Anda di halaman 1dari 9

Nama : Fatimah Soraya

NIM : 181000241

Kelas : C 2018

Mata Pelajaran : Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan

1. Penggunaan konsep rantai nilai dalam analisis internal berguna untuk mengenali kekuatan dan
kelemahan apa saja yang di miliki oleh lembaga pendidikan tenaga kesehatan. Informasi ini
kemudian akan dapat digunakan sebagai bagian penting dalam pengambilan keputusan
pengembangan suatu produk atau layanan
2. evaluasi program kesehatan adalah untuk memperbaiki program-program kesehatan dan
pelayanannya untuk mengantarkan dan mengarahkan alokasi tenaga dan dana untuk program dan
pelayanan yang sedang berjalan dan yang akan dating

Karena evaluasi program kesehatan memberikan masukan bagi perencanaan program kesehatan
masyarakat, menyajikan masukan bagi pengambil keputusan yang berkaitan dengan tindak
lanjut, perluasan atau penghentian program kesehatan masyarakat, memberikan masukan bagi
yang mengambil keputusan tentang modifikasi atau perbaikan program kesehatan masyarakat,
dan memberikan masukan yang berkenaan dengan faktor pendukung dan penghambat program
kesehatan masyarakat, serta memberi masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan
(pengawasan,supervise dan monitoring) bagi penyelenggara, pengelola, dan pelaksana program
kesehatan masyarakat

3. Evaluasi adalah suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau
data, berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan. Sedangkan evaluasi
pembelajaran menurut Norman E. Gronlound adalah suatu proses yang sistematis untuk
menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai
oleh siswa.1[2]Sehingga pengertian perencanaan evaluasi pembelajaran adalah rangkaian-
rangkaian putusan yang diambil untuk menentukan sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah
dicapai oleh siswa atau perencanaan evaluasi adalah menguraikan strategi mengenai cara
mendapatkan dan menganalisis data yang akan membantu meningkatkan efektivitas dari suatu
evaluasi program pendidikan.yang termasuk ke dalam perencanaan evaluasi ini adalah: (1)
penjelasan mengenai perlunya evaluasi dan tanggung jawab melakukan evaluasi; (2) penentuan
batasan evaluasi dan analisis konteks evaluasi; (3) identifikasi pertanyaan, kriteria, dan masalah
evaluatif; (4) perencanaan pengumpulan, analisis dan interpretasi informasi; dan (5)
mengembangkan team manajemen perencanaan evaluasi, termasuk penentuan waktu, anggaran
dan biaya, personel, serta menentukan penilaian, monitoring, dan perbaikan perencanaan
evaluasi sampai mendapatkan suatu kesepakatan mengenai prosedur evaluasi yang akan
dilakukan.

Langkah-Langkah Perencanaan Evaluasi

Tahap-tahap utama dalam perencanaan evaluasi adalah:

- Menetukan Tujuan Evaluasi

Memahami tujuan evaluasi adalah salah satu wawasan paling penting yang harus dimiliki
seorang evaluator. Apapun bentuk dan pendekatan evaluasi, penentuan tujuan evaluasi akan
selalu berkenaan dengan apa yang diharapkan dari pelaksanaan suatu evaluasi, yaitu output
(misalnya; produk pembelajaran, dokumentasi siswa/guru, dsb.) dan outcome (misalnya;
efektivitas/efisiensi pembelajaran siswa, perubahan sikap siswa, perubahan kinerja dan sikap

1
guru, perubahan kelembagaan, posisi di dunia pendidikan dan dunia kerja, dsb.). Agar lebih
jelas, berikut ini adalah contoh dari penentuan tujuan evaluasi yang berkaitan dengan kurikulum.
Tujuan: Menguraikan kelemahan atau kekurangan dari kurikulum yang sekarang digunakan,
dengan fokus pada kegagalan pembelajaran siswa. Pertanyaan: Apa kebutuhan pembelajaran dan
mengapa kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh pengajaran/pembelajaran yang ada?
Dalam hal ini analisis kurikulum hendaknya menghasilkan suatu pernyataan yang jelas dari
outcome pembelajaran yang diinginkan, misalnya tujuan pembelajaran.

