Anda di halaman 1dari 22

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR

SUKU DAYAK (KALIMANTAN TENGAH)


DISUSUN OLEH :
FARREL MARIO G.
GITA KRISTI
RHAFY YOMARDI S.
Letak Geografis
Ibu Kota Palangka Raya
Area
- Total luas 157.983 km2
Populasi
- Total 2.680.680 Jiwa (2015)[1]
- Kepadatan 17 jiwa/km2

Letak Wilayah
Propinsi Kalimantan Tengah secara geografis terletak di daerah khatulistiwa,
yaitu 0°45 LU, 3°30 LS, 111 ° BT dan 116° BT.
Luas Wilayah
Luas wilayah 157.983 Km2 mencakup 13 kabupaten dan 1 kota dengan 85
kecamatan terdiri dari 1.340 desa dan 101 keluarahan.
Batas Wilayah
Sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Kaliantan Timur dan Kalimantan
Selatan,
Sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Barat,
Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan
Timur,
Sebelah Selatan dengan Laut Jawa.
Suku Dayak Ngaju

Suku Dayak Ngaju (Biaju) adalah suku asli


di Kalimantan Tengah. Suku Ngaju secara
administratif merupakan suku baru yang
muncul dalam sensus tahun 2000 dan
merupakan 18,02% dari penduduk Kalimantan
Tengah, sebelumnya suku Ngaju tergabung ke
dalam suku Dayak dalam sensus 1930.
SENI ARSITEKTUR DAYAK
• SEKILAS TENTANG DAYAK
• Dayak merupakan nama kolektif untuk demikian banyak suku asli di
Kalimantan, yang sebagian besar menghuni daerah pedalaman. Daerah
hilir atau daerah pantai yang mengitari mereka dihuni oleh orang Melayu,
Banjar, Bugis, Jawa, Madura, dan lain-lain.

