Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 24-33

Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial


Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jupiis

Kontribusi Tingkat Pemahaman Konsepsi Wawasan Nusantara


terhadap Sikap Nasionalisme dan Karakter Kebangsaan

Deny Setiawan*

Jurusan Pendidkan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial,


Universitas Negeri Medan, Indonesia

Diterima Pebruari 2017; Disetujui April 2017; Dipublikasikan Juni 2017

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran faktual mengenai kontribusi tingkat pemahaman konsepsi
wawasan nusantara terhadap sikap nasionalisme dan karakter kebangsaan mahasiswa. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriprif untuk menggambarkan fenomena atau realitas yang terjadi. Populasinya
adalah mahasiswa Universitas Negeri Medan yang melaksanakan perkuliahan Kewarganegaraan sebagai salah satu
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK) T.A 2015/2016 yang berjumlah 1200 orang. Sampel diambil
secara acak (random sampling) dan ditetapkan sebesar 10 %. berjumlah 120 mahasiswa. Teknik pengumpulan
data menggunakan tes kognitif, skala sikap dan gejala kontinum. Sedangkan teknik analisis data menggunakan
analisis kecenderungan dan analisis korelasi yang diuji dengan menggunakan korelasi pearson berbantuan
software SPSS 22.0 for windows pada kolom analyze pada taraf keberartian 1%. Hasil penelitian menunjukkan: (1)
kecenderungan pemahaman mahasiswa terhadap konsepsi wawasan nusantara secara umum berada pada tingkat
sedang yakni 40,84 %; (2) kecenderungan sikap nasionalisme mahasiswa secara umum berada pada tingkat
sedang yakni 38,34 %; (3) kecenderungan karakter kebangsaan mahasiswa secara umum berada pada tingkat
rendah yakni 45,83 %; (4 ) pemahaman mahasiswa mengenai konsepsi wawasan nusantara memiliki korelasi yang
kuat dengan sikap nasionalisme, yakni dengan r hitung sebesar 0,853; dan (5) pemahaman mahasiswa mengenai
konsepsi wawasan nusantara memiliki korelasi yang sedang dengan karakter kebangsaan, dengan r hitung sebesar
0,683.

Kata Kunci: Wawasan Nusantara, Nasionalisme, Karakter Kebangsaan.

Abstract
This study aimed to obtain factual understanding of the contribution rate of conception archipelago insight on the
attitudes of nationalism and national character of students, as well as the correlation between the variables of the
study. The method used is a method deskriprif to describe phenomena or realities which occurred. Population is
Medan State University students who are conducting lectures Citizenship as one of the Personality Development
Course (MKPK) FY 2015/2016 which amounted to 1,200 people. Samples were taken at random (random sampling)
and is set at 10%. Thus the sample is numbered 120 students. Data collection techniques in research using cognitive
tests, scale and symptoms attitude continuum. Data analysis technique using trend analysis and correlation analysis
were tested using Pearson correlation aided software SPSS 22.0 for windows in column analyze the significance level
of 1%. The results showed: (1) the tendency of students' understanding of the general conception of insight
archipelago is at a medium level ie 40.84%; (2) the tendency of nationalism students in general are at a moderate
level ie 38.34%; (3) the tendency of students in general national character is at a low level which is 45.83%; (4) the
student's understanding of the conception of insight archipelago has a strong correlation with the attitude of
nationalism, namely the count r of 0.853; and (5) the student's understanding of the conception of insight archipelago

24
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 24-33

has a moderate correlation with the national character, the count r of 0.683.

Keywords : Insight Archipelago, Nationalism, National Character.

How to Cite: Setiawan, D. (2017), Kontribusi Tingkat Pemahaman Konsepsi Wawasan


Nusantaraterhadap Sikap Nasionalisme dan Karakter Kebangsaan, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 9
(1): 20-27.

