DISUSUN OLEH :
ARSHELLY WIHELMINA ERIKA NELWAN
NIM : 21310184
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERTAMBANGAN
—
FAKULTAS SUMBER DAYA ALAM
—
INSITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA
2021/2022
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan diseluruh dunia, meskipun dengan
berbagai macam istilah dan nama. Untuk keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan pemerintah demokrasi.
Dalam pembelajaraan Pendidikan Kewarganegaraan harus diberikan materi pada mata kuliah kepada
seluruh Mahasiswa pada Perguruan Tinggi, dan diberikan pada jenjang pendidikan dasar,mengenah pertama
dan menengah atas, sekolah seharusnya dikembangkan sebagai tatanan sosial yang kondusif atau memberi
suasana bagi tumbuh kembangnya berbagai kualitas pribadi peserta didik.
Sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat perlu dikembangkan sebagai pusat pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, yang mampu memberi keteladanan, membangun kemauan dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran demokrasi. Dalam makalah ini akan
dijelaskan pengertian, latar belakang lahirnya dan tujuan pendidikan kewarganegaraan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah yang dibahas dalam makalah ini,
antara lain :
Bagaimana perkembangan PKn?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini agar dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan tujuan khusus
penulisan makalah ini, diantaranya :
Untuk mengetahui dan memahami sejarah PKn.
BAB II
PEMBAHASAN
TUJUAN PKn
Terdapat 2 tujuan tentang Pendidika Kewarganegaraan, yaitu Tujuan Umum dan Tujuan khusus dari
pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri :
Tujuan Umum
Untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada Mahasiswa mengenai hubunga antara warga
negara dengan negara serta PPBN agar menjadi warga negara yang diandalkan oleh bangsa dan negara.
Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara santun, jujur dan demokrasi
serta ikhlas sebagai Warga Negara Indonesia terdidik dan bertanggung jawab.
Agar mahasiswa mmenguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, serta dapat mengatasinya dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab yang
berdasarkan Pancasila, Wawasan Nusantara, dan ketahanan nasional.
Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilku yang sesuai dengan nilai-nilai perjuangan, cinta tanah air, serta
rela berkorban bagi nusa dan bangsa.
PERKEMBANGAN PKn DI INDONESIA
Pendidikan Kewarganegaraan sudah diajarkan pada tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah atas sejak
tahun 1969 dengan sebutan kewargaan negara. Kemudian pada tahun 1975 sampai 1984 mengalami perubahan
dengan nama Pendidikan Moral Pancasila. Pada tingkat Perguruan Tinggi berganti nama dengan istilah
Pendidikan Kewiraan. Pada tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah bergangi nama dengan nama PPKN.
Hingga pada tahun 2003, semua tingkat pendidikan menggunakan nama dan kurikulum yang baru dengan
sebutan Pendidikan Kewarganegaraan hingga sampai saat ini. ( UU No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS ).
Dalam perkembangan Kurikulumnya, Pendidikan Kewarganegaraan beberapa kali diperbaharui. Tahun 2001,
materi disusun oleh Lemhannas dengan materi pengantar dengan tambahan materi demokrasi, HAM,
lingkungan hidup, bela negara, wawasan nusantara, ketahanan nasional, politik dan strategi nasional.
Kemudian, Tahun 2002, Kep. Dirjen Dikti No. 38/Dikti/Kep/2002 materi berisi pengantar sebagai kaitan
dengan MKP, demokrasi, HAM, wawasan nusantara, ketahanan nasional, politik dan strategi nasional.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) dalam dunia
Perguruan Tinggi. Hal ini ditetapkan pada Kep. Dirjen Dikti No. 267/Dikti/kep/2000 tanggal 10 Agustus,
menentukan antara lain:
1. Mata Kuliah PKn serta PPBN merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari MPK.
3. ata Kuliah PKn adalah MK wajib untuk diikuti oleh setiap mahasiswa pada PT untuk program
Diploma/Politeknik, dan Program Sarjana.
