Anda di halaman 1dari 11

1

PENTINGNYA UPAYA PELESTARIAN BELA NEGARA BAGI WARGA NEGARA


INDONESIA DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

HAQIQI SALMAN / 6211421063


Prodi Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang
haqiqisalman23@gmail.com

Abstrak
Hal ini di latar belakangi pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan penting
bagi setiap warga negara Indonesia dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pada
hakikatnya pendidikan kewarganegaraan adalah bentuk upaya kesadaran yang terencara
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mengelaborasi jati diri dan akhlak setiap
bangsa. Oleh karena itu, bela negara menjadi hal materi dari Pendidikan Kewarganegaraan.
Adapun bela negara merupakan sikap dan tindakan bangsa yang berlandaskan rasa cinta
negara, kesadaran berbangsa dan negara, keyakinan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
negara, kerelaan berkorban guna menghadapi setiap ATHG ( ancaman, tantangan, hambatan
dan gangguan ) baik dari dalam maupun luar yang merentangkan kelangsungan hidup bangsa
dan negara, keutuhan wilayah, yuridiksi nasional dan nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD
1945.
Kata Kunci : Bela negara, kandungan bela negara, pelestarian bela negara, wujud nyata bela
negara kekinian.

Abstract
This is in the background that citizenship education is an important education for every
Indonesian citizen from elementary school to university. In essence, civic education is a form
of awareness effort that is planned to educate the nation's life by elaborating the identity and
morals of each nation. Therefore, defending the country is a material matter of Citizenship
Education. Meanwhile, defending the state is the attitude and action of the nation based on
love for the country, awareness of the nation and state, belief in Pancasila as the ideology of
the nation and state, willingness to sacrifice to face every ATHG (threats, challenges,
obstacles and disturbances) both from within and without that stretches the survival of the
nation. life of the nation and state, territorial integrity, national jurisdiction and the noble
values of Pancasila and the 1945 Constitution.
Keywords: Defending the country, the content of defending the country, preserving the
defense of the country, the real form of defending the present state.
2

PENDAHULUAN
Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan suatu upaya untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan
dan kemampuan berpikir kritis yang berkenan dengan hubungan warga Negara serta
pendidikan pendahulu bela negara agar menjadi warga wegara yang dapat diandalkan oleh
bangsa dan negara tercinta1. Dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan
kewarganegaraan merupakan mata kuliah yang bertujuan untuk membentuk karakter
mahasiswa yang berpikir kritis secara factual dalam hal, terutama tentang membangun bangsa
dan negara dengan pengimplementasikan menjunjung tinggi bela negara. Pada hakikatnya
pendidikan kewarganegaraan adalah bentuk upaya kesadaran yang terencara untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mengelaborasi jati diri dan akhlak setiap bangsa.
Oleh karena itu, bela negara menjadi hal materi dari Pendidikan Kewarganegaraan.
Dalam sejarahnya, Indonesia memiliki sejarah yang unik jika dibanding dengan
Negara lain di seluruh belahan dunia. Keunikan tersebut antara lain, seperti sejarah pra
kolonialisme Belanda, masa penjajahan, masa perjuangan melawan penjajah, masa
perjuangan menegakkan kemerdekaan hingga mengisi kemerdekaan ( Orla, Orba, dan Oref ).
Setiap masa tersebut mempunyai perjuangan yang berbeda-beda tragisnya karena adanya
tantangan dan permasalahan yang dihadapinya saat itu.
Pada masa pra kolonialisme, ada kehidupan yang romantic pada kejayaan kerajaan
masing-masing di wilayah nusantara yang cukup disegani oleh pergaulan internasional. Pada
masa kolonialisme, identik dengan ditandai adanya pengurasan sumber daya baik SDM
maupun SDA untuk kepentingan penjajah seperti kerja rodi, kerja paksa, dan tanam paksa.
Pada masa perjuangan melawan penjajah, mulailah muncul sikap patriotisme dan
nasionalisme untuk menghadapi penjajah beserta sekutunya. Ada banyak para kader yang
memperjuangkan di masa perjuangan melawan penjajah hingga merelakan nyawanya untuk
mengusir penjajah tersebut dari negara tanah tercinta. Pada masa perjuangan menegakkan
kemerdekaan, rasa dan sikap menjadi jiwa yang berpatriotisme hingga rela berkorban untuk
menegakkan kemerdekaan agar para penjajah tidak lagi merebutkan negara yang telah
dinyatakan merdeka dengan persatuan semangat bersama melawan penjajah. Pada masa
mengisi kemerdekaan, masa-masa yang memulai para kader untuk meningkatkan dan
membangun karakter bangsa melalui pendidikan dengan tujuan yang telah tercantum di
Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 berbunyi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
mewujudkan perdamaian abadi, kesejahteraan dan perlindungan masyarakat 2.
Kader-kader bangsa inilah yang akan menerima tongkat estafet oleh para pejuang
yang telah gugur dalam melawan penjajah dan menjadi ujung tombak dalam
mempertegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia di dalam maupun luar pada peraturan
masyarakat secara global. Yang akan dihadapi nantinya, merekalah yang menjadi
tanggungjawab seperti problem ideologi negara, tata negara, ekonomi, politik, sosial budaya
dan hankam. Agar untuk bisa melahirkan generasi para kader-kader bangsa tersebut harus