*Corresponding author: p-ISSN 2085-482X E-mail: denysetiawan1978@gmail.com e-ISSN 2407-7429

25
PENDAHULUAN ditetapkan UU RI No. 12 Tahun 2012
Di era global yang sarat dengan tentang Pendidikan Tinggi yang secara
perubahan, bangsa Indonesia menghadapi eksplisit menyebutkan bahwa kurikulum
berbagai persoalan dan tantangan baik nasional setiap perguruan tinggi wajib
secara internal maupun eksternal. Di dalam memuat mata kuliah Pancasila,
negeri, pilar-pilar kehidupan berbangsa Kewarganegaran, Agama dan Bahasa
semakin rapuh sekaitan dengan makin Indonesia. Tanpa bermaksud mengabaikan
rendahnya komitmen (general agreement) urgensi tiga mata kuliah wajib lainnya,
terhadap nilai-nilai dasar kehidupan (core Pendidikan Kewarganegaraan menjadi
values) yang telah lama dijadikan sebagai sangat urgen di tengah situasi kehidupan
pedoman. Rendahnya komitmen tersebut, bangsa dan negara Indonesia saat ini. Untuk
ditunjukkan dengan makin lemahnya memenuhi tuntutan perkembangan jaman,
kewibawaan hukum akibat rendahnya perlu dikembangkan substansi kajian yang
moralitas penegak hukum, maraknya memungkinkan pelaksanaan perkuliahan
korupsi di kalangan pejabat, meningkatnya Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan
kemiskinan, meningkatnya potensi tinggi berjalan efektif dan berfungsi
disintegrasi oleh menguatnya sebagai medium pembinaan mahasiswa
primodialisme etnis dan keagamaan, sebagai generasi penerus bangsa yang
distorsi nasionalisme, hingga degradasi peduli dengan keutuhan dan eksistensi
moral dan karakter di kalangan anak kelangsungan hidup bangsa dan negara
bangsa (Abdulgani, 1995) yang semakin Indonesia. Untuk merealisasikan tujuan ini,
mengancam keutuhan Negara Kesatuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. Direktorat Jenderal
Ancaman dan tantangan dari luar pun Pendidikan Tinggi (2013), dalam substansi
tak kalah hebat, terutama tantangan materi Pendidikan Kewarganegaraan tetap
globalisme berupa semakin meluasnya menghadirkan materi Wawasan Nusantara
sistem demokrasi liberal pada berbagai sebagai salah topik yang diharapkan dapat
bidang kehidupan baik di bidang ekonomi, memperkuat kesadaran mahasiswa akan
politik, sosial-budaya, dan pentingnya persatuan Indonesia dan
pertahanankeamanan, yang tak pelak keutuhan NKRI.
membawa krisis multi-dimensional. Ditinjau dari kronologis istilahnya,
Keseluruhan ancaman dan tantangan sebenarnya telah sejak lama
tersebut, telah menimbulkan ketegangan pemikirpemikir bangsa Indonesia
dan tarik ulur kekuatan antara nilai-nilai mengembangkan suatu konsep yang kini
kearifan lokal (local wisdom) versus nilai- dikenal dengan nama Wawasan Nusantara.
nilai global mondial. Penggunaan istilah ini baru muncul dalam
Faktualitas di atas, menjadi dasar seminar Pertahanan Keamanan pada tahun
pemikiran dari para akademisi mengajak 1966. Namun Wawasan Nusantara yang
revitalisasi nation and character building dilahirkan dalam seminar itu belum
melalui medium pendidikan sebagai upaya merupakan suatu konsepsi sebagaimana
pembinaan dan pengembangan nilai-nilai yang dikenal sekarang, melainkan baru
nasionalisme dan karakter kebangsaan merupakan suatu wawasan bagi
(Suyatno, 2009: Puskur, 2010). Khusus pengembangan kekuatan pertahanan
pada lingkup pendidikan tinggi, telah keamanan. Atas dasar perkembangan dari

