Jawaban :
Sisi pertama dari administrasi pembangunan adalah administrasi dari atau bagi
administrasi. Bisa dari segi komponennya, kegiatannya maupun prosesnya. Bisa juga
menggunakan pendekatan yang relatif baru berkembang yaitu kebijaksanaan publik, seperti
yang telah diuraikan di atas. Namun, untuk dasar pemahaman dapat digunakan pendekatan
Waldo (1992), bahwa kalau kita cerminkan administrasi untuk mencari wujudnya, maka
ditemukan dua aspek, yaitu manajemen dan organisasi, sedangkan manajemen adalah
fisiologinya. Organisasi biasanya digambarkan sebagai wujud statis dan mengikuti pola
tertentu, sedangkan manajemen adalah dinamis dan menunjukkan gerakan atau proses.
manajemen. Karena itu pada dasarnya dapat dikatakan Bahwa masalah administrasi bagi
banyak mengilhami perkembangan. Namun teori pokoknya tidak berubah, bahwa yaitu
sekurang-kurangnya ada tiga kegiatan besar yang dilakukan oleh manajemen, yakni
mana pun, baik di negara yang sedang membangun maupun di negara maju, sama saja, yang
berbeda adalah penekanannya. Teknik atau metode penyelenggaraannya juga dapat berbeda
tergantung pada pengaruh berbagai faktor, seperti system politik, latar belakang budaya, atau
seperti juga administrasi pembangunan adalah administrasi publik (negara) dengan kekhasan
tertentu. Untuk analisis manajemen pembangunan dikenali beberapa fungsi yang cukup nyata
(district), yakni: (1) perencanaan, (2) pengerahan (mobilisasi) sumber daya, (3) pengerahan
yang ditangani langsung oleh pemerintah, (6) koordinasi, (7) pemantauan dan evaluasi dan
berbagai fungsi tersebut, dan dilengkapi dengan (9) peran informasi yang amat
diselenggarakan oleh dua atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara
Ada beberapa pengertian administrasi pembangunan menurut para ahli. Hiram S. Phillips
mendefinisikan administrasi pembangunan sebagai rather than the traditional term of public
administration to indicate the need for a dynamic process designed particularly to meet
requirements of social and economic changes.[1] Pernyataan ini diartikan sebagai lebih baik
dari pada masa tradisional administrasi publik untuk menunjukkan kebutuhan untuk suatu
proses dinamis yang didesain secara khusus untuk mendapatkan syarat perubahan sosial dan
ekonomi.
administration can be regarded as the public management of economic and social change in
term of deliberate public policy. The development administrator is concerned with guiding
sebagai manajemen publik perubahan ekonomi dan sosial yang disengaja dalam masa
Ada beberapa ciri administrasi pembangunan menurut Irving Swerdlow[3] dan Saul
Administrasi bagi perubahan – perubahan ke arah keadaan yang dianggap lebih baik.
Keadaan yang lebih baik ini bagi negara – negara baru berkembang dinyatakan dengan usaha
ke arah modernisasi, atau pembangunan bangsa atau pembangunan sosial ekonomi. Di dalam
dengan aspek – aspek pembangunan di bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, dan lain –
lain. Kedua, adanya peran administrator sebagai unsur pembangunan. Peranan serta fungsi
Administrator juga dapat menciptakan suatu sistem dan praktek administrasi yang membina
perhatian terhadap aspek pelaksanaan rencana. Suatu perencanaan yang berorientasi pada
prinsip administrasi negara. Namun, administrasi pembangunan memiliki ciri – ciri yang
masyarakat yang berbeda – beda, terutama bagi lingkungan masyarakat negara – negara baru
dalam pelaksanaannya yang efektif. Bahkan, administrasi ikut serta mempengaruhi tujuan –
tujuan pembangunan masyarakat dan menunjang pencapaian tujuan – tujuan sosial, ekonomi,
dan lain – lain yang dirumuskan kebijaksanaannya dalam proses politik. Ketiga, administrasi
pembangunan berorientasi kepada usaha – usaha yang mendorong perubahan ke arah keadaan
yang dianggap lebih baik untuk suatu masyarakat di masa depan atau berorientasi masa
pembangunan dan pelaksanaan yang efektif, serta sebagai kemampuan dan pengendalian
pelaksanaan tujuan – tujuan pembangunan di berbagai bidang yaitu ekonomi, sosial, budaya,
dan lain – lain. Keenam, dalam administrasi pembangunan, administrator dalam aparatur
pemerintah juga bisa menjadi pergerak perubahan. Ketujuh, administrasi pembangunan lebih
lembaga yang diperlukan, kepegawaian, tata kerja, dan pengurusan sarana – sarana
bidang serta pelaksanaannya secara efektif. Kedua, administrasi untuk pembangunan dapat
tetapi juga dalam tingkat tertentu dalam proses politik. Kebijaksanaan dan program
dirumuskan dalam suatu rencana pembangunan. Mekanisme dan tata kerja dalam proses
administrator memerlukan penyusunan instrumen – instrumen yang baik. Ada dua kegiatan
fungsi administrator sebagai unsur pembangunan. Kedua, pengendalian atau pengurusan yang
baik dari administrasi fungsionil, seperti perlembagaan dalam arti sempit, kepegawaian,
pembiayaan pambangunan, dan lain – lain sebagai sarana pencapaian tujuan kebijaksanaan
Jawaban :
A. Definisi Paradigma
Paradigma menjadi konsep yang menarik perhatian ilmuwan sejak Thomas Kuhn menulis
buku ”The Structure of Scientific Revolution”. Sungguh pun latar belakang Kuhn adalah
bidang ilmu alam, namun pandangan paradigmatik Kuhn banyak mempengaruhi pengamat
dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan sosial, termasuk ilmu administrasi negara.
Untuk memahami perkembangan paradigma dalam ilmu administrasi negara, perlu diketahui
terlebih dahulu apa makna dari paradigma. Secara etimologis, kata “paradigm” berasal dari
bahasa Yunani “paradeigma” yang berarti pola ( pattern) atau contoh (example). Oxford
Paradigma seperti ‘peta’ atau ‘kompas’ di kepala. Kita melihat atau memahami segala
Serangkaian asumsi, konsep, nilai-nilai, dan praktek-praktek yang diyakini oleh suatu
komunitas dan menjadi cara pandang suatu realitas ( A set of assumptions, concepts, and
values, and practices that constitutes a way of viewing reality for the community that shares
them).
Thomas Kuhn :
Paradigma adalah suatu cara pandang , nilai-nilai, metode-metode, prinsip dasar, atau cara
memecahkan sesuatu masalah , yang dianut oleh suatu masyarakat ilmiah pada masa tertentu.
Menurut Thomas Kuhn , krisis akan timbul apabila suatu permasalahan yang dihadapi
masyarakat tidak dapat dijelaskan atau tidak dapat dipecahkan secara memuaskan dengan
menggunakan pendekatan suatu paradigma. Krisis ini akan mendorong suatu “scientific
kembali paradigma yang ada dan mencoba menemukan paradigma baru yang dapat
memberikan penjelasan dan alternatif pemecahan yang dihadapi secara lebih memuaskan.
Dalam hubungannya dengan perkembangan ilmu administrasi publik, krisis akademis terjadi
beberapa kali sebagaimana terlihat dari pergantian paradigma yang lama dengan yang baru.
Nicholas Henry melihat perubahan paradigma ditinjau dari pergeseran locus dan focus suatu
disiplin ilm. Fokus mempersoalkan “what of the field” atau metode dasar yang digunakan
atau cara-cara ilmiah apa yang dapay digunakan untuk memecahkan suatu persoalan. Sedang
locus mencakup “where of the field” atau medan atau tempat dimana metode tersebut
Berdasarkan locus dan focus suatu disiplin ilmu, Henry membagi paradigma administrasi
Pada tahun 1970an, George Frederickson memunculkan model Administrasi Negara Baru
administrasi negara lama yang cenderung mengutamakan pentingnya nilai ekonomi seperti
efisiensi dan efektivitas sebagai tolok ukur kinerja administrasi negara. Menurut paradigma
Administrasi Negara Baru, administrasi negara selain bertujuan meraih efisiensi dan
Pada tahun 1980 – 1990an muncul paradigma baru dengan berbagai macam sebutan seperti
Paradigma administrasi negara yang lahir pada era tahun 1990an pada hakekatnya berisi
kritikan terhadap administrasi model lama yang sentralistis dan birokratis. Ide dasar dari
model manajemen di dunia bisnis untuk mereformasi birokrasi agar siap menghadapi
tantangan global.
