Anda di halaman 1dari 37

BAB II

METODE KEGIATAN PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN II

(PBL II)

2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

a. Waktu

Waktu pelaksanaan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II adalah

tanggal September 2019.

b. Tempat

Tempat kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) II yang

dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKes

Kuningan Kelompok 7 (Reguler 2016) yaitu di Desa Jamberama,

Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

2.2 Tahapan Problem Solving Cycle

Problem solving cycle adalah kemampuan manajerial program untuk

melakukan penyelesaian masalah kesehatan secara terus menerus dalam sebuah

siklus untuk memperbaiki kondisi program pelayanan kesehatan di level institusi.

Tujuan utama dari pemecahan masalah adalah untuk mengatasi masalah dan

mencari solusi alternatif masalah yang paling tepat dalam mengatasi masalah

kesehatan yang ada. Berikut adalah gambaran tahapan yang harus dilalui dalam

proses problem solving cycle.

17
Latar Belakang

Identifikasi, Analisis dan Pengambilan data sekunder dan


hasil PBL 1, Analisis ( Deskriptif-
prioritas masalah kesehatan Analitik) fasilitas-advokasi

Identifikasi, Analisis dan


Pembuatan instrument, survey
prioritas penyebab masalah dan Analisis( Kuantitatif-kualitatif;
kesehatan Deskriptif-analitik)fasilitas-
advokasi
i

Identifikasi, Prioritas dan Analisis solusi dan kelayakan


fasilitas
Analisis kelayakan solusi

Fasilitas-partisipatif; pembagian
Penyususan POA u Intervensi tugas dan tanggung jawab

Penyusunan Instrumen Monev

Implementasi Intervensi Partisipasi-pengorganisasian,


Mobilisasi, dsb

Monitoring – evalusi kegiatan


Partisipasi-bekerja bersama
intervensi

18
a. Identifikasi Alternatif Penyelesaian Masalah Kesehatan

Setelah mengidentifikasi dan mengetahui penyebab atau faktor risiko

masalah kesehatan, maka diperlukan alternatif penyelesaian masalah (solusi)

kesehatan dalam bentuk saran atau rekomendasi sebagai bentuk

pengendalian dan pencegahan permasalahan kesehatan tersebut. Dalam

mengidentifikasi dan menganalisis alternatif solusi, harus

mempertimbangkan kondisi rill yang ada di masyarakat, serta harus

melibatkan pihak lain yang terkait (puskesmas, desa, bidan desa, kader)

dengan mempertimbangkan apakah sesuai dengan kebijakan yang

ada/relevansi program, ketersediaan sumber daya, kecepatan mengatasi

masalah, kemudahan untuk diterapkan sehingga diharapkan solusi yang

diberikan dapat mengkomodir kebutuhan dari berbagai pihak, serta dapat

berjalan dengan baik.

Metode untuk mengidentifikasi dan menganalisis alternatif solusi dari

masalah kesehatan ini dilakukan dengan cara brainstorming dan dengan

membuat how-how diagram atau mind map. Hal demikian harus didasarkan

atas bukti atau data dan informasi yang kuat, dapat berdasarkan pengalaman

dan pengetahuan yang dimiliki serta mendapatkan saran yang relevan

dengan program kesehatan di wilayah puskesmas tersebut oleh petugas

kesehatan. Dalam memberikam alternatif penyelesaian masalah kesehatan

dari setiap penyebab masalah dapat diberikan lebih dari satu penyelesaian

masalah. Beberapa alternatif penyelesaian masalah tersebut dapat

diprioritaskan, mana yang dapat dikerjakan (feasible).

19
b. Analisis Kelayakan Penyelesaian Masalah Kesehatan

Pada tahap ini dilakukan untuk menilai kelayakan penyelesaian

masalah kesehatan melalui pendekatan dengan metode force field analysis.

Tujuan dilakukannya penilaian terhadap kelayakan penyelesaian masalah

adalah agar menghasilkan soslusi yang tepat serta dikerjakan dengan sumber

daya yang tersedia.

c. Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (Plan Of Action/POA)

PoA merupakan suatu pernecanaan kegiatan jangka pendek yang

ditujukan guna penyelesaian masalah kesehatan berdasarkan pada

penyelesaian masalah yang dipilih dan layak. Menurut Supriyanto dan

Nyoman (2007), perlu beberapa hal yang diperimbangkan sebelum

menyusun Plan of Action (PoA), yaitu dengan memperhatikan kemampuan

sumber daya organisasi atau komponen masukan (input), seperti : informasi,

organisasi atau mekanisme, teknologi atau cara dan Sumber Daya Manusia

(SDM).

Untuk dapat membuat PoA, maka program hasil analisis penyelesaian

masalah tersebut harus diurai (breakdown) menjadi program/kegiatan yang

diperlukan. Dalam melakukan identifikasi dan analisis kegiatan serta

sumber daya yang ada, maka sebaiknya dilakukan dengan melihat program

yang ada di pelayanan kesehatan (petugas kesehatan dan dilakukan bersama

dengan masyarakat dana tau stakeholder). Tujuan dari hal tersebut agar

tidak terjadi overlapping program atau kegiatan, namun tetap selaras dengan

program kesehatan yang ada di puskesmas, dan jika dilaukan secara

20
partisipatif (ada dukungan stakeholder) maka kegiatan dapat berjalan

dengan baik dan berlanjut.