• Suku Dayak, sebagaimana suku lainnya , memiliki kebudayaan dan


adat istiadat yang berlaku bagi mereka. Kebudayaan Dayak terus
mengalami perubahan karena pengaruh dari luar dan dalam. Beberapa
program pembangunan dan pembaharuan, kurang menghargai nilai-nilai
budaya yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat Dayak. Pada
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kurang memahami pola
kehidupan dan cara berpikir masyarakat Dayak. Contohnya adalah “rumah
panjang” atau rumah betang orang Dayak, yang dipandang sebagai salah
satu faktor penghambat dalam pembinaan dan pembangunan masyarakat
yang modern.
RUMAH BETANG
• Rumah Betang adalah rumah untuk tempat
tinggal orang-orang Dayak Ngaju dan Dayak Ot-
Danom di Kalimantan Tengah.Biasanya terletak di
daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat
pemukiman suku Dayak, sungai merupakan jalur
transportasi utama bagi suku Dayak untuk
melakukan berbagai mobilitas kehidupan sehari-
hari,seperti pergi bekerja ke ladang dimana
ladang suku Dayak biasanya jauh dari pemukiman
penduduk, atau melakukan aktifitas perdagangan.
Ciri-ciri Rumah Betang yaitu
bentuk panggung dan memanjang.
Panjangnya bisa mencapai 30-150
meter serta lebarnya dapat mencapai
sekitar 10-30 meter, memiliki tiang
yang tingginya sekitar 3-5 meter.
Biasanya Betang dihuni oleh 100 150
jiwa, Betang dapat dikatakan sebagai
rumah suku, karena selain di dalamnya
terdapat satu keluarga besar juga
dipimpin pula oleh seorang Pambakas
Lewu. Bagian dalam Betang terbagi Hal ini dianggap sebagai simbol dari
menjadi beberapa ruangan yang bisa kerja keras untuk bertahan hidup mulai
dihuni oleh setiap keluarga. Pada suku dari matahari terbit hingga terbenam.
Dayak tertentu, pembuatan Semua suku Dayak, terkecuali suku
Rumah Betang atau Rumah Panjang Dayak Punan yang hidup mengembara,
haruslah memenuhi beberapa pada mulanya berdiam dalam
persyaratan, yakni, pada hulunya kebersamaan hidup secara komunal di
haruslah searah dengan matahari rumah Betang yang lazim
terbit dan sebelah hilirnya ke arah disebut Lou, Lamin, Betang, dan Lewu
matahari terbenam. Hante.
KARAKTERISTIK RUMAH BETANG
• Panjang 30-150 m, lebar 10-30 kaki, tinggi tiap lantai 3-5 m,
• Material utama : kayu, besi
• Orientasi terhadap sungai
• Berbentuk rumah panggung
• Tujuan :
-simbolik ( ada 3 tingkatan kehidupan , bawah (neraka),
tengah (tempat manusia beraktivitas), atas (nirwana)
-menghindari musuh hewan buas
-menghindari banjir
-Agar dapat leluasa bekerja seperti menumbuk padi, mengelola
hasil hutan.
Bagian-bagian Rumah Betang
Berdasarkan kepercayaan suku Dayak ada ketentuan khusus dalam peletakan
ruang pada Rumah Betang yaitu:
1. Pusat atau poros bangunan di mana tempat orang berkumpul melakukan
berbagai macam kegiatan baik itu kegiatan keagaman, sosial masyarakat
dan lain-lain maka ruang los, harus berada ditengah bangunan.
2. Ruang tidur, harus disusun berjajar sepanjang bangunan Betang.
Peletakan ruang tidur anak dan orang tua ada ketentuan tertentu di
mana ruang tidur orang tua harus berada paling ujung dari aliran sungai
dan ruang tidur anak bungsu harus berada pada paling ujung hilir aliran
sungai, jadi ruang tidur orang tua dan anak bungsu tidak boleh diapit
dan apabila itu dilanggar akan mendapat petaka bagi seisi rumah.
3. Bagian dapur harus menghadap aliran sungai, menurut mitos supaya
mendapat rezeki.
4. Tangga. Tangga dalam ruangan rumah adat Betang harus berjumlah
ganjil, tetapi umumnya berjumlah 3 yaitu berada di ujung kiri dan kanan,
satu lagi di depan sebagai penanda atau ungkapan rasa solidaritas
menurut mitos tergantung ukuran rumah, semakin besar ukuran rumah
maka semakin banyak tangga
5. Karayan, adalah tempat menyimpan hasil buruan, alat-
alat pertanian, juga tempat hewan peliharaan.
TIANG/KOLOM
• Rumah betang terdiri dari 4 tiang yang disebut tiang agung dan tiap-tiap
tiang mempunyai nama seperti Tiang Bakas disebelah kanan pintu masuk,
Tiang Busu disebelah kiri pintu masuk, Tiang Penyambut sederet dengan
tiang Bakas, Tiang Perambai sederet dengan tiang Busu. Keempat tiang ini
berada pada ruang tengah bagunan karena sesuai kepercayaan suku dayak,
dengan agamanya Kaharingan keempat tiang tersebut melambangkan
turunnya manusia pertama yang diturunkan oleh Ranying Hatala Langit.
Tiang itu sendiri berdiameter 40 cm-80 cm dan terbuat dari kayu ulin(kayu
besi) karena kuat dan tahan lama sehingga cocok untuk konstruksi utama
bangunan Tetapi sekarang terjadi penyerdehanaan karena ketersediaan
bahan.
Lantai
Umumnya Rumah betang menggunakan papan kayu. Tetapi untuk
model jaman sekarang ada beberapa yang mengguanakan
keramik,maupun karpet. Dahulu papan kayu berukuran 6 m x 30cm
dengan pengolahannya sederhana sehingga permukaan yang dihasilkan
tidak rata dan licin,berbeda dengan lantai kayu sekarang yang
berukuran 4 m x 20 cm dengan permukaan yang licin.
TANGGA
Tangga dalam Rumah betang disebut Hejan
yang terbuat dari kayu bulat dan di buat
beruas-ruas untuk tempat kaki memanjat.
Dengan seiringnya waktu tangga tersebut sudah
dibuat seperti tangga yang sudah ada sekarang
yang lebih praktis dan ergonomis .Ada aturan
tersendiri dalam pembuatan tangganya seperti
harus ganjil dan untuk railing tangga pun juga
harus ganjil 1 atau 3. Anak tangga biasanya