Pada tahun 2003, muncul paradigma New Public Service (NPS) yang dikemukakan oleh
administrasi negara pro-pasar. Ide pokok paradigma NPS adalah mewujudkan administrasi
negara, buku ini membatasi pada empat paradigma yaitu Paradigma Administrasi Negara
Tradisional atau disebut juga sebagai paradigma Administrasi Negara Lama (Old Public
Paradigma Administrasi Negara Lama dikenal juga dengan sebutan Administrasi Negara
Tradisional atau Klasik. Paradigma ini merupakan paradigma yang berkembang pada awal
kelahiran ilmu administrasi negara. Tokoh paradigma ini adalah antara lain adalah pelopor
berdirinya ilmu administrasi negara Woodrow Wilson dengan karyanya “The Study of
Management”
Dalam bukunya ”The Study of Administration”, Wilson berpendapat bahwa problem utama
administrasi negara. Untuk itu, diperlukan ilmu yang diarahkan untuk melakukan reformasi
birokrasi dengan mencetak aparatur publik yang profesional dan non-partisan. Karena itu,
tema dominan dari pemikiran Wilson adalah aparat atau birokrasi yang netral dari politik.
Administrasi negara harus didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen ilmiah dan terpisah
dari hiruk pikuk kepentingan politik. Inilah yang dikenal sebagai konsep dikotomi politik dan
administrasi. Administrasi negara merupakan pelaksanaan hukum publik secara detail dan
terperinci, karena itu menjadi bidangnya birokrat tehnis. Sedang politik menjadi bidangnya
politisi.
Ide-ide yang berkembang pada tahun 1900-an memperkuat paradigma dikotomi politik dan
administrasi, seperti karya Frank Goodnow ”Politic and Administration”. Karya fenomenal
Taylor adalah pakar manajemen ilmiah yang mengembangkan pendekatan baru dalam
manajemen pabrik di sector swasta – Time and Motion Study. Metode ini menyebutkan ada
cara terbaik untuk melaksanakan tugas tertentu. Manajemen ilmiah dimaksudkan untuk
meningkatkan output dengan menemukan metode produksi yang paling cepat, efisien, dan
paling tidak melelahkan.Jika ada cara terbaik untuk meningkatkan produktivitas di sector
industri, tentunya ada juga cara sama untuk organisasi public.Wilson berpendapat pada
hakekatnya bidang administrasi adalah bidang bisnis, sehingga metode yang berhasil di dunia
Teori penting lain yang berkembang adalah analisis birokrasi dari Max Weber. Weber
mengemukakan ciri-ciri struktur birokrasi yang meliputi hirarki kewenangan, seleksi dan
promosi berdasarkan merit system, aturan dan regulasi yang merumuskan prosedur dan
tanggungjawab kantor, dan sebagainya. Karakteristik ini disebut sebagai bentuk kewenangan
Ide atau prinsip dasar dari Administrasi Negara Lama (Dernhart dan Dernhart, 2003) adalah :
Fokus pemerintah pada pelayanan publik secara langsung melalui badan-badan pemerintah.
kebijakan publik
kepada ”elected official” (pejabat/birokrat politik) dan memiliki diskresi yang terbatas dalam
menjalankan tugasnya.
Program publik dilaksanakan melalui organisasi hirarkis, dengan manajer yang menjalankan
Organisasi publik beroperasi sebagai sistem tertutup, sehingga partisipasi warga negara
terbatas
Paradigma ini berkembang tahun 1970an. Paradigma Administrasi Negara Baru (New Public
sebagai disiplin ilmu maupun profesi. Dwight Waldo menganggap administrasi negara berada
dalam posisi revolusi ( a time of revolution) sehingga mengundang para pakar ilmu
administrasi negara dalam suatu konferensi yang menghasilkan kumpulan makalah ”Toward
a New Public Administration : The Minnowbrook Perspective” (1971). Tujuan konferensi ini
adalah mengidentifikasi apa saja yang relevan dengan administrasi negara dan bagaimana
disiplin administrasi negara harus menyesuaikan dengan tantangan tahun 1970an. Salah satu
artikel dalam kumpulan makalah ini adalah karya George Frederickson berjudul ”The New
Public Administration”.
Paradigma New Public Administration pada dasarnya mengkritisi paradigma administrasi
lama atau klasik yang terlalu menekankan pada parameter ekonomi. Menurut paradigma
Administrasi Negara Baru, kinerja administrasi publik tidak hanya dinilai dari pencapaian
nilai ekonomi ,efisiensi, dan efektivitas ,tapi juga pada nilai “social equity” (disebut sebagai
pilar ketiga setelah nilai efisiensi dan efektivitas). Implikasi dari komitmen pada ”social
equity”, maka administrator publik harus menjadi ’proactive administrator’ bukan sekedar
Fokus dari Administrasi Negara Baru meliputi usaha untuk membuat organisasi publik
partisipatif, serta dapat memberikan pelayanan publik secara merata. Karena administrasi
(social equity), maka Frederickson menolak pandangan bahwa administrator dan teori-teori
Paradigma New Public Management (NPM) muncul tahun 1980an dan menguat tahun
1990an sampai sekarang. Prinsip dasar paradigma NPM adalah menjalankan administrasi
negara sebagaimana menggerakkan sektor bisnis (run government like a business atau market
as solution to the ills in public sector). Strategi ini perlu dijalankan agar birokrasi model lama
- yang lamban, kaku dan birokratis – siap menjawab tantangan era globalisasi .
Model pemikiran semacam NPM juga dikemukakan oleh David Osborne dan Ted Gaebler
fasilitator atau supervisor penyelenggaraan urusan publik. Model birokrasi yang hirarkis-
formalistis menjadi tidak lagi relevan untuk menjawab problem publik di era global.
Ide atau prinsip dasar paradigma NPM (Dernhart dan Dernhart, 2003) adalah :
Penggunaan terminologi dan mekanisme pasar , dimana hubungan antara organisasi publik
Administrator publik ditantang untuk dapat menemukan atau mengembangkan cara baru yang
inovatif untuk mencapai hasil atau memprivatisasi fungsi-fungsi yang sebelumnya dijalankan
pemerintah
”steer not row” artinya birokrat/PNS tidak mesti menjalankan sendiri tugas pelayanan publik,
apabila dimungkinkan fungsi itu dapat dilimpahkan ke pihak lain melalui sistem kontrak atau
swastanisasi.
NPM menekankan akuntabilitas pada customer dan kinerja yang tinggi, restrukturisasi
Paradigma New Public Service (NPS) merupakan konsep yang dimunculkan melalui tulisan
Janet V.Dernhart dan Robert B.Dernhart berjudul “The New Public Service : Serving, not
Steering” terbit tahun 2003. Paradigma NPS dimaksudkan untuk meng”counter” paradigma
administrasi yang menjadi arus utama (mainstream) saat ini yakni paradigma New Public
Management yang berprinsip “run government like a businesss” atau “market as solution to
pemerintahan yang demokratis. Misi organisasi publik tidak sekedar memuaskan pengguna
jasa (customer) tapi juga menyediakan pelayanan barang dan jasa sebagai pemenuhan hak
Paradigma NPS memperlakukan publik pengguna layanan publik sebagai warga negara
(citizen) bukan sebagai pelanggan (customer). Administrasi negara tidak sekedar bagaimana
memuaskan pelanggan tapi juga bagaimana memberikan hak warga negara dalam
mendapatkan pelayanan publik. Cara pandang paradigma NPS ini ,menurut Dernhart (2008),
diilhami oleh (1) teori politik demokrasi terutama yang berkaitan dengan relasi warga negara
(citizens) dengan pemerintah, dan (2) pendekatan humanistik dalam teori organisasi dan
manajemen.
urusan publik . Dalam administrasi publik apa yang dimaksud dengan kepentingan publik dan
bagaimana kepentingan publik diwujudkan tidak hanya tergantung pada lembaga negara.