- Merumuskan Masalah Evaluasi

Masalah evaluasi bisa dilihat dari fenomena yang terjadi. Dengan mengacu pada contoh
sebelumnya, yaitu masalah kurikulum, dapat dilihat bahwa masalah yang terjadi adalah
rendahnya mutu pembelajaran siswa atau bahwa hasil pembelajaran tidak sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang diharapkan. Dengan demikian, di sini diperlukan suatu upaya untuk
meningkatkan mutu pembelajaran siswa dalam kaitannya dengan menganalisis kelemahan atau
kekurangan dari kurikulum yang sekarang digunakan.

Dalam hal ini, evaluator bisa merumuskan masalah tersebut dengan melakukan analisis diri,
analisis dari rekan sejawat, dari para ahli, atau dari tinjauan literatur pendidikan, dengan fokus
pada muatan kurikulum, aktivitas pengajaran/pembelajaran, dan penilaian. Setelah merumuskan
masalah, evaluator bisa melanjutkan dengan menentukan jenis data yang akan dikumpulkan
untuk kepentingan evaluasi tersebut.

- Menentukan Jenis Data yang Akan Dikumpulkan

Pada tahap ini evaluator mengidentifikasi data/informasi sesuai dengan kebutuhan dan variabel
yang akan dievaluasi. Jenis data secara umum adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Di sini
evaluator memilih dan/atau mengembangkan metode pengumpulan data (instrumen),
mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang tepat (dari siapa, oleh siapa) dan cara
mengumpulkannya, organisasi hasil informasi evaluasi, serta analisis dan interpretasi hasil
informasi evaluasi.

- Menentukan Sampel

Sampel digunakan bila kita akan mengevaluasi sebagian dari populasi yang menjadi subjek atau
objek evaluasi, dengan memperhatikan sifatnya yang homogenitas dan heterogenitas. Evaluator
juga menentukan teknik pengambilan sampel (sampling) yang cocok diambil. Sebagai contoh,
Anda bisa menentukan desain sampling yang akan diambil dari sejumlah populasi dengan
menggunakan teknik-teknik seperti random sampling, stratified sampling, proportional sampling,
dengan memperhatikan pendekatan seperti judgment sampling (ditarik berdasarkan
pertimbangan para ahli) dan probability sampling (ditarik berdasarkan probabilitas) serta
haphazard sampling (berdasarkan aksesibilitas sampel yang dapat diambil).
- Menentukan Model Evaluasi

Penentuan modal evaluasi sangat berkaitan dengan berbagai pendekatan evaluasi. Evaluator
hendaknya memahami berbagai pendekatan dalam evaluasi, kekuatan dan kelemahan setiap
pendekatan. Berikut ini adalah pendekatan-pendekatan utama dalam evaluasi:

a. Pendekatan yang berorientasi pada tujuan, yang fokusnya adalah menentukan tujuan dan
sasaran dan pencapainnya.

b. Pendekatan yang berorientasi pada manajemen, yang fokus utamanya adalah pada
identifikasi dan pemenuhan kebutuhan informasi bagi para pembuat keputusan manajerial.

c. Pendekatan yang berorientasi pada klien, yaitu yang masalah utamanya adalah
mengembangkan informasi evaluasi dalam ―produk-produk‖ pendidikan, untuk digunakan oleh
pengguna pendidikan dalam memilih kurikulum (misalnya kurikulum berbasis kompetensi),
produk-produk pembelajaran, dan sebagainya.

d. Pendekatan yang berorientasi pada para ahli, yang sangat bergantung pada penerapan
langsung dari para profesional dalam menilai kualitas pendidikan.

e. Pendekatan yang berorientasi pada lawan atau pesaing, yaitu sebagai kontra atau
penyeimbang dari pendekatan yang berorientasi pada para ahli pada umumnya (pro dan kontra).

f. Pendekatan naturalistik yang berorientasi pada partisipan, yaitu bahwa keterlibatan


partisipan merupakan penentu utama dalam nilai-nilai, kriteria, kebutuhan, dan sifat data untuk
evaluasi.

