Tradisi mengatakan bahwa - karena ingin sama dengan Ibu Tuhan - ibunda Fransiskus
menginginkan agar anak pertamanya lahir di dalam sebuah kandang. Demikianlah santo ini
memulai hidupnya dengan berada di antara binatang-binatang jinak, seperti halnya Bayi Yesus.
Ibu dan Anak
Nyonya Pica - ibunda Fransiskus mengajarkan anaknya agar taat kepada Tuhan. Ia juga
menceritakan kepadanya kisah-kisah kepahlawanan sehingga membangkitkan jiwa
petualangan dan menumbuhkan benih-benih kebaikan pada hati Fransiskus kecil.
Sifat Murah Hati
Suatu hari saat Fransiskus muda sedang bekerja di toko ayahnya, ia mengabaikan seorang
pengemis yang meminta-minta di hadapan pintu toko. Menyesal atas kesalahannya, ia segera
mengejar pengemis itu, lalu memberinya banyak hadiah. Mulai saat itulah ia berjanji tak akan
lagi menolak orang yang meminta kepadanya dalam nama Tuhan.
Sukacita Masa Muda
Fransiskus adalah anak orang kaya dan karena itu sering menghabiskan uang
untuk berfoya-foya bersama teman-temannya. Anak-anak muda bangsawan
di Assisi mengasihi dia karena karakternya yang periang dan baik hati, dan
Bernardone, ayahnya, bangga atas anaknya itu karena mendapatkan banyak
teman sesama anak bangsawan.
Alam Mengecewakan Pengagummnya
Setelah mengalami sakit berat dalam waktu lama Fransiskus berjalan-jalan sekeliling kota
Assisi. Pemandangan pegunungan, pepohonan dan padang selama ini selalu menyukakan
hatinya, namun sekarang kesan yang didapatnya hanyalah kekosongan dan kekecewaan. Ia
belum memahami bahwa kesedihannya itu adalah awal dari kerinduan akan Keindahan yang tak
terciptakan.
Siap-siap Berperang
Pada saat itu kaum bangsawan kota Assisi sedang bersiap-siap dalam semacam ekspedisi
perang saudara di bagian selatan Italia. Dipenuhi oleh ambisi mendapatkan gelar ksatria,
Fransiskus ikut dalam ekspedisi itu dengan harapan mempersembahkan kemenangan untuk
kota Assisi dan pada akhirnya menjadi ksatria terkenal.
Peringatan Surgawi
Pada malam setelah keberangkatannya menuju perang, di Spoleto, suatu suara misterius
memperingatkannya karena ia telah mengikuti kehendak manusia alih-alih kehendak
Tuhan. Jiwa muda Fransiskus memahami peringatan ini bahwa Tuhan Allah tidak
menginginkannya menjadi seorang prajurit, dan dengan taat Fransiskus kembali ke Assisi.
Kesadaran Pertama Kali atas Tuan Puteri Kemiskinan
Kembali lagi diantara teman-temannya, Fransiskus pun ikut serta dalam pesta-pesta yang
mereka adakan. Namun tiba-tiba ditengah-tengah keriangan pesta, Fransiskus nampak seperti
orang yang kosong pikirannya. Teman-temannya memanggil tetapi ia tidak mendengarnya;
karena saat itu ia sedang berpikir tentang mempelainya di masa depan, yaitu Tuan Puteri
Kemiskinan.
Di Hadapan Makam Rasul Santo Petrus
Ingin sekali Fransiskus merasakan bagaimana kemiskinan yang sebenarnya, maka ia bertukar
pakaian dengan seorang pengemis yang dijumpainya di dekat pintu masuk Basilika Vatican.
Kemudian ia menghabiskan sepanjang hari itu duduk mengemis di tangga gereja diantara para
pengemis lainnya.
Ciuman Sang Penderita Kusta
Suatu hari Fransiskus bertemu dengan seorang penderita kusta, dan dorongan hatinya
secara alami saat itu adalah menghindari si penderita kusta. Namun karena ingin menuruti
kehendak Tuhan agar mengasihi mereka yang dipandangnya hina sampai saat ini, ia
membalikkan kudanya dan bukan saja memberikan uang kepada penderita kusta itu namun
juga merangkul dan menciumnya dengan lembut. Setelah itu Fransiskus kembali ke
rumahnya dengan sukacita yang sulit diungkapkan dengan kata-kata karena sukacita itu
sangat menguasai perasaannya.
Salib San Damiano
Sementara berdoa dihadapan sebuah salib kuno di San Damiano, Fransiskus mendengar suara
yang berkata, 'Pergilah, Fransiskus, dan perbaikilah gerejaku yang sedang roboh ini.' Sang
Santo, yang mengartikan gereja yang sedang roboh adalah gereja San Damiano, segera
memikirkan cara untuk mematuhi perintah tersebut.