1
André Gide, “済無No Title No Title No Title,” Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., no.
20 (1967): 5–24.
2
Suwarno Widodo, “Implementasi Bela Negara Untuk Mewujudkan Nasionalisme,” Jurnal Ilmiah Civis I, no. 1
(2011): 18–31, journal.upgris.ac.id/index.php/civis/article/view/572/522.
3

dirancang dimulai dari sekarang secara sistematis dan berkelanjutan. Seperti halnya badan
Kesbangpolinmas ( Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik & Perlindungan Masyarakat ) sangat
cocok sebagai kekuatan inti para generasi tanpa mengabaikan badan untuk bersinergis
bersama-sama dalam pembentukan kader bangsa yang berkemampuan bela negara dan
berkarakter nasionalisme. Mengenal bela negara secara tidak sadar dalam pendidikan
kewarganegaraan. Dalam pendidikan tersebut semua tentang bela negara di ajarkan dan
menjadi materi mendasar bagi para siswa maupun mahasiswa. Pandangan bela negara dapat
memperkuat komponen lain seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan
pertahanan-keamanan negara yang dijadikan cerminan setiap orang.
Dalam pandangan ideologi, bela negara menganut pada nilai-nilai yang terkandung
pada Pancasila seperti kegiatan gotong royong. Dalam pandangan politik, kegiatan bela
negara selalu didepankan karena warga berhak percaya kepada calon pemimpin untuk
menjadi anggota kepemerintahan agar aspirasi rakyat atau warga bisa tersampaikan melalui
calon pemimpin tersebut jika menjadi anggota kepemerintahan. Pemerintah juga berupaya
memaksimal mungkin untuk mengemban Amanah yang telah diamanati oleh rakyatnya
sendiri dengan tujuan mensejahterahkan negara dan bangsa. Dalam pandangan ekonomi,
dengan adanya materi tentang bela negara, para siswa dan mahasiswa menjadi tau
kesenjangan sosial bahwasannya itu termasuk masalah terbesar pemerintah yang susah
diselesaikan apabila rakyat dan pemerintah kurang komunikatif. Oleh sebab itu, penyelesaian
dari kesenjangan sosial diselesaikan dengan cara mengadakan kegiatan-kegiatan tentang
perekonomian untuk mengurangi kesenjangan sosial seperti saling tolong-menolong sesama
bangsa3.
Dalam pandangan sosial-budaya, bela negara mengajarkan arti tentang ragam budaya
yang dimiliki oleh negara tercinta. Di Indonesia sangat terkenal sekali atas suku dan
budayanya yang melimpah. Pengimplementasian dalam bela negaranya yaitu mencintai
produk-produk dalam negeri, belajar dan mengajarkan dalam berkarya untuk menjadikan
karya tersebut karya lokal, menyebar luaskan ragam budaya dalam daerahnya masing-masing
dan juga menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerahnya sebagai alat komunikasi utuk
mewujudkan sosial terhadap masyarakat. Dalam pandangan pertahanan-keamanan, mengenai
tentang “pertahanan dan keamanan terbaik adalah keadilan sosial” ungkap Prof. Juwono
Sudarsono. Sehingga bela negara yang terkait itu mencakup hal keadilan sosial. Artinya,
generasi penerus harus sanggup untuk berinteraksi secara nyata dan konsep berpikir kritis.
Artikel ini melihat bahwa makna dari undang-undang tentang pelatihan dasar
kemiliteran secara wajib perlu diatur lebih lanjut kedalamannya, pada peraturan perundang-
undangan yang lebih khusus, seperti RUU (Rancangan Undang-udangan) komponen
cadangan, komponen pendukung dan bela negara. Artikel ini berpendapat bahwa payung
hukum bagi pendidikan bela negara ini termasuk dalam RUU bela negara yang perlu
dirumuskan kembali menjadi undang-undang. Dalam rumusan pendidikan bela negara yang
mempersiapkan generasi muda mendatang dalam menghadapi pendidikan di tingkat tersier
maupun lingkungan pekerjaan keberadaan pelatihan dasar kemiliteran secara wajib adalah
pilihan yang tepat karena dalam usia yang diakui secara hukum dan biologis telah matang,
generasi muda perlu melewati proses pembentukan karakter yang menjunjung tinggi
kedisiplinan dan loyalitas pada bangsa dan negara, dalam konsep Kissinger, para generasi

