2. Golongan armored-defended
Berambisi dengan pertahanan
diri yang kuat, berusaha keras
melawan proses ketuaan dengan
tetap aktif dan kerja keras sampai
titik yang penghabisan. Atau
sebaliknya ada dari golongan ini
yang melawan ketuaan justru
dengan mengurangi aktivitas dan
in-teraksi sosialnya untuk
penghematan energi.
1. Tipe Konstruktif
Sejak muda mudah
menyesuaikan diri dengan baik
terhadap perubahan dan pola
kehidupannya. Dengan perilaku
yang adaptif, aktif, dinamis, tipe
ini biasanya dapat menyelesaikan
studinya dengan baik dan
berprestasi, pergaulan sosial
baik, dan dalam pekerjaan
mempunyai karir yang baik.
Kemarahan ( anger )
Merupakan fase saat individu menyadari bahwa penolakan
tidak dapat dilakukan lagi, sehingga kemudian
memunculkan rasa marah, benci dan iri. Pertanyaan yang
biasanya muncul adalah “Mengapa saya?”, “Me-ngapa bukan
orang lain?”. Pada fase ini seseorang menjadi makin sulit
dirawat karena amarahnya seringkali salah sasaran dan
diproyeksikan kepada para dok-ter, perawat, anggota
keluarga, dan juga Tuhan.
Tawar menawar ( bargaining )
Merupakan fase di mana individu mengembangkan harapan bahwa
kematian sewaktu-waktu dapat ditunda atau diundur. Beberapa
orang membuka tawar menawar atau negosiasi- seringkali dengan
Tuhan - sambil mencoba untuk menunda kematian. Secara
psikologis, seseorang berkata “Ya, saya, tapi……”. Dalam usaha
mendapatkan perpanjangan waktu kehidupan untuk beberapa hari,
minggu, atau bulan; seseorang kadang berjanji untuk merubah
kehidupannya yang akan dide-dikasikan hanya untuk Tuhan atau
untuk melayani orang lain.
Depresi ( depression )
Merupakan fase saat individu akhirnya menyadari tidak dapat
menolak kematian yang akan dialaminya. Pada titik ini, suatu
periode depresi atau persiapan berduka mungkin muncul. Individu
mungkin akan menjadi pendiam, menolak dikunjungi, serta
menghabiskan banyak waktunya untuk menangis dan berduka.
Perilaku ini normal dalam situasi tersebut dan sebenarnya
merupakan usaha nyata untuk melepaskan diri dari seluruh obyek
yang disayanginya. Usaha untuk membahagiakan orang yang
menjelang kematian pada fase ini justru menjadi penghalang
karena orang tersebut perlu untuk merenungkan ancaman
kematian.
Penerimaan ( acceptance )
Merupakan fase kelima dalam menghadapi
kematian, di mana seseorang mengembangkan
rasa damai, menerima “takdir”, dan dalam beberpa
hal ingin ditinggal sendiri. Pada fase ini, perasaan
dan rasa sakit pada fisik mungkin hilang. Fase ini
merupakan akhir perjuangan menjelang kematian.
NOTE:
Sampai saat ini belum dapat disimpulkan apakah
individu pasti melewati fase2 tsb.
Walaupun Kubler-Ross mengakui pentingnya
variasi individual mengenai bagaimana individu
menghadapai kematian, ia masih percaya bahwa
dalam menghadapi kematian, individu melalui
fase2 seperti yang dikemukakan olehnya.
Beberapa psikolog percaya bahwa main kuat individu
bertahan untuk menolak kematian yang
sesungguhnya tidak dapat dielakkan, dan makin
besar penolakan mereka; maka akan makin sulit bagi
mereka untuk mati dalam keadaan damai.