Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH GEREJA MADAGASKAR

LATAR BELAKANG

Madagaskar merupakan pulau yang terbesar didunia. Letaknya ialah disebelah timur
benua Afrika begian selatan dan dipisahkan oleh Selat Mozambique. Lebar selat itu pada bagian
yang tersempit ada 400 km, Panjang pulau itu hampir 1600 km dari utara keselatan, lebarnya dari
timur ke barat lebih dari 400 km dan luasnya lebih dari empat kali pulau Jawa.

Penduduk Madagaskar terdiri dari beberapa suku yang kebanyakan tergolong ras Melayu-
Polynesia. Hanya di pantai barat dijumpai suku-suku yang menampakkan tanda-tanda
seketurunan dengan orang Negro Bantu di Afrika, tetapi jumlahnya lebih sedikit. Suku yang
terutama, yaitu suku Hova, berasal dari Jawa. Mereka mendiami daerah pedalaman dan pantai
timur. Bahasa mereka yang juga menjadi bahasa seluruh Madagaskar memiliki banyak kesamaan
dengan bahasa-bahasa Indonesia. Mengapa terdapat kesamaan dengan bahasa-bahasa Indonesia?

1
Hal itu disebabkan karena menurut catatan sejarah, pulau Madagaskar pertama kali dihuni oleh
pendatang asal Indonesia. Mereka diyakini berlayar sejauh 8000 kilometer dari Kalimantan dan
Sulawesi. Ilmuwan sejauh ini memang belum menemukan bukti fisik, kecuali hasil uji
Mitokondria DNA yang mengungkap garis keturunan penduduk Madagaskar berasal dari
Indonesia. Tiga tahun silam peneliti Universitas Massey, Selandia Baru, menganalisa DNA milik
266 orang. Dalam kelompok tersebut, mereka menemukan bahwa 22 persen memiliki tanda
genetik “orang Indonesia”. Jika sampel DNA ini benar, diperkirakan ada sekitar 30 perempuan
Indonesia yang ikut membentuk populasi awal di Madagaskar.

Mungkin suku Hova pada zaman purbakala telah menaklukkan suku-suku lain dan suku-
suku itu mengasimilasikan diri kepada suku Hova, pada waktu orang-orang kulit putih datang
kesana hanya ada satu kerajaan yang meliputi seluruh pulau itu dan diakui dimana-mana. Suku-
suku di Madagaskar telah mempunyai kebudayaan dan taraf-peradaban yang agak tinggi, rumah-
rumah yang agak baik, cara bercocok tanam yang baik, akan tetapi tulisan tidak ada. Disebelah
barat dan selatan ada suku-suku yang masih primitif, seperti suku Bara, Mahajaly, Tandroy, dan
suku-suku yang lain yang berdarah Afrika, yang kesemuanya disebut suku-suku Sakalava.

Diseluruh Madagaskar ada kira-kira 4,5 juta penduduk. Ibu kota Madagaskar adalah
Tananarive atau Antananarive. Penduduk Madagaskar biasanya disebut Malagasi. Agamanya,
selama belum jadi Kristen adalah agama yang sangat primitif: agama kafir yang sangat animistis.

Sendeling-Sendeling Inggris sebagai Perintis dan Zaman Perburuan

Pada abad ke-15 dan 16 orang-orang Portugis memang berusaha memasukkan agama
Kristen ke Madagaskar tetapi tidak meninggalkan hasil yang menetap. Pada permulaan abad ke-
19 di Inggris mulailah suatu masa, dimana keinsafan sending, dengan pekerjaan Roh Kudus,
berkembang dengan kuat. London Missionary society, suatu perkumpulan sending antar gereja
yang besar pada tahun 1818 dua orang sending ke Madagaskar, David Jones dan Thomas Bevan.
Mereka sementara waktu tinggal di kota pelabuhan Tamatave, tetapi disana kedua sending itu
bersama istri dan kedua anaknya terkena demam rawa yang mengakibatkan 5 dari keenam orang
tersebut meninggal dan hanya David Jones yang masih bertahan.

2
Pada tahun 1820 David Jones kembali ke Madagaskar dan berunding dengan Raja
Radama tentang perdagangan budak. Raja Radama menerima mereka dengan ramah dan
memberi izin tinggal. Jones mulai mendirikan sebuah sekolah kecil, dan langsung menerima
murid yang diantaranya anak laki-laki dari keluarga Radja dan golongan bangsawan. Mereka
diajarkan menulis dengan sebatang kayu kecil pada papan yang diberi abu. Kemudian Raja
Radama sendiri sangat tertarik kepada penganjarannya dan mendirikan sebuah sekolah yang
bagus. Pada tahun 1821, delapan bulan sesudah penandatangan perjanjian perniagaan budak
diutuslah David Griffith.