24
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 24-33

urgensi wawasan tersebut, kini konsepsi warga negara akan pentingnya wilayah
Wawasan Nusantara telah ditetapkan sebagai ruang hidup (living space),
sebagai geopolitik Indonesia dengan cirinya sekaligus menumbuhkan sikap
yang khas sebagai archipelago state. nasionalisme bangsa Indonesia. Sikap
Lemhanas (1994), mengartikan Wawasan nasionalisme ini mendorong masyarakat
Nusantara sebagai cara pandang bangsa untuk mendahulukan kepentingan bangsa
Indonesia tentang diri dan lingkungannya diatas kepentingan pribadi dan golongan,
berdasaran ide nasionalnya yang dilandasi serta mendorong bangsa Indonesia untuk
Pancasila dan UUD Negara Republik menunjukan harkat dan martabatnya
Indonesia 1945, yang merupakan aspirasi diantara bangsa-bangsa lain di dunia.
bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat Yudohusodo (1995:93) menjelaskan bahwa
dan bermartabat, serta menjiwai tata hidup semangat nasionalisme ini sangat
dan tindak kebijaksanaannya dalam diperlukan untuk tetap menjaga integritas
mencapai tujuan perjuangan nasional. dan identitas bangsa Indonesia, semangat
Pengertian di atas, sekaligus nasionalisme yang mendorong bangsa
menggambarkan bahwa Wawasan Indonesia untuk siap bersaing dengan
Nusantara bukan hanya konsepsi yang bangsa-bangsa lainnya.
menekankan pada pengembangan Selain itu, Wawasan Nusantara
kekuatan pertahanan keamanan, melainkan sebagai konsepsi juga dirumuskan sebagai
sebagai petunjuk operasional tertinggi salah satu usaha dalam rangka
dalam penyelenggaraan pemerintahan menumbuhkan dan membentuk karakter
negara dan kehidupan bangsa serta kebangsaan generasi muda. Setiawan dan
sekaligus merupakan faktor integrasi dalam Setiawan (2014:1), memaknai karakter
penyelenggaraan fungsi-fungsi politik, sebagai cara berpikir dan berprilaku yang
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan khas tiap individu untuk hidup dan
keamanan, sehingga daya dan dana di bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,
keempat bidang fungsi itu dapat dipacu masyarakat, bangsa dan negara. Individu
secara serentak dan didayagunakan secara yang berkarakter baik adalah individu yang
terpadu dalam memberikan hasil yang dapat membuat keputusan dan siap
maksimal bagi pembangunan nasional. Hal mempertanggung jawabkan setiap akibat
ini sebagaimana dijelaskan oleh Wahyono dari keputusannya.
(1982: 22) bahwa konsepsi geopolitik khas Dari paparan di atas, dapat diambil
Indonesia yang kemudian dirumuskan makna bahwa konsepsi Wawasan
menjadi doktrin dasar yang diberi nama Nusantara sangat penting untuk terus
Wawasan Nusantara adalah untuk disosialisasikan dan diinternalisasikan di
mewujudkan Negara Kesatuan Republik kalangan masyarakat luas, terutama bagi
Indonesia sebagai suatu negara kepulauan mahasiswa sebagai generasi penerus
yang dalam kesemestaannya merupakan bangsa yang menentukan kejayaan dan
satu kesatuan politik, ekonomi, sosial keunggulan bangsa Indonesia. Melalui
budaya dan pertahanan keamanan untuk pemahaman konsepsi Wawasan Nusantara,
mencapai tujuan nasional segenap potensi sikap nasionalisme dikalangan mahasiswa
darat, laut dan angkasa secara terpadu. ditumbuhkankembangkan dalam menjaga
Wawasan Nusantara sebagai konsepsi integritas dan keutuhan bangsa serta dalam
geopolitik, menekankan kesadaran bagi membentuk karakter kebangsaan

