Nim : 190903184
Evaluasi countenance stake merupakan jenis evaluasi program yang dianggap cukup
memadai dalam menilai pembelajaran secara kompleks. Model ini dikembangkan oleh Stake.
Model ini dikembangkan oleh Stake. Model Stake menekankan pada adanya pelaksanaan dua
hal pokok, yaitu (1) deskripsi (description) dan (2) pertimbangan (judgments), serta
memberdayakan tiga tahap dalam evaluasi program yaitu (1) anteseden (antecedents/ context),
(2) transaksi (transaction/process), dan (3) keluaran (output- outcomes)
Menurut Farida Yusuf Tayibnapis, model evaluasi Stake menekankan adanya dua dasar
kegiatan dalam evaluasi yaitu descriptions dan judgement dan membedakan adanya tiga tahap
dalam program pendidikan, yaitu antecedents (context), transaction (process), dan outcomes
(output). Stake mengatakan bahwa apabila evaluator akan menilai suatu progam pendidikan,
melakukan perbandingan yang relatif antara satu program dengan yang lain, atau perbandingan
yang absolut (satu program dengan standard).
Pada matriks deskripsi ditemukan belum adanya kesesuaian antara ketersediaan SOP yang
dibuat balai dengan SOP yang dibuat oleh peneliti terutama pada komponen pemberian alat
bantu melalui pengukuran, alat bantu yang diberi tidak berkualitas baik, tidak ada perawatan
secara rutin, alat bantu yang diberi tidak sesuai dengan estetika penerima manfaat.
Komponen yang dievaluasi pada transaction adalah kegiatan pelaksanaan pemanfaatan alat
bantu untuk layanan disabilitas sensorik netra di balai Wiyata Guna Bandung yang ditinjau dari
aspek kesesuaian. Dijelaskan bahwa aktualisasi ketercapaian pelaksanaan pemanfaatan alat bantu
untuk layanan disabilitas sensorik netra di balai Wiyata Guna dalam kategori cukup sesuai
(60,00%).
Komponen yang dievaluasi adalah kebermanfaatan alat bantu yang diberikan untuk
pelayanan disabilitas sensosik netra di balai Wiyata Guna Bandung. Belum semua penerima
manfaat menggunakan atau memanfaatkan alat bantu pemberian balai khususnya tongkat.
Karena menurut penerima manfaat yang pada kategori low vision masih mampu beraktivitas
tanpa menggunakan tongkat di lingkungan balai, namun ketika di luar lingkungan balai penerima
manfaat membutuhkan tongkat untuk sarana dalam mobalitas. Sebagian penerima manfaat
berjenis kelamin laki-laki lebih memilih tidak menggunakan tongkat ketika bepergian, karena
menurut mereka tongkat membuat mereka kurang percaya diri, Media Informasi Penelitian
Kesejahteraan Sosial, merasa malu karena sorotan mata orang sekitar yang tidak mengetahui
keterbatasan yang dimiliki penyandang disabilitas sensorik netra.
Contoh penggunaan dalam evaluasi penelitian kebijakan sudah berjalan dengan baik namun
juga masih terdapat kekurangan seperti yang terdapat dalam artikel “Evaluasi Program
Bantuan Bagi Penyandang Disabilitas Netra Menggunakan Model Countenance Stake”
dimana perencanaan pemberian alat bantu untuk layanan disabilitas sensorik netra dalam
kategori sudah sesuai (80%), namun masih harus perlu memperhatikan estetika dalam pemberian
bantuan kepada penerima manfaat. Lalu dalam pelaksanaannya pemberian alat bantu juga dalam
kategori cukup sesuai (60%,) dan ketercapaian pemanfaatan alat bantu sudah (70%) dalam
kategori cukup baik, namun ditemukan penggunaan alat bantu yang belum sesuai dengan
harapan, karena alat bantu tersebut sebagian tidak sesuai dengan kebutuhan penerima manfaat
(postur tubuh).
Sesi Tanya Jawab
Dari hasil pertimbangan yang disebutkan kelompok 4, yaitu diperlukannya perhatian akan
kondisi dan estetika tubuh pemakai. Menurut kelompok 4, Apakah hasil pertimbangan ini
diperuntukkan untuk tahap penggunaan barang/fasilitas atau untuk proses pelaksanaan pelayanan
yang optimal (aksesbilitas pelayanannya atau kualitas pelayanannya)?
Menurut kelompok kami hasil dari pertimbangan yang di dapat melalui proses evaluasi dengan
tiga tahapan yaitu antecedent, transaction, dan outcomes memang diperuntukkan sebagai acuan
atau standart yang tepat dalam proses pelaksanaan pelayanan yang optimal bagi penerima
manfaat bantuan (para penyandang disabilitas netra). Dari hasil pertimbangan tersebut akan
terlihat apakah proses pelaksanaan bantuan ini sudah sesuai dengan sop yang telah dibuat
sebelumnya, jika sudah sesuai maka program bantuan ini tentunya dapat memberikan manfaat
bagi penyandang disabilitas, namun pada studi kasus tersebut masih terdapat beberapa
kekurangan seperti alat bantu yang tidak sesuai dengan postur tubuh, bahan yang digunakan
terbuat dari plastik yang mudah rusak, hal ini lah yang menjadi perhatian para seluruh kelompok
kepentingan dalam program ini untuk dapat memperhatikan dan segera mencari solusi dari
keluhan yang dihadapi oleh para penerima manfaat bantuan. Jadi dari hasil pertimbangan
(judgement) itulah akan diambil sebuah keputusan, saran atau prosedur yang tepat untuk
memperbaiki masalah yang terjadi dalam program tersebut. Sehingga dari hasil pertimbangan
tadi akan membantu para penerima bantuan ini dapat memiliki aksesibilitas yang memadai
terhadap fasilitas yang diberikan serta membantu mereka dalam menjalani kehidupannya sehari-
hari, karena penggunaan alat bantu tersebut memiliki manfaat dan sesuai dengan yang mereka
butuhkan.
Menurut kelompok kami bahwa sesuai jurnal yang kami analisis bahwa kriteria khusus yang
akan menerima bantuan ada yang dimana dikatakan kriteria yg menerima bantuan penyandang
disabilitas berupa harus Aktualisasi ketercapaian pelaksanaan pemberian alat bantu untuk
pelayanan disabilitas sensorik netra adalah 70% dalam kategori sesuai. Aktualisasi ketercapaian
pemanfaatan alat bantu adalah 70,00% dalam kategori cukup baik. Walau demikian sebagian
penerima manfaat kurang memanfaatkan tongkat ketika beraktivitas di dalam balai maupun di
lingkungan tempat tinggal, karena merasa malu dan kurang percaya diri.
Karena evaluasi ini menekankan pada pelaksanaan deskripsi dan pertimbangan. kaitam arti
dengan asal kata di atas adalah pada pertimbangan yang diperoleh dari evaluator sehingga
menimbulkan keputusan atau persetujuan tentang suatu hal. lalu dalam evaluasi ini terdapat juga
tiga tahap dalam evaluasi, yaitu; Anteceden (konteks awal), Transaksi (Proses), dan Hasil
(outcome). jadi selain mengungkapkan deskripsi dari evaluan juga mengutamakan adanya
pertimbangan terhadap hasil evaluasi.
Evaluasi ini juga memberikan gambaran yang sangat detail terhadap suatu program, mulai dari
konteks awal hingga hasil yang dicapai. Juga lebih komprehensif dan lebih lengkap dalam
menyaring informasi.