Dalam meyususun PoA, metode pendekatan yang dapat digunakan

adalah dengan meyusun matriks PoA dengan didukung proses fasilitasi

dalam kegiatan workshop/lokakarya yang melibatkan pihak lain yang terkait

(stakeholder). Secara sederhana, dalam membuat rencana aksi beberapa hal

yang harus masuk antara lain : jenis kegiatan, volume kegiatan, dana yang

diperlukan serta sumber dana, waktu pelaksanaa, oleh siapa kegiatan

tersebut dikerjakan termasuk indikatornya.

d. Persiapan dan Pelaksanaan Kegiatan Intervensi

Rencana kegiatan intervensi yang telah disusun dan disepakati harus

dilaksanakan guna menyelesaikan permasalahan kesehatan yang ada.

Rencana kegiatan intervensi tersebut telah memuat apa yang harus

dikerjakan, berapa banyak dan besar kegiatan tersebut, berapa banyak biaya

yang dibutuhkan, hasil yang diharapkan, waktu pelaksanaan dan siapa yang

melaksanakan. Namun demikian, hal tersebut belumlah sepenuhnya selesai

karena baru sebatas perencanaan, maka diperlukan persiapan yang lebih

matang agar kegiatan yang telah disusun dapat dilakukan dan berjalan

dengan lancar.

Persiapan yang diperlukan menyangkut mobilisasi sumber daya,

misalnya sarana dan prasaran yang diperlukan, sasaran intervensi, metode

yang digunakan untuk intervensi, pihak yang terlibat dalam kegiatan

intervensi, merancang kegiatan/pertemuan (jika ada), pelaksanaan kegiatan

21
intervensi yang diperlukan. Untuk menyusun kebutuhan yang diperlukan

dalam melaksanakan intervensi dapat digunakan metode pendekatan dengan

matriks kebutuhan dan desain/metode intervensi.

e. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Intervensi

Kegiatan intervensi yang telah dilaksanakan perlu dilakukan penilaian

apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau

bahkan tidak berjalan sama sekali. Monitoring sebaiknya dilakukan mulai

dari merencanakan sampai dengan akhir dari pelaksanaan kegiatan

intervensi, sehingga jika terjadi kesalahan dapat dilakukan perbaikan segera

(sebelum-saat-setelah). Hal yang paling mudah untuk melakukan

monitoring adalah dengan cara membuat daftar pantau atau check-list dari

kegiatan tersebut.

Demikian halnya dengan kegiatan evaluasi yang ditujukan untuk

mengetahui apakah suatu kegiatan telah berhasil sesuai target yang

ditetapkan atau hasil yang diharapkan berdasarkan indikator yang telah

ditetapkan. sementara itu, untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan

(evaluasi) dapat dilakukan dengan metode yang sederhana yaitu dengan

membandingkan antara kegiatan yang dicapai dengan hasil yang

ditargetkan/diharapkan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan. Metode

pendekatan yang digunakan dalam menyusun monitoing dan evaluasi adalah

dengan matriks monitoring dan evaluasi dalam sebuah workshop.

22
2.1 Pengolahan dan Analisis Data

Menurut Heriana (2015), ada 4 tahap dalam pengolahan data yang harus

dilakukan, yaitu :

a. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian penelitian

setelah kegiatan pengumpulan data. Setelah selesai mengumpulkan data,

sering kali orang menjadi bingung "mau diapakan data yang sudah

terkumpul?" Bagaimana menghubungkan data di kuesioner dengan tujuan

penelitian? Untuk itu data yang masih mentah (data mentah) perlu diolah

sebagaimana seharusnya menjadi informasi yang akhirnya dapat digunakan

untuk menjawab tujuan penelitian.

Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, paling

tidak ada empat tahapan dalam pengelolaan data yang harus dilalui, yaitu:

1. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir

atau kuesioner yang memberikan jawaban yang ada di kuesioner sudah:

a) Lengkap: semua pertanyaan sudah terisi jawabannya

b) Jelas: jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas

terbaca

c) Relevan: jawaban yang terkait dengan pertanyaannya

d) Konsisten: apakah antara pertanyaan yang diajukan pertanyaan

yang dipertanyakan, antara pertanyaan usia dengan pertanyaan

jumlah anak.

23
2. Coding

Merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka/bilangan. Misalnya untuk variabel pendidikan

dilakukan pengkodean 1 = SD, 2 = SMP, 3 = SMU, 4 = PT. Jenis

kelamin: 1 = laki-laki, dan 2 = perempuan, dsb. Kegunaan dari

pengkodean untuk memudahkan pada saat analisis data dan juga

mempercepat pada saat entri atau memasukkan data.

3. Processing

Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, maka

langkah selanjutnya adalah pengolahan data agar dapat dianalisis.

Pemrosesan data dilakukan dengan cara memasukkan data dari

kuesioner ke paket program komputer. Ada macam-macam paket

program yang dapat digunakan untuk mendapatkan data dengan

masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu paket

program yang akan digunakan untuk entri data adalah paket program

SPSS untuk Windows.

4. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

dimasukkan ada kesalahan data atau tidak (penanganan data).Kesalahan

tersebut terjadi pada saat kita memasukkan data ke komputer. Misalnya

untuk variabel pendidikan ada data yang bernilai 7, mestinya

berdasarkan pengkodean yag ada, pendidikan hanya antara 1 s.d 4 (1 =

SD, 2 = SMP, 3= SMU, 4 = PT).

24
b. Analisis Data

Setelah kita selesai melakukan pengolahan data, maka langkah

selanjutnya adalah analisis data. Data mentah (raw data) yang sudah susah

payah kita kumpulkan tidak akan ada artinya jika tidak diimplementasikan.

Analisis data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penelitian,

karena dengan analisislah data memiliki arti/makna yang dapat berguna

untuk memecahkan masalah penelitian.

Analisis memiliki posisi strategis dalam penelitian. Perlu dimengerti

bahwa dengan melakukan analisis tidak dengan sendirinya dapat langsung

memberi jawaban penelitian, maka dari itu perlu diketahui bagaimana

menginterpretasi hasil analisis tersebut. Menginterpretasi berarti kita bisa

menjelaskan hasil guna memperoleh makna/arti.

Interpretasi memiliki dua arti, yaitu arti sempit dan arti luas.Interpretasi

dalam arti sempit (deskriptif) yaitu interpretasi data dilakukan hanya sebatas

pada masalah penelitian yang diteliti berdasarkan data yang dikumpulkan

dan diolah untuk kepentingan penelitian tersebut.Sedangkan interpretasi

dalam arti luas (analitik) yaitu interpretasi guna mencari makna data hasil

penelitian dengan jalan tidak hanya menjelaskan/menganalisis data hasil

penelitian tersebut, tetapi juga melakukan referensi (generalisasi) dari data

yang diperoleh dengan teori-teori yang relevan dengan hasil-hasil penelitian

tersebut. Pada umumnya analisis data bertujuan untuk:

1. Memperoleh gambaran/deskripsi masing-masing variabel

25
2. Membandingkan dan menguji teori atau konsep dengan informasi yang

ditemukan.

3. Menemukan adanya konsep baru dari data yang dikumpulkan

4. Mencari penjelasan apakah konsep baru yang diuji berlaku umum atau

hanya berlaku pada kondisi tertentu.

26
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Lokasi PBL

a. Keadaan Geografis

Desa Jamberama merupakan salah satu Desa yang terletak di

Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Desa Jamberama

terbagi menjadi 2 Dusun dan 12 RT. Dusun Cilimus terdiri dari 6 RT,

Dusun Surian terdiri dari 6 RT. Adapun keadaan geografis Desa

Jamberama secara lebih rinci tersaji dalam beberapa tabel berikut.

Tabel 3.1 Batas Wilayah Desa Jamberama Kecamatan Selajambe


Kabupaten Kuningan Tahun 2018

Batas Desa/Kelurahan Kecamatan


Sebelah Utara Kehutanan Selajambe
Sebelah Selatan Selajambe Selajambe
Sebelah Timur Begawat Selajambe
Sebelah Barat Padahurip Selajambe
(sumber: profil Desa Jamberama Tahun 2018)

Tabel 3.1 menggambarkan batas-batas dan nama-nama desa yang

bersebelahan dengan Desa Jamberama berdasarkan data monografi yang ada

di Desa.

Tabel 3.2 Keadaan Geografis Desa Jamberama Kecamatan Selajambe


Kabupaten Kuningan Tahun 2018

Keadaan Geografis Ukuran


Ketinggian tanah dari permukaan air laut 300-500 M
Banyaknya curah hujan 1.500 mm/thn

27
Tofografi Dataran Tinggi
Suhu udara rata-rata 23-27°C
(sumber: profil Desa Jamberama Tahun 2018)

Tabel 3.3 Luas Wilayah Desa Jamberama Kecamatan Selajambe,


Kabupaten Kuningan Tahun 2018

No Wilayah Luas
1 Luas Desa 5323.25 Ha
2 Tanah Bengkok 5.569 Ha
3 Tanah Titisara --
4 Tanah Pengangonan --
5 Pemukiman 10.433 Ha
6 Kuburan 5.420 Ha
7 Tanah Sawah 63.190 Ha
8 Tanah Tegalan 124 Ha
9 Tanah Perkebunan 30.000 Ha
10 Hutan Rakyat --
11 Hutan Negara --
12 Hutan Lindung 361.000 Ha
13 Perikanan 1.000 Ha
14 Tanah Lainnya --
(sumber: profil Desa Jamberama Tahun 2018)

Berdasarkan tabel 3.3 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar wilayah

di Desa Jamberama merupakan tanah hutan, sawah dan perkebunan.

Tabel 3.4 Orbitrasi (jarak dari pusat pemerintahan) Desa Jamberama


Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan tahun 2018

Orbitasi Jarak

28
Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan 1 km
Jarak dari pusat pemerintahan kabupaten 36 km
Jarak dari pusat pemerintahan provinsi 161 km
(sumber: profil Desa Jamberama Tahun 2018)

Berdasarkan tabel 3.4 dapat disimpulkan bahwa jarak dari Desa

Jamberama ke pusat pemerintahan cukup jauh.

b. Keadaan Demografi

Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Desa Jamberama Kecamatan Selajambe


Kabupaten Kuningan Tahun 2018

Jumlah Persentase
Jenis Kelamin
(N) (%)
Laki-Laki 911 orang 49,1%

Perempuan 943 orang 50,9%

Total 1.854 orang 100%

Jumlah Kepala Keluarga 554 KK


(sumber: profil Desa Jamberama Tahun 2018)

Berdasarkan tabel 3.5 dapat disimpulkan bahwa penduduk di Desa

Jamberama sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 943

orang (50,9%).

