A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
Tujuan khusus sebagai indikasi tercapainya tujuan umum, yaitu tujuan
pendidikan yang disesuaikan dengan keadaan tertentu,baik berkaitan dengan cita-
cita pembangunan suatu bangsa, tugas dari suatu badan atau lembaga pendidikan,
bakat kemampuan peserta didik, seperti memberikan pengetahuan dan
keterampilan kepada peserta didik untuk bekal hidupnya setelah ia tamat, dan
sekaligus merupakan dasar persiapan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
berikutnya (Mujib, 2008: 76)
Tujuan institusional, tujuan instruksional dan tujuan kurikuler termasuk
dalam tujuan khusus. Perumusan tujuan institusional dipengaruhi oleh tiga hal:
Tujuan Pendidikan Nasional, Kekhususan setiap lembaga dan Tingkat usia peserta
didik. Tujuan institusional itu dicapai melalui pemberian berbagai pengalaman
belajar kepada peserta didikanya.
Tujuan institusional adalah perumusan secara umum pola perilaku dan
pola kemampuannya yang harus dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan yang
berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan tugas yang harus dipikul oleh setiap
lembaga dalam rangka menghasilkan lulusan dengan kemampuan dan
keterampilan tertentu. Macam-macam tujuan pendidikan dan pengajaran dapat
dibedakan menurut luas dan sempetnya isi tujuan itu, atau menurut jauh-dekatnya
jarak waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan institusional
adalah tujuan pendidikan yang akandicapai menurut jenis dan tingkatan sekolah
atau lembaga pendidikan masing-masing. Tujuan isntitusional ini tergantung di
dalam kurikulum sekolah /lembaga pendidikan yang menggemabrakan yang harus
dicapai seltelah selesai belajar di sekolah itu. Dengan demikian, tujuan
institusional SMA tidak sama dengan STM dan sebagainya (Purwanto, 2011: 41).
Sebagai contoh tujuan institusional SMP tercantum dalam kurikulum SMP
1975 adalah sebagai berikut: Sekolah menengah umum tingkat pertama disingkat
SMP ialah lembaga pendidikan sebagai lanjutan dari sekolah dasar yang
mempersiapkan siswanya untuk sekolahyang lebih tinggi serta mempunyai
program pendidikan untuk siswa yang tidak melanjutkan studinya.
Contoh lain, berikut ini dikemukakan tujuan isntitusional pendidikan dasar
sembilan tahun,seperti tercantum dalam peraturan Pemerintah RI Nomor 28
Tahun 1990 tentang pendidikan dasar Bab II Pasal 3 sebagai berikut:
Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemapuan dasar
kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagi pribadi,
anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang dirumuskan secara formal pada
kegiatan kurikuler yang ada pada lembaga-lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler
sifatnya lebih khusus jika dibandingkan dengan tujuan institusional, tetapi tidak
boleh menyimpang dari tujuan institusional.Seperti misalnya, tujuan kurikulum di
sekolah-sekolah ada mata pelajaran kewarganegaraan yang berbeda dibandingkan
dengan SMP. Tujuan mata pelajaran untuk Kewarganegaraan di sekolah-sekolah
tersebut disebut tujuan kurikuler sesuai dengan kurikulum pada masing-masing
sekolah.Tujuan kurikuler merupakan penjabaran dari tujuan institusional, yang
berarti lebih khusus dari pada tujuan Institusional (Idris, 1992: 32).
Tujuan instruksional dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan instruksional
umum dan tujuan instruksional khusus.Tujuan instruksional umum berisi
kualifikasi yang merupakan pernyataan hasil belajar yang diharapkan dimiliki
oleh si terdidik setelah mengikuti pelajaran dalam pokok bahasan tertentu.Tujuan
instruksional khusus merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan instruksional
umum, dinyatakan dalam rumusan sekhusus-khususnya, sehingga tujuan tersebut
mudah dinilai dan tidak menimbulkan salah tafsir (Suwarno, 1992:53).
Tujuan isntruksional ialah tujuan pokok bahasan atau sub pokok bahasan
(topik-topik atausub topik) yang akan diajarkan oleh guru. Tujuan isntruksional
dibedakan menjadi dua macam, yaitu tujuan instuksional Umum (TIU) dan tujuan
instruksional Khusus (TIK). Umumnya TIU dari tiap pokok bahasan telah
dirumuskan di dalam kurikulum sekolah khususnya di dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran (GBPP). Sedangkan TIK adalah tujuan pengajaran yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa pada akhir tiap jam pelajaran. TIK dibuat
/dirumuskan oleh guru sendiri dan dicantumkan di dalam program satuan
pelajaran (Satpel). Perumusan TIK tidak boleh menyimpang atau bertentangan
dengan TIU dari pokok bahasan yang akan diajarkan (Purwanto, 2011: 42).
Dengan merumuskan tujuan instruksional terutama TIK sebelum
melanjutkan suatu pokok bahasan, guru dapat membayangkan hasil tingkah laku
(Behavioral objectives) apa yang seharusnya dicapai atau dikuasai siswa setelah
mengalami proses belajar – mengajar tertentu. Di samping itu, dengam
merumuskan Tik, guru dapat menetapkan/memilih materi atau bahan pelajaran,
metode mengajar, kegiatan belajar, serta alat evaluasi belajar mana yang relevan
untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Tujuan pendidikan harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan
Nasional untuk mengakomodasikan berbagai tuntutan peran yang multi
dimensional. Secara umum, pendidikan harus mampu menghasilkan manusia
sebagai individu dan anggota masyarakat yang sehat dan cerdas dengan:
Kepribadian kuat, religius dan menjunjung tinggi budaya luhur, Kesadaran
demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Kesadaran
moral hukum yang tinggi, Kehidupan yang makmur dan sejahtera.
