Anda di halaman 1dari 10

BAB III

TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

A. Tujuan Umum

Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu metode untuk mengembangkan


keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat
seseorang menjadi lebih baik. Menurut Undang-Undang Sisdiknas No 2 tahun
1989 bahwa Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa
yang akan datang. Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Peningkatan mutu pendidikan dirasakan sebagai suatu kebutuhan bangsa
yang ingin maju. Dengan keyakinan bahwa pendidikan yang bermutu dapat
menunjang pembangunan di segala bidang. Oleh sebab itu perlu adanya
pemahaman tentang dasar dan tujuan pendidikan secara mendalam. Apabila kita
telah memamahami dasar dan tujuan pendidikan, maka kita bisa memajukan
pendidikan secara nasional. Dasar dan tujuan pendidikan merupakan masalah
yang fundamental dalam pelaksanaan pendidikan, karena dasar pendidikan itu
akan menentukan corak dan isi pendidikan. Tujuan pendidikan itupun akan
menentukan kearah mana anak didik akan dibawa. Untuk itu maka kita harus
benar benar memahami apa saja dasar pendidikan dan tujuan yang nantinya bisa
dicapai (Zain, 1997: 1).
Hasbullah (2013: 137) mengatakan bahwa persoalan dasar dan tujuan
pendidikan merupakan masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan
pendidikan karena dasar pendidikan itu akan menentukan corak dan isi
pendidikan. Pada pasal 1 ayat 2 UU Nomor 2 tahun 1989 ditegaskan bahwa
pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, pendidikan nasional pada hakikatnya merupakan
kelanjutan dari sistem pendidikan yang telah ada sebelumnya.
Tujuan umum disebut juga tujuan sempurna, tujuan terakhir, atau tujuan
bulat. Tujuan umum ialah tujuan di dalam pendidikan yang seharusnya menjadi
tujuan orang tua atau pendidik lain, yang telah ditetapkan oleh pendidik dan selalu
dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang terdapat pada anak didik itu
sendiri dan di hubungkan dengan syarat-syarat dan alat-alat untuk mencapai
tujuan umum itu.
Tujuan umum itu tidak akan dan tidak dapat selalu diingat oleh si
pendidik dalam melaksanakan pendidikannya. Oleh karena itu, tujuan umum itu
selalu dilaksanakan dalam bentuk-bentuk yang khusus (diperluaskan ) mengingat
keadaan-keadaan dan faktor-faktor yang terdapat pada anak didik sendiri dan
lingkungannya seperti:
1) Sifat pembawaan anak didik: umurnya dan jenis kelaminnya, watak dan
kecerdasannya.
2) Kemungkinan-kemungkinan dan kesanggupan-kesanggupan keluarga anak
didik itu, miskin atau kaya, terpelajar atau tidak dan lain-lain. Masih primitif
atau sudah majukah masyarakat sekitar anak itu? Apakah adat-istiadat
masyarakat disitu menghabat atau melancarkan jalannya pendidikan anak itu?
Dan sebagainya.
3) Tempat dalam masyarakat yang menjadi tujuan anak didik itu. Jabatan-
jabatan, pekerjaan-pekerjaan, dan fungsi-fungsi masyarakat apakah yang
diperlukan? Pertanian, perindustrian, perekonomian, pemerintahan,
perdagangan, dan sebagainya adalah lapangan-lapangan kemasyarakatan yang
memerlukan syarat-syarat tertentu dari tiap-tiap orang. Dengan kata lain,
tidak pada semua anggota masyarakat meminta syarat-syarat yang sama.
4) Tugas badan-badan dan tempat pendidikan. Keluarga atau rumah tangga,
sekolah, badan-badan keagamaan, badan-badan sosial, dan sebagainya sudah
tentu mempunyai tugas yang berbeda-berbeda dalam mendidik anak-anak.
Masing-masing akan memperhatikan kepribadian anak didik dari sudutnya
sendiri-sendiri.
5) Tugas negara dan masyarakat di sini dan sekarang. Tugas suatu bangsa atau
umat manusia di dalam suatu negara yang dijajah atau yang sudah merdeka
berlainan. Demikian pula, keadaan bangsa dan umat manusia dahulu berbeda
dengan sekarang. Maka dari itu, tujuan sempurna dengan sendirinya
mengalami penentuan yang berlainan pula.