Tabel 3.6 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Jamberama,


Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan Tahun 2018

Pendidikan Jumlah

Sekolah Dasar (SD) 7,670 orang

SMP 3,395 orang

SMA 1,339 orang

SMK 117 orang

29
D1/D2 34 orang

D3 69 orang

S1 119 orang

S2 46 orang
(sumber: profil Desa Jamberama Tahun 2018)

Berdasarkan tabel 3.6 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

masyarakat di Desa Jamberama menempuh pendidikan hanya sampai

jenjang Sekolah Dasar (SD).

c. Keadaan Ekonomi

Tabel 3.7 Mata Pencaharian Penduduk Desa Jamberama, Kecamatan


Selajambe, Kabupaten Kuningan Tahun 2018

Pekerjaan Jumlah

Petani 752 orang

Buruh Tani 155 orang

PNS 19 orang

Pensiunan 8 orang

Pegawai Swasta 28 orang

Wiraswasta 43 orang

Lain-lain 2 orang
(sumber: profil Desa Jamberama Tahun 2018)

Berdasarkan tabel 3.7 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

masyarakat Desa Jamberama bekerja sebagai petani atau buruh tani. Hal ini

30
dikarenakan Desa Jamberama merupakan daerah pegunungan yang masih

terdapat banyak sawah dan kebun.

d. Keadaan Sosial Budaya

Sebagian besar masyarakat Desa Jamberama memeluk agama Islam dan


seluruh masyarakat desa Jamberama menggunakan bahasa sunda untuk
berkomunikasi sehari-hari. Terdapat berbagai macam kegiatan sosial dengan
tujuan untuk meningkatkan interaksi dengan masyarakat lainnya. Kegiatan
sosial tersebut yaitu pengajian rutin setiap hari Jum’at, arisan Ibu-Ibu,
karang taruna desa, Posyandu, dan PKK (Program Kesejahteraan Keluarga).
e. Sarana dan Prasarana

Tabel 3.8 Sarana dan Prasarana Desa Jamberama Kecamatan Selajambe


Kabupaten Kuningan Tahun 2018

Sarana Peribadatan Jumlah

Masjid 2 Buah

Musholla 8 Buah

Kesehatan

Puskesmas Pembantu --

Poliklinik/Polindes 1 Unit

Posyandu 2 Unit

Pendidikan

Taman Kanak-Kanak 1 Buah

Sekolah Dasar (SD/MI) 2 Buah

SMP --

SMA --

31
Pondok Pesantren/MD --

Madrasah Diniyah (MD) 2 Buah

Olah Raga

Lapangan Sepakbola 1 Buah

Lapangan bulutangkis 1 Buah

Lapangan Meja Pingpong 1 Buah

Lapangan Volly 2 Buah


(sumber: profil Desa Jamberama Tahun 2018)

3.2 Hasil dan Pembahasan

3.2.1 Alternatif Penyelesaian Masalah menggunakan Tabel USG (Urgency,


Seriousness, Growth)
Tabel 3.105 Matriks USG (Urgency, Seriousnes, Growth) untuk
Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan di Desa Jamberama
Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan Tahun 2019
Kriteria Urutan
No. Masalah Kesehatan Total Priorita
U S G s

1 Tempat Pembuangan Akhir Sampah 3 4 4 11 III

2 Akses Pelayanan Kesehatan 4 4 4 12 II

3 Hipertensi 5 5 4 14 I

(Sumber : Data Primer, 2019)


Ket. 5 = Sangat Besar
4 = Besar
3 = Sedang
2 = Kecil
1 = Sangat Kecil
Berdasarkan matriks USG pada tabel 3.107 di atas, terdapat 3 (tiga)
masalah kesehatan terbesar di Desa Jamberama, yaitu masalah tempat
pembuangan akhir sampah, akses pelayanan kesehatan, dan hipertensi.

32
Nilai/skor yang diberikan didapat dari hasil MMD yang dibimbing oleh
Kepala UPTD Puskemas Selajambe.
Pada kategori Urgensi (U) masalah hipertensi diberi nilai/skor paling
tinggi, yaitu 5 karena apabila masalah ini bila tidak segera diatasi, maka
akan berdampak buruk bagi kesehatan yang berakibat sangat fatal dan
menyebabkan kematian mendadak. Pada Kriteria Seriousness (S) masalah
hipertensi diberi nilai/skor paling tinggi, yaitu 5 karena masalah ini
jikadbiarkan dapat menimbulkan komplikasi penyakit. Pada kategori Growt
(G) masalah hipertensi diberi nilai/skor tertinggi, yaitu 4 karena hal ini
apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan komplikasi penyakit yang
apabila dibiarkan akan menyebabkan kematian.
Berdasarkan hasil perhitungan matriks USG tersebut, dapat diketahui
bahwa hipertensi adalah masalah yang paling diprioritaskan mengingat
akibat yang ditimbulkan juga sangat berbahaya dan dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Hipertensi merupakan penyakit yang sangat
berbahaya, karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini.
Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi. Keadaan
ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat mengakibatkan kematian
mendadak (Anwar, 2014). Berdasarkan penelitian lain menurut Widiana
(2017), menyebutkan bahwa hipertensi yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan gangguan pada organ, dan dapat menyebabkan serangan
jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan.
3.2.2 Identifikasi Prioritas Penyebab Masalah dan Alternatif Sasaran
Menggunakan Metode MCUA dan How-How Diagram