Kepentingan publik harus dirumuskan dan diimplementasikan oleh semua aktor baik negara,
bisnis, maupun masyarakat sipil. Pandangan semacam ini yang menjadikan paradigma NPS
disebut juga sebagai paradigma Governance. Teori Governance berpandangan bahwa negara
atau pemerintah di era global tidak lagi diyakini sebagai satu-satunya institusi atau aktor yang
mampu secara efisien, ekonomis dan adil menyediakan berbagai bentuk pelayanan publik
Sumber :
Tri Kadarwati. 2001. Administrasi Negara Perbandingan. Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
Yeremias T. Keban. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik : Konsep, Teori dan Isu.
Janet V. Dernhart dan Robert B. Dernhart. 2003. The New Public Service : Serving, not
USA.Fifth Edition
jawaban:
Secara garis besar ada dua pendekatan yang dapat diketengahkan untuk mewakili banyak
pandangan
mengenai administrasi negara yang berkaitan dengan etika, yaitu (1) pendekatan teleologi,
tolak
bahwa apa yang baik dan buruk atau apa yang seharusnya dilakukan oleh administrasi, acuan
utamanya adalah nilai kemanfaatan yang akan diperoleh atau dihasilkan, yakni baik atau
buruk dilihat dari konsekuensi keputusan atau tindakan yang diambil. Dalam konteks
administrasi negara, pendekatan teleologi mengenai baik dan buruk ini, diukur antara lain
kesempatan
atau perwujudan kekuasaan organisasi, bahkan kekuasaan perorangan kalau itu menjadi
tujuan administrasi.
Pendekatan ini terdiri atas berbagai kategori, tetapi ada dua yang utama. Pertama adalah
ethical egoism, yang berupaya mengembangkan kebaikan bagi dirinya. Yang amat dikenal
disini adalah Niccolo Machaveavelli, seorang birokrat di Itali pada abad ke-15, yang
menganjurkan bahwa kekuasaan dan survival pribadi adalah tujuan yang benar untuk seorang
administrator pemerintah. Kedua adalah utilitarianism, yang pangkal tolaknya adalah prinsip
kefaedahan (utility), yaitu mengupayakan yang terbaik untuk sebanyak – banyaknya orang.
Prinsip ini sudah berakar sejak lama, terutama pada pandangan – pandangan abad ke-19,
antara lain dari Jeremy Bentham dan John Stuart Mills. Namun, di antara keduanya yaitu
egoism dan utilitarianism, tidak terdapat jurang pemisah yang tajam karena merupakan suatu
seorang birokrat sesungguhnya bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri pada waktu ia
melaksanakan perintah atasanya, yang oleh Chandler (1994) disebut sebagai a disguise act of
ego.
Namun, dapat diperkirakan bahwa dalam masa modern dan pasca modern ini pandangan
utilitarianism
dari kelompok pendakatan teleologis ini memperoleh lebih banyak perhatian. Dalam
pandangan ini yang amat pokok adalah bukan memperhatikan nilai – nilai moral, tetapi
konsekuensi dari keputusan dan tindakan administrasi itu bagi masyarakat. Kepentingan
umum (public interest) merupakan ukuran penting menurut pendekatan ini. Disini ditemui
(1) Siapa yang menentukan apakah sesuatu sasaran, ukuran atau hasil yang dikehendaki
didasarkan
kepentingan umum, dan bukan kepentingan si pengambil keputusan, atau kelompoknya, atau
(2) Di mana batas antara hak perorangan dengan kepentingan umum. Jika kepentingan umum
jika ada perbedaan tajam antara keduanya, maka akan timbul masalah yang lebih rumit.
(3) Bagaimana membuat perhitungan yang tepat bahwa langkah – langkah yang dilakukan
akan
menguntungkan kepentingan umum dan tidak merugikan. Hal ini penting karena kekuatan
dari pendekatan (utilitarianism) ini adalah bahwa karena kekuatan dari pendekatan manfaat
yang sebesar – besarnya dan kerugian yang sekecil – kecilnya, untuk kepentingan masyarakat
secara keseluruhan. Atau dengan kata lain efisiensi. Salah satu jawaban yang juga
berkembang adalah apa yang disebut pilihan (public choice) suatu teori yang berkembang
Pandangan ini berpangkal pada pilihan – pilihan perorangan (individual choices) sebagai
basis dari langkah – langkah politik dan administratif. Memaksimalkan pilihan – pilihan
individu merupakan pandangan teleologis yang paling pokok dengan mengurangi sekecil
mungkin biaya atau beban dari tindakan kolektif terhadap individu. Konsep ini berkaitan erat
dengan prinsip – prinsip ekonomi pasar dan partisipasi masyarakat dalam pengambilan
keputusan. Dengan sendirinya akan ada konflik dalam pilihan – pilihan tersebut, dan
bagaimana mengelola konflik – konflik itu merupakan tantangan pokok bagi administrasi
dalam merancang dan mengelola badan – badan dan program – program publik. Tidak semua
pandangan mengenai etika administrasi menjelang akhir abad ke 20 ini justru berkaitan erat
dengan upaya
menundukkan etika atau moral sebagai prinsip utama (guiding principles) dalam administrasi.
Hal ini merupakan tema dari pendekatan yang kedua, yaitu pendekatan deontologi.
Pendekatan ini berdasar pada prinsip – prinsip moral yang harus ditegakkan karena kebenaran
yang ada
dalam dirinya, dan tidak terkait dengan akibat atau konsekuensi dari keputusan atau tindakan
yang dilakukan.
Asasnya adalah bahwa proses administrasi harus berlandaskan pada nilai – nilai moral yang
mengikat.
Pendekatan inipun, tidak hanya satu garisnya. Yang amat mendasar adalah pandangan yang
bersumber pada falsafah Immanuel Kant (1724-1809), yaitu bahwa moral adalah imperatif
dan kategoris, yang tidak membenarkan pelanggaran atasnya untuk tujuan apapin, meskipun
Berbeda dengan pandangan Kantian tersebut, adapula pandangan relativisme dalam moral
dan
kebudayaan, yang menolak kekuatan dan absolutism dalam memberi nilai pada moral.
Menurut pandangan ini suatu peradaban atau kebudayaan akan menghasilkan sistem nilainya
sendiri yang dapat tapi tidak harus selalu sama dengan peradaban atau kebudayaan lain. Dari
pokok pikiran tersebut berkembang pandangan – pandangan yang disebut situalionism yang
universalism. Situation ethics ini intinya adalah bahwa determinan dari moralitas yang
ditetapkan senantiasa terkait dengan situasi tertentu. Dalam dunia praktik, yang menjadi dua
administrasi, masukkan nilai – nilai moral ke dalam administrasi meruapakan upaya yang
tidak mudah, karena harus mengubah pola pikir yang sudah lama menjiwai administrasi,
seperti yang dicerminkan oleh paham utilitarianism. Oleh karena memang per definisi
administrasi adalah usaha bersama untuk mencapai suatu tujuan, maka pencapaian tujuan itu
merupakan nilai utama dalam administrasi selama ini. Selanjutnya, Fox (1994)
administrasi ini. Pertama, pandangan mengenai keadilan sosial, yang muncul bersama
berkembang konsep administrasi negara baru (antara lain Frederickson dan Hart, 1985).
Seperti telah diungkapkan di atas, menurut pandangan ini administrasi Negara haruslah
secara pro-aktif mendorong terciptanya pemerataan atau keadilan sosial (Social equity).
Pandangan ini tidak lepas dari pengaruh John Rawls (1971), dengan Theory of Justice-nya
yang menjadi rujukan dari berbagai teori pemerataan dan keadilan sosial.
Mereka melihat bahwa masalah yang dihadapi oleh administrasi negara modern adalah
menguntungkan dalam negara. Dengan lain perkataan, secara etika, administrasi harus
membantu yang miskin, yang kurang memiliki pengetahuan dan tidak terorganisasi.