Hal ini menjelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan sangat dibutuhkan oleh para mahasiswa dalam
mengembangkan jati dirinya sebagai warga negara Indonesia yang ikut berpatisipasi dalam membangun
bangsa.
IPSA (International Political Science Association) pada tahun 1995 (lihat Robert E.Goodin and Hans-Dieter
Klingemann, 1996) melakukan identifikasi pencangkokan dalam ilmu politik. Pendidikan Politik (yang
didalamnya termasuk PKn) merupakan salah satu unsur pencangkokan ilmu politik. Bidang kajian lain
diantaranya : Sosiologi Politik, Geografi Politik, Ekonomi Politik Internasional, Militer dan Politik, Biopolitik
(Biology and Politics), dll. Kemudian ilmuwan politik yang tergabung dalam APSA (American Political
Science Association) telah membentuk Komisi Ilmu Politik untuk Pendidikan Kewarganegaraan, dalam rangka
membantu membina generasi muda AS agar memiliki kesadaran tinggi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Prewitt & Dawson ( 1977 : 140 – 141) menyatakan ada tipe pengajaran politik yaitu PKn (civic education) dan
indoktrinasi politik. James Colleman, membedakan antara kedua tipe itu, bahwa PKn atau latihan kewar-
ganegaraan (civic training) merupakan bagian dari pendidikan politik yang menekankan bagaimana seorang
warga negara yang baik berpartisipasi dalam kehidupan politik bangsanya.Dan yang dimaksud indoktrinasi
politik lebih memperhatikan belajar ideologi politik tertentu yang dimaksudkan untuk merasionalisasi dan
menjastifikasi rezim tertentu
Alfian (1992), dalam bukunya Pemikiran Dan Perubahan politik Indonesia menyatakan “Pendidikan politik
sebagai usaha yang sadar untuk mengubah proses sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka memahami
dan menghayati betul nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sistem politik yang ideal yang hendak dibangun”
(p.235).
Political socialization may be measured througght the use of indexies, the most important of wich are:
Political efficacy (merasa memiliki kekuasaan untuk dapat mempengaruhi keputusan politik);
Political trust (kepercayaan terhadap pemerintah dan pejabatnya);
Citizen duty;
Political participation;
Political konowledge (terutama yang berkaitan dengan cara bekerjanya sistem politik);
Other nation or world concept (persepsi mengenai hubungan bangsanya dengan masyarakat dunia)
All the concepts have been stressed in traditional civic education projects (Byron G. Massialas (Editor),
Political Youth, Traditional Schools, p. 3-5).
PKn sebagai pendidikan politik merupakan salah satu bentuk sosialisasi politik telah memiliki teori yang sangat
kuat dan jelas. Dikatakan kuat, sampai dewasa ini tampak belum ada bantahan bahwa PKn (Civic
Education/Citizenship Education) menganut system theory. Bahkan diperkuat lagi dengan teori pemberdayaan
warga negara (citizen empowerment) melalui pengembangan budaya kewarganegaraan (civic culture) dalam
rangka mengembangkan masyarakat kewargaan (civil society). Untuk kepentingan civil society juga telah
dikembangkan teori/pendekatan politik kewarganegaraan (citizenship politics). Pendekatan tersebut, misalnya
pendekatan politik kewarganegaraan (Hikam, 1999), pendekatan struktural prosesual yang dikemukakan Goran
Therborn (Eep Saifulloh, 1994). Politik kewarganegaraan (Citizenship politics) memandang warga negara
sebagai pusat dan aktor utama baik dalam wacana maupunpraksis politik dan pembangunan. Pendekatan ini
akan mampu meningkatkan pemahaman diri dan inisiatif masyarakat untuk berkembang. Juga dapat untuk
mengatasi berkembangnya disintegrasi yang disebabkan penguatan politik identitas tang lazim berkembang
dalam masyarakat yang pluralis. Pendekatan struktural prosesual, melihat proses politik (demokrasi) dalam
konteks sosio-historis yang melekatinya serta menyentuh hubungan negara dan masyarakat. Kemudian
masuknya demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial (termasuk dalam hukum), hendaknya dipahami bahwa
demokrasi politik sebagai demokrasi primair sebagai basis bagi pengembangan demokrasi ekonomi dan sosial.
