Anda di halaman 1dari 7

PROFIL PKN DI INDONESIA

Nur Lengkap Pandiangan

3193311014, Reguler C 2019 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Email : nurpandiangan123@gmail.com

PENDAHULUAN
Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era
sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan
mempertahankan kemerdekaan sampai dengan era pengisian kemerdekaan,
menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan zamannya.
Berdasarkan Keputusan Dirjen Dikti No.267/Dikti/2000, Menurut (Takwin,
2011:1) tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah: (1) tujuan umum
memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa mengenai
hubungan antara warga negara dengan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela
Negara agar dapat menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan
negara. (2) Tujuan khusus: (a) agar mahasiswa dapat memahami dan
melaksanakan hak dan kewajiban secara santun, jujur dan demokratis serta ikhlas
sebagai warga negara Republik Indonesia yang terdidik dan bertanggungjawab,
(b) agar mahasiswa menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta dapat mengatasinya
dengan pemikiran kritis dan bertanggungjawab yang berlandaskan Pancasila,
wawasan nusantara dan ketahanan nasional, (3) agar mahasiswa memiliki sikap
dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan, cinta tanah air serta rela
berkorban bagi nusa dan bangsa.
Perkembangan kehidupan kenegaraan Indonesia mengalami perubahan
yang sangat besar terutama berkaitan dengan gerakan reformasi, serta perubahan
Undang-undang termasuk amandemen UUD 1945 serta Tap MPR
NO.XVIII/MPR/1998, yang menetapkan mengembalikan kedudukan Pancasila
pada kedudukan semula, sebagai dasar filsafat Negara. Hal ini menimbulkan
penafsiran yang bermacam-macam, akibatnya akhir-akhir ini bangsa Indonesia
menghadapi krisis ideologi. Dewasa ini banyak kalangan elit politik serta sebagian
masyarakat beranggapan bahwa Pancasila merupakan label politik Orde Baru
sehingga mengembangkan serta mengkaji Pancasila dianggap akan
mengembalikan kewibawaan Orde Baru. Pandangan yang sinis serta upaya
melemahkan peranan ideologi Pancasila pada era Reformasi dewasa ini akan
berakibat fatal bagi bangsa Indonesia yaitu melemahnya kepercayaan rakyat
terhadap ideologi negara yang kemudian pada gilirannya akan mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah lama dibina, dipelihara serta
didambakan bangsa Indonesia sejak dahulu. Oleh karena itu, agar kalangan
intelektual terutama mahasiswa memahami dan mampu melaksanakan hak-hak
dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil
dan berkarakter sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945,
maka diperlukan pendidikan kewarganegaraan di berbagai tingkatan pendidikan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan warga
negara yang ideal adalah melalui pendidikan, khususnya Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah
satu program inti yang bertugas mengembangkan dan meningkatkan mutu
martabat manusia dan kehidupan bangsa Indonesia menuju terwujudnya cita-cita
nasional Menurut (Suaryanto, 2014). Pendidikan ini bertujuan untuk memberikan
wawasan kebangsaan, kesadaran bernegara, serta menumbuhkan rasa
nasionalisme dan patriotisme kepada peserta didik. Oleh karena itu, selain
mengembangkan budaya kewargaan (civic culture), PKn juga mengajarkan nilai-
nilai kebajikan warganegara (civic virtue) yang sangat penting ditanamkan dan
diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Menurut Asyari dan Dewi (2021), Seluruh masyarakat Indonesia,
khususnya generasi muda Indonesia, harus menanamkan pemahaman yang
dinamis tentang kesadaran berbangsa dan bernegara guna mengembangkan sikap
rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara serta jiwa Patriotisme
terhadap negeri tercinta melalui pendidikan kewarganegaraan. Menurut Tuhuteru
(2017:302) mengemukakan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata
pelajaran yang menitikberatkan pada pembentukan manusia yang beraneka ragam
agama, budaya, masyarakat, bahasa, usia, dan suku agar menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, cakap, keterampilan dan pengetahuan yang bercirikan
Pancasila dan UUD 1945. Menurut Kardiyat Wiharyanto dalam Sulianti (2021:2)
Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk mengembangkan peserta didik
yang berkebangsaan dan menjadikan sarjana. profesional yang cinta tanah air serta
menjadikan warga negara yang berperan aktif dalam membangun kehidupan yang
damai berdasarkan nilai-nilai Pancasila dengan daya saing. Selain itu, pendidikan
kewarganegaraan dapat menanamkan nilai-nilai moral yang baik bagi pelajar,
sehingga mereka mandiri dan dapat membedakan mana yang positif dan mana
yang negatif.

