Ayahnya marah besar lalu memukul dan menguncinya di dalam sebuah kamar.
Ibunya jatuh kasihan lalu membebaskan dia dari kurungan itu. Setelah dibebaskan
ibunya, ia kembali ke gereja San Damian. Ayahnya mengikuti dia ke sana,
memukulnya sambil memaksanya mengembalikan uang hasil penjualan kain itu.
Dengan tenang ia mengatakan bahwa uang itu sudah diberikan kepada orang-orang
miskin. Ia juga tidak mau kembali lagi ke rumah meskipun ayahnya menyeret
pulang. Ayahnya tidak berdaya lalu meminta bantuan Uskup Asisi untuk
membujuk Fransiskus agar mengembalikan uang itu. Fransiskus patuh pada Uskup.
Di hadapan Uskup Asisi, ia melucuti pakaian yang dikenakannya sambil
mengatakan bahwa pakaian-pakaian itu pun milik ayahnya. Dan semenjak itu
hanya Tuhan-lah yang menjadi ayahnya. Sang Uskup memberikan kepadanya
sehelai mantel dan sebuah ikat pinggang. Inilah pakaian para gembala domba dari
Umbria, yang kemudian menjadi pakaian para biarawan Fransiskus.
Fransiskus tidak kecut apalagi sedih hati dengan semua yang terjadi atas dirinya. Ia
bahkan dengan bangga berkata: “Nah, sekarang barulah aku dapat berdoa sungguh-
sungguh “Bapa kami yang ada di surga.” Dan semenjak itu Sabda Yesus
“Barangsiapa yang mau mengikuti Aku, ia harus menjual segala harta kekayaa
nnya dan membagikannya kepada orang miskin” menjadi dasar hidupnya yang
baru. Sehari-harian ia mengemis sambil berkotbah kepada orang-orang yang ada di
sekitar gereja San Damiano. Ia menolong orang-orang miskin dan penderita lepra
dengan uang yang diperolehnya setiap hari. Ia sendiri hidup miskin. Kalau ia
berbicara tentang nasehat-nasehat Injil, ia menggunakan bahasa lagu-lagu cinta
yang populer dan bahasa-bahasa puitis. Ia sendiri rajin menyusun puisi-puisi dan
selalu membacakannya keraskeras kalau ia berjalan jalan.
Fransiskus ditahbiskan menjadi diakon dan mau tetap menjadi seorang diakon
sampai mati. Ia tidak mau ditahbiskan menjadi imam. Lebih dari orang-orang lain,
Fransiskus berusaha hidup menyerupai Kristus. Ia. menekankan kemiskinan
absolut bagi para pengikutnya waktu itu. Sebagai tambahan pada kaul kemiskinan,
kemurnian dan ketaatan, ia menekankan juga penghayatan semangat cinta
persaudaraan, dan kesederhanaan hidup. Ordo Benediktin yang sudah lama berdiri
memberi mereka sebidang tanah. Demi sahnya komunitas yang dibentuknya, dan
aturan hidup yang disusunnya, ia berangkat ke Roma pada tahun 1210 untuk
meminta restu dari Sri Paus Innosensius III (1198-1216). Mulanya Sri Paus
menolak. Tetapi pada suatu malam dalam mimpinya, Paus melihat tembuk-tembok
Basilik Santo Yohanes Lateran berguncang dan Fransiskus sendiri menopangnya
dengan bahunya. Pada waktu pagi, Paus langsung memberikan restu kepada
Fransiskus tanpa banyak bicara.
Setelah beberapa lama berada di Tanah Suci, Fransiskus dipanggil pulang oleh
komunitasnya. Selama beberapa tahun, ia berusaha menyempurnakan aturan hidup
komunitasnya. Selain itu ia mendirikan lagi Ordo Ketiga Fransiskan. Ordo ini
dikhususkan bagi umat awam yang ingin mengikuti cara hidup dan ajarannya
sambil tetap mengemban tugas sebagai bapa-ibu keluarga atau tugas-tugas lain di
dalam masyarakat. Para anggotanya diwajibkan juga untuk mengikrarkan kaul
kemiskinan dan kesucian hidup. Kelompok ini lazim disebut kelompok “Tertier”.
Tugas pokok mereka ialah melakukan perbuatan-perbuatan baik di dalam keluarga
dan masyarakat dan mengikuti cara hidup Fransiskan tanpa menarik diri dari dunia.
Ordo Fransiskan ini berkembang dengan pesat dan menakjubkan. Dalam waktu
relatif singkat komunitas Fransiskan bertambah banyak jumlahnya di Italia,
Spanyol, Jerman dan Hungaria. Pada tahun 1219 anggotanya sudah 5000 orang.
Melirlat perkembangan yang menggembirakan ini maka pada tahun 1222, Paus
Honorius III (1216-1227) secara resmi mengakui komunitas religius Fransiskan
beserta aturan hidupnya. Pada tahun 1223, Fransiskus merayakan Natal di daerah
Greccio. Upacara malam Natal diselenggarakan di luar gereja. Dia rnenghidupkan
kembali. gua Betlehem dengan gambar-gambar sebesar badan. Penghormatan
kepada Kanak-kanak Yesus yang sudah menjadi suatu kebiasaan Gereja
dipopulerkan oleh Fransiskus bersama para pengikutnya.
Fransiskus adalah orang kudus besar yang dikagumi Gereja dan seluruh umat
hingga kini. Kebesarannya terletak pada dua hal berikut: kegembiraannya dalam
hidup yang sederhana, menderita lapar dan sakit, dan pada cintanya yang
merangkul seluruh ciptaan. Ketika Gereja menjadi lemah dan sakit karena lebih
tergiur dengan kekayaan dan kekuasaan duniawi, Fransiskus menunjukkan kembali
kekayaan iman Kristen dengan menghayati sungguh-sungguh nasehat-nasehat dan
cita-cita Injil yang asli: kerendahan hati, kemiskinan dan cinta.!