6) Kemampuan-kemampuan yang ada pada pendidik sendiri. Seperti pernah
diuraikan, hidup si pendidik turut menentukan arah tujuan pendidikan.
Demikian pula, kecakapan-kecakapan, kesanggupan, pengetahuan, dan
kehidupan si pendidik itu. Tujuan umum ini dengan demikian harus di
tentukan yang sungguh-sungguh kongkret dengan memperhitungkan dan
memperhatikan segala kenyataan (Purwanto, 2011: 20-21).
Tujuan Umum ialah tujuan pendidikan yang berlaku untuk seluruh
lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu negara. Tujuan Umum
pendidikan yang berlaku di Indonesia disebut tujuan pendidikan nasional. Tiap-
tiap negara mempunyai tujuan pendidikan nasional. Untuk negara kita, tujuan
pendidikan nasional seperti yang telah diuraikan dimuka tercantum di dalam UU
No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pindidikan Nasional.
Tujuan umum dan tujuan pendidikan nasional tersebut merupakan dasar
dan pedoman bagi penyususn kurikulum bagi semua lembaga pendidikan yang
ada di negara Indonesia, dari jenjang taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
Berikut ini akan dikemukakan tujuan-tujuan pendidikan di Indonesia
(Hasbullah, 2013: 140-144).
1. Menurut SK menteri pendidikan pengajaran dan kebudayaan No. 104/Bhg.0
tanggal 1 maret 1946. Tujuan pendidikan adalah untuk menanamkan jiwa
patriotisme. Hal ini sesuai dengan semangat dan situasi Indonesia yang baru
merdeka, di mana kolonial Belanda masih berusaha dan berkeinginan untuk
kembali berkuasa di Indonesia.
2. Rumusan tujuan pendidikan menurut UU No. 4 tahun 1950, tecatum dalam
bab II pasal 3 yang berbunyi “tujuan pendidikan dan pengajaran membentuk
manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Rumusan
tujuan pendidikan ini kemudian dituangkan kembali dalam UU No. 12 tahun
1954 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah yang
sesungguhnya merupakan pemberlakuan kembali UU No. 4 tahun 1950 untuk
seluruh wilayah RI. Formulasi cita-cita ini menunjukkan bahwa pendidikan
ketika itu telah mengadaptasi pemikiran demokrasi yang tengah berkembang
sehingga sifat-sifat ini pula yang ditanamkan kepada generasi mudanya.
3. Rumusan tujuan pendidikan menurut ketetapan MPR No. II tahun 1966 yang
berbunyi tujuan pendidikan ialah mendidik anak ke arah terbentuknya
manusia yang berjiwa Pancasila dan bertanggung jawab atas terselenggaranya
masyarakat sosialis Indonesia yang adil dan makmur material dan spiritual.
4. Rumusan tujuan pendidikan menurut sistem pendidikan nasional Pancasila
dengan penetapan Presiden no. 19 tahun 1965 yang berbunyi tujuan
pendidikan nasional kita, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
swasta, dari pendidikan prasekolah sampai pendidikan tinggi, supaya
melahirkan warga negara sosialis Indonesia yang susila, yang bertaggung
jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil dan makmur
baik spiritual maupun material yang berjiwa Pancasila, yaitu: (a) ke-Tuhan-an
Yang Maha Esa, (b) Perikemanusiaan yang adil dan beradab, (c) Kebangsaan,
(d) Kerakyatan, (e) Keadilan Sosial, seperti dijelaskan dalam
Manipol/Usdek.” Formulasi ini ternyata tidak bertahan lama karena peristiwa
G 30 S/PKI tahun 1965 yang menyadarkan rakyat tentang motif politik PKI
di balik cita-cita pendidikan tersebut. Selanjutnya, pada masa Orde Baru
melalui Ketetapan MPRS RI No. XXVII/MPRS/1966 tentang Agama,
Pendidikan dan Kebudayaan disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah:
“Membentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan
seperti yang dikehendaki oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.”