25
Deny Setiawan, Kontribusi Tingkat Pemahaman Konsepsi Wawasan Nusantara terhadap Sikap Nasionalisme

(Suseno,1995). kontinum. Sedangkan teknik analisis data


Melalui pendidikan formal, menggunakan analisis kecenderungan dan
mahasiswa telah mengenal Indonesia analisis korelasi yang diuji dengan
dengan konsepsi Wawasan Nusantaranya. menggunakan korelasi pearson berbantuan
Namun yang terpenting dalam hal ini software SPSS 22.0 for windows pada kolom
adalah bagaimana nilai-nilai nasionalisme analyze pada taraf keberartian 1%
dan semangat kebangsaan yang terkandung (Nurosis, 1986).
dalam konsepsi tersebut dapat
menginternalisasi ke dalam jiwa. Nilai yang HASIL DAN PEMBAHASAN
ada pada jiwa sebagai sesuatu yang Berdasarkan hasil olah data berkaitan
berharga menjadi landasan dalam dengan pemahaman mahasiswa dalam
menentukan perbuatan baik-buruk menguasai konsepsi wawasan nusantara,
benarsalah atau yang biasa disebut dengan menunjukkan bahwa kecenderungan
moral (Kirschenbaum,1995). Terlebih pada pemahaman mahasiswa secara umum
era modernisasi dan globalisasi dewasa ini. berada pada tingkat sedang yakni 40,84 %,
Kemajuan teknologi dan komunikasi massa, disusul kemudian tingkat rendah 31,67 %
selain memberikan dampak positif juga dan tingkat tinggi hanya 27,49 %.
telah membawa dampak negatif yang tidak Tabel 1. Kecenderungan Pemahaman
sedikit, seperti konsumerisme, Konsepsi Wawasan Nusantara
individualisme, hedonisme dan Frekuensi
Frekuensi
westernisasi yang dapat merusak moral Kriteria Skor Relatif
Absolut
(%)
karakter kebangsaan sekaligus mengikis
Rendah 79,7 38 31,67
semangat nasionalisme di kalangan
mahasiswa. 79,7 –
Sedang 49 40,84
88,3
METODOLOGI PENELITIAN Tinggi > 88,3 33 27,49
Metode penelitian yang digunakan Jumlah 120 100,00
dalam penelitian ini adalah metode
deskriprif untuk menggambarkan secara Sedangkan hasil olah data berkaitan
faktual suatu fenomena atau realitas yang dengan kriteria kecenderungan sikap
terjadi (Noor, 2010). Populasi dalam nasionalisme mahasiswa, menunjukkan
penelitian ini adalah mahasiswa Universitas bahwa kecenderungan sikap nasionalisme
Negeri Medan yang sedang melaksanakan mahasiswa secara umum berada pada
perkuliahan tingkat sedang yakni 38,34 %, disusul
Kewarganegaraan sebagai salah satu Mata kemudian tingkat tinggi 31,66 % dan
Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK) tingkat rendah 30,00 %.
T.A 2015/2016 yang berjumlah 1200 orang Tabel 2. Kecenderungan
Sikap Nasionalisme
(UPT MKU UNIMED: 2015). Sampel diambil
Frekuensi
dengan random sampling (Arikunto, 2002) Frekuensi
Kriteria Skor Relatif
dan ditetapkan sebesar 10 %. Dengan Absolut
(%)
demikian sampel dalam penelitian ini
Rendah 79 36 30,00
berjumlah 120 orang mahasiswa. Teknik
pengumpulan menggunakan tes kognitif, Sedang 79 – 88 46 38,34
skala sikap (Edward, 1957) dan gejala Tinggi > 88 38 31,66