3
Kris Wijoyo Soepandji and Muhammad Farid, “Konsep Bela Negara Dalam Perspektif Ketahanan Nasional,”
Jurnal Hukum & Pembangunan 48, no. 3 (2018): 436.
4

pemuda/i diajarkan bahwa konsep tatanan dalam masyarakat sangatlah penting 4. Namun
demikian pelatihan dasar kemiliteran yang wajib tersebut haruslah dilaksanakan secara
terbatas, sehingga setelah pelatihan tersebut mereka dapat menerima suatu iklim freedom
yang memberikan kesempatan untuk membangun kreativitas dan inovasi.

BELA NEGARA
Menurut Richard Asley, menjelaskan bahwa bela negara adalah suatu kumpulan
komponen ( pemikiran, perilaku, dan tindakan ) menjadi satu yang mana komponen tersebut
dilakukan oleh setiap warga negara Indonesia untuk membela bangsa dan negara. Penguraian
dari pada bela negara juga tercantum dalam UUD 1945 pada pasal 30 yang menjelaskan
bahwa “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara”.
Dari dua penjelasan tersebut dapat disimpulkan, bahwasannya bela negara itu wajib
dilakukan oleh setiap warga negara atas hak dan kewajibannya masing-masing tanpa
mengenal gender, usia, profesi, dan derajat. Oleh sebab itu, bela negara bukanlah bentuk
monopoli dari kelompok tapi kesadaran diri masing-masing yang telah dinyatakan menjadi
warga negara di tanah air ini. Sehingga bela negara mempunyai makna yang luas jika
dijabarkan satu per satu melalui para ahli, secara umum, secara spesifiknya, landasannya dan
lain-lain. Dalam UU RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, pada pasal 9
menyatakan bahwa; “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela
negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara. Selanjutnya
keikutsertaan bangsa negara Indonesia diselenggarakan melalui (1) pendidikan
kewarganegaraan, (2) pelatihan dasar kemiliteran secara wajib (3) pengabdian sebagai
Tentara Nasional Indonesia (TNI) secara sukarela atau wajib (4) pengabdian sesuai dengan
profesi”5. Adapun nilai-nilai yang berkaitan kandungannya dengan bela negara yaitu :
1. Cinta tanah air
Mempunyai rasa kecintaan pada negara tercinta harus ikhlas lahir dan batinnya, bukan
karna paksaan dirinya berstatus warga negaranya. Oleh sebab itu, dalam bela negara
mencintai tanah air benar-benar tanpa ada tekanan sehingga jika melakukan hal bela negara
akan merasa sudah terbiasa6. Selain itu, apapun profesinya sebagai rakyat maupun penjabat
pemerintahan dapat turut ikut andil dalam bela negara. Untuk dikatakan diri sendiri sudah
bercinta tanah air, dapat dilihat dari beberapa indikator berikut yaitu; Menjaga tanah dan
pekarangan seluruh wilayah Indonesia hingga pelosok-pelosok, menjiwai raganya sebagai
bangsa Indonesia berideologi Pancasila, menumbuhkan sikap dan jiwa patriotiesme terhadap
bangsa dan negara, melindungi serta menjaga identitas negara, memberikan kontribusi nyata
pada negara dalam kemajuannya, dan mencintai produk-produk dalam negeri.
2. Kesadaran bangsa dan negara
Menjadi pribadi yang berbangsa tentu tidak hidup secara individu. Semua bangsa juga
membutuhkan seseorang untuk menjadi bagian dari kita. Sama halnya, pemerintah tidak akan
berkembang maupun menjadi negara maju jika bangsanya tidak mempunyai kesadaran untuk

4
Ibid.
5
Widodo, “Implementasi Bela Negara Untuk Mewujudkan Nasionalisme.”
6
Minto Rahayu, Rita Farida, and Asep Apriana, “Kesadaran Bela Negara Pada Mahasiswa,” Epigram 16, no. 2
(2019): 175–180.
5

