Anda di halaman 1dari 18

Tipe-Tipe

Kepribadian
Adiyuswa
Disusun oleh Kelompok 8
ANGGOTA KELOMPOK

Arlieta Helga Maharani Farsya Fatima Zahra


15000120130170 15000120140127
A. Teori Perkembangan
Sosioemosi Adiyuswa
Kelompok orang yang memasuki fase terakhir di kehidupan atau lansia di
masa adiyuswa pada umumnya mengalami penurunan di beberapa fungsi,
yang berarti mengindikasikan adanya suatu perbedaan dibanding
keoptimalan beberapa fungsi di masa sebelumnya. Perubahan pada masa
lansia ini menimbulkan efek yang cukup besar dalam merekonstruksi
adaptasi kemampuan beraktivitas yang ditujukan keluar dirinya.
Kepribadian merepresentasikan keunikan individu dan dari keunikan
tersebut membedakan individu dengan individu lain. Dalam usia lanjut,
perubahan karakteristik dalam kepribadian tidak dipengaruhi oleh
bertambahnya usia, ada kemungkinan untuk berubah, tetapi sedikit, yang
mana ini disebut teori kepribadian berlanjut. Akan tetapi, aspek-aspek dari
kepribadian dapat berubah (Indriana, 2008).
1. Teori Erikson 2. Teori Aktivitas
Sesuai dengan teori perkembangan psikososial yang Teori ini menyatakan bahwa pada usia dewasa lanjut,
dicetuskan oleh Erikson yaitu Eight Stages of Human Life, keterlibatan individu dan aktivitas yang mereka lakukan
kubu tugas perkembangan di masa old age atau lansia maka akan mengarah pada kepuasan hidup yang lebih
terdiferensiasi atas integrity versus despair. Pada tahap besar. Teori aktivitas mengatakan bahwa apabila di usia
ini, terjadi interpretasi makna sepanjang hidupnya dengan dewasa lanjut seorang individu memiliki sifat seperti aktif,
dua kemungkinan, yaitu berupa pandangan positif atau energik, dan produktif maka masalah yang mereka hadapi
negatif. Life review menjadi menonjol pada tahap ini di masa tua akan lebih ditangani dengan lebih muda dan
karena dalam life review, individu dapat melihat kembali menjadi lebih bahagia dibandingkan mereka yang
pengalaman, mengevaluasinya, dan menafsirkannya. diasingkan atau dijauhi dari masyarakat. Pada teori ini,
Robert Butler, seorang ahli tentang penuaan parameter proses penuaan yang dianggap berhasil adalah
mengungkapkan sebuah perspektif terhadap life review dari seberapa aktif para lansia berpartisipasi dalam
bahwa terdapat kemungkinan untuk kemarahan, kegiatan bermasyarakat atau menjadi bagian darinya.
kesedihan, rasa bersalah, dan rasa sakit, tetapi terdapat
kemungkinan juga untuk perayaan dan resolusi, untuk
harapan dan afirmasi, serta untuk pertumbuhan diri dan
rekonsiliasi.
3. Teori Selektivitas 4. Teori Optimalisasi
Sosioemosi Selektif melalui Kompensasi
Teori ini mengatakan bahwa orang usia lanjut akan lebih Teori optimalisasi selektif melalui kompensasi (selective
selektif dalam jaringan sosialnya. Karena dalam rentang optimization with compensation theory) menyatakan bahwa
usia tersebut, kepuasan emosional merupakan hal yang keberhasilan di usia lanjut berkaitan dengan tiga faktor,
sangat penting dan mereka termotivasi untuk meluangkan yaitu selektif, optimalisasi, dan kompensasi. Seleksi
lebih banyak waktu menjalin relasi dengan individu yang didasarkan pada suatu konsep bahwa kapasitas orang
dikenalnya. Teori ini mempunyai dua fokus pada jenis- lanjut usia telah turun dan kehilangan kemampuan untuk
jenis tujuan yang dapat memotivasi individu untuk berfungsi, hal ini menyebabkan turunnya performa.
meraihnya, yaitu: Pertama, yang berkaitan dengan Optimalisasi berarti bahwa kita harus dapat
pengetahuan dan Kedua, yang berkaitan dengan emosi. mempertahankan performa melalui praktik terus menerus.
Teori ini menekankan bahwa motivasi untuk memperoleh Kompensasi menjadi relevan apabila tugas-tugas
pengetahuan cenderung tinggi dan proses diawali pada kehidupan menuntut kapasitas yang melampaui taraf
usia awal lalu mencapai puncak di masa remaja dan performa saat ini yang secara potensial dimiliki oleh orang
dewasa dan kembali menurun di masa dewasa akhir. lanjut usia.
Sementara emosi cenderung tinggi di masa bayi dan anak-
anak, menurun pada masa dewasa awal, dan meningkat di
masa dewasa akhir (Santrock, 2011).
B. Kepribadian, Diri, dan
Masyarakat
1. Kepribadian
Dari paparan keempat faktor besar kepribadian, sebuah studi menemukan bahwa
faktor-faktor kepribadian seseorang akan terus berubah pada masa dewasa akhir.

