Anda di halaman 1dari 2

3.

Pendahuluan
a. Alasan mengapa penelitian dilakukan
Pada penelitian ini dijelaskan bahwa Cedera kulit terus terjadi di tempat perawatan
kesehatan neonatal meskipun sebagian besar dapat dicegah. Cedera kulit pada bayi baru lahir
sangat merugikan bagi orang tua dan dapat mengakibatkan jaringan parut potensial, rawat
inap yang lebih lama di rumah sakit, dan peningkatan biaya rumah sakit
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan praktik penilaian kulit dan perawatan
kulit untuk neonatus di lingkungan neonatal regional dengan membantu perawat membuat
perubahan pada praktik mereka melalui penerapan alat penilaian risiko kulit.
Menurut kelompok kami pendahuluan dan tujuan penelitian ini belum sesuai karena
tidak dijelaskan alat yang digunakan berupa apa untuk mencegah skin injuri dan hanya
menjelaskan latrar belakang penelitian ini diambil serta tujuan dari penelitian ini.
Sedangkan pada penelitian Marzieh (2021) pendahuluan yang dipaparkan oleh
peneliti sudah jelas karena berisi latar belakang penelitian, prevelensi kejadian, penjelasan
dari tindakan yang akan dilakukan, penelitian terdahulu yang mendukung latar belakang dan
tujuan dari penelitian tersebut.
b. Kesesuaian desain yang di gunakan
Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research. Action
Research didasarkan pada pandangan dunia partisipatif dan berasal dari konsep teori sosial
kritis (Koshy et al., 2011). Tujuan dari Action Research adalah untuk mengambil tindakan,
mengubah praktik atau untuk menghasilkan atau menyempurnakan teori (Koshy et al., 2011).
Penelitian Tindakan Partisipatif dipilih karena tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki
praktik kehidupan nyata dengan tujuan memahami dan meningkatkan praktik dan kualitas
perawatan neonatal (Kemmis dan McTaggart, 2008). Penelitian ini memiliki 4 fase yaitu fase
diagnosis, fase perencanaan aksi, fase mengambil Tindakan dan fase evaluasi Tindakan.
Sedangkan pada penelitian Marzieh (2021) menggunakan rancangan metode
campuran, yang akan dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama akan menggunakan
pendekatan penelitian tindakan partisipatif dalam tiga kegiatan berturut-turut (desain,
implementasi dan evaluasi) sebagai bagian dari pengenalan C-KMC. Tahap kedua dari studi
ini adalah studi kuantitatif sebelum dan sesudah yang bertujuan menilai efektivitas C-KMC.

4. Cara Kerja

a. Fase 1 : Diagnosis
Pada fase 1 diagnosis merefleksikan praktek saat ini, identifikasi masalah,
megidentifikasi praktik saat ini secara nasional melakukan tinjauan literatur.

b. Fase 2 : Perencanaan aksi


Mengkonsultasikan dengan pakar, presentasi kepada staf rumah sakit. semua alat
penilaian risiko kulit neonatal yang tersedia dipertimbangkan untuk diterapkan.
c. Fase 3 : Mengambil Tindakan
Menerapkan alat penilian resiko viabilitas jaringan neonatal ke NICU selama tiga
bulan. Jumlah total penilaian kulit pada neonatus yang dilakukan oleh perawat selama
periode waktu tiga bulan berjumlah 308. Sebanyak 90 bayi (84,9%) dari kemungkinan 106
dinilai menggunakan alat ini. Pasien dinilai sekali saat masuk untuk mendapatkan skor dasar
dan kemudian diberi skor setelahnya sesuai dengan risiko kerusakan kulit. Bayi dengan skor
20 atau lebih dianggap 'berisiko sangat tinggi' dan dinilai dua kali sehari, bayi yang mendapat
skor antara 11 dan 19 dianggap 'berisiko tinggi' dan dinilai setiap hari, bayi dengan skor
antara 6 dan 10 dianggap 'berisiko' dan dinilai dua kali mingguan dan skor bayi 0 sampai 5
dianggap 'berisiko rendah' dan dinilai mingguan.

d. Fase 4 : Evaluasi Tindakan


wawancara focus grup, analisa temuan. Tiga kelompok fokus dengan perawat
neonatal di unit tersebut dilakukan tiga bulan setelah memperkenalkan alat tersebut.
Purposive sampling digunakan untuk merekrut peserta untuk 3 kelompok fokus. Sebanyak 17
perawat dari sampel 27 perawat direkrut untuk kelompok fokus. Kriteria inklusi menetapkan
bahwa perawat memiliki setidaknya 5 tahun pengalaman klinis perawatan neonatal dan telah
menggunakan Alat Penilaian Risiko Kelayakan Jaringan Neonatal di praktek. Alasan untuk
kriteria inklusi ini adalah bahwa peneliti ingin merekrut peserta dengan pengetahuan ahli
tentang topik penelitian dan bidang praktik. Sebagian besar model keahlian menyoroti bahwa
minimal 5 tahun pengalaman praktis diperlukan untuk menjadi 'ahli' (Benner, 1984). Selain
itu, peserta perlu menggunakan alat tersebut dalam praktik sehingga mereka dapat
memberikan pendapat dan saran mereka tentang bagaimana alat tersebut dapat ditingkatkan.
Kriteria inklusi mengecualikan 2 perawat, satu yang memiliki pengalaman kurang dari 5
tahun dan satu yang tidak menggunakan alat dalam praktek. Juga, satu perawat dari sampel
ini dipilih untuk berperan sebagai asisten moderator untuk kelompok fokus. Peserta diberikan
lembar informasi tentang tujuan dan sifat penelitian dan memberikan persetujuan tertulis (An
Bord Altranais, 2007).

Menurut kelompok kami penelitian ini pada fase kerja sudah sesuai dengan study
action research dimana terdapat empat fase yaitu diagnose, intervensi, implementasi dan
evaluasi. Dan setiap fase pada cara kerja dijelaskan secara rinci. Sedangkan pada penelitian
pembanding yaitu Marzieh (2021) penelitian ini menggunakan metode campuran yang akan
dilaksakan pada dua tahap yaitu tahap pertama pendekatan penel;itian action research
partisioatif dalam tiga metode yaitu desain, implementasi dan evaluasi dan secara kuantitatif
yaitu menilai efektifitas pre dan post tindakan.

Anda mungkin juga menyukai