ikut turut berbela negara terhadap negaranya. Dengan tujuan agar negara Indonesia menjadi
lebih maju dari negara lain. Oleh sebab itu untuk mengetahui kesadaran tiap individu dalam
mengimplementasikan nilai kesadaran bangsa dan bernegara, dengan melihat beberapa
indikator berikut yaitu; Menjaga kerukunan dan kekompakan dalam bermasyarakat, Ikut aktif
berorganisasi dalam lingkungan sekitar, berinsiatif dalam partisipasi menjaga kedaulatan
negara Indonesia, menumbuhkan rasa tanggungjawab sebagai bangsa, dan ikut serta dalam
agenda pemilu 7.
3. Yakin Pancasila sebagai ideologi negara
Pancasila sebagai ideologi negara bermakna bahwa Pancasila menjadi suatu pedoman
hidup oleh masyarakat Indonesia. Pemikiran Pancasila ini tidak semena-mena hasil rumusan
seseorang sendiri tetapi hasil rumusan bersama para leluhur dahulu yang bersama-sama
merumuskannya pada siding BPUPKI dan dilanjutkan dengan siding PPKI hingga
terbentuknya Pancasila sebagai Ideologi Negara. Sehingga Pancasila harus menjadi pedoman
oleh masyarakat Indonesia dengan yakin adanya tujuan bersama. Keyakinan tersebut didasari
dengan pengetahuan dasar disertai tindakan dalam mengimplementasikan bahwa Pancasila
sebagai ideologi negara. Dengan demikian, diperlukan adanya indikator untuk menjadi acuan
masing-masing pribadi yaitu; yakin dan sadar kebenaran Pancasila sebagai ideologi,
Pancasila sebagai sumber hukum dan acuan NKRI, menjadikan Pancasila sebagai pemersatu
bangsa dan negara, dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
Rela berkorban adalah sikap bersedia diri untuk mengorbankan tenaga, waktu,
pikiran, dan juga materi untuk kepentingan bangsa dan negara dari segala bentuk ancaman-
ancaman bagi kedaulatan negara Indonesia serta ikut berjuang untuk membangun Indonesia
menjadi negara maju. Dapat diartikan bahwa rela berkorban termasuk ketersediaan pada
tindakan untuk mengorbankan kemampuan yang dimiliki dengan tujuan kepentingan
bersama. Konteks rela berkorban untuk bangsa dan negara merupakan satu kesatuan tindakan
yang harus diimplementasikan terhadap setiap orang sebagai bentuk pengabdian terhadap
negara. Sehingga agar mengetahui hal tersebut diperlukan adanya indikator sebagai batas-
batasan sederhana yang bisa diimplementasikan yaitu; Selalu bersedia kapan saja dan dimana
saja serta bagaimana keadaanya supaya mengorbankan untuk memajukan Indonesia, bersikap
membela bangsa dan negara dari ancaman apapun, aktif dalam pembangunan bangsa dan
negara, yakin atas pengorbanannya untuk bangsa dan negara tidak akan sia-sia dan
mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.

5. Memiliki kemampuan bela negara pada usaha awal


Dalam berbela negara mempunyai kemampuan usaha awal yang dapat dilakukan. Ada
dua tindakan yang dimaksud dalam kemampuan bela negara pada usaha awal sebagai
indikator yaitu, kemampuan psikis dan kemampuan fisik. Kemampuan psikis adalah setiap
warga negara dituntut untuk mempunyai sikap disiplin, ulet, bekerja keras, mentaati segala
peraturan yang telah ditetapkan, percaya akan kemampuan diri sendiri, tahan uji dan pantang

7
Wahyudi Wahyudi, “Peran Kader Bela Negara Di Kawasan Perbatasan Dalam Dinamika Hubungan Lintas Batas
Negara: Studi Tentang Peran Forum Bela Negara Di Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara,”
Jurnal Pertahanan & Bela Negara 7, no. 3 (2017): 19–40.
6