2. Diri dan Masyarakat


Eksplorasi diri kita berfokus pada perubahan self-esteem (harga diri), possible
selves (kemungkinan diri) dan self-acceptance (penerimaan diri), serta self-control
(pengendalian diri) (Santrock, 2011).
Possible Selves (kemungkinan
Self-esteem (harga diri) diri) dan Self-Acceptance
(penerimaan diri)
Pembahasan ini erat kaitannya dengan Kemungkinan diri adalah kemungkinan tentang
penjelasan mengenai harga diri yang turun, individu akan menjadi apa, mereka ingin
Dimana harga diri seseorang biasanya menjadi seperti apa, dan apa yang mereka
meningkat pada usia dua puluhan, mendatar di takutkan dalam proses “menjadi” tersebut
usia tiga puluhan dan empat puluhan, naik jauh (Hoppmann & Smith, 2007; Markus & Nurius,
di tahun lima puluhan dan enam puluhan, dan 1987). Penerimaan diri yang ideal terkait masa
kemudian turun secara signifikan di tahun tujuh depan menurun dan penerimaan diri masa lalu
puluhan dan delapan puluhan (Santrock, 2011). meningkat pada orang dewasa yang lebih tua
(Ryff, 1991).
Self-control
(pengendalian diri)
Dampak negatif yang timbul dari masalah terkait dengan
usia ini (lanjut usia), yaitu seperti menurunnya kemampuan
fisik dan kognitif, meningkatnya penyakit yang diderita,
tetapi hal itu dapat ditahan apabila individu
mengembangkan gaya kendali yang fleksibel serta
akomodatif (Santrock, 2011).
Orang-orang Lanjut Usia
di Masyarakat
Ketika berbicara tentang orang lanjut usia, hal-hal yang kerap terlintas dipikiran kita
adalah orang tua zaman dulu, pemikiran yang kurang terbuka, gagap teknologi, sulit
beradaptasi dengan hal baru dan lain sebagainya. Beberapa pernyataan tersebut
merupakan contoh stereotip negatif dari masyarakat terhadap kaum lansia.
Keikutsertaan orang-orang lanjut usia seringkali tidak memperoleh dukungan
maupun respon positif karena adanya ageism. emperoleh dukungan maupun
respon positif karena adanya ageism. Istilah ageism pertama kali diperkenalkan
oleh Robert Neil Butler pada tahun 1969 dalam tulisannya “Age-ism: Another form
of bigotry” yang merujuk pada adanya diskriminasi terhadap orang-orang yang
telah berusia lanjut (Irawanto, 2013).
Tipe Kepribadian Lansia

Tipe Kepribadian Konstruktif Tipe Kepribadian Mandiri


(Constructive Personality) (Independent Personality)

