Anda di halaman 1dari 16

MADAGASKAR

KELOMPOK 15 :
1. Daniel B. O. Simanjuntak
2. Frido Nainggolan
3. Willyana Panjaitan
Peta Madagaskar
MADAGASKAR
Madagaskar merupakan pulau ke-empat terbesar didunia
setelah Tanah Hijau, Irian dan Kalimantan. Letaknya ialah
disebelah timur benua Afrika begian selatan dan dipisahkan oleh
Selat Mozambique. Lebar selat itu pada bagian yang tersempit
ada 400 km, Panjang pulau itu hampir 1600 km dari utara
keselatan, lebarnya dari timur ke barat lebih dari 400 km dan
luasnya lebih dari empat kali pulau Jawa.
Penduduk Madagaskar terdiri dari beberapa suku yang
kebanyakan tergolong ras Melayu-Polynesia. Hanya di pantai
barat dijumpai suku-suku yang menampakkan tanda-tanda
seketurunan dengan orang Negro Bantu di Afrika, tetapi
jumlahnya lebih sedikit. Suku yang terutama, yaitu suku Hova,
berasal dari Jawa. Mereka mendiami daerah pedalaman dan
pantai timur. Bahasa mereka yang juga menjadi bahasa seluruh
Madagaskar memiliki banyak kesamaan dengan bahasa-bahasa
Indonesia.
Disebelah barat dan selatan ada suku-suku yang
masih primitive, seperti suku Bara, Mahajaly, Tandroy,
dan suku-suku yang lain yang berdarah Afrika, yang
kesemuanya disebut suku-suku Sakalava. Suku-suku di
Madagaskar telah mempunyai kebudayaan dan taraf-
peradaban yang agak tinggi, rumah-rumah yang agak
baik, cara bercocok tanam yang baik, akan tetapi
tulisan tidak ada.
Diseluruh Madagaskar ada kira-kira 4,5 juta
penduduk. Penduduk Madagaskar biasanya disebut
Malagasi (bah. Perancis-Malagache).
1820-1861
Pada permulaan abad ke-19 di Inggris mulailah suatu masa,
dimana keinsafan sending, dengan pekerjaan Roh Kudus, berkembang
dengan kuat. London Missionary society, suatu perkumpulan sending
antar gereja yang besar pada tahun 1818 mengirim dua orang sending
ke Madagaskar, David Jones dan Thomas Bevan. Mereka sementara
waktu tinggal di kota pelabuhan Tamatave, tetapi disana kedua sending
itu bersama istri dan kedua anaknya terkena demam rawa yang
mengakibatkan 5 dari keenam orang tersebut meninggal dan hanya
David Jones yang masih bertahan.
Pada tahun 1820 David Jones kembali ke Madagaskar dan
berunding dengan Raja Radama tentang perdagangan budak. Raja
Radama menerima mereka dengan ramah dan memberi izin tinggal.
Jones mulai mendirikan sebuah sekolah kecil, dan langsung menerima
murid yang diantaranya anak laki-laki dari keluarga Radja dan golongan
bangsawan. Mereka diajarkan menulis huruf-huruf dengan sebatang
kayu kecil pada papan yang diberi abu. Kemudian Raja Radama sangat
tertarik kepada penganjarannya dan mendirikan sebuah sekolah yang
bagus. Pada tahun 1821, delapan bulan sesudah penandatangan
perjanjian perniagaan budak diutuslah David Griffith untuk menemani
David Jones.
Kedua sendeling itu mulai menerjemahkan Kitab Suci dalam bahasa
Malagasi. Atas permintaan Jones dan Griffith diutus pula dari Inggris sendeling
yang cakap dalam bertukang, seorang tukang kayu dan pembangun rumah
(James Cameron) seorang pemental benang (John Cumins), seorang pencetak
(Charles Hovenden (meninggal karena demam)), selanjutnya seorang guru
(David Johns). Meskipun Hovenden meninggal, Cameron berhasil memasang
percetakan itu, mesin cetak inilah terutama yang sangat mengagumkan. Pada
tahun 1828 sending menerima pukulan yang sangat besar, yaitu meninggalnya
Raja Radama. Kemudian digantikan oleh salah seorang dari keduabelas
istrinya yaitu, Ranavalona (1828-1861). Ranavalona mendukung usaha
persekolahan. Namun, ia sangat membenci ajaran Kristen dan melarang
serdadu-serdadu dan anak-anak sekolah menjadi Kristen dan pergi ke gereja
dan melarang Perjamuan Kudus karena disitu digunakan anggur.