Kedua sendeling itu mulai menerjemahkan Kitab Suci dalam bahasa Malagasi. Atas
permintaan Jones dan Griffith diutus pula dari Inggris sendeling yang cakap dalam bertukang,
seorang tukan kayu dan pembangun rumah, James Cameron, seorang pemental benang, John
Cumins, seorang pencetak Charles Hovenden (meninggal karena demam), selanjutnya seorang
guru David Johns. Meskipun Hovenden meninggal, Cameron berhasil memasang percetakan itu,
mesin cetak inilah terutama yang sangat mengagumkan.

Pada tahun 1828 sending menerima pukulan yang sangat besar, yaitu meninggalnya Raja
Radama. Kemudian digantikan oleh salah seorang dari keduabelas istrinya yaitu, Ranavalona
(1828-1861). Ranavalona mendukung usaha persekolahan. Namun, ia sangat membenci ajaran
Kristen dan menginginkan agar kebiasaan kafir yang telah terhapus dipakai lagi, ia melarang
serdadu-serdadu dan anak-anak sekolah menjadi Kristen dan pergi ke gereja dan melarang
Perjamuan Kudus karena disitu digunakan anggur.

Tetapi orang-orang Malagasi tidak takut kepada sifat bermusuhan dari Ratu, Imam-imam
dan pembesar di kerajaan. Bahkan timbullah kebagunan rohani dan semangkin banyak yang
pergi kegereja, meskipun berlawanan dengan Ranavalona. Dijemaat-jemat di Tananarive telah
ada dua buah gereja dan beberapa disekitarnya tumbuh dengan pesatnya. Pada tahun 1830
dikeluarkan Perjanjian Baru selengkapnya, dan pada tahun 1836 keluarlah Alkitab yang lengkap.

Ranavalona menjadi murka dan mengeluarkan suatu putusan, bahwa tidak boleh seorang
Malagasi menyembah sesuatu selain berhala-berhala negri itu. Orang Kristen diberi tempo tujuh
hari untuk memilih menyangkal kepercayaannya atau mati. Maka lepaslah taufan pemburuan
orang-orang Kristen di Madagaskar. Mula-mula dengan denda yang berat, kemudian

3
perbudakan, penjara, dan penganiayaan, dan banyak juga orang yang tetap setia kepada Kristen
dibuang kedalam sumur dan dituangi air mendidih.

Akan tetapi perburuan yang dilakukan ratu Ranavalona itu tidak dilanjutkan secara
teratur, tetapi secara bermusim-musim, pada 1837, 1849 dan 1857 perburuan itu sangat
mengerikan dan banyak yang mati karena siksaan dengan berbagai cara yang bengis, dengan
racun, dibakar, dilempari dengan batu, dibuang kejurang, ditusuk dengan lembing, dll.

Ranavalona memiliki watak yang sangat rendah, mudah berubah-ubah sehingga pada
suatu kali Ia menerima dengan ramah tamahnya seorang utusan dari London, William Ellis yang
berhasil mencapai Tananarive setelah dua kali gagal. Pada waktu itu Elis dapat memperkuat
semangat dan iman orang-orang Kristen dan jumlah orang Kristen di Madagaskar bertambah,
meskipun ada pemburuan.

Masa Penyebaran Injil yang Bebas di Madagaskar yang Masih


Merdeka (1861-1895)

Pada tahun 1861 Ranavalona meninggal dan diganti oleh anaknya Radama II (1861-
1863) yang terus mengikrarkan politik yang lain tentang izin masuk bagi orang-orang Barat,
menganjurkan budaya barat, dan juga mengenai agama. Saat diumumkan mengenai kebebasan
beragama merupakan saat-saat yang mengharukan sekali, sewaktu banyak pelarian-pelarian
keluar dari gunung sambil menyanyikan mazmur 126 dan nyayian-nyanyian lainnya.

Sendeling-sendeling mendapat izin datang kembali, William Ellis bahkan membawa


surat-surat dari ratu victoria dan diterima dengan ramah tamah oleh Radama II. Dari sendeling-
sendeling yang terdahulu hanya Cameron yang masih hidup, ia kemabli dan masih dapat
mendirikan sebuah gereja baru ditempat Jones dan Griffith menyaksikan eksekusi kesembilan
orang Kristen dulu.