PEMBAHASAN
Sejarah Singkat dan Kurikulum PKn di Indonesia
Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia dimulai pada tahun
1957 saat pemerintahan Sukarno atau yang lebih dikenal dengan istilah civics.
Penerapan Civics sebagai pelajaran di sekolah-sekolah dimulai pada tahun 1961
dan kemudian berganti nama menjadi pendidikan Kewargaan negara pada tahun
1968. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan resmi masuk dalam kurikulum
sekolah di Indonesia pada tahun 1968. Saat terjadi pergantian tahun ajaran yang
awalnya Januari – Desember dan diubah menjadi Juli – Juni pada tahun 1975,
nama pendidikan kewarganegaraan diubah oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Nama mata
pelajaran PMP diubah lagi pada tahun 1994 menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn). Pada masa Reformasi PPKn diubah menjadi PKn
dengan menghilangkan kata Pancasila yang dianggap sebagai produk Orde Baru.
Untuk perguruan tinggi, jurusan pendidikan kewarganegaraan pada awalnya
menggunakan nama jurusan Civic Hukum kemudian pada orde baru berubah
menjadi Program Studi PMP-KN dan saat ini banyak yang menggunakan Program
Studi PPKn (PKn).
Perkembangan kurikulum PPKn terjadi sangat dinamis, dalam hal secara
normative nomenklatur maupun sibstansi, PPKn mengalami proses perkembangan
cukup panjang. Dimulai dari ertama muncul tahun 1957 dengan nama civics
(kewarganegaraan) Tahun 1959 di introdusir pelajaran civics dengan “Civics
Manusia Indonesia Baru” dan “Tujuh Bahan Pokok Indoktrinasi (TUBAPI)
sebagai buku sumber, tahun 1962 istilah civics diganti dengan Kewargaan Negara,
tahun 1968 Kewargaan Negara di ganti dengan Pendidikan Kewargaan Negara.
Tahun 1975 Pendidikan Kewargaan Negara di ganti dengan PMP (Pendidikan
Moral Pancasila), tahun 1978 sangat dominannya materi P-4 dalam PMP. Tahun
1984 masih dengan nama PMP, tahun 1994 di ganti dengan nama PPKn. Tahun
1999 materi P-4 dicabut. Era reformasi di rubah dengan Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn), yang kemudian pada tahun 2013 kembali lagi menjadi
PPKn. Perkembangan kurikulum PPKn di Indonesia berkembang secara dinamis
ini pada prinsipnya disesuaikan dengan kebutuhan serta visi-misi dari pemerintah
yang mempengaruhi dalam pembentukan kebijakan kurikulum pendidikan di
Indonesia. Tetapi dalam pelaksanaannya terdapat kekuatan yang menjadi fondasi
dalam pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
yaitu Pancasila, UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
politik, hukum, nilai, moral, kearifan lokal, dan kebhinekaan dalam
berkebudayaan
Ruang Lingkup PKn Di Indonesia
Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai
berikut :
1) Persatuan dan kesatuan bangsa, merupakan perpaduan yang sangat erat untuk
menggambarkan makna yang tergantung dalam keberagaman yang ada di
Indonesia yang meliputi : Hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan,
Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap
positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan
jaminan keadilan.
2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,
Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturanperaturan
daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim
hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.
3) Hak asasi manusia adalah hak-hak yang melakat pada diri manusia sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa dari sejak dilahirkan ke dunia yang tidak dapat
dicabut atau diganggu oleh siapa pun. meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak
dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional
HAM, penghormatan dan perlindungan HAM.
4) Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai
warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri , Persamaan
kedudukan warga negara.
5) Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan
dasar negara dengan konstitusi.
6) Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem
politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem
pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.
7) Pancasila meliputi: Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
8) Globalisasi adalah suatu proses dengan kejadian, keputusan, dan kegiatan di
salah satu bagian dunia menjadi suatu konsekuensi yang signifikan bagi
individu maupun masyarakat di daerah jauh. Globalisasi mendorong adanya
perubahan yang terjadi dalam bebrapa bidang meliputi: Globalisasi di
lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi,