menyerah dalam menghadapi segala bentuk ancaman. Sedangkan, kemampuan fisik adalah
sikap ataupun tindakan pada kemampuan awal bela negara dalam bentuk kemampuan yang
berhubungan dengan jasmani dengan kondisi sehat, tangkas, postur tubuh yang proporsional.
Sejalan dengan adanya indikator dalam nilai-nnilai bela, maka implementasi secara actual
bela negaranya muncul dari kesadaran diri warga negara sehingga akan menjadi kekuatan
penuh bagi implementasi bela negara tersebut. Dengan demikian juga, bela negara yang
didasarkan pada rasa kesadaran berbangsa dan bernegara, yaitu dengan membina kerukunan,
menjaga persatuan dan kesatuan,mencintai budaya bangsa dan mengutamakan kepentingan
berbangsa terhadapa negara, keluarga dan golongan. Bela negara bersumberkan pada
keyakinan diri kepada Pancasila sebagai ideologi negara yaitu memahami pokok-pokok atau
nilai dalam Pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan keseharian. Bela negara dapat
dilakukan kapan saja waktunya, di mana keberadaannya. bagaimana saja keadaannya, dan
dengan siapa dirinya. Aktifitas dalam bela negara dari tataran yang paling baik bersikap
positif terhadap NKRI hingga paling buruk dalam memerangi musuh yang mengancam
kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dan Negara Indonesia.
PELESTARIAN BELA NEGARA
Kehidupan masyarakat Indonesia kini telah ke lingkup global yang dulunya di lingkup
lokal. Pada perubahan era globalisasi tentunya memberikan tantangan tersendiri bagi bangsa
Indonesia dari pusat hingga daerah-daerah terpencil (pelosok) untuk terus membuka diri dan
mengikuti dinamika arus perubahan, baik dalam keadaan damai ataupun berperang.
Kewajiban yang harus dimiliki setiap bangsa Indonesia adalah berbela bangsa dan negara
dengan melakukan bela negara agar Negara Kesatuan Republik Indoensia (NKRI) dapat
menjalankan fungsi dan tujuannya untuk tujuan yang telah tercantum jelas dalam pembukaan
UUD 1945 yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial8. Sebagai
upaya penggerakan untuk melestarikan sikap bela negara, pemerintah memberikan
pengetahun dasar tentang bela negara disetiap jenjangnya mulai dari sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Sehingga dibentuklah upaya tersebut melalui pendidikan kewarganegaraan
yang mengenai ‘pelestarian bela negara’ sebagai berikut;
1. Sekolah Dasar
Pada jenjang Sekolah Dasar minimnya pelajar tersebut masih terlihat dengan sikap
yang kekanak-kanakan. Namun, dalam pembelajaran untuk jenjang SD ini ada katerbatasan
guru dalam mengajar pendidikan bela negara yaitu belum masuknya pendidikan tersebut
dalam kurikulum tetapi guru yang profesional adalah guru yang selalu menguasai keadaan
apapun sepandai-pandainya guru untuk menerapka di sela-sela pelajaran Non Formal
contonya kegiatan ekstrakulikuler. Sikap bela negara tersebut bisa dimulai dengan saling
tolong menolong dalam pembelajaran, menggunakan seragam merah putih pada hari Senin
dan Selasa, melaksanakan upacara setiap hari Senin, mempelajari bela negara lewat
pendidikan kewarganegaraan jenjang Sekolah Dasar. Selain itu, kebiasaan yang sudah
dimulai sejak kecil sangatlah menjadi kebiasaan masyarakat apalagi diusia yang bersekolah
dasar sebab kebiasaan yang dilakukan tersebut dilihat secara langsung oleh dirinya dan
menirukan ataupun menerapkannya dalam kehidupan lingkungan sekitar.Hal tersebut yang

8
I Made Mahendra, Putu Rony Angga dan Kartika, “Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 8 No. 3
(September, 2020),” Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha 8, no. 3 (2020): 22–28.
7

dimaksudkan yaitu karakter adalah sikap kebiasaan yang dimiliki seseorang dengan perilaku
yang mencerminkan kebaikan dalam dirinya. Dengan demikian jika anak diajarkan sikap
berbela bangsa dan negara maka sewaktu-waktu udh beranjak menua menjadi kader-kader
yang menjungjung tinggi nilai Sekolah Dasar dengan tujuan sebagai pondasi awal mencetak
generasi yang berkader bela negara9.
2. Sekolah Menengah Pertama
Dalam UU RI Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan yang
berkaitan dengan bela negara dapat dimaknai bahwa pendidikan bela negara dapat
diselenggarakan secara formal, nonformal, dan informal. Yang dimaksud dari secara formal
adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang seperti halnya Sekolah Menengah
Pertama. Sedangkan, maksud yang secara nonformal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal. Kemudian maksud yang secara informal adalah jalur pendidikan keluarga
dan lingkungan sekitar dirinya. Sehingga pelajar yang berjenjang di Sekolah Menengah
Pertama tentunya menjadi bibit unggul yang kualitasnya baik untuk menjadi kader-kader
berbela negara 10. Upaya bentuk partisipasi pelajar SMP dalam berbela negara yaitu dengan
mengikuti dan memahami mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan tentang bela negara,
aktif dalam berkegiatan ekstrakulikuler yang didalam mengenai perwujudan bela negara
(pramuka, paskibra, pecinta alam, dll) dan ikut berpartisipasi untuk tergabung dalam pemuda
lingkungan sekitar. Contoh tersebut menjadi awal pergerakan para pelajar untuk menerapkan
dirinya agar selalu bisa mengimplementasikan sikap bela negaranya dimana saja dirinya
berada. Yang tujuannya pelajar tersebut mampu sadar dengan hal tersebut kurang lebih
adanya perpindahan jenjangnya pada saat Sekolah Dasar. Sehingga program-program dari
pemerintah dalam bela negara juga terlaksana.
3. Sekolah Menengah Atas
Di jenjang yang menengah atas yaitu SMA banyak sekali ditemukan permasalahan
antar sesama pelajar. Penyebab kejadian hal tersebut biasanya factor kurangnya pendidikan
berkarakter. Jika pendidikan berkarakter tidak ditanamkan sejak jenjang sekolah dasar maka
kejadian permasalahan seperti tawuran antar pelajar akan selalu ada dan turun-temurun ke
generasi selanjutnya. Kurang adanya pendidikan karakter ini sama halnya hilangnya sikap
bela negara terhadap bangsa dan negara. Jika sesama pelajar saling tawuran maka kontribusi
apa yang akan diberikan terhadap negara jika generasi tersebut masih saling tawuran. Pada
jenjang inilah yang sangat-sangat banyak problematika yang harus diminimalisir agar tiap-
tiap seseorang sadar tentang bela negara. Bela negara tidak hanya dikatakan berperang atau
bertempur kepada musuh tetapi tentang bagaimana untuk mensejahterahkan kehidupan
bangsa dan negara serta membangun NKRI menjadi negara maju. Kesadaran bela negara
hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan berkorban untuk membela negara. Skala bela
negara itu sangat luas, dari yang halus hingga kasar, mulai dari hubungan baik sesama
bangsa. Termasuk didalamnya yaitu bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan
negara. Dalam jenjang Sekolah Menengah Atas dituntun supaya untuk benar-benar
memahami kandungan makna dari bela negara serta mengimplementasikan di lingkup
kehidupan terdekatnya seperti dalam keluarga, masyarakat sekitar, dan sekolah. Contoh kecil