Radama tidak menjadi Kristen, tetapi selalu baik hati kepada missionary dan mau diberi
pengajaran dan bersabar terhadap teguran yang diberikan kepadanya. Ia adalah pribadi yang

4
lemah dan pada tahun 1863 ia mati terbunuh sewaktu ada pemberontakan di istana. Ia digantikan
oleh istrinya yang bernama rasoherina (1863-1868) yang menganut politik yang serupa.

Pada tahun 1864 telah datang kaum Anglikan, baik dari Church Missionary society,
maupun dari lembaga lain dengan pemufakatan dengan London Missionary Society mereka
menempati bagian utara pulau itu dan terutama berusaha dikalangan suku yang lain dari suku
Hova. Pada tahun 1866 kaum Lutheran juga datang yang dikirim oleh Persekutuan sendeling
Norwegia. Pada tahun 1867 datang pula kaum Quaker, perkumpulan sending mereka di Inggris
bernama Friends. Mereka berkerja sama erat dengan kaum Kongregasionalis dan London
Missionary Society.

Pada tahun 1868 Ratu Rasoherina diganti oleh kemenakan perempuan, bernama
Ranavalona II (1868-1895). Beliau adalah pribadi yang berbeda dengan raja yang senama
dahulu, Ratu ini telah mengenal Yesus sebagai Juruslamatnya dan suaminya yang merupakan
perdana mentrinya dalam hal ini juga sejalan. Pada tahun 1869 beliau dan suaminya dibaptiskan.
Sebelum beliau dibaptiskan, ia menolak dengan tegas pemakaian upacara-upacara kafir kuno
untuk upacara pelantikannya. Dan setelah dibaptis, semua patung-patung dan lambing kekafiran
diseluruh provinsi Imerina dimusnahkan dan dibakar. Diistana kerajaan didirikanlah sebuah
gereja yang dipakai oleh keluarga ratu dan semua pegawai istana.

Di Imerina timbul suatu gerakan massa kepada agama Kristen, yang dibawa oleh
sendeling-sendeling Inggris. Dari tahun 1869-1873 London Missionary Society mengutus 21
orang sendeling baru untuk memimpin gerakan itu.

Ranavalona bermaksud menjadikan Gereja Kongregasionalis menjadi Gereja-negara.


Tetapi dengan demikian terjadilah suatu keganjilan yaitu independentisme Inggris berubah
menjelma menjadi gereja-negara Malagasi.

Pada tahun 1869 di Tannarive didirikan sebuah sekolah Theologia, dan diperlukan segera
para pendeta-pendeta. Kemudian sending berusaha dalam lapangan pengobatan: memang pada
saat itu belum ada rumah sakit yang besar didirikan. Namun, sudah banyak balai pengobatan dan
orang-orang Malagasi dididik untuk ilmu pengobatan.

5
Selama abad ke-19 hubungan antara Inggris dan Preancis sedikit beranjak bermusuhan.
Pada tahun 1883 orang-orang perancis memulai di Madagaskar suatu peperangan yang kacau dan
tidak teratur. Peperangan itu berlangsung sampai tahun 1885 dan diakhiri dengan suatu
perjanjian, dimana Madagaskar berjanji, bahwa segala hubungan luar negri akan diatur oleh
Perancis dan Madagaskar menjadi Negara protektorat Perancis.

Selama pembuangannya Ranavalona berpegang teguh kepada kepercayaannya, ia adalah


anggota yang setia pada jemaat Protestan yang sangat kecil di aldjasair. Nyonya Van Vollenhove,
ibu dari sending Salatiga di Jawa. Mereka berdua bersama-sama melaksanakan persekutuan
orang-orang kudus dan saling memperkuat dengan pengalaman-pengalaman tentang berkat
Allah.

Misi dan Sending di Madagaskar Jajahan Perancis, sampai Meletusnya


Perang Dunia ke-II 1895-19939

Pada tahun 1905 keadaan berubah cepat. Gubernur jendral baru, Victor Augagneur,
adalah seorang sosialis yang sangat anti klerikal, yang menaruh dendam yang sangat mendalam
terhadap segala yang bernama Kristen dan tidak ada tujuannya selain memusnahkan agama
Kristen. Gereja R.K dan Protestan sekarang sama-sama menjadi sasarannya. Dengan terang-
terangan segala dilancarkan untuk menghidupkan kembali kebiasaan kekafiran kuno. Semua
pengajaran keagamaan di semua sekolah seolah-olah dilarang keras. Gereja-gereja tidak boleh
lagi didirikan, diluar gereja dilarang berkhotbah.

Tahun-tahun pemerintahan Augagneur sungguh merupakan pemerintahan ganas bagi


orang-orang Kristen Malagasi. Namun para missionaris yang masuk sebelum 1905 tetap tiinggal
pada pos masing-masing, meskipun mereka sendiri sekarang mengalami perlawanan dari
pemerintahan perancis.

Pada tahun 1913 diadakanlah suatu komperensi antara semua badan-badan sending
Protestan di pulau itu, dimana ditentukan dengan pasti daerah masing-masing dan juga diadakan
kerjasama yang erat. Tiap lima tahun sekali akan diadakan komperensi antara sendeling-
sendeling dan orang-orang Kristen Malagasi yang terkemuka. Pada tahun1934 mereka berhasil

6
mendirikan suatu Gabungan Gereja Protestan Madagaskar, yang dimasuki oleh semua gereja-
gereja dari daerah-daerah yang lain.

Jumlah orang Kristen tetap bertambah, terutama dalam tahun-tahun permulaan


pemerintahan Perancis. Pada tahun 1923 orang R.K telah lebih dari 400.000 dan pada tahun 1933
telah melewati setengah juta. Pada tahun 1925 ditahbiskanlah imam-imam RK. Malagasi yang
pertama, dalam hal ini mereka tidak dapat cepat di Madagaskar. Pada tahun 1937 terbitlah
terjemahan Kitab Suci yang lengkap dalam bahasa Malagasi yang diusahakan oleh kaum Jesuit.

Gereja-gereja di Madagaskar Selama dan Sesudah Perang Dunia Ke-II

Bagi Madagaskar penderitaan itu baru timbul sesudah perang selesai. Setelah berbagai
negri di Asia selatan dan Timur, yang bertahun-tahun, kadang-kadang berdiri dibawah
pemerintahan colonial, menuntut kemerdekaannya dan mencapainya secara damai dan
kekerasan, maka banyak orang Malagasi menganggap bahwa bagi merekapun telah tiba masanya
untuk melemparkan belenggu penjajahan Perancis.

Pada Tahun 1947 pecahlah pemberontakan terhadap pemerintahan Perancis di


Madagaskar. Pemberontakan itu menunjukkan bahwa di Madagaskar masih kuat agama kafir itu.
Imam-imam kafir dan ahli-ahli sihir diberbagai tempat bertindak sebagai pemimpin dan
menghasut orang melakukan perbuatan fanatisme. Hal ini mendapat kritik dari kedua belah
pihak. Kaum nasionalis menuduh orang-orang Kristen bahwa agamanya telah mengubah mereka
menjadi orang Eropah. Perancis berhasil memadamkan pemberontakan itu dengan kekerasan
militer, dan memulangkan ketertiban dan ketentraman diseluruh pulau itu, tetapi hubungan
diantara mereka masih tetap sukar.

Sinode-sinode gereja-gereja Malagasi di Tananarive pada awal tahun 1951 mengirim


pesan yang mendesak agar jumlah sendeling yang diutus ke Madagaskar jangan dikurangi, karna
pemberontakan tersebut menunjukkan bahwa kekafiran itu masih sangat kuat dan gereja-gereja
Malagasi masih memerlukan bantuan sendeling-sendeling untuk mencapai kedewasaan rohani.

7
Pada tahun 1950 didirikanlah Malagasy Lutheran Church dengan kerjasama antara yang
pada hakekatnya telah ada sejak 1888 antara golongan Lutheran Norwegia dan Amerika
memperoleh bentuk Malagasi. Orang-orang Kristen Malagasi menunjukkan pertumbuhan yang
pesat dalam keinsafan tentang tanggung jawab, baik terhadap hidup kegerejaan sendiri maupun
terhadap penyebaran Injil kepada orang-orang kafir.

Jumlah orang Kristen R.K di Madagaskar menurut Kitab tersebut, Juga hampir 841.000.
diantara yang masuk daeerah kongregasionalis diutara dan tengah kira-kira 600.000 dan
diantaranya lebih dari 350.000 di daerah London Missionary Society, lebih dari 250.000 di
daerah Societe de Paris, dan selebihnya kaum Queker.

Di daerah Lutheran selatan ada kira-kira 205.000, antaranya 163.000 dalam daerah
sending Norwegia dan selebihnya didaerah sending Amerika. Jumlah kaum Anglikan terutama
diujung utara sekali kira-kira 31.000 orang. Jumlah pendeta-pendeta Malagasi yang ditahbiskan
dalam daerah Kongregasionalis 700, daerah Lutheran 293 dan daerah Anglikan 58, jumlah
sendeling-sendeling 29, 57 dan 3 dalam dinas pekabaran Injil, sedangkan seluruhnya masih ada
12 orang laki-laki dan 172 wanita dari luar negri yang bekerja dalam dinas sending. Jumlah
orang Kristen seluruhnya lebih sedikit dari 1,5 juta atau lebih sedikit 30% dari semua penduduk.