Pandangan ini cukup berkembang meskipun didunia akademik banyak juga yang
mengkritiknya. Kedua, apa yang disebut regime values atau regime norms. Pandangan ini
bersumber dari Rohr (1989), yang berpendapat bahwa etika administrasi negara harus
mengacu kepada nilainilai yang melandasi keberadaan negara yang bersangkutan. Dalam hal
ini ia merujuk pada konstitusi Amerika yang harus menjadi landasan etika administrasi
dinegara itu. Ketiga, tatanan moral universal atau universal moral order (antara lain
Denhardt, 1988, 1994). Pandangan ini berpendapat ada nilai-nilai moral yang bersifat
universal yang menjadi pegangan bagi administrator publik. Masalah disini adalah nilai-nilai
moral itu sendiri banyak dipertanyakan karena beragam sumbernya dan juga beragam
kebudayaan serta
peradabannya seperti telah diuraikan diatas. Berkaitan dengan itu, belakangan ini banyak
kepustakaan etika administrasi yang membahas dan mengkaji etika kebajikan (ethics of
berbicara mengenai karakter yang dikehendaki dari seorang administrator. Konsep ini
merupakan koreksi
terhadap paradigma yang berlaku sebelumnya dalam administrasi, yaitu etika sebagai aturan
termasuk system insentif dan disinsentif serta sanksi-sanksi berdasarkan aturan. Pandangan
karakter individu. Pandangan ini, seperti juga pandangan administrasi negara baru, bersumber
dari konferensi Minnowbrook di New York pada akhir dasawarsa 1960- an, yang ingin
inilah yang diharapkan dapat mengendalikan peran seseorang di dalam organisai sehingga
Tantangan selanjutnya adalah menemukan apa saja nilai-nilai kebajikan itu, atau lebih
tepatnya lagi nilainilai mana yang pokok (cardinal value), dan mana yang menjadi turunan
dikatakan
Hart (1994), agar kebajikan menjadi sentral dalam karakternya sendiri, yang akan
membimbing perilakunya dalam organisasi. Tidak berhenti disitu saja, administrator yang
baik berkewajiban moral untuk mengupayakan agar kebajikan juga menjadi karakter mereka
yang bekerja dibawahnya. Namun, dinyatakannya pula bahwa kebajikan tidak bisa
dipaksakan kepada yang lain karena kebajikan berasal dari diri masing – masing individu
dini, serta
nilai – nilai kebajikan dalam organisasi. Akhirnya, yang teramat penting adalah keteladanan.
Ia sendiri mengakui tidak ada orang yang dapat mencapai tingkat kebajikan ideal, karena itu
Ilmu Administrasi selalu mengikuti perkembangan zaman. Ilmu ini terus mengalami
cakupannya. Dalam artikel saya terdahulu, yang judulnya Bias Istilah Administrasi dan
Manajemen, saya merumuskan definisi Administrasi adalah : proses penataan usaha yang
timbul ketika sekelompok orang yang memiliki tujuan sama kemudian berinteraksi dalam
suatu organisasi, melakukan kerjasama dengan menggunakan instrumen dan sumber yang
mungkin terbatas. Dengan demikian, maka jika syarat-syarat seperti adanya sekelompok
orang, penataan usaha, kerjasama dan tujuan tertentu sudah terpenuhi, maka segala kegiatan
apapun itu bentuknya, sudah muncul apa yang disebut administrasi. Oleh karenanya cakupan
pembelajarannya sangatlah luas. Namun dalam artikel ini, saya hanya akan mencoba
Sebelum memberikan definisi kerja dari administrasi pembangunan, Dr. S.P. Siagian, MPA,
pembangunan meliputi dua pengertian, yaitu administrasi dan pembangunan. Dalam bukunya
dan pelaksanaan itu pada umumnya ditentukan oleh dua orang manusia atau lebih untuk
SP. Siagian mendefinisikan sebagai: “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan
perobahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan
Dari definisi pembangunan menurut Siagian tersebut, maka jelas dapat kita lihat pokok-
pokok ide yang tersurat, yaitu adanya suatu proses yang terus menerus, usaha yang dilakukan
dengan perencanaan, orientasi pada perubahan yang signifikan dari keadaan sebelumnya,
memiliki arah yang lebih modern dalam artian luas yang mencakup seluruh aspek kehidupan
Definisi kerja (working definition) dari Administrasi Pembangunan menurut Siagian adalah
“seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu masyarakat untuk memperbaiki tata kehidupannya
sebagai suatu bangsa dalam berbagai aspek kehidupan bangsa tersebut dalam rangka usaha
administrasi pembangunan yang mudah diingat tanpa mengurangi unsur yang ada, ada
baiknya apabila kita juga melihat pendapat dari para cendekia yang lain.
Menurut Paul Meadows dalam bukunya “Motivation For Change and Development
the public management of economic and social change in term of deliberate public policy.
Kurang lebih artinya sebagai berikut : Administrasi Pembangunan dapat didefinisikan sebagai
kegiatan mengatur masyarakat dibidang ekonomi dan perubahan sosial dalam hal menetapkan
….. rather than the traditional term of Public Administration to indicate the need for a
changes.”
adanya kebutuhan akan suatu proses yang dinamis, terutama sekali merancang untuk
development programmes. For the administration of the development, it is necessary that the
pengembangan, maka perlu bahwa perangkat yang administratif sendiri harus ditingkatkan
untuk merealisir pertumbuhan yang direncanakan ke arah suatu keadaan yang dianggap
Adanya suatu proses. Proses disini berarti suatu usaha yang dilakukan secara terus menerus.
Adanya masyarakat.
Perubahan dan Modernisasi. Yang maksudnya adalah keinginan perubahan kearah yang
lebih baik yang multi dimensi, dari aspek ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan dan
Maka, dengan berpedoman dan tanpa menghilangkan ke 4 (empat) pokok pemikiran diatas,
Jawab :
administrasi.
Reformasi administrasi menurut Lee dan Samonte (Nasucha, 2004) merupakan perubahan
atau inovasi secara sengaja dibuat dan diterapkan untuk menjadikan sistem administrasi
tersebut sebagai suatu agen perubahan sosial yang lebih efektif dan sebagai suatu instrumen
yang dapat lebih menjamin adanya persamaan politik, keadaan sosial dan pertumbuhan
ekonomi. Sedangkan menurut Khan (Guzman et.al., 1992), reformasi administrasi adalah
usaha-usaha yang memacu atau membawa perubahan besar dalam sistem birokrasi negara
yang dimaksudkan untuk mentransformasikan praktik, perilaku, dan struktur yang telah ada
sebelumnya.
administrasi merupakan keinginan atau dorongan yang dibuat agar terjadi perubahan atau
reformasi administrasi publik merupakan suatu proses untuk mengubah struktur ataupun
prosedur birokrasi publik yang terlibat dengan maksud untuk meningkatkan efektivitas
La reforme administrative doit tendre a doter le Pays d’une administration qui, tout en
garantissant a son personnel le benefice des lois sociales, agira avec le maximum d’efficacite
gene et de formalites
Reformasi administrasi harus bertujuan untuk membawa administrasi dalam suatu negara
selain memberikan jaminan hukum bagi para pegawai dalam pelaksanaan tugasnya, juga
menimbulkan biaya yang minimal kepada para wajib pajak, dan pada saat yang bersamaan
yang baru bagi sistem administrasi sehingga mereka akan merubah tujuan, struktur dan
prosedur sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembangunan. Finan (Caiden, 1969)
administrasi diberi makna sebagai respon keorganisasian yang sifatnya otomatis terhadap
fluktuasi atau perubahan kondisi. Lebih lanjut dikatakan bahwa munculnya kebutuhan akan
Caiden (1991) juga menyatakan bahwa reformasi administrasi sebagai upaya yang terus
menerus untuk meningkatkan kinerja (performance) dan kegiatan untuk melakukan perbaikan
atas kesalahan yang dilakukan (correction of wrongdoing).
Sebuah seminar tentang administrative reform and innovations yang diselenggarakan oleh
pemerintah Malaysia bekerja sama dengan Eastern Regional Organizational for Public
diartikan sebagai perbaikan struktur organisasi, akan tetapi meliputi pula perbaikan perilaku
Jadi dapat disimpulkan bahwa reformasi administrasi adalah suatu usaha sadar dan terencana
untuk mengubah:
2. Sikap dan perilaku birokrat, guna meningkatkan efektivitas organisasi atau terciptanya
Dari berbagai definisi reformasi administasi tersebut, dapat ditarik beberapa poin penting
hubungan yang sangat erat dengan inovasi (innovation), agar reformasi administrasi ini dapat
berjalan dengan baik maka dibutuhkan perubahan secara sistemik dan bersifat luas, faktor
administrasi, dan tujuan dari reformasi administrasi adalah untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas.
beberapa ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa reformasi administrasi merupakan
suatu upaya perbaikan yang dilakukan secara terencana dan terus-menerus di segala aspek
Mosher (Leemans) berpendapat bahwa tujuan dari reformasi administrasi adalah merubah
sumber daya manusia, dan melakukan antisipasi terhadap kritikan dan ancaman dari luar.