5. TAP MPR Nomor 4/MPR/1973, tujuan pendidikan adalah membangun di
bidang pendidikan didasarkan atas falsafah negara Pancasila dan diarahkan
untuk membentuk manusia-manusia pembangun yang berPancasila dan untuk
membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan kreatifitas dan
tanggung jawab dapat menyuburkan sikap demokratis dan penuh tenggang
rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti
yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai
dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945.
6. TAP MPR Nomor II MPR/1988. Tujuan pendidikan adalah berdasarkan
Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu
manusia yang budiman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian, berdisiplin bekerja keras,
tanggung, tanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani
dan rohani. Pendidikan nasional juga harus mampu menumbuhkan dan
memperdalam rasa cinta pada tanah air, mempertebal semangat kebangsaan
dan rasa kesetiakawanan sosial sejalan dengan itu dikembangkan iklim
belajar mengajar yang dapat menimbulkan rasa percaya diri sendiri serta
sikap dan perilaku yang inovatif dan kreatif.
7. TAP MPR Nomor 2 MPR/1993. Tujuan pendidikan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa berbudi pekerti yang luhur, profesional, bertanggung
jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani pendidikan nasional juga
harus menumbuhkan jiwa patriotic dan mempertebal rasa cinta tanah air,
meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan serta kesadaran
pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta
berorientasi masa depan iklim berat dan mengajar dapat menumbuhkan rasa
percaya diri dan budaya belajar dikalangan masyarakat terus dikembangkan
agar tumbuh sikap dan perilaku yang kreatif, inovatif dan keinginan untuk
maju.
8. Menurut UU nomor 2 Tahun 1989 tetang sistem pendidikan nasional
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
9. Tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No.20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 berbunyi :”bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.”

B. Tujuan Khusus
Tujuan khusus sebagai indikasi tercapainya tujuan umum, yaitu tujuan
pendidikan yang disesuaikan dengan keadaan tertentu,baik berkaitan dengan cita-
cita pembangunan suatu bangsa, tugas dari suatu badan atau lembaga pendidikan,
bakat kemampuan peserta didik, seperti memberikan pengetahuan dan
keterampilan kepada peserta didik untuk bekal hidupnya setelah ia tamat, dan
sekaligus merupakan dasar persiapan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
berikutnya (Mujib, 2008: 76)
Tujuan institusional, tujuan instruksional dan tujuan kurikuler termasuk
dalam tujuan khusus. Perumusan tujuan institusional dipengaruhi oleh tiga hal:
Tujuan Pendidikan Nasional, Kekhususan setiap lembaga dan Tingkat usia peserta
didik. Tujuan institusional itu dicapai melalui pemberian berbagai pengalaman
belajar kepada peserta didikanya.
Tujuan institusional adalah perumusan secara umum pola perilaku dan
pola kemampuannya yang harus dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan yang
berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan tugas yang harus dipikul oleh setiap
lembaga dalam rangka menghasilkan lulusan dengan kemampuan dan
keterampilan tertentu. Macam-macam tujuan pendidikan dan pengajaran dapat
dibedakan menurut luas dan sempetnya isi tujuan itu, atau menurut jauh-dekatnya
jarak waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan institusional
adalah tujuan pendidikan yang akandicapai menurut jenis dan tingkatan sekolah
atau lembaga pendidikan masing-masing. Tujuan isntitusional ini tergantung di
dalam kurikulum sekolah /lembaga pendidikan yang menggemabrakan yang harus
dicapai seltelah selesai belajar di sekolah itu. Dengan demikian, tujuan
institusional SMA tidak sama dengan STM dan sebagainya (Purwanto, 2011: 41).
Sebagai contoh tujuan institusional SMP tercantum dalam kurikulum SMP
1975 adalah sebagai berikut: Sekolah menengah umum tingkat pertama disingkat
SMP ialah lembaga pendidikan sebagai lanjutan dari sekolah dasar yang
mempersiapkan siswanya untuk sekolahyang lebih tinggi serta mempunyai
program pendidikan untuk siswa yang tidak melanjutkan studinya.
Contoh lain, berikut ini dikemukakan tujuan isntitusional pendidikan dasar
sembilan tahun,seperti tercantum dalam peraturan Pemerintah RI Nomor 28
Tahun 1990 tentang pendidikan dasar Bab II Pasal 3 sebagai berikut:
Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemapuan dasar
kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagi pribadi,
anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang dirumuskan secara formal pada
kegiatan kurikuler yang ada pada lembaga-lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler
sifatnya lebih khusus jika dibandingkan dengan tujuan institusional, tetapi tidak
boleh menyimpang dari tujuan institusional.Seperti misalnya, tujuan kurikulum di
sekolah-sekolah ada mata pelajaran kewarganegaraan yang berbeda dibandingkan
dengan SMP. Tujuan mata pelajaran untuk Kewarganegaraan di sekolah-sekolah
tersebut disebut tujuan kurikuler sesuai dengan kurikulum pada masing-masing
sekolah.Tujuan kurikuler merupakan penjabaran dari tujuan institusional, yang
berarti lebih khusus dari pada tujuan Institusional (Idris, 1992: 32).
Tujuan instruksional dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan instruksional
umum dan tujuan instruksional khusus.Tujuan instruksional umum berisi
kualifikasi yang merupakan pernyataan hasil belajar yang diharapkan dimiliki
oleh si terdidik setelah mengikuti pelajaran dalam pokok bahasan tertentu.Tujuan
instruksional khusus merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan instruksional
umum, dinyatakan dalam rumusan sekhusus-khususnya, sehingga tujuan tersebut
mudah dinilai dan tidak menimbulkan salah tafsir (Suwarno, 1992:53).
Tujuan isntruksional ialah tujuan pokok bahasan atau sub pokok bahasan
(topik-topik atausub topik) yang akan diajarkan oleh guru. Tujuan isntruksional
dibedakan menjadi dua macam, yaitu tujuan instuksional Umum (TIU) dan tujuan
instruksional Khusus (TIK). Umumnya TIU dari tiap pokok bahasan telah
dirumuskan di dalam kurikulum sekolah khususnya di dalam Garis-Garis Besar
Program Pengajaran (GBPP). Sedangkan TIK adalah tujuan pengajaran yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa pada akhir tiap jam pelajaran. TIK dibuat
/dirumuskan oleh guru sendiri dan dicantumkan di dalam program satuan
pelajaran (Satpel). Perumusan TIK tidak boleh menyimpang atau bertentangan
dengan TIU dari pokok bahasan yang akan diajarkan (Purwanto, 2011: 42).
Dengan merumuskan tujuan instruksional terutama TIK sebelum
melanjutkan suatu pokok bahasan, guru dapat membayangkan hasil tingkah laku
(Behavioral objectives) apa yang seharusnya dicapai atau dikuasai siswa setelah
mengalami proses belajar – mengajar tertentu. Di samping itu, dengam
merumuskan Tik, guru dapat menetapkan/memilih materi atau bahan pelajaran,
metode mengajar, kegiatan belajar, serta alat evaluasi belajar mana yang relevan
untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
Tujuan pendidikan harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan
Nasional untuk mengakomodasikan berbagai tuntutan peran yang multi
dimensional. Secara umum, pendidikan harus mampu menghasilkan manusia
sebagai individu dan anggota masyarakat yang sehat dan cerdas dengan:
Kepribadian kuat, religius dan menjunjung tinggi budaya luhur, Kesadaran
demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Kesadaran
moral hukum yang tinggi, Kehidupan yang makmur dan sejahtera.
Tujuan khusus pendidikan nasional tertuang dalam UU No.20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yaitu bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
C. Tujuan Antara
Tujuan sementara (antara) ini merupakan tempat-tempat perhentian sementara
pada jalan yang menuju ke tujuan umum, seperti anak-anak dilatih untuk belajar
keberhasilan, belajar berbicara, belajar berbelanja, dan belajar bermain-main
bersama teman-temannya (Purwanto, 2013: 20).
Umpamanya, kita melatih anak belajar berbicara sampai anak itu sekarang
dapat berbicara. Dalam hal ini tujuan kita telah tercapai (tujuan sementara ), yaitu
anak dapat berbicara. Tetapi, tidak hanya sampai disitu tujuan kita. Anak kita ajar
berbicara agar anak itu dapat berbicara dengan baik dan sopan santun terhadap
sesama manusia, agar ia berbuat susila (tujuan tak lengkap), dan seterusnya.
Demikian pula melatih anak untuk belajar kebersihan, belajar berbelanja, dan
sebagainnya adalah tujuan sementara.
Tujuan sementara ini merupakan tingkatan-tingkatan untuk menuju kepada
tujuan umum. Untuk mencapai tujuan-tujuan sementara itu di dalam praktik harus
mengingat dan memperhatikan jalannya perkembangan pada anak. Untuk ini
maka perlulah psikologi perkembangan.
Tujuan ini bergantung pada tujuan-tujuan sementara. Umpamanya, tujuan
sementara ialah si anak harus belajar membaca dan menulis. Setelah di tentukan
untuk apa anak belajar membaca dan menulis itu,dapatlah sekarang berbagai
macam kemungkinan untuk mencapainya itu dipandang sebagai tujuan perantara,
seperti metode mengajar dan metode membaca.
Contoh lain, tujuan tak sempurnah ialah pembentukan kesusilaan: sebagai
tujuan sementaranya dapat ditentukan pada suatu umur yang tertentu si anak
belajar membeda-bedakan “kepunyaanku” dan kepunyaanmu”. Dengan
memperhatikan tujuan sementara itu si anak kita beri permainannya sendiri
(tujuan perantara).
Tujuan tak sempurna ini bergantung kepada tujuan umum dan tidak dapat
terlepas dari tujuan umum itu. Memisahkan tujuan tak lengkap menjadi tujuan
sendiri sehingga merupakan tujuan terakhir atau tujuan umum dari pendidikan,
menjadi berat sebelah, dan berarti tidak mengakui kepribadian manusia sebulat-
bulatnya. Ingatlah: pendidikan hendaklah harmonis. Yang dimaksud dengan
tujuan tak sempurna atau tak lengkap ini ialah tujuan-tujuan mengenai segi-segi
kepribadian manusia yang tertentu yang hendak dicapai dengan pendidikan itu,
yaitu segi-segi yang berhubungan dengan nilai-nilai hidup yang tertentu, seperti
krindahan, kesusilaan, keagamaan, kemasyarakatan, dan seksual. Oleh karena itu,
kita dapat juga mengatakan, pendidikan keindahan, pendidikan kesusilaan,
pendidikan kemasyarakatan, pendidikan intelektual, dan lain-lain yang masing-
masing dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang terkandung di dalam masing-
masing seginya (Purwanto, 2013: 22).
Tujuan Insidental ini hanya sebagai kejadian-kejadian yang merupakan
saat-saat yang terlepas pada jalan yang menuju kepada tujuan umum. Contoh,
seorang ayah memanggil anaknya supaya masuk ke dalam rumah, agar mereka
tidak menjadi terlalu lelah, atau untuk makan bersama-sama; ayah itu menuntut
supya perintahnya itu ditaati. Tetapi, dalam situasi yang lain mungkin si ayah itu
akan mengurangi tuntutan ketaatan itu dan hanya bersikap netral saja.
Nyatalah bahwa di dalam tiap-tiap situasi ada tujuan-tujuan terpisah yang
kita laksanakan, meskipun tujuan-tujuan itu masih ada hubungannya dengan
tujuan umum. Tetapi, jika yang dimaksud oleh si ayah tadi ialah agar anaknya
mempunyai kebiasaan-kebiasaan tetap untuk makan bersama-sama keluarganya
sehingga dengan demikian bermaksud pula untuk memperkuat rasa sama-sama
terikat dalam iktan keluarga, maka hal itu dapatlah dipandang sebagai tujuan
perantara.
Macam-macam “tujuan” tersebut di atas (tujuan tak sempurna, sempurna,
tujuan sementara, tujuan perantara, dan tujuan insidental) dapat dicapai dengan
nyata. Adapun bagaimana menetapkan tujuan-tujuan itu dan bagaimana cara
melaksanakannya adalah tugas pedagogik praktis.
Dengan memperhatikan tujuan-tujuan di atas dan hubungan-hubungannya
satu sama lain, mempermudah usaha kita hendak mengerti pekerjaan mendidik
dan memungkingkan kita meninjau apa yang dianjurkan oleh aliran-aliran modern
atau aliran-aliran kuno dalam pendidikan. Sedengkan tujuan umum itu bermuara
dalam pandangan hidup yang mendukung sebagai batu dasarnya. (Purwanto, 2011
: 23).

Anda mungkin juga menyukai