Tabel 3.106 Matriks MCUA (Multiple Criteria Utility Assesment) untuk


Mengidentifikasi Penyebab Masalah Kesehatan
Kriteria Bobot Penyebab Masalah Hipertensi

33
Rendahnya
Kesadaran
Aktifitas
Masyarakat
Fisik Pola Makan
(%) Melakukan
Berlebih
Check Up
Rutin

Skor SxB Skor SxB Skor SxB

1. Urgensi 40 4 1,6 3 1,2 4 1,6

2. Relevansi 35 4 1,4 2 0,7 3 1,05

Skala Penyebab 25 4 1 3 0,75 3 0,75

Jumlah SxB 4 2,65 3,4

Prioritas I III II

Ket. 4 = Sangat Berpengaruh

3 = Cukup Berpengaruh

2 = Berpengaruh

1 = Kurang Berpengaruh

Berdasarkan tabel matriks MCUA pada tabel 3.108 skor kali bobot

yang terbesar adalah penyebab masalah hipertensi adalah rendahnya

pengetahuan masyarakat dengan nilai total 4.

Berikut ini adalah How-How Diagram untuk menemukan alternatif

solusi masalah hipertensi di Desa Jamberama.

Rendahnya Kesadaran
Masyarakat Melakukan Check
Up Rutin

34
Pelatihan Kader Anti Arisan Tensi ( 1 Rumah 1
Hipertensi (PEKA Tensi)
Hipertensi)

Home Care Hipertensi

Gambar 3.2 How-How Diagram

Alternatif penyelesaian masalah tersebut antara lain :

1. Pelatihan Kader Anti Hipertensi (PEKA Hipertensi)

Pelatihan kader anti hipertensi dilakukan dengan melatih kader

menggunakan alat pengukur tekanan darah agar dapat melakukan

pemeriksa tekanan darah secara rutin dan diberikan buku saku yang

digunakan untuk mencatat hasil pengukuran tekanan darah serta terdapat

juga materi seputar hipertensi sehingga dapat memantau status kesehatan

masyarakat yang menderita hipertensi.

2. Home Care Hipertensi

Upaya yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang

bergerak di komunitas atau rumah. Home care ini memberikan kemudahan

kepada keluarga yang menderita hipertensi dalam memonitor beberapa

kebiasaan penderita, seperti makan, minum, dan pola tidur. Sehingga

penyakit hipertensi dapat terkontrol.

3. Arisan Hipertensi

35
Kegiatan satu bulan sekali yang diadakan rutin oleh seluruh

masyarakat Desa Jamberama yang dipimpin oleh kader/petugas kesehatan

agar nantinya setiap rumah memiliki 1 alat ukur tekanan darah yang

nantinya dapat digunakan untuk mengecek tekanan darah secara rutin oleh

salah satu anggota keluarga yang telah mendapat pelatihan mengenai

penggunaan alat ukur tekanan darah. Sehingga dapat menciptakan

lingkungan keluarga yang sehat dan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

3.2.3 Analisis Kelayakan Penyelesaian Masalah

Langkah selanjutnya yaitu melakukan penilaian penyeselsaian masalah

kesehatan melalui metode force filed analysis. Analisis ini bertujuan untuk
3
menentukan alternative solusi mana yang paling tepat diantara penurunan angka

hipertensi dan alternative penanganan hipertensi sebagai upaya mengatasi

masalah di Desa Jamberama, dan berikut adalah gambarannya. 3


P

E
Faktor Penghambat Faktor pendukung
L 3

A
Skor
T
Skor 2
I Partisipasi kader
Tingkat pendidikan rendah
3 H

A 2
Adanya kenaikan angka
N
Keterbatasan media hipertensi di tahun
2
sebelumnya

Kurangnya tenaga medis


Keterbatasan biaya dalam
2
pengadaan alkes 36
Kurangnya kesadaran
tersedianya alat pengukur
masyarakat untuk
tekanan darah
melakukan cek kesehatan
7
13

Diagram 3.1 Force Field Analysis

Berdasakan diagram diatas alternative masalah yang pertama yaitu tentang

pelatihan hipertensi factor penghambat pelatihan diantaranya tingkat pendidikan

rendah yang diberi skor 3, keterbatasan media dengan skor 3 dan keterbatasan
3
biaya dalam pengadaan alkes yang diberi skor 2. Sedangkan factor pendukung

pelatihan yaitu partisipasi kader terhadap pelatihan diberi skor 3, adanya kenaikan
4
angka hipertensi pada tahun sebelumnya diberi
P skor 3, kurangnya tenaga medis
E
diberi skor 3, kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan cek kesehatan
N
diberi skor 2, dan ketersediaan alat pengukur tekanan darah diberi skor 2. Oleh 3
Y
karena itu skor factor pendukung lebih besar dari factor penghambat.
Jumlah
U
jumlah
L
Jumlah Faktor pendukung
Faktor penghambat U jumlah