Lansia yang memiliki tipe kepribadian Lansia yang memiliki tipe kepribadian mandiri
konstruktif cenderung tampak tenang, tidak cenderung memiliki sifat ketergantungan yang
banyak mengalami permasalahan, memiliki rendah, tetapi memiliki resiko tinggi mengalami
integritas yang tinggi, fleksibel, dan memiliki post power syndrome. Dimana post power
tingkat toleransi yang tinggi (Asterina, 2012; syndrome ini merupakan keadaan yang
Jamil, 2012). menyebabkan gangguan fisik, sosial, maupun
spiritual pada lansia di masa pensiun yang dapat
menghambat aktivitas sehari-hari (Asterina, 2012;
Jamil, 2012).
Tipe Kepribadian Lansia

Tipe Kepribadian Ketergantungan Tipe Kepribadian Bermusuhan


(Dependent Personality) (Hostility Personality)

Lansia yang memiliki tipe kepribadian Lansia yang memiliki tipe kepribadian
ketergantungan ini biasanya dipengaruhi bermusuhan biasanya memiliki ciri adanya
oleh keadaan keluarga atau kerabat perasaan tidak puas pada hidup yang dijalani,
semasa hidupnya. sering menyalahkan orang lain atas apa yang
terjadi, tidak memperhitungkan banyak hal,
serta curiga dan seringkali merasa iri kepada
orang dengan usia yang lebih muda darinya
(Asterina, 2012; Jamil, 2012).
Tipe Kepribadian Lansia

Tipe Kepribadian Kritik Diri


(Self Hate Personality)