Tetapi orang-orang Malagasi tidak takut kepada sifat bermusuhan dari
Ratu, Imam-imam dan pembesar di kerajaan. Bahkan timbullah kebagunan
rohani dan semangkin banyak yang pergi kegereja, meskipun berlawanan
dengan Ranavalona. Dijemaat-jemat di Tananarive telah ada dua buah gereja
dan beberapa disekitarnya tumbuh dengan pesatnya. Pada tahun 1830
dikeluarkan Perjanjian Baru selengkapnya, dan pada tahun 1836 keluarlah
Alkitab yang lengkap.
Kemudian Ranavalona menjadi murka dan mengeluarkan
suatu putusan yang dimana Orang Kristen diberi tempo tujuh hari
untuk memilih menyangkal kepercayaannya atau mati. Maka lepaslah
taufan pemburuan orang-orang Kristen di Madagaskar. Mula-mula
dengan denda yang berat, kemudian perbudakan, penjara, dan
penganiayaan, dan banyak juga orang yang tetap setia kepada Kristen
dibuang kedalam sumur dan dituangi air mendidih. Akan tetapi
perburuan yang dilakukan ratu Ranavalona itu tidak dilanjutkan
secara teratur, tetapi secara bermusim-musim, pada 1837, 1849 dan
1857 perburuan itu sangat mengerikan dan banyak yang mati karena
siksaan dengan berbagai cara yang bengis, dengan racun, dibakar,
dilempari dengan batu, dibuang kejurang, ditusuk dengan lembing,
dll.
Ranavalona memiliki watak yang sangat rendah, mudah
berubah-ubah sehingga pada suatu kali Ia menerima dengan ramah
tamahnya seorang utusan dari London, William Ellis yang berhasil
mencapai Tananarive setelah dua kali gagal. Pada waktu itu Elis dapat
memperkuat semangat dan iman orang-orang Kristen dan jumlah
orang Kristen di Madagaskar bertambah, meskipun ada pemburuan.
1861-1895
Pada tahun 1861 Ranavalona meninggal dan diganti oleh
anaknya Radama II (1861-1863) yang terus mengikrarkan politik yang
lain tentang izin masuk bagi orang-orang Barat, menganjurkan
budaya barat, dan juga mengenai agama. Saat diumumkan mengenai
kebebasan beragama merupakan saat-saat yang mengharukan sekali,
sewaktu banyak pelarian-pelarian keluar dari gunung sambil
menyanyikan mazmur 126 dan nyayian-nyanyian lainnya.
Sendeling-sendeling mendapat izin datang kembali, William
Ellis bahkan membawa surat-surat dari ratu victoria dan diterima
dengan ramah tamah oleh Radama II. Dari sendeling-sendeling yang
terdahulu hanya Cameron yang masih hidup, ia kemabli dan masih
dapat mendirikan sebuah gereja baru ditempat Jones dan Griffith
menyaksikan eksekusi kesembilan orang Kristen dulu.
Radama tidak menjadi Kristen, tetapi selalu baik hati kepada
missionary dan mau diberi pengajaran dan bersabar terhadap
teguran yang diberikan kepadanya. Ia adalah pribadi yang lemah dan
pada tahun 1863 ia mati terbunuh sewaktu ada pemberontakan di
istana. Ia digantikan oleh istrinya yang bernama Rasoherina (1863-
1868) yang menganut politik yang serupa.
Pada tahun 1868 Ratu Rasoherina diganti oleh
kemenakan perempuan, bernama Ranavalona II (1868-
1895). Beliau adalah pribadi yang berbeda dengan raja
yang senama dahulu, Ratu ini telah mengenal Yesus
sebagai Juruslamatnya dan suaminya yang merupakan
perdana mentrinya dalam hal ini juga sejalan. Pada tahun
1869 beliau dan suaminya dibaptiskan. Sebelum beliau
dibaptiskan, ia menolak dengan tegas pemakaian
upacara-upacara kafir kuno untuk upacara pelantikannya.