mempunyai hitungan mistik yaitu
tonggak(ganjil), tunggak dan tidak boleh jatuh
pada hitungan tinggal (genap). Hitunggan anak
tangga dimulai dari hitungan dari tonggak dan
seterusnya sesuai tinggi rendahnya rumah,
kepala tangga dibuat patung kepala manusia
yang dalam mistiknya sebagai penunggu,
penjaga rumah beserta isi keluarga yang
mendiami agar tidak diganggu oleh roh
ataupun marabahaya.
DINDING
Dinding Rumah Betang terdiri dari dua lapis yaitu bagian dalam dengan kayu
ulin dan bagian luar menggunakan kulit kayu.Jaman dahulu pun dinding tidak
tertutup seluruhnya yaitu hanya setengah tinggi dinding kurang lebih sekitar 280
cm itu karena wanita menjadi tolak ukuran. Suku Dayak dengan wanita berdiri
diatas Luntung (keranjang besar dengan tinggi kurang lebih 80 cm) sehingga di
dapat tinggi dinding dengan tinggi keseluruhan yaitu mencapai 6 m(sampai
plafond).
PINTU
• Penempatan pintu masuk :
Pintu diletakkan di tengah-tengah bangunan seakan akan membelah
bangunan menjadi 2, lalu harus diletakkan pada sisi panjang bangunan
dan pintu harus berada di depan Los(ruang kosong)
• Ukuran pintu:
Ukuran ini merujuk pada penggunaan ukuran tubuh wanita dengan cara
wanita duduk bersandar dan kaki diselonjorkan maka didapat bukaan
pintu sedangkan untuk tinggi, wanita berdiri dan sebelah tangannya
menggapai keatas. Untuk itu tidak ada ukuran baku untuk pintu
• Model :
Baik pintu masuk maupun bilik bentuknya polos.Tetapi untuk jaman
sekarang, ada beberapa yang diukir untuk memperlihatkan status
sosialnya. Adapun tata cara juga dalam membuka pintu yaitu membuka
dengan tangan kiri,karena apabila tamu bermaksud baik maka tangan
kanan di gunakan untuk mempersilahkan mask,dan apabila tamu
bermaksud buruk, maka tangan kanan bisa digunakan untuk menangkis
serangan
JENDELA
• Penempatan jendela :
Penempatan hanya berada pada bagian sisi bagunan saja,dimana 1 bilik hanya
mempunyai satu jendela saja dan setiap ruangan di haruskan mempunyai jendela
sebagai lubang cahaya dan pertukaran
• Ukuran jendela:
Untuk ukuran yang jaman dahulu berukuran 50 cm x60 cmdan untuk yang jaman
sekarang 60 cm x 90 cm.Cara penentuan jendela ini sama seperti pengukuran pintu
dimana pebngukuran menggunakan ukuran tubuh wanita dengan merapatkan siku dan
jadilah untuk bukaannya dan untuk tingginya setinggi dagu wanita saat
berdiri,sedangkan jaman sekarang ukuran bukaan adalah sepersepuluh dari luas lantai
ruangan dan untuk ukuran keatas maksimal 1,92 m
• Bahan jendela :
Bahan jendela nya terdiri dari kayu untuk lapisan dalam dan bagian lapisan luar
menggunakan kulit kayu sedangkan sekarang sudah ada yang menggunakan kaca
karena semakin maju jaman sehingga banyak pilihan.
• Model jendela :
Sama seperti pintu ,karena fungsi nya hanya sebagai pengaman maka dibuat polos,
tetapi seiring perkembangan jaman sama halnya seperti pintu penambahan ukiran-
ukiran pada jendelamampu memberi status sosial dalam masyarakat tersebut.
ATAP
Bagian atap Rumah betang biasanya di ekspos tanpa adanya
plafond,dan berguna untuk sistem cross ventilation dan pengcahayaan
pada rumah kerangka atap yang tinggi juga memungkinkan sirkulasi
udara yang baik,penutup atap menggunakan sirap kayu.
ORNAMEN
Ornamen sendiri biasanya terdapat pada lisplang atap,di atas ambang daun
pintu, dan di daun pintu ataupun jendela,biasanya terdiri dari motif burung
enggan,ular,balangga,dan motif tumbuh-tumbuhan ,selain itu adapula anyaman dan
seni patung berupa manusia dan binatang. Ornamen-ornamen tersebut semata-mata
untuk perlindungan terhadap roh-roh jahat. Seperti :
• Ukiran Asun Bulan, dimana terdapat dua orang bersalaman dengan makna orang
rumah harus ramah terhadap tamu .( ukiran di atas ambang pintu)
• Ukiran Tambarirang Maning Singkap Langit, dimana ukiran menyerupai anjing yang
melambangkan Tatun Hatuen (Raja Palasit),agar Hatuen tidak mengganggu penghuni. (
ukiran di atas ambang pintu)
• Patung berbentuk manusia yang ada pada railing tangga,merupakan simbol penjaga
Rumah Betang, agar roh-roh jahat tidak masuk ke rumah.
• Anyaman rotan yang bermotif batang garing pada tiang agung yang melambangkan
kesejahteraan.
Selain ada maksud didalam ukirannya tetapi ada juga yang hanya sebagai ornamen
seperti :
• Ukiran Naga Pasai , perlambangn Bawi Jata atau Dewa Penguasa Alam Bawah pada
daun jendela dan pintu
• Ukiran Lamantek, perlambangan kesehatan.
Pada bagian depan atau bagian
belakang Betang biasanya terdapat
pula sandung. Sandung adalah
sebuah tempat penyimpanan
tulang-tulang keluarga yang sudah
meninggal serta telah melewati
proses upacara tiwah. Sandung
adalah tempat menyimpan tulang
orang yang sudah meninggal.
Peletakan tulang di sandung
dilakukan setelah Upacara Tiwah.
Bahkan pada beberapa lokasi,
Upacara ini biasanya dilakukan
sandung sudah menjadi sesuatu
oleh Suku Dayak di Kalimantan
yang langka, bahkan dijadikan
yang beragama Hindu
sasaran pencurian benda-benda
Kaharingan. Dengan semakin
bersejarah. Pada desa-desa yang
banyaknya penganut Hindu
pernah menyelenggarakan upacara
Kaharingan yang masuk ke agama
tiwah, maka kita akan melihat di
Kristen dan Islam, maka semakin
tempat tersebut ada sandung.
jarang kita temukan sandung pada
saat ini.
ORNAMEN

PATUNG BERBENTUK ANYAMAN ROTAN YANG


MANUSIA UKIRAN LAMANTEK
BERMOTIF BATANG GARING

Anda mungkin juga menyukai