Metode Pengabaran Injil

 Mendirikan sebuah sekolah


 Menerjemahkan Alkitab kedalam bahasa Malagasi
 Mengirimkan para ahli seperti; sendeling yang cakap dalam bertukang, seorang tukan
kayu dan pembangun rumah, James Cameron, seorang pemental benang, John Cumins,
seorang pencetak Charles Hovenden (meninggal karena demam), selanjutnya seorang
guru David Johns.
 Didirikannya sekolah guru-guru
 Didirikannya Sekolah Theologia
 Mendirikan banyak balai-balai kesehatan dan mengajarkan ilmu pengobatan kepada
orang-orang Madagaskar.

8
Berikut merupakan perkembangan Agama Kristen Di Tahun 2017 menurut religion facts.
Pada tahun 2017 populasi di Madagaskar sebanyak 20,710,000 yang terdiri dari

 Kristen : 17.665,630 (85.3%)

Terdiri dari:

 Protestan : 10.350.000
 Katholik : 4.660.630
 Anglikan : 375.000
 Independen : 1.203.000
 Ortodoks : 20.000
 Sekte marginal : 51.000

 Muslim : 621.300 (3%)

 Hindu : 10.000 (0,05%)

 Agama rakyat : 931.950 (4,5%)

 Tidak beragama : 1.428.990 (6,9%)

9
Kesimpulan

Madagaskar merupakan salah satu pulau terbesar di dunia. Negara ini merupakan negara
yang kontras yang dimana di sepanjang pantai timur, barat dan utara tanahnya sejuk. Suhunya
hangat, curah hujan tahunan terbesar terjadi di utara dan di sepanjang pantai timur. Hujan sedikit
turun di pedalaman pegunungan yang sejuk, dan di selatan panas dan kering. Jantung dari
pedalaman adalah dataran tinggi tengah yang padat pennduduk. Karena suburnya negara ini,
Madagaskar merupakan negara yang kaya dengan hasil buminya sehingga dapat menghasilkan
kopi, tebu, kacang, vanili, tembakau, sisal (serat yang digunakan dalam pembuatan kabel dan
benang), cengkeh, dan kapas. Mungkin karena letak yang strategis ini negara ini menjadi incaran
berbagai negara asing dan juga menjadi tujuan penyebaran agama kristen.

Namun, penyebaran agama kristen di negeri ini tidaklah mudah, bahkan bisa dikatakan
sangat-sangat sulit karena beratnya cobaan yang di hadapi oleh penginjil dan jemaat dari
pemerintahan mereka dan tindakan kekerasan oleh penguasa kolonial.

Kisah penginjilan di Madagaskar ini sangat menarik dan dapat menjadi perenungan bagi
kita semua yang dimana ketika mereka mengalami siksaan fisik seperti Mula-mula dengan
denda yang berat, kemudian perbudakan, penjara, dan penganiayaan, dan banyak juga orang
yang tetap setia kepada Kristen dibuang kedalam sumur dan dituangi air mendidih kemudian
banyak juga yang mati karena siksaan dengan berbagai cara yang bengis, dengan racun, dibakar,
dilempari dengan batu, dibuang kejurang, ditusuk dengan lembing, dll. Namun hal tersebut tidak
meyurutkan Iman jemaat di Madagaskar bahkan penganut agama Kristen semangkin bertambah.
Mereka bahkan semangkin mendekatkan diri kepada Tuhan. Bahkan di tempat
persembunyiannya mereka sengaja menyembunyikan Alkitab di dalam tanah agar tidak ikut di
hancurkan oleh pemerintahan. Walaupun masih ada yang menganut agama kafir akan tetapi
dengan kasih Tuhan dan penyertaan Roh Kudus, agama Kristen terus bertambah dan itu menjadi
kabar sukacita bagi kita semua.

Dari kisah penginjilan ini kita dapat merefleksikan diri bagaimana sebenarnya kita
selama ini menjadi pengikut kristus? Sudahkah kita menjadi jemaat yang taat dan beriman?
Semoga sajian ini dapat membantu kita semangkin dekat dengan Kristus dan memperkuat iman
kita.

10
DAFTAR PUSTAKA

Woltebeek, J. D., Geredja-Geredja di negero-negeri tetangga Indonesia. Djakarta: Badan

Penerbit Kristen, 1959.

http://www.religion-facts.com/id/7

http://www.kembangpete.com/2014/08/28/profil-dan-sejarah-negara-madagaskar/

11

Anda mungkin juga menyukai