Lansia yang memiliki tipe kepribadian kritik diri ini biasanya terlihat
tidak bahagia atau sengsara, ditunjukkan dengan adanya penolakan
terhadap bantuan orang lain dan memiliki perilaku yang terkadang
mempersulit dirinya sendiri. Lansia dengan kepribadian ini seringkali
menyalahkan dirinya sendiri (Asterina, 2012; Jamil, 2012).
Contoh Kasus
&
Pembahasan
Kasus 1
Salah satu permasalahan yang terjadi pada orang lanjut usia adalah kematian pasangan dan
sulitnya individu tersebut menyesuaikan diri dengan kematian pasangan. Telah dilakukan
wawancara dan observasi pada tanggal 8 Januari 2018 kepada salah satu lansia di kelurahan
Pasar Tengah Curup, Bengkulu, yang bernama Pak Husni Tamrin. Beliau memberikan
pernyataan sebagai berikut ini “Kematian pasangan hidup merupakan permasalahan yang
sangat berat yang saya rasakan karena sudah lebih dari empat puluh tahun kami hidup
bersama. Sehingga kehilangan yang sangat berarti dalam hidup saya ketika kehilangan istri
saya. Istri saya merupakan penghibur ketika saya sedang sedih, motivator dalam keluarga, dan
ibu yang terbaik bagi keluarga. Sehingga, dengan tidak adanya beliau sekarang, membuat hari-
hari saya merasa sepi. Sejujurnya memang pada awalnya sangat sulit bagi saya untuk
menerima kepergian istri, butuh berbulan-bulan saya untuk menyesuaikan diri tanpa adanya
istri. Tetapi sekarang saya sudah ikhlas karena saya juga tidak mau dia terus-menerus
kesakitan, jadi saya sudah tahu bahwa memang itulah jalan terbaiknya.”
Kasus 2
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia adalah permasalahan pensiun dan
berkurangnya pendapatan keluarga. Wawancara yang dilakukan bersama Ibu Musni pada
8 Januari 2018 didapatkan hasil bahwa permasalahan yang sering dihadapi oleh lansia
biasanya berhubungan dengan ekonomi dikarenakan penghasilan yang tidak ada lagi dan
hanya mengandalkan pemberian dari anak. Lebih lanjut, beliau menjelaskan setelah
memasuki masa pensiun beliau agak mengalami kesulitan dalam membentuk hubungan
sosial yang luas dikarenakan keterbatasan fisik. Kesehatan, ekonomi dan keluarga
merupakan salah satu permasalahan yang sering dihadapi pada masa lansia. Pada masa
ini seringkali ada keadaan terpaksa, yakni ketergantungan fisik, sosial, dan ekonomi
terutama kepada keluarga yang mungkin dipersulit dengan keadaan ditolak. Selanjutnya,
masalah kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian. Penyesuaian tersebut
karena adanya perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan
berpenghasilan) menjadi kemunduran.
Pembahasan Kasus 1
Berdasarkan kasus yang telah dipaparkan di atas, digambarkan memang sebegitu berartinya pasangan
hidup pada hidup masing-masing individu terutama para lansia. Penyesuaian terhadap kematian pasangan
atau terhadap perceraian pun sangat sulit dilakukan bagi pria maupun wanita usia lanjut, karena pada masa
ini semua penyesuaian akan semakin sulit dilakukan. Hal ini juga sesuai dengan teori perkembangan
psikososial Erikson yaitu Eight Stages of Human Life, yaitu pada usia tua adalah integrity vs despair atau
integritas vs keputusasaan, dimana terdapat dua kemungkinan apakah lansia memandang hidupnya dengan
pandangan positif atau negatif. Pak Husni Tamrin memiliki pandangan positif kepada hidup yang telah Ia
jalani, karena beliau dapat menerima kejadian di masa lampau yakni kematian istrinya dan merasa cukup
pada kehidupan sekarang yang dijalani. Pada tahap life review pun, Mungkin pada awalnya Pak Husni Tamrin
merasakan kemarahan dan kesedihan akan kepergian istrinya, namun seiring berjalannya waktu perasaan-
perasaan tadi berubah dengan ditemukannya makna dari pengalaman tersebut. Kemudian jika ditinjau lebih
lanjut, Pak Husni Tamrin memiliki tipe kepribadian ketergantungan atau dependent personality. Hal ini
dikarenakan tipe ini dipengaruhi oleh keadaan keluarga atau kerabat semasa hidup individu, jika lansia
dengan keluarga yang tidak harmonis dan kurang kasih sayang, atau bahkan ditinggalkan oleh keluarganya,
lansia akan merasakan perasaan sedih dan murung (Asterina, 2012; Jamil, 2012).
Pembahasan Kasus 2
Berdasarkan kasus yang telah dipaparkan, diketahui bahwa ekonomi dan kesehatan merupakan salah
permasalahan yang sering dihadapi pada masa lansia. Adanya perubahan dari keadaan sebelumnya,
dimana fisik individu masih kuat, individu masih bekerja dan berpenghasilan menjadi penurunan kondisi
fisik dan penurunan kondisi ekonomi menyebabkan lansia menjadi kesulitan dalam membentuk hubungan
sosial yang luas. Hal ini sejalan dengan teori aktivitas yang menyatakan bahwa apabila di usia dewasa
lanjut seorang individu memiliki sifat seperti aktif, energik, dan produktif maka masalah yang mereka
hadapi di masa tua akan lebih ditangani dengan lebih mudah dan menjadi lebih bahagia dibandingkan
mereka yang diasingkan atau dijauhi dari masyarakat. Teori ini juga menyatakan bahwa semakin banyak
kepuasan hidup yang dimiliki oleh individu maka akan lebih besar kemungkinan mereka akan melanjutkan
peran-peran di masa dewasa menengah hingga dewasa akhir dan apabila peran tersebut terganti atau
terhapus (pensiun) maka mereka perlu menemukan peran pengganti agar tetap memiliki sifat aktif dan
tetap terlibat dalam masyarakat (Feldman, 2001; Santrock, 2011). Lansia yang mengalami hal ini termasuk
dalam tipe kepribadian mandiri karena cenderung memiliki sifat ketergantungan yang rendah, tetapi
memiliki resiko tinggi mengalami post power syndrome. Dimana post power syndrome ini merupakan
keadaan yang menyebabkan gangguan fisik, sosial, maupun spiritual pada lansia di masa pensiun yang
dapat menghambat aktivitas sehari-hari (Asterina, 2012; Jamil, 2012).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai