IDENTITAS BUKU :
2. RINGKASAN MATERI :
BAB I
PENDAHULUAN
Keberadaan inovasi pendidikan demokrasi dan HAM yang dikemas dalam bentuk
Pendidikan Kewarganegraan pada dasarnya. Empat konsesus kebangsaan Indoneisa : Pancasila,
UUD Tahun 1945 (UUD 45), Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Yang harus dikuasai oleh setiap warga Negara yaitu pengetahuan, keterampilan, nilai
dan komitmen yang secara ideal harus dimiliki oleh setiap warga Negara. Untuk memenuhi
unsur-unsur pokok ini terdapat lima komponen yang semestinya melekat dalam setiap program
Pendidikan kewarganegaraan, yakni : identitas nasional dan patriotisme; hak-hak tertentu
warganegara yang dijamin oleh konstitusi; tanggung jawab, kewajiban tugas warga negara;
keikutsertaan dalam urusan public; dan keberadaan nilai-nilai kemasyarakatan.
A. Revitalisasi Pancasila dan Tujuan Pendidikan Pancasila
1. Revitaslisasi Panacasila
Surat keputusan Dirjen Dikti No 267/Dikti/Kep./2000 tentang Penyempurnaan Kurikulum
Mata Kuliahm Pengembangan Kepribadian Pendidikan Kewarga-negaraan di Perguruan Tinggi,
yang selanjutnya diperbarui dengan Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 38/Dikti/2002 tentang
Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia, UUD 45 danBhinneka Tunggal Ika adalah
harga mati bagi bangsa Indonesia. Kemajemukan adalah suatu kenyataan yang tidak bisa
dihindari oleh Indoneisa sebagai sebuah bangsa yang besar. Pemberdayaan kembali kedudukan,
fungsi dan peranan Pancasila sebagai dasar negara, pandangan hidup, ideologi dan sumber nilai-
nilai bangsa Indonesia.Jumlah warga yang masih awam atas substansi demokrasi dan lalai
terhadap posisi historis Pancasila bagi Indonesia menjadi alasan utama akan perlunya sebuah
model Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Secara substansial Pendidikan Kewarganegaraan baru ini sejalan dengan kerangka
pembangunan Demokrasi Indonesia yang merupakan amanat gerakan reformasi, se-dangkan
secara legal hal ini tertuang dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 yang
mewajibkan kurikulum setiap satuan dan jenjang pendidikan termasuk pada jenjang pendidikan
tinggi. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya adalah menjadikan warga Negara
Republik Indonesia yang cerdas, bermartabat dan aktif dalam kehidupan ber-bangsa dan
bernegara. Tujuan program dari Pendidikan Kewarganegaraan tidak beda jauh yang memiliki
tujuan akhir untuk membentuk warga negara yang cerdas, kritis, aktif dan bertanggung jawab.
Dan juga menjadi bangsa yang mandiri dan dilindingi oleh negara baik jasmani dan rohaninya.
Secara etimologis, kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani adalah bentukan dari dua
kata demos (rakyat) dan cratein atau cratos (kekuasaan dan kedaulatan). Perpaduan
kata demos dan cratein atau cratosmembentuk kata demokrasi yang memiliki pengertian umum
sebagai sebuah bentuk pemerintahan rakyat dimana kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat
dan dilakukan secara langsung oleh rakyat atau melalui para wakil mereka. Seperti yang pernah
dikatakan oleh Abraham Lincoln-suatu pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat. Dalam
sejarahnya, demokrasi sering bersanding dengan kebebasan (freedom). Dapat disimpulkan
bahwa hakikat demokrasi adalah sebuah proses bernegara yang bertumpu pada peran utama
rakyat sebagai pemegang tertinggi kedaulatan.
Tiga prinsip demokrasi :
1. Pemerintahan dari rakyat (government of the people)
2. Pemerintahan oleh rakyat (government by the people)
3. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people)
Demi terciptanya proses demokrasi setelah terbentuknya sebuah pemerintahan
demokratis lewat mekanisme pemilu demokratis, Negara berkewajiban untuk membuka saluran-
saluran demokrasi. Untuk mendapat masukan dan kritik dari warga Negara dalam rangka
terjadinya control terhadap jalnnya pemerintahan, pemerintah yang demokratis berkewajiban
menyediakan dan menjaga saluran-saluran demokrasi nonformal bisa berupa penyediaan
fasilitas-fasilitas umum atau ruang public sebagai saran interaksi social. Hal lainnya yang
menunjang kebebasan berekspresi dan berorganisasi adalah dukungan pemerintah terhadap
kebebasan pers yang bertanggung jawab.
C. Demokrasi Indonesia
1. Periode 1945-1959
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan Demokrasi Parlementer. Sistem
Parlementer ini mulai berlaku sebulan sesudah kemerdekaan diproklamasikan. Namun, demikian
model demokrasi ini dianggap kurang cocok untuk Indonesia.
2. Periode 1959-1965
Periode ini dikenal dengan sebutan Demokrasi Terpimpin. Ciri- ciri demokrasi ini adalah
dominasi politik presiden dan berkembangnya pengaruh komunis dan peranan tentara ABRI
dalam panggung politik nasional.
3. Periode 1965-1998
Periode ini merupakan masa pemerintahan sebutan Orde Baru merupakan kritik terhadap
periode sebelumnya, yaitu Orde Lama. Upaya untuk meluruskan kembali penyelewengan
terhadap UUD 1945 yang terjadi dalam masa Demokrasi Terpimpin.
4. Periode Pasca-Orde Baru
Periode ini sering disebut dengan era Reformasi. Periode ini erat hubungannya dengan
gerakan reformasi rakyat yang menuntut pelaksanaan demokrasi dan HAM secara konsekuen.
Konstitusi berasal dari bahasa Prancis yaitu constituer yang berarti membentuk. Dalam bahasa
Latin kata konstitusi merupakan gabungan dua kata yakni cume berarti “bersama dengan”
dan statuere berarti “membuat sesuatu agar berdiri” atau “mendirikan, menetapkan sesuatu”.
Istilah konstitusi (constitution) dalam bahasa Inggris memiliki makna yang lebih luas dari UUD,
yakni keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang
mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu
masyarakat.
A. Tujuan Negara
Bertujuan untuk memperluas kekuasaan
Bertujuan menyelenggarakan ketertiban hokum
Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum.
Dalam konteks Negara Indonesia, tujuan Negara adalah sebagaimana tertuang dalam Pembukaan
dan Penjelasan UUD 1945.
D. Bentuk-bentuk Negara
1. Negara Kesatuan
Negara kesatuan ini terbagi ke dalam dua macam sistem pemerintahan: sentral dan otonomi
2. Negara Serikat
Dari sisi pelaksana dan mekanisme pemilhannya, bentuk Negara dapat digolongkan ke dalam
tiga kelompok: monarki, oligarki dan demokrasi.
Menurut Locke, hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan
Yang Maha Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat kodarti. HAM adalah hak dasar setiap
manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. HAM ini tertuang
dalam UU Nomor 39 Tahun 1999. Menurut UU, hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara,
hokum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.
A. Prinsip-prinsip Pokok
Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan Sembilan aspek fundamental (asas)
dalam good governance:
1. Parisipasi
Adalah bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam pengambilan keputusan, baik langsung
maupun melalui lembaga perwakilan yang sah.
2. Penegakan Hukum
Pengelolaan pemerintahan yang professional harus didukung oleh penegakan hokum yang
berwibawa. Tanpa kepastian dan aturan hokum, proses politik tidak akan berjalan dan tertata
dengan baik. Komitmen pemerintah untuk menegakkan hokum yang mengandung unsur-
unsur:
a. Supermasi hokum
b. Kepastian hokum
c. Hokum yang responsive
d. Penegakan hokum yang konsisten
e. Independesi peraadilan
3. Transparansi
Hal ini mutlak dilakukan dalam rangka menghilangkan budaya korupsi di kalangan
pelaksana pemerintahan baik pusat maupun yang dibawahnya. Terdapat delapan unsur yang
harus dialakukan secara trasnparan:
a. Penetapan posisi, jabatan, atau kedudukan
b. Kekayaan pejabat public
c. Pemberian penghargaan
d. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan
e. Kesehatan
f. Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan public
g. Keamanan dan ketertiban
h. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.
4. Responsive
Bahwa pemerintah harus tanggap terhadap persoalan-persoalan masyarakat. Pemerintah harus
memahami kebutuhan masyarakatnya bukan menunggu mereka menyampaikan keinginan-
keinginannya.
5. Consensus
Bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses musyawarah melaui consensus.
6. Kesetaraan
Kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan public. Asas kesetaraan ini mengharuskan setiap
pelaksaan pemerintah untuk bersikap dan berprilaku adil dalam hal pelayanan public tanpa
mengenal perbedaan keyakinan, suku, jenis kelamin dan kelas social.