- Menentukan Alat Evaluasi

Alat evaluasi yang umumnya dipakai oleh evaluator antara lain adalah tes, pengukuran sikap,
survey dan kuesioner survey, wawancara, pengamatan, on-site evaluation, teknik Delphi, analisis
kebutuhan, analisis konten, sampling, eksperimental, quasi-experimental, dan sebagainya.
Penentuan alat evaluasi hendaknya sesuai dengan tujuan dan pertanyaan evaluasi yang
dikemukakan sebelumnya. Sebagai contoh, jika Anda akan mengevaluasi kemajuan prestasi
siswa dalam beberapa matapelajaran, hendaknya Anda menggunakan tes tertulis sebagai alat
evaluasi. Contoh lain jika Anda akan mengevaluasi minat dan bakat siswa, Anda bisa
menggunakan tes lisan, wawancara, atau pengukuran sikap.

- Merencanakan Personal Evaluasi


Yang dimaksud personal evaluasi di sini adalah seluruh sumberdaya manusia yang tersedia dan
terlibat untuk pelaksanaan evaluasi. Termasuk di sini antara lain adalah (1) evaluator atau team
evaluator, (2) klien yang meminta evaluasi, dan (3) evaluand (objek evaluasi). Dalam posisi kita
sebagai evaluator, kita bisa meminta bantuan dari evaluator eksternal yang memiliki keahlian
tertentu dalam bidangnya. Keuntungan menggunakan evaluator eksternal antara lain adalah hasil
evaluasi akan lebih objektif karena mereka jarang memiliki kepentingan tertentu (vested interest)
dalam keberhasilan atau kegagalan suatu program. Keuntungan lainnya adalah bahwa evaluator
eksternal bisa memperkaya perspektif lain ketimbang evaluator internal.

- Merencanakan Anggaran

Anggaran dan pembiayaan kadang bisa menjadi kendala untuk keberhasilan pelaksanaan
evaluasi. Dana yang tidak sesuai dengan perencanaan anggaran bisa menghambat jalannya
program. Di lain pihak, perencanaan anggaran yang tidak realistis juga akan berdampak buruk
dalam pelaksanaan evaluasi. Sebagai contoh, dalam hal ini kita harus bisa menyesuaikan
perencanaan anggaran dengan dana yang tersedia, misalnya dana yang disediakan oleh sponsor
atau dana yang tersedia dalam anggaran rutin. Dengan kata lain, agar rencana sesuai dengan
realisasi, perencanaan anggaran dan biaya yang kita buat harus realistis dan tetap berpatokkan
pada konsep efisiensi. Bila Anda merasa anggaran Anda kurang sempurna, Anda bisa meminta
bantuan orang-orang perencanaan anggaran, konsultan keuangan dan/atau akuntan.

- Merencanakan Jadwal Kegiatan

Suatu perencanaan akan lebih mudah dipahami dan lebih mudah dilaksanakan bila kita memiliki
suatu jadwal kegiatan, yang terdiri dari jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan dan waktu yang
tersedia. Dengan jadwal, kita dapat menentukan apa yang harus kita lakukan hari ini, misalnya.
Kita harus tetap menjaga agar aktivitas dan waktu kita tidak keluar dari jadwal yang telah
ditetapkan, sebab jika hal tersebut terjadi, maka kegiatan lainnya akan terpengaruh juga. Namun
demikian, kita tidak boleh melepaskan diri dari fleksibilitas jadwal, artinya suatu kegiatan dalam
suatu rangkaian kegiatan hendaknya dibuat fleksibel agar jika terjadi hal-hal yang diluar dugaan,
hal tersebut bisa diantisipasi sesegera mungkin. Perencanaan jadwal kegiatan dapat didasarkan
pada permintaan klien, kebutuhan program atau berpatokkan pada kriteria dan peraturan tertentu.

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional


telah mengamanatkan bahwa sistem perencanaan pembangunan nasional bertujuan untuk
menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang,
antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah. Berdasarkan hal inilah
maka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) harus
memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Bahkan evaluasi terhadap RPJMD Provinsi
dapat dilakukan untuk menguji kesesuaian dengan RPJPD provinsi dan RPJMN dan begitu juga
untuk tingkat kabupaten/kota.
Dua landasan hukum yang menjadi dasar untuk penyusunan perencanaan pembangunan pusat
dan daerah adalah Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang SPPN Bab II pasal 2
menjelaskan mengenai tujuan SPPN adalah untuk menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi,
dan sinergi baik antar daerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara
pusat dan daerah. Ditegaskan kemudian pada pasal 5 yang berbunyi bahwa RPJMD harus
memperhatikan RPJP Daerah dan RPJMN.