9
Dianah Rofifah, “済無No Title No Title No Title,” Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents
(2020): 12–26.
10
Herbert Rony P Sinaga, “Pendidikan Bela Negara Yang Diselenggarakan Pusdikif,” Jurnal Prodi Peperangan
Asimetris 3, no. 3 (2017): 63–80.
8

bentuk implementasinya yaitu seperti menghargai guru dalam memberikan materi saat
disekolah dengan cara mendengarkan dan merangkum materi tersebut, mengikuti kegiatan
rutin pemuda-pemudi di lingkup masyarakatnya atau ikut bergabung dalam gotong royong
bersam-sama, dan menjaga kerukunan terhadap sesama keluarganya. Perpindahan jenjang
SMP ke SMA sangat sulit jika dari SD belum mengetahui makna kandungan dari bela negara
agar sewaktu-waktu pada jenjang SMA mampu menerapkan bela negaranya di lingkup
terdekatnya11.
4. Perguruan Tinggi
Pada lingkup dalam Perguruan Tinggi sangat-sangat rawan yang namanya ideologis.
Sebab lingkup disana itu banyak sekali kelompok maupun organisasi yang menyimpang dari
ideologi Pancasila. Kelompok dan organisasi tersebut sangat mempengaruhi kehidupan para
mahasiswa karena pandangan yang mereka miliki dan pedomani berbeda dengan Pancasila
yang pada intinya orang tersebut bebas dari ideologi Pancasila. Untuk itu, mahasiswa dituntut
supaya sanggup mengimplementasikan bentuk kegiatan dalam bela negara atas kesadaran dan
kemauan sendiri. Karena jika melakukan hal tersebut karena keterpaksaan dari dosen maupun
rector atau pihak tertentu artinya seseorang tersebut belum memahami kandungan berbela
negara. Selain itu, mahasiswa dituntut juga untuk ikut aktif dalam mewujudkan sikap bela
negara. Jadi mahasiswa tidak hanya dituntut dalam bentuk implementasian tetapi langsung
dengan tindakan artinya mahasiswa12.
WUJUD NYATA BELA NEGARA KEKINIAN
Saat ini pada tahun 2019 – 2020 dunia dikagetkan dengan adanya pandemic Covid-
19. Dalam penulisan KBBI, pandemic adalah sebuah epidemi ( peningkatan jumlah kasus
didaerah tertentu ) yang telah menyebar ke beberapa negara atau bahkan benua, dan
umumnya menjangkit banyak orang ( seluruh dunia )13. Dikatan pandemic karena dari pihan
organisasi kesehatan dunia atau sering disebut WHO sudah menyatakan bahwasannya Covid-
19 sudah menjadi penyakit berstatus darurat dikarenakan hamper seluruh dunia terkena virus
Covid-19. Awal-awalnya virus Covid-19 ini datang ditemukan dari negara China tepatnya di
Wuhan, virus tersebut dapat menyebabkan penyakit hewan dan manusia. Pernyataan tersebut
ditetapkan pada 11 Maret 2020 mejadi sebuah wabah seluruh dunia. Pada pemerintahan
Indonesia sangat terpengaruh sekali kepada siapapun hingga pemerintahan membuat bentuk
upaya untuk menimalisir virus Covid-19 itu yang sudah mulai masuk di Indonesia. Indonesia
pernah dikatakan oleh WHO bahwa Indonesia termasuk negara yang terpapar virus yang
cukup signifikan hingga pemerintahan Indonesia cukup tergoyah dikarenakan system
ketahanan dan pertahanan, politik, pemberdayaan SDM, seni dan budaya, ekonomi, dll
menjadi pertaruhan pemerintahan dalam pandemic. Yang cukup parah yaitu perekonomian
dalam Indonesia hingga terganggu adanya wabah virus Covid-19 seperti perdagangan,
perbankan, perindustrian, dan perpajakan. Presiden Indonesia, Ir. H. Joko Widodo, berkali-
kali memberitahukan kepada masyarakatnya supaya tetap sabar dan selalu mengikuti intruksi
pemerintah dalam bentuk kebijakan yang telah dikeluarkan oleh WHO juga.