7.Efektivitas dan Efesiensi
Yakni berdaya guna dan berhasil guna. Kriteria efektivitas biasanya diukur dengan parameter
produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari berbagai
kelompok dan lapisan social. Adapun, asas efisiensi umunya diukur dengan rasionalitas biaya
pembangunan untuk memenuhi kebutuhan semua masyarakat.
8. Akuntabilitas
Pertanggungjawaban pejabat public terhadap masyarakat yang memberinya kewenangan untuk
mengurusi kepentingan mereka. Setiap pejabat public dituntut untuk mempertanggungjawabkan
semua kebijakan, perbuatan, moral, maupun netralitas siakpnya terhadap masyarakat.
9. Visi Strategis
Pandangan-pandangan strategis untuk mengahdapi masa yang akan datang. Kualifiaksi ini
menjadi penting dalam rangka realisasi good governance. Dengan kata lain, kebijakan apapun
yang akan diambil saat ini, harus diperhitungkan akibatnya pada sepuluh atau duapuluh tahun ke
depan.
Sejarah masyarakat sipil atau Masyarakat Madani lahir untuk pertama kalinya dalam
perjalanan politik masyarakat sipil di Barat. Istilah itu dikenal luas dengan penyebutan
istilah civil society. Kalangan ahli mendefinisikan karakter masyarakat sipil sebagai komunitas
social dan politik yang pada umumnya memiliki peran dan fungsi yang berbeda dengan lembaga
Negara. Menurut Dawan Rahardjo mendefinisikan Masyarakat Madani sebagai proses
penciptaan peradaban yang mengacu kepada nilai-nilai kebijakan bersama. Menurut Azyumari
Azzra, Masyarakat Madani lebih dari sekedar gerakan prodemokrasi, karena ia juga mengacu
pada pembentukan masyarakat berkualitas dan ber-tamaddun (civility).
A. Sejarah Singkat Masyarakat Madani
Sejarah awal civil society tidak bisa dilepaskan dari filosofi Yunani Aristoteles (384-322
SM) yang memandang konsep civil society (masyarakat madani) sebagai seistem kenegaraan
atau identic dengan Negara itu sendiri. Konsep civil society pada masa ini dikenal sebagai istilah
koinonia politike, yakni sebuah komunitas politik tempat warga dapat terlibat langsung dalam
berbagai percaturan ekonomi-politik dan pengambilan keputusan. Menurut John Locke,
kehadiran civil society adalah untuk melindungi kebebasan dan hak milik setiap warga Negara.
Mengingat sifatnya yang demikian itu, civil society tidaklah absolte dan harus membatasi
perannya pada wilayah yang tidak dapat dikelola masyarakat dan memberikan ruang yang
manusiawi bagi warga Negara untuk memperoleh haknya secara adil dan proposional.
Seperti dikatakan bahwa tata kepemerintahan yang baik itu merupakan suatu kondisi
yang menjamin adanya proses kesejajaran, kesamaan, kohesi, dan keseimbangan peran serta
adanya saling mengontrol yang dilakukan oleh tiga komponen, yakni pemerintah, rakyat atau
civil society dan usahawan yang berada di sector swasta. Ketiga komponen ini mempunyai tata
hubungan yang sama dan derajat. Kesamaan derajat ini akan sangat brpengaruh terhadap upaya
menciptakan tata kepemerintahan yang baik. Di dalam tatanan kepemerintahan yang demokratis,
komponen rakyat yang disebut Masyarakat Madani (civil society) harus memperoleh peran yang
utama.
B. Karakteristik Masyarakat Madani
Masyarkat madadni tidak muncul dengan sendirinya. Ia membutuhkan unsur-unsur social
yang menjadi prasyarat terwujudnya tatanan Masyarkat Madani. Faktor-faktor tersebut
merupakan suatu kesatuan yang saling mengikat dan menjadi karakter khas Masyarkat Madani.
Beberapa unsur pokok yang harus dimiliki oleh Masyarkat Madani yaitu Wilayah public yang
bebas, Demokrasi, Toleransi, Kemajemukan dan Keadilan social.
Kelemahan :
Adapun kelemahannya yaitu mempunyai subjudul yang tidak efektif, terlalu berpanjang lebar.
Adanya 2 orang pengantar yang tidak terlalu penting menurut saya.