Tujuan PKn di Indonesia


Secara klasik sering dikemukakan bahwa tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia adalah untuk membentuk warga negara yang baik
(a good citizen). Akan tetapi pengertian warga negara yang baik itu pada masa-
masa yang lalu lebih diartikan sesuai dengan tafsir penguasa. Pada masa Orde
Lama, warga negara yang baik adalah warga negara yang berjiwa “revolusioner”,
anti imperialisme, kolonialisme, dan neokolonialisme. Pada masa Orde Baru,
warga negara yang baik adalah warga negara yang Pancasilais, manusia
pembangunan, dan sebagainya. Sejalan dengan visi Pendidikan Kewarganegaraan
era Reformasi, misi mata pelajaran ini adalah meningkatkan kompetensi siswa
agar mampu menjadi warga negara yang berperan serta secara aktif dalam sistem
pemerintahan negara yang demokratis. Sehubungan dengan itu, Menurut Ace
Suryadi dan Somardi (2000: 5) mengemukakan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan memfokuskan pada tiga komponen pengembangan, yaitu (1)
civic knowledge, (2) civic skill, dan (3) civic disposition. Inilah pengertian warga
negara yang baik, yang diharapkan oleh Pendidikan Kewarganegaraan di Era
Reformasi.
Secara epistemologis, pendidikan kewarganegaraan dikembangkan dalam
tradisi Citizenship Education yang tujuannya sesuai dengan tujuan nasional
negara. Namun, secara umum tujuan mengembangkan pendidikan
kewarganegaraan (PKn) adalah agar setiap warga negara menjadi warga negara
yang baik (to be good citizens), yakni warga yang memiliki kecerdasan (Civic
Intelligence) baik intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual; memiliki rasa
bangga dan tanggung jawab (Civic Responsibility); dan mampu berpartisipasi
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara (Civic Participation) agar tumbuh
rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Selain itu, kedudukan PKn dalam proses
demokratisasi adalah dalam rangka transformasi nilai-nilai demokrasi.
Secara umum tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan
pencapaian Pendidikan Nasional yaitu: Mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu menusia beriman, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan
dan keterampilan kesehatan jasmani dan rohani kepribadian mantap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.Fungsi Pendidikan
Kewarganegaraan ialah program pendidikan yang membentuk karakter warga
negara Indonesia menjadi warga negara yang memiliki nilai dan moral yang luhur,
cerdas, terampil dan setia kepada bangsa seperti yang diamanatkan Pancasila.
Kritis dalam menanggapi isu kewarganegaraan serta selalu berpartisipasi aktif dan
bertanggung jawab serta bertindak secara cerdas dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara sehingga akan menciptakan karakter masyarakat
Indonesia yang baik dan aktif dalam kehidupan antar bangsa dan negara.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum
bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia,
sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang
memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung
jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Hal di atas semakin mempertegas pasal 39 ayat (1) Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu “Pendidikan
Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Berdasarkan beberapa
pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
ialah mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka
seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang profesional, sebab jika guru tidak
berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri tidak tercapai. Lebih dari itu Pkn juga
bertujuan menyiapkan warga negara yang baik sebagai generasi penerus bangsa
yang memiliki kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa serta komitmen dalam
menjaga dan mempertahankan persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).