26
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 24-33

Jumlah 120 100,00 N 120 120


Berbeda dengan dua kriteria **. Correlation is significant at the 0.01 level
kecenderungan sebelumnya yang berada (2-tailed).
pada tingkat sedang, maka kriteria Dari hasil perhitungan di
kecenderungan karakter kebangsaan atas, diperoleh data bahwa rhitung = 0,853.
mahasiswa secara umum berada pada Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
tingkat rendah yakni 45,83 %, disusul mahasiswa mengenai konsepsi wawasan
tingkat tinggi 27,50 % dan tingkat sedang nusantara memiliki korelasi yang kuat
26,67 %. dengan sikap nasionalisme. Dengan
Tabel 3. Kecenderungan Karakter demikian hipotesis yang berbunyi: terdapat
Kebangsaan korelasi antara tingkat pemahaman
Frekuensi
Frekuensi konsepsi wawasan nusantara dengan sikap
Kriteria Skor Relatif
Absolut nasionalisme mahasiswa, dapat diterima.
(%)
Rendah 80,7 55 45,83 Analisis korelasi yang kedua
dilakukan untuk melihat bagaimana
80,7 –
Sedang 32 26,67 hubungan pemahaman konsepsi wawasan
89,3
nusantara dengan karakter kebangsaan.
Tinggi > 89,3 33 27,50
Berdasarkan hasil uji korelasi pearson
Jumlah 120 100,00 menggunakan SPSS, muncul hasil penelitian
Dalam penelitian ini, selain dilakukan sebagai berikut:
analisis kecenderungan juga dilakukan Descriptive Statistics
analisis korelasi untuk melihat bagaimana Mean Std. N
hubungan pemahaman konsepsi wawasan Deviation
nusantara dengan sikap nasionalisme. X 81.54 7.722 120
Berdasarkan hasil uji korelasi pearson Y2 83.24 7.308 120
dengan menggunakan SPSS, muncul hasil Correlations
penelitian sebagai berikut: X Y2
Descriptive Statistics
X Pearson
Mean Std. Deviation N 1 .683**
Correlation
X 81.54 7.722 120 Sig. (2-tailed) .000
Y1 83.68 7.120 120 N 120 120
Correlations
Y2 Pearson
X Y1 .683** 1
Correlation
X Pearson Sig. (2-tailed) .000
1 .853**
Correlation N 120 120
Sig. (2-tailed) .000
**. Correlation is significant at the 0.01 level
N 120 120 (2-tailed).
Y1 Pearson Berdasarkan hasil perhitungan di
.853** 1 atas, diperoleh data bahwa r hitung = 0,683.
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman
mahasiswa mengenai konsepsi wawasan

27
Deny Setiawan, Kontribusi Tingkat Pemahaman Konsepsi Wawasan Nusantara terhadap Sikap Nasionalisme

nusantara memiliki korelasi yang sedang nusantara sebagai satu-kesatuan ekonomi;