11
Artikel Penelitian, “Penelitian Kesadaran Bela Negara Siswa Sekolah Menengah Atas Di Kota Manado,” Lex
Administratum 5, no. 9 (2017): 16–21.
12
Rahayu, Farida, and Apriana, “Kesadaran Bela Negara Pada Mahasiswa.”
13
Mahendra, Putu Rony Angga dan Kartika, “Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 8 No. 3
(September, 2020).”
9

Dalam perjalanan menghadapi wabah Covid-19, Indonesia tetap mengikuti kebijakan


yang telah dikeluarkan oleh WHO untuk diterapkan dalam Indonesia. Indonesia juga
mengajak masyarakatnya agar saling membantu dengan negara karena dalam kondisi seperti
ini masyarakat tidak akan berjalan sendiri dalam menghadapinya. Perlu adanya kesadaran
masing-masing dalam hal ini agar penyebaran virus tersebut bisa diminimalisirkan dengan
upaya berbela negara. Dalam konteks bela negara tidak hanya berhubungan dengan
kemiliteran, tetapi pada hakikatnya bela negara tersebut yang dimaksudkan yaitu kesadaran
diri berbakti kepada negara dan berkorban demi membela negara. Dengan demikian, masa
pandemic seperti ini bentuk bela negara sangat dinomor satukan agar seluruh bangsa dapat
mempertahankan NKRI ini pada ancaman yang menganggu keberlangsungan hidup
masyarakat Indonesia dengan menumbuhkan kesadaran serta rasa nasionalisme dan
patriotisme. WHO sudah mengintruksikan dengan mengeluarkan kebijakannya dalam
mengatasi penyebaran virus Covid-19 agar seluruh negara mampu menerapkan kebijakannya
dengan mengulas kembali isi dari kebijakan tersebut agar dalam menerapkannya sesuai
kondisi pada negaranya. Di beberapa negara sudah menerapkan dan juga pada negara
Indonesia sudah menerapkannya sesuai isi kebijakan. Kebijakan yang diberlakukan seperti
3M : memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak; social distancing;
lockdown; 5M : memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga
jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas; vaksinasi; dan WFH ( Work From
Home ). Kebijakan tersebut menjadi acuan Indonesia dalam mengurangi penyebaran virus
Covid-1914.
Bela negara dalam masa pandemic sangat diberlakukan sungguh dari setiap kesadaran
masyarakat masing-masing. Meninjau dari situasi yang dikatakan darurat, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila menjadi pedoman saat pandemic. Pada sila pertama, nilai
religius menjadi fondasi dalam kekuatan spiritualitas masyarakat yang mempercayai bahwa
mendekati diri kepada Tuhan dengan cara berdoa dan berpasrah diri kepada-Nya agar kondisi
pandemic cepat selesai. Pada sila kedua, dimaknai bahwa setiap orang berkewajiban
memperlakukan satu sama lain dengan berdasarkan etika tanpa memandang perbedaan
diperkuat adanya rasa memanusiakan manusia untuk saling tolong menolong serta
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Pada sila ketiga, mempunyai nilai untuk
mempersatukan seluruh bangsa Indonesia sekalipun berbeda-beda suku dan budayanya,
dengan mencerminkan gotong royong dalam menghadapi situasi saat ini. Pada sila keempat,
silat tersebut bermakna bahwa kita diajarkan untuk taat dalam mematuhi kebijakan-kebijakan
pemerintah terkait penyebaran virus covid-19 sebagai upaya preventif dari pemerintah untuk
kesemuanya. Pada silat kelima, bermakna bahwa pemerintahan harus hadir dalam situasi
pandemic Covid-19 secara adil bagi rakyatnya dengan memberlakukan sinergitas, baik
kerjasama antar masyarakat dan masyarakat dengan pemerintah yang bertujuan memperkuat
kondisi kita sebagai bangsa yang besar15.