KESIMPULAN
Materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) secara historis
mengalami beberapa kali perubahan nama. Pada tahun 1957 di beri label
Kewarganegaraan, tahun 1959 dengan label Civics, tahun 1962 dengan label
Kewargaan Negara, tahun 1968 dengan label Pendidikan Kewargaan Negara
(PKN), tahun 1975 berlabel Pendidikan Moral Pancasila, tahun 1994 dengan label
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), dan terakir diberi label
Pendidikan Kewrganegaraan (PKn) seperti yang terdapat dalam kurikulum tahun
2004 berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Perubahan nama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), juga merubah materi perubahan
yang harus diajarkan pada peserta didik. Pasca diundangkannya UU. No. 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas, ada yang mengingatkan agar pendidikan
kewarganegaraan diatur secara yuridis, khusus tentang pendidikan
kewarganegaraan Pancasila mempunyai kaitan erat dengan pendidikan pada
umumnya dan secara khusus pada pendidikan kewarganegaraan.
Pendidikan kewarganegaraan (civic education) merupakan konsep
universal yang meletakan dasar-dasar pengetahuan tentang masyarakat politik,
tentang persiapan yang dibutuhkan untuk berpartisipasi dalam proses politik
secara menyeluruh, dan secara umumnya menjelaskan bagaimana menjadi warga
negara yang baik. Menurut Zamroni (dalam Ubaedillah, A, dkk, 2008: 9), bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk
mempersiapkan peserta warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak
demokratis. Melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru
tentang kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan yang paling
menjamin hak-hak warga masyarakat. Dari berbagai pengertian PKn di atas, dapat
dinyatakan bahwa ciri-ciri PKn adalah a) merupakan program pendidikan; b)
materi pokoknya adalah demokrasi politik atau peranan warga negara dalam
berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara ditambah unsur lain yang
mempunyai unsur positif terhadap pengembangan peranan tersebut, baik yang
berasal dari keluarga, sekolah dan masyarakat, c) tujuannya membina peranan
warga negara agar menjadi warga negara yang baik sesuai dengan konstitusi.
Dengan melihat misi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang demikian
luas, maka tujuan PKn pun perlu lebih diperluas pula. Tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan (civic education atau citizenship education) secara teoritis
adalah untuk mendidik para siswa menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab yang dapat berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat yang
demokratis. Substansi PKn meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic
knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan karakter
kewarganegaraan (civic dispositions) sebagai pendukung berjalannya sistem
politik yang ideal.
1. Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge)
Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) menyangkut kemampuan
akademik yang dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum,
dan moral. Dengan memiliki pengetahuan kewaragengaraan ini diharapkan
menjadi dasar bagi warga negara untuk mengembangkan keterampilan dan
karakter kewarganegaraan.
2. Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills)
Keterampilan kewarganegaraan (civic skills) merupakan keterampilan yang
dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, agar pengetahuan yang
diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam
menghadapi masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara
3. Karakter Kewarganegaraan (Civic Dispositions)
Karakter kewarganegaraan (civic dispositions) merupakan watak atau sifat –
sifat yang harus dimiliki setiap warga negara untuk mendukung efektivitas
partisipasi politik, berfungsinya sistem politik yang sehat, berkembangnya
martabat dan harga diri.

DAFTAR PUSTAKA
Asyari, D., & Dewi, D. A. (2021). Peran Pendidikan Kewarganegaraan bagi
Generasi Milenial dalam Menanamkan Jiwa Nasionalisme Di Era
Globalisasi. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 3(2), 30– 41.
https://doi.org/10.31004/jpdk.v3i2.1628
Budimansyah, D dan Suryadi, K. (2008). PKn dan masyarakat Multikultural.
Bandung:Program Studi Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana UPI.
Darmadi, Hamid. (2010). Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan.
Bandung:Alfabeta
Goyang, Jaran. 2017. Konsep Dasar PKn. http://blog-
kumpulanmakalah.blogspot.com/2017/10/mak'alah-hakikat-tujuanpengertian.html
Suaryanto, A. (2014). Peranan Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membina
Sikap Toleransi. Jurnal Ilmu Pemerintahan dna Sosial Politik UMA, 193.
Sulianti, A., Arifin, S., & Sakdiyah, H. (2021). Peran pendidikan
kewarganegaraan dalam mengembangkan moral melalui pembelajaran
demokrasi. Jurnal Civic Education: Media Kajian Pancasila Dan
Kewarganegaraan, 4(2), 01.
Suryadi, Ace dan Somantri. (2000). “Pemikiran Ke Arah Rakayasa Kurikulum
Pendidikan Kewarganegaraan”. Paper dalam The International Seminar:
The Need for New Indonesian Civic Education, March 29, 2000, at
Bandung.
Takwin, M. (2011). Problem dan Tantangan Pembelajaran PKn di Sekolah.
http://tanjungpelayar.blogspot.co.id/2 011/04/problem-dan-
tantanganpembelajaran-pkn.html. diakses 3 September 2022.
Tuhuteru, L. (2017). Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Peningkatan
Pembentukan Karakter Bangsa di Tengah Arus Globalisasi.
ProsidingKonferensi Nasional Kewarganegaraan III, November, 302–305.

Anda mungkin juga menyukai