hubungan yang positif antara aktivitas dan kepuasan hidup . Salah satu
penulis menunjukkan aktivitas yang memungkinkan orang dewasa menyesuaikan
diri dengan pensiun dan bernama "etika sibuk". Para kritikus negara teori aktivitas
bahwa mengabaikan ketidaksetaraan dalam kesehatan dan ekonomi yang
menghambat kemampuan bagi orang tua untuk terlibat dalam kegiatan tersebut.
Juga, beberapa orang dewasa yang lebih tua tidak ingin terlibat dalam tantangan
baru.
Teori pelepasan memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lansia
merupakan suatu proses yang secara berangsur-angsur sengaja dilakukan oleh
mereka, untuk melepaskan diri dari masyarakat.
Teori pelepasan berpendapat bahwa kepuasan pada orang masa lanjut usia
ditentukan dari dua macam arah. Di satu sisi, orang yang semakin tua semakin
melepaskan diri dari berbagai ikatan. Di lain sisi, dia akan dilepaskan oleh
masyarakat pada saat ia mulai pensiun. Ini merupakan proses yang wajar. Manusia
yang menadi tua, terutama yang sudah tua betul, mencari bentuk – bentuk isolasi
sosial tertentu, dan justru dalam isolasinya itu merasa puas dan bahagia (Havighurst
dalam Neugarten, 1968).
3. Pola – Pola Kepribadian pada Masa Lanjut Usia
a. Jenis Kepribadian
Beberapa perubahan dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai
berikut:
1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy)
Biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap
sampai sangat tua.
2. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality)
Pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome,
apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat
memberikan otonomi pada dirinya.
3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy)
Pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila
kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak
bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit
dari kedukaannya.
4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality)
Pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan
kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak
diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy)
Pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya
sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
a. Gangguan persepsi
b. Proses berpikir
d. Gangguan Kesadaran
e. Gangguan Orientasi
Birchfield, PC 1996. Elders’ Health dalam Stanhope, M.: Community Health Nursing.
St.Louise, Missouri: Mosby
Desmita. (2013). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Haditono, S. Rahayu. (2006). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Hurlock, B. Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Papilia E. Diane, dkk. (2008). Human Development. Jakarta: Prenada Media Group
Santrock J.W. (2002). Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga
Weiten, W. (2013). Psychology Themes and Variations. 9th ed. Canada : WadsWorth
Cengage Learning
Yuliati, Amalia, Ni’mal Baroya, Mury R. (2014). Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang
Tinggal di Komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia.E-Jurnal Pustaka
Kesehatan, Vol. 2(1), hal. 87 – 94