Pemberian yang Ditolak
Setelah menjual beberapa gulungan kain mahal dari toko ayahnya, Fransiskus membawa uang
hasil penjualan tersebut kepada imam San Damiano dan memintanya agar sebuah lampu tetap
dinyalakan di hadapan Salib. Namun Imam itu, karena takut atas kemarahan Bernardone,
menolak pemberian tersebut. Fransiskus pun melemparkan uang itu ke dalam ambang jendela
gereja dan membiarkannya di sana bagai benda yang tak berharga sama sekali.
Kebodohan yang Ilahi
Setelah itu, Fransiskus juga menjadi takut atas kemarahan ayahnya, dan menjauh dari kota
selama beberapa hari untuk bersembunyi. Kemudian karena malu atas tindakan pengecut itu ia
kembali ke Assisi. Teman-teman dekatnya sewaktu melihat dia dengan pakaian compang-
camping, dan wajahnya yang kurus karena berpuasa, menyangka bahwa Fransiskus sudah
menjadi gila. Anak-anak pun meneriaki dan melemparinya dengan batu.
Keputusan Bapak Uskup
Bernardone yang sangat marah atas kelakuan anaknya, menyeretnya ke hadapan Uskup
untuk diadili. 'Fransiskus,' ujar Bapak Uskup, 'jika kamu masih memiliki uang yang menjadi
milik ayahmu, kembalikanlah kepadanya, karena kemarahan ayahmu adalah karena kamu
memberikan uangnya kepada orang miskin.' Fransiskus menjawab, 'Semua yang saya miliki
akan saya kembalikan kepadanya,' ia melepaskan semua pakaiannya dan memberikannya
kepada ayahnya lalu berkata, 'Sekarang saya dapat mengucapkan, Bapa Kami yang ada di
dalam surga.'....
Dalam Perjalanan ke Gubbio
Fransiskus memohon agar diperbolehkan tinggal di suatu biara. Di situ ia diterima bersama
dengan para peziarah miskin lainnya. Dan ia pun membuat dirinya berguna dengan cara
melayani mereka. Dalam beberapa hari kemudian ia pergi ke Gubbio - di sana seorang teman
memberinya jubah pertapa.
Di Gubbio dia menghabiskan waktu di rumah sakit, melayani orang sakit, khususnya penderita
kusta. Terhadap para penderita kusta inilah dia dahulu selalu menghindar. Kini ia melakukan
kasih sayang dan kelemahlembutan kepada mereka.
Memperbaiki San Damiano
Fransiskus tidak lupa atas apa yang pernah dikatakan Salib San Damiano untuk
diperbuatnya. Setelah kembali ke Assisi, ia mengumpulkan batu-batu lalu diangkutnya
sendiri ke San Damiano. Di situ ia bersiap memperbaiki gereja tua tersebut, dengan dibantu
oleh beberapa orang yang baik hati yang kebetulan lewat.
Santapan Malam bagi Sang Pengemis
Suatu hari Fransiskus meminta kepada imam San Damiano yang baik hati yang selama ini
selalu menyediakannya makanan agar tidak perlu lagi repot memberinya makan. Ia pun keluar
dan mengemis makanan dari pintu ke pintu, ketika ia bisa mengatasi rasa jijiknya, ia pun
memakan makanan sisa itu, ia merasakan kelezatan yang belum pernah dirasakannya selama
ini.
Khotbah Pertama Kali
Dia memahami bahwa menjadi tugasnya pula menasihati orang-orang sekotanya agar
menjalani hidup kristiani yang lebih baik. Maka ia pun berkhotbah di jalan-jalan kota
Assisi. Banyak orang mendengarkannya karena ingin tahu, namun banyak pula yang
tersentuh oleh kata-katanya lalu bertobat dan memperbaiki hidup.
Pengamatan Bernardus pada Malam Hari
Bernardus, seorang teman dekat Fransiskus, ingin mengetahui lebih banyak keadaan
Fransiskus sekarang. Maka ia mengundang Fransiskus ke rumahnya agar ia bisa mengamati
tingkah laku Fransiskus lebih dekat. Bernardus mengamati temannya itu sepanjang malam
berdoa. Bernardus pun menjadi yakin akan ketulusan dan kesuciannya.
Memahami Kehendak Tuhan Melalui Injil
Pagi harinya, Bernardus menyatakan bahwa ia ingin mengikuti cara hidup Fransiskus. Teman
mereka yang lain, Petrus, juga bergabung. Lalu bertiga pergi ke Gereja St. Nikolas untuk
berdoa agar memahami kehendak Tuhan. Sebanyak tiga kali mereka membuka Injil dan
'dijawab' bahwa mereka harus merangkul Kemiskinan Suci.