dengan karakter kebangsaan. Dengan (3) perwujudan kepulauan nusantara
demikian hipotesis yang berbunyi: terdapat sebagai satu-kesatuan sosial-budaya; dan
korelasi antara tingkat pemahaman (4) perwujudan kepulauan nusantara
konsepsi wawasan nusantara dengan sebagai satu-kesatuan
karakter kebangsaan mahasiswa, dapat pertahanankeamanan (Lamhanas, 1994).
diterima. Substansi materi konsepsi ini, menuntut
Hasil dalam penelitian ini, mahasiswa untuk dapat memahami
menunjukkan bahwa tingkat pemahaman konsepsi wawasan nusantara tidak saja
mahasiswa mengenai konsepsi wawasan secara verbalistik semata, tetapi menuntut
nusantara memiliki korelasi yang kuat mahasiswa untuk dapat berfikir secara
dengan sikap nasionalisme. Dalam hal ini nalar (berfikir tingkat tinggi).
Mar’at (1984: 19), menjelaskan “sikap Data ini menjadi satu temuan,
dipandang sebagai perangkat reaksi-reaksi perlunya rancangan pembelajaran yang
afektif terhadap obyek tertentu efektif dalam pembelajaran Pendidikan
berdasarkan hasil penalaran, pemahaman Kewarganegaraan, khususnya dalam
dan penghayatan individu’. Ini berarti, penyampaian materi wawasan nusantara.
pemahaman dapat mempengaruhi sikap Sehebat apapun penguasaan dosen
seseorang terhadap obyek tertentu, terhadap materi wawasan nusantara,
sehingga apabila seseorang memahami namun jika terjebak dalam pembelajaran
dengan benar suatu obyek, maka sikapnya yang verbalistik, tidak akan memberikan
cenderung positif terhadap suatu obyek. kontribusi yang berarti kepada mahasiswa
Demikian halnya dengan pemahaman dalam memahami konsepsi wawasan
mahasiswa mengenai konsepsi wawasan nusantara sebagai konsepsi politik dalam
nusantara sebagai konsepsi politik yang pelaksanaan pembangunan.
dijadikan sebagai wawasan dalam Oleh karena itu, pembelajaran
penyelenggaraan pembangunan nasional kontekstual (contextual learning) dapat
yang bersumber pada Pancasila dan UUD menjadi salah satu alternatif melalui
NRI Tahun 1945. Pemahaman mahasiswa model-model pembelajaran yang inovatif.
terhadap konsepsi tersebut secara benar, Penyajian materi konsepsi wawasan
maka sikapnya cenderung positif ke arah nusantara dengan mengangkat kasus-kasus
sikap nasionalisme. Bahkan jika tilik isi faktual dapat menjadi stimulus bagi
kandungan konsepsi wawasan nusantara, mahasiswa dalam memahami konsepsi
sebenarnya juga menuntut pemahaman Wawasan Nusantara dan merangsang
dari mahasiswa untuk memahami mahasiswa untuk menunjukkan perilaku
konsepsi tersebut sebagai cara pandang sikap nasionalismenya. Hasil penelitian ini
dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri didukung oleh temuan Supranoto (2016)
dan lingkungannya dengan mengutamakan yang menunjukkan pembelajaran
persatuan dan kesatuan bangsa serta kontekstual lebih baik dari pembelajaran
kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan konvensional, karena memberikan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan kontribusi terhadap peningkatan
bernegara yang mencakup: (1) perwujudan kemampuan peserta didik dalam
kepulauan nusantara sebagai satu-kesatuan memahami materi. Begitupun dengan
politik; (2) perwujudan kepulauan temuan Brist (2012), yang menunjukkan

28
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 24-33

pembelajaran kontekstual memberikan penerapannya harus menyentuh pada tiga


kontribusi terhadap pembentukan sikap dimensi secara utuh, yakni kognitif, afektif
dan kepercayaan diri serta peningkatan dan psikomotorik. Dijelaskan oleh Buchori
prestasi diri peserta didik. Ditambahkan (2007), bahwa pengembangan karakter
oleh Sylker dan Kiyoshi (2014), seharusnya membawa anak ke pengenalan
pembelajaran kontekstual juga nilai secara kognitif, penghayatan nilai
memberikan kontribusi terhadap secara afektif, akhirnya ke pengamalan nilai
pengembangan pengetahuan dan secara nyata. Untuk sampai ke praksis, ada
pengalaman belajar peserta didik. satu peristiwa batin yang amat penting
Pada hasil olah data berikutnya, yang harus terjadi dalam diri anak, yaitu
menunjukkan bahwa pemahaman munculnya keinginan yang sangat kuat
mahasiswa mengenai konsepsi wawasan (tekad) untuk mengamalkan nilai.
nusantara memiliki korelasi yang sedang Peristiwa ini disebut conatio, dan langkah
dengan karakter kebangsaan. Dalam hal ini untuk membimbing anak membulatkan
Lickona (1991), menjelaskan bahwa tekad ini disebut langkah konatif.
pembelajaran karakter pada hakekatnya Pendidikan karakter mestinya mengikuti
adalah pembelajaran moral. Artinya, bahwa langkah-langkah yang sistematis, dimulai
penyajian materi konsepsi wawasan dari pengenalan nilai secara kognitif,
nusantara hendaknya tidak saja menyentuh langkah memahami dan menghayati nilai
ranah moral knowing yang akan mengisi secara afektif, dan langkah pembentukan
ranah kognitif, tetapi juga dapat menyentuh tekad secara konatif.
kesadaran moral (moral awareness) dan Dengan demikian pendidikan
moral feeling sebagai penguatan aspek membangun karakter secara implisit
afektif peserta didik untuk menjadi mengandung arti membangun sifat atau
manusia berkarakter. Penguatan ini pola perilaku yang didasari atau berkaitan
berkaitan dengan bentukbentuk sikap yang dengan dimensi moral yang positif atau
harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu yang baik, bukan yang negatif atau yang
kesadaran akan jati diri (conscience), buruk. Karakter atau watak adalah ekspresi
percaya diri (self esteem), kepekaan dari keseluruhan nilai-nilai yang ditaati.
terhadap derita orang lain (emphaty), cinta Karakter seseorang merupakan ekspresi
kebenaran (loving the good), pengendalian dari suatu moralitas (Kirschenbaum, 1995).
diri (self control), kerendahan hati Pembentukan karakter bukanlah hal yang
(humility). Moral action merupakan mudah. Karakter dibangun dari berbagai
perbuatan atau tindakan moral yang aspek yang mendukungnya dan melalui
merupakan hasil (outcome) dari dua proses yang berkelanjutan serta komitmen
komponen karakter lainnya. Untuk yang kuat. Dengan demikian, pembentukan
memahami apa yang mendorong seseorang karakter perlu waktu panjang, dari masa
dalam perbuatan yang baik (act morally) kanak-kanak sampai usia dewasa ketika
maka harus dilihat tiga aspek lain dari seseorang mampu mengambil keputusan
karakter yaitu kompetensi (competence), mengenai dirinya sendiri.
keinginan (will), dan kebiasaan (habit). Hasil penelitian ini juga menunjukan
Pandangan Thomas Lickona di atas, perlunya penerapan strategi inovatif dalam
pada hakekatnya sama, bahwa pendidikan pembelajaran Pendidikan
karakter sebagai pendidikan moral dalam