14
Gide, “済無No Title No Title No Title.”
15
Mahendra, Putu Rony Angga dan Kartika, “Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 8 No. 3
(September, 2020).”
10

PENUTUP
Hal yang dapat diambil intisari dalam artikel ini adalah pentingnya upaya pelestarian
sikap bela negara pada setiap masyarakat. Karena pada hakikatnya wujud bela negara tidak
hanya dengan kewajiban kemiliteran dan berperang untuk negara. Tetapi, bela negara adalah
merupakan sikap dan tindakan bangsa yang berlandaskan rasa cinta negara, kesadaran
berbangsa dan negara, keyakinan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara, kerelaan
berkorban guna menghadapi setiap ATHG ( ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan )
baik dari dalam maupun luar yang merentangkan kelangsungan hidup bangsa dan negara,
keutuhan wilayah, yuridiksi nasional dan nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945. Artinya
bahwa sikap bela negara harus sesuai kesadaran masing-masing setiap masyarakat tanpa ada
paksaan sebab sudah tercantum juga berdasarkan landasan yang telah ditetapkan. Untuk
memahami sikap bela negara, pemerintah sudah membuat program pada jenjang yang
berkelanjutan dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi dengan diberikan pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan yang isi materinya berkaitan ‘bela negara’. Tidak hanya itu,
pendidikan lain yang sekiranya masih berhubungan dengan materi bela negara. Untuk saat ini
wujud nyata bangsa Indonesia melestarikan kandungan nilai-nilai bela negara dalam
Pancasila dan UUD 1945 sudah diimplementasikan. Implementasian tersebut masyarakat
sadar adanya pandemic Covid-19 yang mana diharuskan untuk selalu tetap mengikuti intruksi
dalam kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintahan Indonesia. Jika masyarakat tidak
menerapkan kebijakan tersebut, mungkin pemerintahan Indonesia telah hancur atau
tergoyahkan karena situasi pandemic dan juga perekonomian pemerintahan Indonesia sudah
bangkrut. Dengan demikian, untuk berbela negara terhadap bangsa dan negara tidak
mengenal siapa dirinya, berapa umurnya, dimana dirinya tinggal, dengan siapa dia berada,
dan bagaimana keadaaan dirinya. Sehingga seluruh komponen juga terlibat dalam
melestarikan sikap bela negara terhadap bangsa dan negara16.

16
Sri Indriyani Umra, “Penerapan Konsep Bela Negara, Nasionalisme Atau Militerisasi Warga Negara,” Jurnal
Lex Renaissance 4, no. 1 (2019): 164–178.
11

DAFTAR PUSTAKA
Gide, André. “済無No Title No Title No Title.” Angewandte Chemie International Edition,
6(11), 951–952., no. 20 (1967): 5–24.
Mahendra, Putu Rony Angga dan Kartika, I Made. “Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan
Undiksha Vol. 8 No. 3 (September, 2020).” Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan
Undiksha 8, no. 3 (2020): 22–28.
Penelitian, Artikel. “Penelitian Kesadaran Bela Negara Siswa Sekolah Menengah Atas Di
Kota Manado.” Lex Administratum 5, no. 9 (2017): 16–21.
Rahayu, Minto, Rita Farida, and Asep Apriana. “Kesadaran Bela Negara Pada Mahasiswa.”
Epigram 16, no. 2 (2019): 175–180.
Rofifah, Dianah. “済無No Title No Title No Title.” Paper Knowledge . Toward a Media
History of Documents (2020): 12–26.
Sinaga, Herbert Rony P. “Pendidikan Bela Negara Yang Diselenggarakan Pusdikif.” Jurnal
Prodi Peperangan Asimetris 3, no. 3 (2017): 63–80.
Soepandji, Kris Wijoyo, and Muhammad Farid. “Konsep Bela Negara Dalam Perspektif
Ketahanan Nasional.” Jurnal Hukum & Pembangunan 48, no. 3 (2018): 436.
Umra, Sri Indriyani. “Penerapan Konsep Bela Negara, Nasionalisme Atau Militerisasi Warga
Negara.” Jurnal Lex Renaissance 4, no. 1 (2019): 164–178.
Wahyudi, Wahyudi. “Peran Kader Bela Negara Di Kawasan Perbatasan Dalam Dinamika
Hubungan Lintas Batas Negara: Studi Tentang Peran Forum Bela Negara Di Sebatik,
Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.” Jurnal Pertahanan & Bela Negara 7,
no. 3 (2017): 19–40.
Widodo, Suwarno. “Implementasi Bela Negara Untuk Mewujudkan Nasionalisme.” Jurnal
Ilmiah Civis I, no. 1 (2011): 18–31.
journal.upgris.ac.id/index.php/civis/article/view/572/522.

Anda mungkin juga menyukai