Menurut Caiden (1969), tugas dari para pelaku reformasi administrasi adalah untuk
meningkatkan kinerja administrasi bagi individual, kelompok, dan institusi dan memberikan
masukan tentang cara-cara yang dapat ditempuh untuk dapat mencapai tujuan dengan lebih
efektif, ekonomis dan lebih cepat. Dror (Zauhar, 2002) berpendapat bahwa reformasi pada
hakekatnya merupakan usaha yang berorientasi pada tujuan yang bersifat multidimensional.
Terdapat 6 (enam) tujuan reformasi yang dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar,
administrasi internal dan tiga tujuan reformasi lainnya berkenaan dengan peran masyarakat di
1. Efisiensi administrasi, dalam arti penghematan uang, yang dapat dicapai melalui
2. Penghapusan kelemahan atau penyakit administrasi seperti korupsi, pilih kasih dan sistem
3. Pengenalan dan penggalakan sistem merit, pemakaian PPBS, pemrosesan data melalui
sistem informasi yang otomatis, peningkatan penggunaan pengetahuan ilmiah dan lain-lain.
Sedangkan tiga tujuan lain yang berkaitan dengan masyarakat adalah:
2. Mengubah pembagian pekerjaan antara sistem administrasi dan sistem politik, seperti
3. Mengubah hubungan antara sistem administrasi dan penduduk, misalnya melalui relokasi
pusat-pusat kekuasaan.
Pollitt (2003) berpendapat bahwa terdapat tiga tujuan untuk melakukan reformasi antara lain:
Terjadinya krisis ekonomi yang melanda dunia yang memaksa pemerintah untuk melakukan
(welfare cost) sedangkan kesempatan untuk menarik pajak baru dari masyarakat menipis.
2. Keinginan untuk memperbaiki kinerja sektor publik. Beberapa pejabat politik dan pejabat
pemerintah percaya bahwa dengan meningkatkan kinerja sektor publik, dapat membantu
3. Menemukan mekanisme baru bagi akuntabilitas publik, hal ini disebabkan adanya berbagai
pola berbeda yang digunakan pejabat pemerintah dan aktor politik dalam melakukan
Sedangkan Hahn Been Lee (Zauhar, 2002) berpendapat bahwa terdapat tiga tujuan
dilakukannya reformasi administasi antara lain:
Keteraturan atau order merupakan kebajikan yang melekat dalam pemerintahan. Apabila
yang ingin dituju adalah penyempurnaan tatanan, mau tidak mau reformasi harus
diorientasikan pada penataan prosedur dan kontrol. Yang sangat diperlukan oleh
administrator dalam era baru ini adalah menghadang agen pembaru. Sebagai konsekuensi
logisnya maka birokrasi yang kokoh dan tegar perlu segera dibangun. Tipe reformasi yang
reform).
Penyempurnaan yang dilakukan adalah dalam bidang teknis dan metode kerja. Teknik dan
metode yang baru ini dapat dikatakan bermanfaat bila bisa mencapai tujuan-tujuan yang lebih
luas. Apabila tujuan dari reformasi administrasi diartikulasikan dengan baik dan secara
efektif diterjemahkan ke dalam berbagai program aksi yang nyata, penyempurnaan metode
akan memperbaiki implementasi program, yang pada akhirnya akan meningkatkan realisasi
pencapaian tujuan. Tipe reformasi yang dilakukan dengan penyempurnaan metode disebut
Penyempurnaan kinerja lebih bernuansa tujuan dalam substansi program kerjanya dari pada
utamanya adalah pada pergeseran dari bentuk ke substansi, pergeseran dari efisiensi dan
masyarakat. Tipe reformasi yang dilakukan dengan penyempurnaan kinerja disebut dengan
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dijabarkan diatas, dapat disimpulkan
bahwa secara umum tujuan reformasi administrasi adalah untuk meningkatkan kinerja
(performance) organisasi.
Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua paradigma besar,
modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen 1995, Larrin 1994, Kiely 1995 dalam Tikson,
dan perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai individu yang menunjang proses
theory) sesuai dengan klassifikasi Larrain (1994). Sedangkan Tikson (2005) membaginya
ketergantungan. Dari berbagai paradigma tersebut itulah kemudian muncul berbagai versi
Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik untuk diperdebatkan.
Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat mengartikan kata pembangunan.
Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah berkembang, mulai dari
perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi
yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu
upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap
warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho
dan Rochmin Dahuri, 2004). Tema pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada
perlunya suatu kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua
adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa
pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh aspek kehidupan.
Ada pun mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan dan hukum yang
terpercaya yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan adil. Tema ketiga mencapai
aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti pembangunan harus berorientasi kepada
seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang
dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain.
Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau
rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh
suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa
lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya
Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran yang
keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-masing
mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang
berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan (Riyadi
transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang
Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai
transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi
menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat
melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa,
sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan
partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering
dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping
adanya perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan
penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional.
ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro
Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah sumua proses
perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan
perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari
berbagai aspek, pemikiran tentang modernisasi pun tidak lagi hanya mencakup bidang
ekonomi dan industri, melainkan telah merambah ke seluruh aspek yang dapat mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, modernisasi diartikan sebagai proses trasformasi dan
perubahan dalam masyarakat yang meliputi segala aspeknya, baik ekonomi, industri, sosial,
Oleh karena dalam proses modernisasi itu terjadi suatu proses perubahan yang mengarah
pada perbaikan, para ahli manajemen pembangunan menganggapnya sebagai suatu proses
pembangunan di mana terjadi proses perubahan dari kehidupan tradisional menjadi modern,
yang pada awal mulanya ditandai dengan adanya penggunaan alat-alat modern,
Selanjutnya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu-ilmu sosial, para
secara ilmiah. Secara sederhana pembangunan sering diartikan sebagai suatu upaya untuk
melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud adalah menuju
arah peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada yang mengasumsikan bahwa
pembangunan adalah juga pertumbuhan. Seiring dengan perkembangannya hingga saat ini
belum ditemukan adanya suatu kesepakatan yang dapat menolak asumsi tersebut. Akan tetapi
untuk dapat membedakan keduanya tanpa harus memisahkan secara tegas batasannya,
sebagai suatu perubahan, mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat
yang lebih baik dari kondisi sekarang, sedangkan pembangunan sebagai suatu pertumbuhan
menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan.”
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat dipisahkan
pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam hal
arti ekonomi, namun berkembang pemikiran, bahwa pembangunan tidak hanya diartikan
dalam arti ekonomi, tetapi pembangunan dilihat sebagai suatu konsep yang dinamis dan
Berbagai istilah yang sering digunakan saling bergantian dalam menjelaskan pengertian
istilah-istilah tersebut tidak sama makna dari arti pembangunan, karena pembangunan
merupakan rujukan semua yang baik, positif, dan menyenangkan. Sementara perubahan,
pertumbuhan, kemajuan, maupun modernisasi dapat saja terjadi tanpa unsur pembangunan.
Dilihat dari arti hakiki pembangunan, pada dasarnya menekankan pada aspek nilai-nilai
kebutuhan hidup, harga diri atau adanya perasaan yang layak menghormati diri sendiri dan
tidak menjadi alat orang lain, kebebasan atau kemerdekaan dari penjajahan dan perbudakan.
Selain itu, arti pembangunan yang paling dalam adalah kemampuan orang untuk
mempengaruhi masa depannya, yang mencakup; kapasitas, keadilan, penumbuhan kuasa dan
kinerja suatu sistem. Menurut Easton (dalam Miriam Budiardjo, 1985), proses sistemik paling
tidak terdiri atas tiga unsur: Pertama, adanya input, yaitu bahan masukan konversi; Kedua,
adanya proses konversi, yaitu wahana untuk ”mengolah” bahan masukan; Ketiga, adanya
output, yaitu sebagai hasil dari proses konversi yang dilaksanakan. Proses sistemik dari suatu
sistem akan saling terkait dengan subsistem dan sistem-sistem lainnya termasuk lingkungan
internasional.