Dan setelah dibaptis, semua patung-patung dan lambang
kekafiran diseluruh provinsi Imerina dimusnahkan dan
dibakar. Diistana kerajaan didirikanlah sebuah gereja yang
dipakai oleh keluarga ratu dan semua pegawai istana.
Ranavalona bermaksud menjadikan Gereja
Kongregasionalis menjadi Gereja-negara. Tetapi dengan
demikian terjadilah suatu keganjilan yaitu
independentisme Inggris berubah menjelma menjadi
gereja-negara Malagasi.
Pada tahun 1869 di Tannarive didirikan sebuah sekolah
Theologia, dan diperlukan segera para pendeta-pendeta. Kemudian
sending berusaha dalam lapangan pengobatan: memang pada saat
itu belum ada rumah sakit yang besar didirikan. Namun, sudah
banyak balai pengobatan dan orang-orang Malagasi dididik untuk
ilmu pengobatan.
Selama abad ke-19 hubungan antara Inggris dan Preancis
sedikit beranjak bermusuhan. Pada tahun 1883 orang-orang perancis
memulai di Madagaskar suatu peperangan yang kacau dan tidak
teratur. Perancis menaklukkan ibu kota dan Ratu Ranavalona dibuang
ke Alzhasair. Madagaskar menjadi jajahan Perancis dan peperangan
itu berlangsung sampai tahun 1885 dan diakhiri dengan suatu
perjanjian, dimana Madagaskar berjanji, bahwa segala hubungan luar
negri akan diatur oleh Perancis dan Madagaskar menjadi Negara
protektorat Perancis.
Selama pembuangannya Ranavalona berpegang teguh kepada
kepercayaannya, ia adalah anggota yang setia pada jemaat Protestan
yang sangat kecil di aldjasair. Nyonya Van Vollenhove, ibu dari
sending Salatiga di Jawa. Mereka berdua bersama-sama
melaksanakan persekutuan orang-orang kudus dan saling
memperkuat dengan pengalaman-pengalaman tentang berkat Allah.
1895-1939
Pada tahun 1869 terjadi pemberontakan dan banyak
terjadi pertumpahan darah. Pemberontakan ini
berakibat fatal bagi Sending dan orang Kristen
Protestan. Banyak gereja-gereja prostestan dibakar
dan orang-orang Kristen Protestan yang dibunuh oleh
pemberontak. Hal ini terjadi karena Perancis
menganggap negara Inggris merupakan lawan yang
kuat. Ditambah dimana-mana disarankan semboyan,
bahwa RK adalah identik dengan Perancis dan
Protestan dengan Inggris. Dengan segala yang bersifat
Inggris tidak dikehendaki, tidak dapat dipercayai, dan
tidak diterima dipemerintahan kolonial.
Pada tahun 1905 keadaan berubah cepat. Gubernur jendral baru, Victor
Augagneur, adalah seorang sosialis yang sangat anti klerikal. Tahun-
tahun pemerintahan Augagneur sungguh merupakan pemerintahan
ganas bagi orang-orang Kristen Malagasi. Namun para missionaris yang
masuk sebelum 1905 tetap tiinggal pada pos masing-masing, meskipun
mereka sendiri sekarang mengalami perlawanan dari pemerintahan
perancis.
Pada tahun 1913 diadakanlah suatu komperensi antara semua
badan-badan sending Protestan di pulau itu, dimana ditentukan dengan
pasti daerah masing-masing dan juga diadakan kerjasama yang erat.
Tiap lima tahun sekali akan diadakan komperensi antara sendeling-
sendeling dan orang-orang Kristen Malagasi yang terkemuka. Pada
tahun1934 mereka berhasil mendirikan suatu Gabungan Gereja
Protestan Madagaskar, yang dimasuki oleh semua gereja-gereja dari
daerah-daerah yang lain.
Jumlah orang Kristen tetap bertambah, terutama dalam tahun-
tahun permulaan pemerintahan Perancis. Pada tahun 1923 orang R.K
telah lebih dari 400.000 dan pada tahun 1933 telah melewati setengah
juta. Pada tahun 1925 ditahbiskanlah imam-imam RK. Malagasi yang
pertama, dalam hal ini mereka tidak dapat cepat di Madagaskar. Pada
tahun 1937 terbitlah terjemahan Kitab Suci yang lengkap dalam bahasa
Malagasi yang diusahakan oleh kaum Jesuit.