29
Deny Setiawan, Kontribusi Tingkat Pemahaman Konsepsi Wawasan Nusantara terhadap Sikap Nasionalisme

Kewarganegaraan, khususnya dalam dapat diterima. Data ini menjadi temuan,


penyajian materi wawasan nusantara perlunya rancangan pembelajaran yang
secara faktual melalui pembelajaran inovatif dalam mata kuliah
kontekstual yang dapat memberikan Kewarganegaraan, khususnya dalam
kontribusi terhadap pembentukan sikap penyampaian materi wawasan nusantara
nasionalisme dan karakter kebangsaan bagi melalui pembelajaran kontekstual
mahasiswa sebagai generasi penerus (contextual learning). Penyajian materi
bangsa. konsepsi wawasan nusantara dengan
KESIMPULAN mengangkat kasus-kasus faktual dapat
Berdasarkan hasil penelitian, dapat menjadi stimulus bagi mahasiswa dalam
diambil beberapa kesimpulan: (a) memahami konsepsi wawasan nusantara,
kecenderungan pemahaman mahasiswa penginternalisasian nilai-nilai nasionalisme
terhadap konsepsi wawasan nusantara dan karakter kebangsaanya.
secara umum berada pada tingkat sedang
yakni 40,84 %, disusul kemudian dengan DAFTAR PUSTAKA
tingkat pemahaman yang rendah 31,67 % Abdulgani, R. 1995. Pemantapan
Jiwa Nasionalisme Menghadapi
dan tingkat tinggi hanya 27,49 %; (b)
Era
kecenderungan sikap nasionalisme
Globalisasi dan Abad ke XXI, termuat
mahasiswa secara umum berada pada
dalam Siswono Yudohusodo, dkk.,
tingkat sedang yakni 38,34 %, disusul Nasionalisme dalam Era Globalisasi.
kemudian dengan sikap nasionalisme yang Yogyakarta: Yayasan Widya Patria.
berada pada tingkat tinggi 31,66 % dan Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu
tingkat rendah 30,00 %; (c) kecenderungan Pendekatan Praktek.
karakter kebangsaan mahasiswa secara Jakarta: Bina Aksara.
umum berada pada tingkat rendah yakni Brist, A.H., 2012. The Effect of A Contextual
45,83 %, disusul kemudian dengan Approach to Chemistry Instruction on
karakter kebangsaan yang berada pada Students’ Attitudes, Confidence, and
tingkat tinggi 27,50 % dan tingkat sedang Achievement in Science. Montana:
Montana State University.
26,67 %; (d) pemahaman mahasiswa
Buchori, M. 2007. Character Building dan
mengenai konsepsi wawasan nusantara
Pendidikan Kita.
memiliki korelasi yang kuat dengan sikap
(http://www.kompas.co.id/kompascetak
nasionalisme dengan rhitung sebesar 0,853.
/0607/26/opini/2836169.htm).
Hal ini menunjukkan, hipotesis yang Edward S.A.L 1957. Technique of Attitude Scale
berbunyi: terdapat korelasi antara Construction. New York :
pemahaman konsepsi wawasan nusantara Apleton-
dengan sikap nasionalisme mahasiswa, Century-Crofts Inc.
dapat diterima; (e) pemahaman mahasiswa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mengenai konsepsi wawasan nusantara Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
memiliki korelasi yang sedang dengan 2013. Substansi Materi Pendidikan
karakter kebangsaan dengan rhitung sebesar Kewarganegaraan. Jakarta: Kementerian
0,683. Hal ini menunjukkan, hipotesis yang P dan K Dirjen Dikti.
berbunyi: terdapat korelasi antara Kirschenbaum, H. 1995. 100 Ways to Enhance
Values and Morality in Schools and Youth
pemahaman konsepsi wawasan nusantara
Settings. Massachusetts: Allys & Bacon.
dengan karakter kebangsaan mahasiswa,
Kusumaatmadja, M. 1978. Hukum Laut

30
Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 9 (1) (2017): 24-33

Internasional. Jakarta: Badan Pembinaan Yudohusodo, dkk., Nasionalisme


Hukum Nasional Departemen Indonesia dalam Era Globalisasi.
Kehakiman. Yogyakarta: Yayasan Widya Patria.
Lamhanas. 1994. Kewiraan untuk Mahasiswa.
Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud dan PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Lickona, T. 1991. Educating for Character. New
York: Bantam Books.
Mar’at. 1984. Sikap Manusia Perubahan Serta
Pengukuranya. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Noor, J. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta :
Kencana.
Nurosis, J.M. 1986. SPSS/PC+ FOR
IMBPC/XT/AT/. Chicago. : SPSSInc.
PUSKUR. 2010. Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa. Jakarta: PUSKUR.
Setiawan, D. dan Fandi F. 2014. Pendidikan
Karakter Dalam Perspektif
Kewarganegaraan. Medan : Larispa.
Supranoto, H. 2016. Pengaruh Contextual
Teaching and Learning Teknik Praktek
Jual Beli Terhadap Kemampuan
Mahasiswa Memahami Akuntansi Prodi
Pendidikan Ekonomi UM Metro. Jurnal
Promosi Jurnal Pendidikan Ekonomi UM
Metro. Vol. 4. No. 2 Hlm. 36-42.
Suseno, F.M. 1995. Persatuan Indonesia,
Pancasila, Paham Kebangsaan, dan
Integrasi Nasional termuat dalam Alex
Dinuth (Penyunting), Menanggapi
Tantangan Masa Depan. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Suyatno. 2009. Urgensi Pendidikan Karakter.
Jakarta: Depdiknas.
Sylker, T. dan Kiyoshi, T. 2014. Contextual
Teaching and Learning Using A Card
Game Interface. International Journal of
Asia Digital Art and Design. Vol. 18. Vol. 2.
P. 18-23.
UPT MKU UNIMED. 2015. Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian.
Medan: UPT MKU UNIMED.
Wahyono, S.K. dkk. 1982. Wawasan Nusantara.
Jakarta : Surya Indah.
Yudohusodo, S. 1995. Peningkatan Semangat
Kebangsaan dan Pelestarian Bhineka
Tunggal Ika termuat dalam Siswono

31

Anda mungkin juga menyukai