Proses pembangunan sebagai proses sistemik, pada akhirnya akan menghasilkan keluaran
(output) pembangunan, kualitas dari output pembangunan tergantung pada bahan masukan
(input), kualitas dari proses pembangunan yang dilaksanakan, serta seberapa besar pengaruh
lingkungan dan faktor-faktor alam lainnya. Bahan masukan pembangunan, salah satunya
adalah sumber daya manusia, yang dalam bentuk konkritnya adalah manusia. Manusia dalam
pembangunan, manusia sebagai perencana pembangunan, dan manusia sebagai sasaran dari
Secara ilmu, pembangunan ekonomi, politik dapat diklasifikasi secara sosiologis ke dalam
tiga kategori. Pertama, masyarakat yang masih bersifat tradisional; kedua adalah masyarakat
yang bersifat peralihan; dan ke tiga adalah masyarakat maju. Ke tiga kategori tersebut saling
berkaitan, karena berada dalam satu negara. Semua negara di dunia masih mempunyai tiga
kategori tersebut, meskipun dalam negara modern sekalipun. Hanya dalam negara maju lebih
mempunyai kondisi sosial yang stabil, bila dibandingkan dengan kategori dari yang pertama
dan ke dua.
B. Teori Pembangunan
Sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teori-teori pembangunan
Dalam Teori Modernisasi, teori Harrod-Domar melihat masalah pembangunan pada dasarnya
adalah masalah kekurangan modal. Berbeda dengan teori Rostow, yang melihat
pembangunan sebagai proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat
Rostow membagi proses pembangunan menjadi lima tahap, yaitu; masyarakat tradisional,
prakondisi untuk lepas landas, lepas landas, menuju ke dewasaan, dan zaman konsumsi
Teori Modernisasi mendapat kritikan dari Teori Ketergantungan. Andre Gunder Frank
melihat hubungan dengan negara metropolis selalu berakibat negatif bagi negara satelit.
Berbeda dengan pandangan Dos Santos, yang melihat ketergantungan negara satelit hanya
Selanjutnya, Teori ketergantungan mendapat kritik, misalnya dari Teori Artikulasi dan Teori
Sistem Dunia. Kedua teori ini merupakan dua teori baru dalam kelompok teori-teori
menekankan pada konsep formasi sosial yang dikaitkan dengan konsep cara produksi.
Adapun Teori Sistem Dunia melihat bahwa dinamika perkembangan dari suatu negara sangat
yang paling luas digunakan adalah pendekatan pertumbuhan ekonomi, dengan menggunakan
PNB atau PDB sebagai kriteria ukuran keberhasilan pembangunan. Namun, muncul
pendapatan tidak merata pada seluruh penduduk. Secara sederhana pemerataan diukur dengan
berapa besarnya pendapatan yang diterima oleh 40 persen kelompok bawah, berapa besarnya
pendapatan yang diterima oleh 40% kelompok menengah, dan berapa besarnya pendapatan
yang diterima oleh 20% kelompok atas. Indeks Gini merupakan salah satu cara yang biasa
Pendekatan kebutuhan dasar adalah salah satu cara lain untuk melihat tingkat keberhasilan
pembangunan. Indikator yang biasa digunakan adalah Indeks Mutu Kehidupan Fisik atau
Physical Quality of Life Index (PQLI). PQLI mengukur tiga komponen, yaitu; harapan hidup,
kematian bayi, dan melek huruf. Kemudian Sajogyo dan Abustam mencoba menambahkan
satu komponen dari IMH tersebut, yaitu Total Fertility Rate (TFR), yang dinamakan IMH-
Terakhir, pendekatan pembangunan sumber daya manusia adalah suatu model pembangunan
yang mencoba meletakkan diri manusia sebagai unsur mutlak dalam proses pembangunan.
pembangunan lebih demokratis dan partisipatoris. Salah satu indikator yang digunakan
adalah Indeks Pembangunan Manusia. Indeks ini menggabungkan pendapatan nasional dan
dua indikator sosial, yakni melek huruf dan harapan hidup. Jadi bedanya dengan indeks mutu
Contoh pembangunan yang sangat diperlukan dalam pembangunan di indonesia adalah salah
secara berencana dan dilakukan secara berencana pula dari keadaan yang kurang baik,
menuju pada keadaan yang lebih baik. Pembangunan masyarakat ini, meliputi dua dimensi
Model pembangunan ini bertujuan untuk membatasi kesenjangan dalam masyarakat, agar
lebih memungkinkan terjadinya proses partisipasi (empowerment). Hal ini diharapkan terjadi
agar tercipta peluang kepada anggota masyarakat untuk mengaktualisasikan potensi, prakarsa
Ciri-ciri model pembangunan, antara lain; bertolak dari konsep komunitas; menganut prinsip
distribusi kekuasaan yang merata; mengutamakan distribusi pelayanan yang merata kepada
berperan sebagai fasilitator; penekanan kegiatan pada aspek dapat lebih untuk memandirikan
Teori pembangunan masyarakat mencakup tiga pembahasan utama, yakni teori pembangunan
masyarakat sebagai proses; teori pembangunan masyarakat sebagai cara (metode); dan teori
pengelolaan pembangunan. Sistem adalah suatu kesatuan utuh yang terdiri dari berbagai
Bagian-bagian yang ada dalam teori pembangunan masyarakat sebagai proses, yakni input
(masukan), proses konversi, dan output (luaran). Input yang berasal dari lingkungan
(lingkungan fisik dan sosial), selanjutnya dikonversi untuk dijadikan sebagai output proses
pembangunan. Ada satu tahap yang sangat penting pula dalam pendekatan ini, yakni proses
pembangunan, tidak hanya bersifat keikutsertaan secara fisik dalam kegiatan pembangunan,
tetapi yang lebih penting bagaimana melibatkan masyarakat secara mental yang disertai
motivasi dalam program pembangunan. Ini sebabnya dalam kegiatan belajar ini, diutarakan
beberapa metode yang terbukti telah efektif dalam memobilisasi peranserta masyarakat dalam
suatu komunitas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional secara
umum. Pada bagian terakhir kegiatan belajar ini, diuraikan tentang substansi program dan
Teori Sumber daya manusia memandang mutu penduduk sebagai kunci pembangunan dan
mutu sumber daya manusia akan menumbuhkan inisiatif dan kewirausahaan. Teori sumber
fundamental.
kemajuan masyarakat lingkungan dalam aspek material dan spiritual tanpa merombak
persekutuan hidup atas sekelompok manusia dengan karakteristik: terikat pada interaksi
bergabung dalam satu identitas tertentu, taat pada norma-norma kebersamaan, menghormati
hak dan tanggung jawab berdasarkan kepentingan bersama, memiliki kohesi sosial yang
masyarakat beserta sumber daya lokal yang ada. Dan dalam pengembangan masyarakat
hendaknya diperhatikan bahwa masyarakat punya tradisi, dan punya adat-istiadat, yang
melaksanakan perintah agama untuk membantu sesamanya dalam hal kebaikan. Kedua,
adalah pertimbangan kemanusiaan, karena pada dasarnya manusia itu bersaudara. Sehingga
masyarakat, agar mereka dapat hidup lebih baik dalam arti mutu atau kualitas hidupnya.
adalah:
Pendekatan potensi lingkungan, hal ini berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang ada
Pendekatan Kewilayahan, hal ini berkaitan dengan pengembangan terhadap wilayah dalam
arti kesesuaian dengan wilayahnya (desa/kota) terhadap hal yang akan dikembangkan.
Pendekatan politik.
potensi, kekuatan dan kelemahan yang ada dalam masyarakat kemudian dilakukan dengan
Penggunaan indikator dan variabel pembangunan bisa berbeda untuk setiap Negara. Di
Negara-negara yang masih miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan mungkin masih
sekitar kebutuhan-kebutuhan dasar seperti listrik masuk desa, layanan kesehatan pedesaan,
dan harga makanan pokok yang rendah. Sebaliknya, di Negara-negsara yang telah dapat
antara lain pendapatan perkapita (GNP atau PDB), struktur perekonomin, urbanisasi, dan
jumlah tabungan. Disamping itu terdapat pula dua indicator lainnya yang menunjukkan
kemajuan pembangunan sosial ekonomi suatu bangsa atau daerah yaitu Indeks Kualitas
Hidup (IKH atau PQLI) dan Indeks Pembangunan Manusia (HDI). Berikut ini, akan disajikan
1. Pendapatan perkapita
Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB merupakan salah satu indikaor
makro-ekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Dalam
perspektif makroekonomi, indikator ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat
Tampaknya pendapatan per kapita telah menjadi indikator makroekonomi yang tidak bisa
nasional, selama ini, telah dijadikan tujuan pembangunan di negara-negara dunia ketiga.