H
Skor
Skor A
37
N Adanya izin atausaku
Ketersediaan
Tingkat
Keterbatasan
pengetahuan
media PartisipasiBuku
kader
dukungan dari pihak desa
hipertensi
kader rendah
5 23 10
Diagram 3.2 Force Field Analysis

Berdasarkan diagram diatas alternative masalah kedua adalah penyuluhan

hipertensi pada kader, factor penghambat dalam penyuluhan diantaranya tingkat

pengetahuan kader rendah diberi skor 3 dan keterbatasan media diberi skor 2

sedangkan factor pendukungnya antara lain adanya izin atau dukungan dari pihak

desa diberi skor 3, ketersediaan buku saku hipertensi diberi skor 4, dan partisipasi

kader diberi skor 3. Oleh karena itu nilai factor pendukung lebih besar dari factor

penghambat.

Faktor penghambat

38
Faktor pendukung

Skor K Skor
E
Kurangnya dukungan
3 B Tingginya Partisipasi
stakeholder
masyarakat terhadap
I
penanganan sampah
Keterbatasan biaya dalam
3 J
pembuatan tempat
pembakaran sampah A
4
Budaya masyarakat buang K
sampah sembarangan
A

N
9

Diagram 3.3 Force Field Analysis

Berdasarkan diagram diatas alternative masalah ketiga adalah kebijakan padajumlah


penanganan sampah. Factor penghambat kebijakan diantaranya kurangnya
dukungan stakeholder diberi skor 3,3 Keterbatasan biaya dalam pembuatan tempat
pembakaran sampah diberi skor 3, dan budaya masyarakat membuang sampah
sembarangan diberi skor 3. Kemudian faktor pendukung diantaranya tingginya
Jumlah
partisipasi masyarakat terhadap penanganan sampah diberi skor 4. Oleh karena itu
skor penghambat lebih besar daripada faktor pendukung.

3.2.4 Penyusunan Plan Of Action (PoA)


Dalam menyusun perencanaan kegiatan, metode yang digunakan dengan
cara menyusun tabel Plan Of Action (PoA). Bertujuan agar kegiatan intervensi
penyuluhan kesehatan mengenai hipertensi dan advokasi penanganan sampah di
Desa Jamberama dapat dijalankan sesuai dengan harapan. Berikut adalah tabel
Plan Of Action (PoA) :
Program Kegiatan Volu Dana dan Indikator Penang Waktu
me Sumber gung
Jawab

Perencanaan Koordinasi 1x Mahasis Jumlah peserta


Kegiatan internal- wa dan
pelatihan, eksternal. stakeholder
penyuluhan hadir sebanyak
hipertensi 14 orang.
dan advokasi
sampah di
Desa Tersedianya
Jamberama alat dan tempat
Penyiapan
alat dan
tempat

Adanya
Identifikasi kebutuhan
kebutuhan pelaksanaan
pelaksanaan dan dapat
digunakan.

Pelaksanaan
kegiatan
pelatihan, Peserta
penyuluhan mengerti
Pre-test 1x dengan
hipertensi di
Desa pertanyaan
Jamberama dalam pre-test
tersebut.

Peserta
mengerti
materi di buku
saku.

Pembagian
buku saku
Materi
tersampaikan
kepada peserta

Peserta
Penyampaia mengerti dan
n materi bisa
menggunakan
alat pengukur
tekanan darah.
Pelatihan
penggunaan
alat
pengukuran Keikutsertaan
tekanan peserta dalam
darah Tanya jawab
sebagian
peserta dapat
menjawab
Tanya
semua
Jawab
pertanyaan
dengan tepat

Post-test

Pelaksanaan Identifikasi Adanya


kegiatan kebutuhan kebutuhan
advokasi pelaksanaan pelaksanaan
penanganan dan dapat
sampah di digunakan.
Desa
Jamberama
Peserta
Advokasi mengerti
penanganan dengan
sampah advokasi yang
disampaikan
oleh penyuluh

Peserta
antusias dalam
Tanya jawab
Tanya
Jawab

3.2.5 Implementasi Intervensi


a. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan, penyuluhan tentang
hipertensi dan advokasi penanganan sampah. Metode yang digunakan
pada saat pelatihan, penyuluhan dan advokasi ini yaitu metode
ceramah dan metode diskusi artinya penyuluh memberi dan
menjelaskan informasi secara lisan dan Tanya jawab dari peserta
kepada pemateri sesudah diberikan pelatiham, penyuluhan dan
advokasi.

b. Waktu dan Tempat Kegiatan


Hari/Tanggal : 18 oktober 2019
Waktu : 09.00 s/d selesai
Tempat : Balai Desa Jamberama
Sasaran : Kader dan Perangkat Desa Jamberama
Jumlah Peserta: 14 Orang
Pemateri : Trie Wulandari Aziz M dan Ana Nurjanah
c. Media Penyuluhan
Media yang digunakan berupa powerpoint, buku saku, dan
demonstrasi pemakaian alat pengukuran tekanan darah.
d. Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan diantaranya:
a) Pengertian Hipertensi
b) Klasifikasi hipertensi
c) Tanda dan Gejala Hipertensi
d) Faktor risiko hipertensi yang dapat diubah
e) Komplikasi Hipertensi
f) Pencegahan Hipertensi
g) PEKA HIPERTENSI (Pelatihan kader hipertensi)
e. Instrument Penilaian
Instrument yang digunakan dalam pelatihan, penyuluhan dan
advokasi ini berupa alat test (Pre-test dan Post-test) dengan tujuan
untuk menilai pengetahuan sasaran tentang penanganan hipertensi dan
penanganan sampah sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.

f. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)


Tabel 3.4 Satuan Acara Penyuluhan (SAP) di Desa Jamberama
Tahun 2019

No Waktu Kegiatan
1. 3 menit Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam, dan
menjelaskan tujuan kegiatan
2. 3 menit Memebagikan dan menjelaskan
pengisian alat test
3. 15 menit Memberikan waktu pengisian pre-
test
4. 3 menit Membagikan buku saku
5. 20 menit Pemaparan materi tentang
pengukuran tekanan darah
6. 1 jam Demontrasi penggunaan alat
pengukuran tekanan darah
7. 30 menit Diskusi
8. 15 menit Post-test
9. 1jam Advokasi penanganan sampah
10. 3 menit penutup

g. Hasil implementasi penyuluhan


3.2.6 Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan selanjutnya setelah kegiatan intervensi dilakukan yaitu
melakukan penilaian terhadap kegiatan intervensi tersebut apakah telah
berjalan sesuai dengan yang telah diharapkan atau tidak berjalan sama sekali.
Monitoring mulai dari perencanaan awal dan persiapan pelatihan penanganan
hipertensi dan advokasi sampah dengan pelaksanaan kegiatan intervensi.
Metode yang digunakan yaitu dengan tabel Monitoring Intervensi Penyuluhan.
Berikut adalah tabel Monitoring Intervensi Penyuluhan :

Tabel 3.5 Monitoring Intervensi Penyuluhan di Desa Jamberama Tahun 2019

N Tahapan Ketersed Hambatan sumb Metode/ wak petu Keteran


o Kegiatan iaan dan er cara tu gas gan dan
sumberd Kemajuan data monitor upaya
aya perbaika
n

1. Koordina Alat Peserta Abse Observa


si komunik hadir 14 nsi si
internal- asi, orang Langsun
eksternal. transport sesuai g
asi, dengan
pemateri, yang
peserta, diundang
stakehol
der

Sound
system,
Penyiapa
proyekto
n alat dan
r, materi Observa
tempat
penyuluh
Dafta si
an, pre-
r Alat langsung
test dan
post-test,
buku
saku,
absensi,
kursi,
tempat,
alat
penguku
ran
tekanan
darah,
camera
handpho
ne

Alat
Tulis

Identifika
si
kebutuha
n
pelaksan
aan

2. Penyamp Pemateri Peserta Observa


aian , Materi mengerti si
materi penyuluh dengan langsung
an, materi
peserta, yang
sound disampaik
system, an
alat tulis,
kamera
handpho
ne

Peserta,
alat
kesehata
n
penguku Peserta
ran antusias
saat Observa
tekanan si
Pelatihan darah memprakt
ekan/ langsung
pengguna (stetosko
an alat p, tensi) mengguna
pengukur kan alat
an tekanan
tekanan darah
Pertanya
darah an
(Demontr peserta
an alat)

Peserta
antusias
permintaa
Tanya n peserta
untuk Observa
Jawab
penambah si
an alat langsung
kesehatan
pengukura
n tekanan
darah

3. Advokasi peserta Peserta Observa Membua


penangan Antusias, si t
an permintaa langsung kesepak
sampah n peserta atan
untuk waktu
anggaran dengan
dana peserta
penangana mengen
n sampah ai
advokasi
penanga
nan
sampah
kepada
substans
i yang
terkait

h. Hasil Implementasi Penyuluhan

Hasil pengolahan data secara univariat tingkat pengetahuan responden


dibagi menjadi 3 kategori yaitu pengetahuan kurang bila responden menjawab
dengan benar kurang dari 40%, pengetahuan cukup bila menjawab dengan benar
50-70%, dan pengetahuan baik bila menjawab dengan benar lebih dari 70%.
Adapun hasil pretest sebagai berikut :

Tabel 3.5 Pretest Pengetahuan

Pengetahuan Frekuensi Presentase

Kurang 0 0

Cukup 2 20%

Baik 8 80%

Total 10 100%

Berdasarkan tabel 3.5 menunjukan bahwa responden yang memiliki


pengetahuan cukup sebanyak 2 orang atau 20% dan responden yang
berpengetahuan baik sebanyak 8 orang atau 80%.

Tabel 3.6 Pretest Aspek Sikap


Sikap Frekuensi Presentase

Kurang 0 0

Cukup 2 20%

Baik 8 80%

Total 10 100%
Berdasarkan tabel 3.6 menunjukan bahwa responden yang memiliki sikap
cukup sebanyak 2 orang atau 20% dan responden yang memiliki sikap baik
sebanyak 8 orang atau 80%.

Tabel 3.7 Posttest Aspek Tindakan


Tindakan Frekuensi Presentase

Kurang 0 0

Cukup 3 30%

Baik 7 70%

Total 10 100%

Berdasarkan tabel 3.7 menunjukan bahwa bahwa responden yang memiliki


tindakan cukup sebanyak 3 orang atau 30% dan responden yang memiliki
tindakan baik sebanyak 7 orang atau 70%.