Sedangkan Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah Pada bagian
Kedua mengenai Perencanaan Pembangunan Daerah di Pasal 263 menyatakan bahwa
Penyusunan RPJMD harus berpedoman pada RPJPD dan RPJMN. Disusul pasal 264
menyatakan tentang RPJMD dapat disesuaikan dengan terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat. Selanjutnya pasal 269 dan pasal 271 berbunyi tentang proses evaluasi RPJMD
Provinsi dan RPJMD Kabupaten/Kota yang dapat dilakukan uji kesesuaian dengan RPJMN atau
RPJMD Provinsi untuk Kabupaten.

Selain dua Undang-undang di atas, untuk perencanaan ditingkat daerah juga diatur dalam
Peraturan menteri dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengedalian, dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Upaya sinkronisasi RPJMD dan RPJMN
telah diatur dalam peraturan ini. Bab IV pasal 50-pasal 84 khusus membahas mengenai RPJMD
mengenai hal-hal yang harus tertuang dalam RPJMD, prosesnya, dan keluaran dalam RPJMD
berupa penetapan peraturan daerah tentang RPJMD

5. A. Money Follow Porgram

Menkeu menjelaskan bahwa konsep tersebut merupakan pendekatan penganggaran yang lebih
fokus pada program/kegiatan yang terkait langsung dengan prioritas nasional serta memberikan
dampak langsung bagi masyarakat. Penganggaran money follow program juga mendukung
pendekatan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017, yaitu perencanaan yang holistik
(menyeluruh), tematik (terfokus), terintegrasi (terpadu), dan spasial (lokasi yang jelas).

Pada kondisi penurunan belanja kementerian/lembaga (K/L), jelas Menkeu, money follow
program diimplementasikan dengan cara mengamankan alokasi pada prioritas; realokasi dari
program kegiatan yang telah cukup mendapat penekanan pada tahun-tahun sebelumnya; dan
efisiensi program/kegiatan nonprioritas
B. Pendekatan Tematik-Holistik, Integratif dan Spasial

Pendekatan Tematik-Holistik

“Pendekatan Tematik sangat berhubungan dengan tema atau dalam suatu isue dikatakan dengan
pokok permasalahan”. Hal ini, diartikan sebagai suatu sistem yang menyatukan unsur-unsur yang
dikaitkan/terpusat pada satu pokok permasalahan/tema, sehingga terjadi keterpaduan antara satu
dengan yang lain. Jika dihubungkan dengan program dan kegiatan, pendekatan Tematik ini,
harus berangkat dari sebuah issue sentral dan harus fokus untuk diintervensi dengan program dan
kegiatan sehingga menjawab penyelesaian terhadap suatu permasalahan yang terjadi.

Holistik merupakan cara pandang yang menyatakan bahwa keseluruhan sebagai satu kesatuan
lebih penting daripada bagian-bagiannya. Holistik menekankan pentingnya keseluruhan dan
saling keterkaitan dari bagian-bagiannya sehingga menjadi sebuah penyelesaian yang dilakukan
secara menyeluruh terhadap seluruh bagian tanpa ada yang terlewatkan. Jadi kalau digabungkan
antara Holistik–Tematik maka akan menjadi pendekatan yang menekankan pada pentingnya
keseluruhan dengan terdapat kaitan antara bagian-bagian untuk mencapai suatu tujuan utama.
Jadi, pendekatan ini mengutamakan kegiatan-kegiatan yang mendukung prioritas, identifikasi
terhadap program-program dan kegiatan sampai koordinasi multi sektor yang bertujuan untuk
mencapai sasaran prioritas daerah

Pendekatan Integratif

Pendekatan integratif sebagai penyatuan berbagai aspek ke dalam satu keutuhan yang terpadu
atau dapat diartikan sebagai pendekatan yang menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses.
Hal ini bila dihubungkan dengan perencanaan pembangunan, maka pendekatan integratif lebih
mengarah pada kegiatan mengidentifikasi agar output dari kegiatan prioritas yang terdapat pada
organisasi perangkat daerah (OPD) dapat saling terintegrasi dengan kegiatan prioritas yang ada
pada OPD lainnya, mendukung satu kebijakan prioritas.

Pendekatan Spasial

Pendekataan ini berkenaan dengan ruang atau tempat. Pertimbangan dimensi ruang (spasial) dan
daerah dalam administrasi pembangunan sudah harus jelas. Memastikan lokus dari suatu
kegiatan prioritas yang terdapat pada beberapa OPD untuk diintegrasikan. Selanjutnya akan
diselaraskan dengan usulan program dan kegiatan.