Seolah-olah ada asumsi bahwa kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara otomatis
Walaupun demikian, beberapa ahli menganggap penggunaan indikator ini mengabaikan pola
distribusi pendapatan nasional. Indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan dan
2. Struktur ekonomi
Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan mencerminkan
transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas sosial. Dengan adanya
dan jasa terhadap pendapatan nasional akan meningkat terus. Perkembangan sektor industri
dan perbaikan tingkat upah akan meningkatkan permintaan atas barang-barang industri, yang
akan diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan tenaga kerja. Di lain pihak ,
3. Urbanisasi
apabila pertumbuhan penduduk di wilayah urban sama dengan nol. Sesuai dengan
penduduk di wilayah urban berbanding lurus dengn proporsi industrialisasi. Ini berarti bahwa
kecepatan urbanisasi akan semakin tinggi sesuai dengan cepatnya proses industrialisasi. Di
Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah satu indicator pembangunan.
4. Angka Tabungan
dan modal. Finansial capital merupakan factor utama dalam proses industrialisasi dalam
sebuah masyarakat, sebagaimana terjadi di Inggeris pada umumnya Eropa pada awal
pertumbuhan kapitalisme yang disusul oleh revolusi industri. Dalam masyarakat yang
memiliki produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui tabungan, baik swasta
maupun pemerintah.
IKH atau Physical Qualty of life Index (PQLI) digunakan untuk mengukur kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat. Indeks ini dibuat indicator makroekonomi tidak dapat memberikan
Misalnya, pendapatan nasional sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh
peningkatan kesejahteraan sosial. Indeks ini dihitung berdasarkan kepada (1) angka rata-rata
harapan hidup pada umur satu tahun, (2) angka kematian bayi, dan (3) angka melek huruf.
Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian b yi akan dapat
menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan keluarga yang
langsung beasosiasi dengan kesejahteraan keluarga. Pendidikan yang diukur dengan angka
melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang memperoleh akses pendidikan
tingginya status ekonomi keluarga akan mempengaruhi status pendidikan para anggotanya.
Oleh para pembuatnya, indeks ini dianggap sebagai yang paling baik untuk mengukur
kualitas manusia sebagai hasil dari pembangunan, disamping pendapatan per kapita sebagai
The United Nations Development Program (UNDP) telah membuat indicator pembangunan
yang lain, sebagai tambahan untuk beberapa indicator yang telah ada. Ide dasar yang
melandasi dibuatnya indeks ini adalah pentingnya memperhatikan kualitas sumber daya
sumberdaya manusia. Dalam pemahaman ini, pembangunan dapat diartikan sebagai sebuah
proses yang bertujuan m ngembangkan pilihan-pilihan yang dapat dilakukan oleh manusia.
Hal ini didasari oleh asumsi bahwa peningkatan kualitas sumberdaya manusia akan diikuti
oleh terbukanya berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan hidup manusia secara bebas.
Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai factor penting dalam kehidupan manusia, tetapi
tidak secara otomatis akan mempengaruhi peningkatan martabat dan harkat manusia. Dalam
hubungan ini, ada tiga komponen yang dianggap paling menentukan dalam pembangunan,
umur panjang dan sehat, perolehan dan pengembangan pengetahuan, dan peningkatan
terhadap akses untuk kehidupan yang lebih baik. Indeks ini dibuat dengagn
mengkombinasikan tiga komponen, (1) rata-rata harapan hidup pada saat lahir, (2) rata-rata
pencapaian pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMU, (3) pendapatan per kapita yang dihitung
attitude dan skills, disamping derajat kesehatan seluruh anggota keluarga dan lingkungannya.
Tujuan akhir dari pembangunan adalah kesejahteraan masyarakat (social welfare) dalam arti
luas (kesejahteraan lahir mapun bathin). Kesejahteraan lahir akan terkait dengan tingkat
kehidupan baik yang menyangkut ekonomi maupun strata sosial, sementara kesejahteraan
bathin akan berkaitan dengan believe system yang ada pada dirinya. Bagaimana manusia
memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance) serta bagaimana
cara dia mengaktualisasikan dirinya (self actualization) sehingga merasa puas (satisfaction).
Dalam dunia Pewayangan sering ada pertanyaan “Urang teh ti mana ?, eukeur naon ?, bade
kamana ?”. Hal ini senada dengan ajaran Islam yang membagi kehidupan manusia meliputi
“Alam arwah, alam dunia, alam barzah, dan alam akhirat”. Manusia sejahtera secara bathin
bila “konsep dirinya merasa puas serta memahami tugas dan fungsinya sebagai khalifah di
muka bumi”. Sebagai khalifah mempunyai tugas memelihara bumi ini agar tidak terjadi
kerusakan, dan fungsinya untuk menjaga keseimbangan alam melalui akal dan pikitran serta
mengatasi tantangan dan hambatan lingkungan alam dan sosialnya. Untuk itu selalu berupaya
hidup dan mengatasi tantangan lingkungan alam dan sosial. Seperti penciptaan kegiatan
lapangan usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penciptaan pendidikan dan
pelatihan untuk meningkatkan daya nalar dan kreativitas agar terjadi akulturasi kebudayaan
Pada saat ini, indikator keberhasilan pembangunan terdiri atas bagaimana tingkat
index/HDI), tingkat pencapaian ekonomi dan tingkat keseimbangan alam (ekosistem). Ketiga
Indeks Pembangunan Manusia merupakan indeks dari angka harapan hidup (AHH), angka
Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), Angka Melek Hurup (AMH), dan kemampuan daya beli
Pertumbuhan Ekonomi (LPE), inplasi, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
perusahaan-dan jasa-jasa lainnya. Keseimbangan alam dan lingkungan berkaitan dengan Laju
kerusakan dan pencemaran lingkungan (polusi udara, air, tanah) yang secara nyata
Terkait dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), ada tiga bidang yang terkait
didalamnya yaitu bidang pendidikan, kaitan dengan capaian Angka Melerek Hurup (AMH)
dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS), bidang kesehatan kaitan dengan Angka Harapan Hidup
(AHH) dan bidang ekonomi kaitan dengan kemampuan daya beli masyarakat (PPP).
Walaupun AMH dan RLS belum menggambarkan kualitas pendidikan secara menyeluruh,
tapi itulah yang disepakati dunia internasional sebagai indikator, dalam hal ini yaitu UNDP.
Permasalahan dan tugas kita adalah bagaimana kita merancang pembangunan agar indikator
tersebut dapat diraih dengan penekanan pada kualitas pendidikan. Inti dari proses pendidikan
adalah tansfer of knowledge and transfer of value. Selain memenuhi standar tersebut, maka
kita perlu memikirkan bagaimana proses pendidikan berjalan dengan pemerataan kesempatan
menuju indikator RLS, kita pikirkan juga bagaimana kualitas proses dalam melakukan tansfer
of knowledge dan transfer of value-nya serta muatan nilai-nilai seperti apa yang disampaikan
sehingga pada gilirannya dapat membentuk kualitas warga belajar/peserta didik yang disatu
sisi dapat mencerminkan budaya masyarakat setempat secara komunal, tetapi juga dapat
mencerminkan komunitas modern yang senapas dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi internasional.
Untuk itu, mungkin fokus kita akan diarahkan kepada: (1) Pemerataan kesempatan belajar
(dengan segala pola dan bentuknya), (2) kualitas proses belajar yang syarat nilai-nilai
(value), (3) Kualitas hasil dengan orientasi pada pembentukan sikap dan kebiasaan (habbit
and attitude), yang pada gilirannya akan membentuk manusia yang berkarakter.