Dan berkembangnya demokrasi sekunder ini (demokrasi ekonomi dan sosial) juga akan sangat menentukan
bagi pengembangan demokrasi.
Dinyatakan jelas karena dengan menganut system theory, maka orientasi PKn bukan untuk mendukung rezim
atau kekuatan politik tertentu yang merupakan orientasi dari teori hegemonik (hegemonic theory)( Prewitt &
Dawson, 1977: 17). Konsekuensinya PKn sebagai pendidikan politik formal memiliki tujuan bagaimana
membina dan mengembangkan warga negara yang baik, yakni warga negara yang mampu berpartisipasi serta
bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sementara Soedijarto (dalam Tim ICCE UIN
Jakarta (2005), Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education), Jakarta : Prenada Media, halaman
9).Mengartikan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu
peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara politik dewasa dan ikutserta membangun sistem politik
yang demokratis.
Berpartisipasi secara bertanggung jawab mengharuskan agar sejalan dengan peraturan hukum dan norma moral
yang berlaku dalam masyarakatnya. Tanggung jawab warga negara (citizen responsibility/civic
responsibilities ) menurut CCE (1994 :37) antara dapat dicontohkan:
Oleh karena itu disiplin hukum maupun moral merupakan disiplin pendukung sangat penting bagi PKn. Teori
sistem yang dianut PKn di atas, membawa konsekuensi PKn pada posisi untuk kepentingan system
maintenance dan system persistence bagi sistem politik nasional (sistem politik demokrasi Pancasila).
Sedangkan pola pikir keilmuan politik, yang perlu dipahami untuk menunjang kompetensi profesional guru
mata pelajaran PKn, diantaranya pendekatan yang dianut ilmu politik, seperti : pendekatan tradisional, perilaku,
pascaperilaku (value and action), Marxis, neo –Marxis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan diatas, dapat disimpulkan :
Istilah Civics tersebut secara formal tidak dijumpai dalam Kurikulum tahun 1957 maupun dalam Kurikulum
tahun 1946. Namun secara materiil dalam Kurikulum SMP dan SMA tahun 1957 terdapat mata pelajaran tata
negara dan tata hukum, dan dalam kurikulum 1946 terdapat mata pelajaran pengetahuan umum yang di
dalamnya memasukkan pengetahuan mengenai pemerintahan.
Latar belakang lahirnya pendidikan Kewarganegaraan berawal dari perjalanan sejarah panjang bangsa
Indonesia yang dimulai sejak dari perebutan dan mempertahankan kemerdekaan sampai pada pengisian
kemerdekaan, bahkan terus berlangsung hingga zaman reformasi. Kondisi perebutan dan mempertahankan
kemerdekaan itu ditanggapi oleh bangsa indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa yang
senantiasa tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilai-nilai tersebut dilandasi oleh jiwa, tekad dan semangat
kebangsaan. Kesemuanya itu tumbuh dan berkembang menjadi kekuatan yang mampu mendorong proses
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada Mahasiswa mengenai hubunga antara warga
negara dengan negara serta PPBN agar menjadi warga negara yang diandalkan oleh bangsa dan negara.
B. Saran
Sebagai warga negara yang mencintai negaranya, kita harus memahami dan mengetahui sejarah perkembangan
PKn, agar dalam melaksanakan pendidikan tidak terjadi kesalahan. Hal ini penting karena PKn adalah
pelajaran yang diwajibkan di semua jenjang pendidikan.
http://www.tugassekolah.com/2016/02/pengertian-kewarganegaraan-dalam-sosiologis-dan-yuridis.html