Sedangkan setelah dilakukan posttest didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 3.5 Posttest Pengetahuan

Pengetahuan Frekuensi Presentase

Kurang 0 0

Cukup 0 0

Baik 10 100%

Total 10 100%
Berdasarkan tabel 3.5 menunjukan bahwa seluruh responden memiliki
pengetahuan baik sebanyak 10 orang atau 100%.

Tabel 3.6 Posttest Aspek Sikap


Sikap Frekuensi Presentase

Kurang 0 0

Cukup 3 30%

Baik 7 70%

Total 10 100%

Berdasarkan tabel 3.6 menunjukan bahwa responden yang memiliki sikap


cukup sebanyak 3 orang atau 30% dan responden yang memiliki sikap baik
sebanyak 7 orang atau 70%.

Tabel 3.7 Posttest Aspek Tindakan


Tindakan Frekuensi Presentase

Kurang 0 0

Cukup 0 0

Baik 10 100%

Total 10 100%

Berdasarkan tabel 3.7 menunjukan bahwa seluruh responden memiliki


tindakan baik sebanyak 10 orang atau 100%.
Hasil normalitas data menunjukan nilai p < 0,05, sehingga data tidak
berdistribusi normal maka menggunakan uji wilcoxon. Uji wilcoxon adalah uji
untuk mengetahui perbedaan hasil pretest dan posttest. Adapun hasil uji sebagai
berikut :

Tabel 3.7 Uji Wilcoxon


Posttest-Pretest N

Negative Ranks 3a

Positve Rank 5b

Ties 2c

Total 10

Berdasarkan tabel 3.7 menunjukan bahwa terdapat 3 responden yang


mengalami penurunan nilai posttest setelah dilakukan penyuluhan, 5 responden
mengalami peningkatan nilai posttest setelah dilakukan penyuluhan dan terdapat 2
responden tidak mengalami penurunan ataupun peningkatan nilai setelah
dilakukan penyuluhan.
Hasil uji wilcoxon dengan p = 0,13, p > 0,01artinya tidak ada perbedaan
hasil pretest dan posttest yang diberikan kepada responden setelah dilakukan
penyuluhan mengenai hipertensi.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kesimpulan
1. Untuk melakukan penilaian penyeselsaian masalah kesehatan yaitu
dengan menggunakan metode force filed analysis. Berdasarkan
penyususnan metode force filed analysis dapat diketahui bahwa
penghambat program kegiatan pelatihan hipertensi diantaranya
masalah tingkat pengetahuan dan pendidikan kader yang rendah, serta
keterbatasan biaya dalam pengadaan alat kesehatan, dan keterbatasan
media.
2. Berdasarkan penyususnan metode force filed analysis juga dapat
diketahui bahwa factor pendukung program kegiatan pelatihan
hipertensi diantaranya partisipasi kader terhadap pelatihan, adanya
kenaikan angka hipertensi pada tahun sebelumnya, kurangnya tenaga
medis, kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan cek
kesehatan, dan ketersediaan alat pengukur tekanan darah.
3. Untuk melakukan penilaian penyeselsaian masalah kesehatan yaitu
dengan menggunakan metode force filed analysis. Berdasarkan
penyususnan metode force filed analysis dapat diketahui bahwa
penghambat program kegiatan penyuluhan hipertensi diantaranya
masalah tingkat pengetahuan kader yang rendah, serta keterbatasan
media.
4. Berdasarkan penyususnan metode force filed analysis juga dapat
diketahui bahwa factor pendukung program kegiatan penyuluhan
hipertensi diantaranya adanya izin atau dukungan dari pihak desa,
ketersediaan buku saku hipertensi, dan partisipasi kader.
5. Untuk melakukan penilaian penyelesaian masalah kesehatan yaitu
dengan menggunakan metode force filed analysis. Berdasarkan
penyusunan metode force filed analysis dapat diketahui bahwa
penghambat pada program kebijakan penanganan sampah diantaranya
masalah kurangnya stekholder, keterbatasan biaya dalam pembuatan
tempat pembakaran sampah dan budaya masyarakat yang membuang
sampah sembarangan.
6. Sedangkan faktor pendukung pada program kebijakan penanganan
sampah diantaranya tingginya partisipasi masyarakat terhadap
penanganan sampah.
7. Dalam menyusun perencanaan kegiatan, metode yang digunakan yaitu
dengan cara menyusun tabel Plan Of Action (PoA). Bertujuan agar
kegiatan intervensi penyuluhan kesehatan mengenai hipertensi dan
advokasi penanganan sampah di Desa Jamberama dapat dijalankan
sesuai dengan harapan.

4.2 Saran
1. Pihak Desa sebaiknya menyediakan alat kesehatan dan tenaga medis
kesehatan untuk melakukan pengecekan tekanan darah.
2. Pemerintah Desa melakukan penganggaran dana untuk pembuatan
tempat pembakaran sampah bagi masyarakat Desa Jamberama.
3. Agar kader lebih aktif melakukan pengecekan tekanan darah secara
rutin kepada masyarakat khususnya masyarakat yang beresiko
hipertensi akan mendapatkan reward kepada kader yang aktif dalam
penegcekan tekanan darah.
4.

Anda mungkin juga menyukai