Dalam penangannya tentu tidak berdiri sendiri melainkan dikolaborasikan dengan sistem lain
lingkungan hidup, dengan peningkatan derajat kesehatan, serta membuka diri dengan sistem
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dikarenakan ketiga aspek tersebut di atas,
memiliki interrelasi dan interdependensi, maka dalam perkembangannya harus seiring dan
sejalan. Agar kondisi tersebut dapat dicapai maka perlu suatu kreativitas (melalui nalar,
wawasan, pengetahuan, nurani, keyakinan-keimanan) sehingga melahirkan budaya baru
Oleh karena itu dalam implementasi (pelaksanaan) pembangunan akan banyak dipengaruhi
oleh local community and environment, dalam arti pola dan bentuknya akan tergantung
Masyarakat yang terbelakang masih sangat tradisional sekali. Mereka masih terikat dengan
nilai-nilai asli dan juga masih memiliki kerinduan untuk memelihara nilai-nilai tersebut.
Biasanya selalu dikaitkan dengan kebudayaan atau adat istiadat lokal. Dalam masyarakat
yang tradsional tidak memberikan peluang cukup untuk terjadinya perubahan-perubahan serta
keterbelakangan juga dapat dilihat dari bidang ekonomi dan pendidikan. Penyebab utama
untuk hal ini adalah adanya keterbatasan yang amat parah dalam pendapatan, modal dan
Di Indonesia, hal itu disebabkan karena penyebaran penduduk yang tidak merata dan tingkat
urbanisasi yang sangat tinggi. Tingkat pendapatan buruh tani di pedesaan yang sangat rendah
dan upah buruh di masyarakat industri yang belum mencapai UMR. Gulungtikarnya
Ditambah lagi dengan oportunisme di kalangan elit politik, telah menyebabkan ketidak
stabilan di bidang politik. Hal-hal ini telah menyebabkan terpuruknya ekonomi rakyat dan
ekonomi dibutuhkan aparatur negara yang bersih dan pendidikan masyarakat yang memadai.
cara pandang atau pendekatan (Heaphy,1971). Pertama, menyebutkan bahwa dimensi ruang
dan daerah dalam perencanaan pembangunan adalah perencanaan pembangunan bagi suatu
kota, daerah, ataupun wilayah. Pendekatan ini memandang kota, daerah, ataupun wilayah
sebagai suatu maujud bebas yang pengembangannya tidak terikat dengan kota, daerah,
ataupunwilayah yang lain, sehingga penekanan perencanaannya mengikuti pola yang lepas
dan mandiri. Kedua, bahwa pembangunan di daerah merupakan bagian dari pembangunan
perencanaan pada suatu jurisdiksi ruang atau wilayah tertentu yang dapat digunakan sebagai
bagian pola pembangunan nasional. Ketiga, cara pandang yang melihat bahwa perencanaan
pembangunan daerah adalah instrumen bagi penentuan alokasi sumber daya pembangunan
dan lokasi kegiatan di daerah yang telah direncanakan secara terpusat yang berguna untuk
oleh banyak faktor, disamping sistem pemerintahan, politik, dan ekonomi. Untuk itu,
administrasi pembangunan dalam kaitannya dengan dimensi ruang dan daerah, harus dapat
mencari jawaban tentang bagaimana pembangunan dapat tetap menjaga persatuan dan
kesatuan, tetapi dengan memberikan kewenangan dan tanggung jawab yang cukup pada
daerah dan masyarakatnya. Ada beberapa aspek dari dimensi ruang dan daerah yang
Pertama, regionalisasi atau perwilayahan. Artinya sebagai bagian dari upaya mengatasi
aspek ruang dalam pembangunan, memberikan keuntungan dalam mempertajam fokus dalam
lingkup ruang yang jauh lebih kecil dalam suatu negara. Kedua, yaitu ruang, akan tercermin
dalam penataan ruang. Hal ini pada intinya merupakan lingkungan fisik yang mempunyai
hubungan organisatoris/fungsional antara berbagai macam obyek dan manusia yang terpisah
dalam ruang-ruang. Ketiga, otonomi daerah. Masyarakat pada suatu negara tidak hanya
tinggal dan berada dalam pusat pemerintahan, tetapi juga ditempat-tempat yang jauh dan
terpencil dari pusat pemerintahan. Jika kewenangan dan penguasaan pusat atas sumber daya
menjadi terlalu besar maka akan timbul konflik atas penguasaan sumber daya tersebut. Untuk
menjaga agar konflik tersebut tidak terjadi dan untuk meletakkan kewenangan pada
masyarakat dalam menentukan nasib sendiri sesuai dengan prinsip kedaulatan rakyat maka
masyarakat di daerah menjadi lebih efektif. Keempat, yaitu partisipasi masyarakat dalam
pembangunan. Salah satu karakteristik atau ciri sistem administrasi modern adalah bahwa
pengambilan keputusan dilakukan sedapat-dapatnya pada tingkat yang paling bawah. Dalam
hal ini masyarakat bersama-sama dengan aparatur pemerintah, menjadi stake holder dalam
perumusan, implementasi, dan evaluasi dari setiap upaya pembangunan. Kelima, sebagai
impliksi dari dimensi administrasi dalam pembangunan daerah yang dikaitkan dengan
perencanaan pembangunan harus dipahami bahwa satu daerah berbeda dengan daerah yag
lainnya. Untuk itu, kebijaksanaan nasional harus memahami karakteristik daerah dalam
CIDA (Canadian International Development Agency) seperti dikutip oleh Effendi (1993)
sebagai alat (means) maupun sebagai tujuan akhir pembangunan. Dalam jangka pendek,
dapat diartikan sebagai pengembangan pendidikan dan pelatihan untuk memenuhi segera
yang perlu dilakukan dalam jangka pendek adalah memberikan pendidikan dan latihan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil. Dalam hal ini Effendi (1992) mengemukakan
bahwa meskipun unsur kesehatan dan gizi, kesempatan kerja, lingkungan hidup yang sehat,
pengembangan karir ditempat kerja, dan kehidupan politik yang bebas termasuk pendukung
dalam pengembangan sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan merupakan unsur
Demikian pula Martoyo (1992) mengemukakan bahwa setiap organisasi apapun bentuknya
senantiasa akan berupaya dapat tercapainya tujuan organisasi yang bersangkutan dengan
efektif dan efisien. Efisiensi maupun efektivitas organisasi sangat tergantung pada baik dan
buruknya pengembangan sumber daya manusia/anggota organisasi itu sendiri. Ini berarti
bahwa sumber daya manusia yang ada dalam organisasi tersebut secara proporsional harus
diberikan pendidikan dan latihan yang sebaik-baiknya, bahkan harus sesempurna mungkin.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukan dapat disimpulkan bahwa pengembangan
sumber daya manusia meliputi : unsur kesehatan dan gizi, kesempatan kerja, lingkungan
hidup sehat, pengembangan karir ditempat kerja, kehidupan politik yang bebas, serta
merupakan unsur terpenting dalam pengembangan sumber daya manusia. Sesuai dengan
kesimpulan ini, maka yang dimaksud dengan pengembangan sumber daya manusia melalui
Mengenai arti pentingnya pengembangan sumber daya manusia Heidjrachman dan Husnan
(1993) mengemukakan bahwa sesudah karyawan diperoleh, sudah selayaknya kalau mereka
latihan (training), yang diperlukan untuk dapat menjalankan tugas dengan baik. Kegiatan ini
makin menjadi penting karena berkembangnya teknologi dan makin kompleksnya tugas-
tugas pimpinan.
Hingga hasil temuan dari Taylor sebagai bapak Scientific Management, orang masih
beranggapan bahwa pengembangan pegawai bukanlah tugas dari para pimpinan. Pendapat
yang demikian itu, dalam praktek dewasa ini masih dianut oleh segolongan pemimpin
terlebih-lebih mereka yang belum menyadari betapa peranan pengembangan pegawai itu
sebagai salah satu cara terbaik untuk merealisir tujuan organisasi yang dipimpinnya.
Untuk bahagian yang lebih besar, para pemimpin dewasa ini telah menyadari bahwa
merupakan tugas mereka untuk mengembangkan bawahannya. Jadi dengan demikian jelaslah
perkembangan seorang pegawai dalam suatu organisasi banyak ditentukan oleh pimpinan
atau atasan.
Bahkan pengembangan sumber daya manusia merupakan keharusan mutlak, seperti yang
dikemukakan oleh Siagian (1993) bahwa baik untuk menghadapi tuntutan tugas sekarang
maupun dan terutama untuk menjawab tantangan masa depan, pengembangan sumber daya