Bagi Madagaskar penderitaan itu baru timbul sesudah
perang selesai. Setelah berbagai negri di Asia selatan dan Timur,
yang bertahun-tahun, kadang-kadang berdiri dibawah
pemerintahan kolonial, menuntut kemerdekaannya dan
mencapainya secara damai dan kekerasan, maka banyak orang
Malagasi menganggap bahwa bagi merekapun telah tiba
masanya untuk melempaskan belenggu dari penjajahan
Perancis.
Pada Tahun 1947 pecahlah pemberontakan terhadap
pemerintahan Perancis di Madagaskar. Pemberontakan itu
menunjukkan bahwa di Madagaskar masih kuat agama kafir itu.
Imam-imam kafir dan ahli-ahli sihir diberbagai tempat bertindak
sebagai pemimpin dan menghasut orang melakukan perbuatan
fanatisme. Hal ini mendapat kritik dari kedua belah pihak. Kaum
nasionalis menuduh orang-orang Kristen bahwa agamanya telah
mengubah mereka menjadi orang Eropah.
Perancis berhasil memadamkan pemberontakan itu
dengan kekerasan militer, dan memulangkan ketertiban dan
ketentraman diseluruh pulau itu, tetapi hubungan diantara
mereka masih tetap sukar.
Sinode-sinode gereja-gereja Malagasi di Tananarive
pada awal tahun 1951 mengirim pesan yang mendesak
agar jumlah sendeling yang diutus ke Madagaskar jangan
dikurangi, karna pemberontakan tersebut menunjukkan
bahwa kekafiran itu masih sangat kuat dan gereja-gereja
Malagasi masih memerlukan bantuan sendeling-
sendeling untuk mencapai kedewasaan rohani.
Pada tahun 1950 didirikanlah Malagasy Lutheran
Church dengan kerjasama antara yang pada hakekatnya
telah ada sejak 1888 antara golongan Lutheran Norwegia
dan Amerika memperoleh bentuk Malagasi. Orang-orang
Kristen Malagasi menunjukkan pertumbuhan yang pesat
dalam keinsafan tentang tanggung jawab, baik terhadap
hidup kegerejaan sendiri maupun terhadap penyebaran
Injil kepada orang-orang kafir.
Jumlah orang Kristen R.K di Madagaskar menurut buku
World Christian Handbook 1957 kira-kira 700.000 dengan 97
imam Malagasi dan 303 imam asing. Jemaat R.K tersebar
hampir diseluruh pulau. Jumlah orang Kristen Protestan di
Madagaskar menurut Kitab tersebut, Juga hampir 841.000.
diantara yang masuk daeerah kongregasionalis diutara dan
tengah kira-kira 600.000 dan diantaranya lebih dari 350.000 di
daerah London Missionary Society, lebih dari 250.000 di daerah
Societe de Paris, dan selebihnya kaum Queker.
Di daerah Lutheran selatan ada kira-kira 205.000,
antaranya 163.000 dalam daerah sending Norwegia dan
selebihnya didaerah sending Amerika. Jumlah kaum Anglikan
terutama diujung utara sekali kira-kira 31.000 orang. Jumlah
pendeta-pendeta Malagasi yang ditahbiskan dalam daerah
Kongregasionalis 700, daerah Lutheran 293 dan daerah Anglikan
58, jumlah sendeling-sendeling 29, 57 dan 3 dalam dinas
pekabaran Injil, sedangkan seluruhnya masih ada 12 orang laki-
laki dan 172 wanita dari luar negri yang bekerja dalam dinas
sending. Jumlah orang Kristen seluruhnya lebih sedikit dari 1,5
juta atau lebih sedikit 30% dari semua penduduk.
Pada tahun 2017 total jumlah populasi agama di
Madagaskar yaitu: 20.710.000. yang terdiri dari
 Kristen : 17.665,630 (85.3%)
Terdiri dari:
Protestan : 10.350.000
Katholik : 4.660.630
Anglikan : 375.000
Independen : 1.203.000
0rtodoks : 20.000
Sekte marginal : 51.000
 Muslim : 621.300 (3%)
 Hindu : 10.000 (0,05%)
 Agama rakyat : 931.950 (4,5%)
 Tidak beragama : 1.428.990 (6,9%)
data ini kami diambil dari Religion Facts

Anda mungkin juga menyukai