Membagi-bagi Harta Milik
Bernardus adalah orang kaya. Ia menjual semua harta miliknya dan, dengan bantuan Fransiskus,
memberikan semua itu kepada orang-orang miskin di Assisi.
Seorang muda bernama Egidius juga tersentuh dengan cara hidup Fransiskus. Ia mencari
Fransiskus dan menjumpainya sedang berdoa di hutan. Sambil berlutut di hadapan Fransiskus,
Egidius berkata, 'Saudara Fransiskus, saya ingin mengikuti engkau demi kasih pada Allah,'
dan ia pun segera diterima dalam kelompok kecil tersebut.
Misi Pertama Kali
Beberapa saudara lainnya saat itu sudah bergabung dengan kelompok Fransiskus, dan
semuanya berkumpul di Gereja Santa Maria Ratu Para Malaikat. Dari sanalah Fransiskus
mengirim mereka berdua-dua untuk memberitakan Injil di tiap kota dan desa sekitar Assisi.
Sekarang mereka berjumlah 12 orang. Fransiskus menuliskan peraturan hidup singkat untuk
mereka dan memutuskan pergi ke Roma untuk mendapatkan pengesahan atas cara hidup itu.
Sepanjang perjalanan menuju Roma mereka berdoa dan mengumandangkan lagu-lagu pujian.
Di Hadapan Paus Inosentius III
Di Roma, Paus Inosentius III dipertemukan dengan Fransius dan para saudaranya oleh
Kardinal Yohanes dari Santo Paulus. Mereka diterima Paus dengan ramah. Paus
mengesahkan secara lisan peraturan hidup Fransiskus. Mengijinkan mereka
mewartakan pertobatan di manapun dan menjanjikan perlindungan terhadap ordo jika
jumlah anggota bertambah banyak.
Rivo Torto
Dalam waktu singkat mereka tinggal bersama di sebuah gubuk tua di Rivo Torto dekat kota
Assisi. Saat itu Kaisar Jerman sedang dalam perjalanan ke Roma dengan segala kemegahannya
melewati Rivo Torto. Tetapi tidak satupun saudara mengalihkan perhatian mereka dari berdoa
untuk menyambut kaisar kecuali seorang saudara yang memang diutus oleh Fransiskus untuk
menyatakan nasihat kristiani kepada sang kaisar.
Saudari Klara
Pada suatu hari raya gereja para saudara menyiapkan makan malam
yang lebih berbeda daripada biasanya. Hal ini mendukakan hati
Fransiskus yang menganggap tindakan itu bertentangan dengan
Kemiskinan Suci. Dia memasuki ruang makan, di situ dalam pakaian
seorang peziarah miskin, dia duduk memakan roti di lantai. Para
saudaranya akhirnya memahami maksud Fransiskus dan memohon
maaf kepadanya.
Dihadapan Sultan Mesir
Pada saat ini Fransiskus mendirikan Ordo Ketiga para Pentobat, bagi
mereka yang ingin menjalani hidup kesempurnaan namun karena satu
dan lain alasan tidak bisa meninggalkan dunia. Yang pertama
bergabung ke dalam Ordo Ketiga adalah suami-isteri Lukesio dan
Bonadona yang tinggal di kota Poggibonsi.
Peraturan Hidup Fonte Colombo
Natal d
i Greccio
Pada malam Natal, para klerus dan awam diundang oleh Fransiskus
untuk memperingati kelahiran Tuhan Yesus bersamanya. Seekor lembu
jantan, keledai dan sebuah palungan dengan jerami dibawa untuk
diletakkan pada sebuah gua sederhana dimana Misa meriah
dinyanyikan. Kemudian Fransiskus berbicara dengan semangat tentang
kelahiran Yesus, setelah orang-orang melihat seorang bayi tidur di
palungan dan bangun ketika Sang Santo menggendongnya.
Misa Saudara Leo
Pada Pesta Salib Suci, sebelum fajar menyingsing, manusia Allah itu
sedang berdoa di Gunung Alverna. Tiba-tiba ia melihat, terbang dari
surga menuju dirinya, malaikat Serafim, yang membawa figur seperti
Kristus yang Tersalib. Jiwa Fransiskus dipenuhi oleh kasih ilahi, dan
ketika penglihatan itu berakhir, ia menyaksikan kedua telapak tangan,
kaki dan lambungnya mengeluarkan darah seperti kelima luka Sengsara
Tuhan Kita.
Berkat Terakhir dari Santo Fransiskus
TERIMA KASIH