Tujuan khusus pendidikan nasional tertuang dalam UU No.20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yaitu bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
C. Tujuan Antara
Tujuan sementara (antara) ini merupakan tempat-tempat perhentian sementara
pada jalan yang menuju ke tujuan umum, seperti anak-anak dilatih untuk belajar
keberhasilan, belajar berbicara, belajar berbelanja, dan belajar bermain-main
bersama teman-temannya (Purwanto, 2013: 20).
Umpamanya, kita melatih anak belajar berbicara sampai anak itu sekarang
dapat berbicara. Dalam hal ini tujuan kita telah tercapai (tujuan sementara ), yaitu
anak dapat berbicara. Tetapi, tidak hanya sampai disitu tujuan kita. Anak kita ajar
berbicara agar anak itu dapat berbicara dengan baik dan sopan santun terhadap
sesama manusia, agar ia berbuat susila (tujuan tak lengkap), dan seterusnya.
Demikian pula melatih anak untuk belajar kebersihan, belajar berbelanja, dan
sebagainnya adalah tujuan sementara.
Tujuan sementara ini merupakan tingkatan-tingkatan untuk menuju kepada
tujuan umum. Untuk mencapai tujuan-tujuan sementara itu di dalam praktik harus
mengingat dan memperhatikan jalannya perkembangan pada anak. Untuk ini
maka perlulah psikologi perkembangan.
Tujuan ini bergantung pada tujuan-tujuan sementara. Umpamanya, tujuan
sementara ialah si anak harus belajar membaca dan menulis. Setelah di tentukan
untuk apa anak belajar membaca dan menulis itu,dapatlah sekarang berbagai
macam kemungkinan untuk mencapainya itu dipandang sebagai tujuan perantara,
seperti metode mengajar dan metode membaca.
Contoh lain, tujuan tak sempurnah ialah pembentukan kesusilaan: sebagai
tujuan sementaranya dapat ditentukan pada suatu umur yang tertentu si anak
belajar membeda-bedakan “kepunyaanku” dan kepunyaanmu”. Dengan
memperhatikan tujuan sementara itu si anak kita beri permainannya sendiri
(tujuan perantara).
Tujuan tak sempurna ini bergantung kepada tujuan umum dan tidak dapat
terlepas dari tujuan umum itu. Memisahkan tujuan tak lengkap menjadi tujuan
sendiri sehingga merupakan tujuan terakhir atau tujuan umum dari pendidikan,
menjadi berat sebelah, dan berarti tidak mengakui kepribadian manusia sebulat-
bulatnya. Ingatlah: pendidikan hendaklah harmonis. Yang dimaksud dengan
tujuan tak sempurna atau tak lengkap ini ialah tujuan-tujuan mengenai segi-segi
kepribadian manusia yang tertentu yang hendak dicapai dengan pendidikan itu,
yaitu segi-segi yang berhubungan dengan nilai-nilai hidup yang tertentu, seperti
krindahan, kesusilaan, keagamaan, kemasyarakatan, dan seksual. Oleh karena itu,
kita dapat juga mengatakan, pendidikan keindahan, pendidikan kesusilaan,
pendidikan kemasyarakatan, pendidikan intelektual, dan lain-lain yang masing-
masing dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang terkandung di dalam masing-
masing seginya (Purwanto, 2013: 22).
Tujuan Insidental ini hanya sebagai kejadian-kejadian yang merupakan
saat-saat yang terlepas pada jalan yang menuju kepada tujuan umum. Contoh,
seorang ayah memanggil anaknya supaya masuk ke dalam rumah, agar mereka
tidak menjadi terlalu lelah, atau untuk makan bersama-sama; ayah itu menuntut
supya perintahnya itu ditaati. Tetapi, dalam situasi yang lain mungkin si ayah itu
akan mengurangi tuntutan ketaatan itu dan hanya bersikap netral saja.
Nyatalah bahwa di dalam tiap-tiap situasi ada tujuan-tujuan terpisah yang
kita laksanakan, meskipun tujuan-tujuan itu masih ada hubungannya dengan
tujuan umum. Tetapi, jika yang dimaksud oleh si ayah tadi ialah agar anaknya
mempunyai kebiasaan-kebiasaan tetap untuk makan bersama-sama keluarganya
sehingga dengan demikian bermaksud pula untuk memperkuat rasa sama-sama
terikat dalam iktan keluarga, maka hal itu dapatlah dipandang sebagai tujuan
perantara.
Macam-macam “tujuan” tersebut di atas (tujuan tak sempurna, sempurna,
tujuan sementara, tujuan perantara, dan tujuan insidental) dapat dicapai dengan
nyata. Adapun bagaimana menetapkan tujuan-tujuan itu dan bagaimana cara
melaksanakannya adalah tugas pedagogik praktis.
Dengan memperhatikan tujuan-tujuan di atas dan hubungan-hubungannya
satu sama lain, mempermudah usaha kita hendak mengerti pekerjaan mendidik
dan memungkingkan kita meninjau apa yang dianjurkan oleh aliran-aliran modern
atau aliran-aliran kuno dalam pendidikan. Sedengkan tujuan umum itu bermuara
dalam pandangan hidup yang mendukung sebagai batu dasarnya. (Purwanto, 2011
: 23).