Jadi, perencanaan pembangunan dengan pendekatan-pendekatan ini, diharapkan mampu


meningkatkan efektivitas dan efisiensi sasaran agenda prioritas pembangunan baik nasional
maupun daerah.
C. Penentuan Prioritas melalui pelaksanaan multilateral meeting, bilateral meeting atau forum
SKPD

Multilateral Meeting dilaksanakan dalam 3 periode,

Multilateral Meeting I: periode pengenalan dan diskusi masing-masing Prioritas Pembangunan


dengan K/L dan Pemda, dalam hal:

• Sasaran Prioritas Pembangunan

• Arah Kebijakan

• Program Prioritas (Level 1), dan

• Kegiatan Prioritas (Level 2)

Peserta adalah semua K/L yang terlibat dalam satu Prioritas Pembangunan dengan mitra Deputi
dan Direktorat di Bappenas

Bilateral Meeting. Berdasarkan koridor yang telah disepakati bersama, masing-masing


Deputi/Direktorat Bappenas melakukan Bilateral Meeting dengan mitra kerja untuk menajamkan
Form B – E

Multilateral Meeting II: periode pengintegrasian hasil Bilateral Meeting ke dalam Forum lengkap
di masing-masing Topik setelah adanya Pagu Indikatif dan Rakorbangpus. • Dalam periode ini
akan ada kesepakatan yang harus dicapai yang ditandai oleh paraf oleh para Karo Perencanaan
dengan Direktur terkait, dan tanda tangan oleh para Sekjen/Sestama dengan para Deputi.

forum SKPD merupakan salah satu instrumen penting dalam alur mekanisme perencanaan
pembangunan daerah yang memberikan kewenangan kepada SKPD dalam menentukan bentuk
dan jenis penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya berdasarkan kebutuhan sektor, partisipasi
masyarakat dan aspirasi pemangku kepentingan lain. Forum ini sangat strategis dalam
mendorong kebijakan daerah yang lebih prorakyat dengan memberikan kesempatan yang luas
kepada masyarakat khususnya kelompok marjinal untuk terlibat dalam pengambilan keputusan.
Mereka terlibat secara langsung dalam mengidentifikasi, mengkaji, memformulasikan dan
membangun komitmen pelaksanaan program yang menjadi tugas pokok dan fungsi SKPD.
Forum SKPD dirancang untuk melakukan interaksi antarpelaku (stakeholders) dalam rangka
mengkaji dan menyepakati substansi prioritas program dan kegiatan yang akan menjadi
dokumen rencana SKPD (Renstra dan Renja SKPD) yang selaras dengan kesepakatan hasil
musyawarah pembangunan daerah (musrenbang) dan dokumen perencanaan lainnya. Oleh
karena itu, Forum SKPD tidak berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian integral dalam proses
musyawarah perencanaan pembangunan daerah. Forum SKPD menjadi media penting bagi
SKPD untuk mensosialisasikan dan mengartikulasikan secara langsung peran pemangku
kepentingan dalam mendiskusikan berbagai persoalan, keselarasan, harmonisasi dan optimalisasi
penyelenggaraan fungsi dan tugas SKPD. Forum SKPD sebagai wahana interaksi pelaku (multi
stakeholders) dalam membangun komitmen dan legitimasi terhadap keputusan perencanaan yang
telah disusun. Melalui forum ini, setiap SKPD dan masyarakat dapat menelaah lebih dalam
keterkaitan substansi program dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat serta alternatif program
atau kegiatan yang langsung perlu didukung agar dirasakan langsung oleh masyarakat.

D. Rancangan RPJMD dikonsultasikan kepada Kementerian PPN, Kementerian Dalam Negeri


dan Kementerian Keuangan dengan tujuan:

a. Menilai dan menjamin keselarasan antara RPJMD Provinsi dengan RPJMN b. Menilai
kesesuaian dengan tahapan, tata cara penyusunan, dan pembagian urusan pemerintahan dalam
rencana pembangunan daerah; dan

c. Menilai kelayakan keuangan daerah untuk jangka menengah terutama terkait dengan transfer
daerah.

Anda mungkin juga menyukai