Disusun oleh :
- Elina Putri (11180220000038)
- Fauzan Ramadhan ( 111802200000
- Feibriany Eka Budiman (111802200000
- Firly Yuandi (111802200000
- Hanif Maurits. R (111802200000
- Khayatun Najah (111802200000
- Livia Ananda (111802200000
Abstrak
I. Pendahuluan
Kontak antara para nelayan Makassar dengan penduduk suku Australia pernah
terjalin seja 200 tahun lalu, perahu-perahu nelayan Makassar telah mengunjungi pantai
Marege, pantai yang terdapat di antara timur laut Darwin dan teluk Carpentaria untuk
menangkap dan memproses terapang untuk kemudia dijual di pasar komunitas Cina.3
Kontak secara fisik antara Muslim dan Aborig in dimulai dengan datangnya nelayan
Makasar yang mencari teripang di pesisir pantai Northen Teritory, Australia, pada abad
17 M. Kontak ini terjadi lantaran para nelayan ini membangun industri teripang di sana.
Mengenai perihal kapan industri ini ada dan dibangun di Australia, penulis mengambil
1
H.M Dahlan M, “Islam di Australia (tinjauan Historis dan Perkembangan)”, Jurnal al-Hikmah, Vol XXI, No. 1
tahun 2019, hlm. . 15711
2
Dedeh Nur Hamidah, “Peran Komunitas MuslimAustralia dalam Perkembangan Islam di Australia Abad 20 M”
Tamaddun, Vol. 7 , No. 1, Januari - Juni 2019, hlm. . 196
3
M Amin Nurdin, “Pergulatan Kaum Muslim Minoritas; Islam Versus Multikulturalisme dan Sekularisme”,
Jakarta: Ushul Press 2009, hlm .87
pendapat C. C. Macknight yang menyebutkan bahwa industri teripang ini dimulai sekitar
tahun 1700 M dan tetap bertahan di Australia hingga tahun-tahun pertama abad ke 20 M.
Bukti-bukti tertulis langsung dari kepulauan Asia Tenggara mempertegas periode abad 17
sebagai masa perkembangan industri teripang di wilayah tersebut. Bagi para pengamat
seperti Dalrymple atau Forrest pada abad tersebut, teripang merupakan jenis barang
dagangan utama yang umum diperjual belikan.4
Ada juga bukti fisik tentang pengaruh kaum Muslim terhadap kehidupan
Aborigin, gambar-gambar dari batu dan patung-patung di tanah Arnhem Barat biasanya
berwujud perahu dan api yang mendidih. Karakteristik bentuk perahu juga banyak
terdapat di berbagai lukisan-lukisan di batang pohon dan batu-batu karang. Namun
subyek-subyek rinci yang halus dari karya-karya ini diasosiasikan dengan legenda, lagu-
lagu dan benda-benda tua. Mereka merupakan bagian dari keseluruhan pengetahuan.
4
http://indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/penduduk_kebudayaan.html diakses pada 23 Juni 2021
pukul 20:07 WIB
5
M Amin Nurdin, “Pergulatan Kaum Muslim Minoritas; Islam Versus Multikulturalisme dan Sekularisme”,
Jakarta: Ushul Press 2009, hlm. 87
berpencar dan sedikitnya jumlah komunitas menyebabkan tida adanya informasi tentang
identitas mereka.
Imigran dari Afghan ini meninggalkan banyak keturunan yang kini masih hidup di
Australia terutama di Alice Spring. Namun kebanyakan keturunan Afghan ini tidak lagi
mempraktikan Islam. Nama, bahasa, makanan dan gaya hidup mereka sudah
terasimilasikan. Keadaan ini berbalik dari para awal imigran Afghan itu sendiri, mereka
para imigran awal memiliki kebiasaan shalat, memakai gamis dan sorban di kepala,
menghindari minuman keras, memisahkan diri dari wanita. Selain shalat, mereka juga taat
berpuasa meski mereka harus tetap bekerja.6
Periode Keempat : Masuknya kaum Muslim Imigran dari berbagai manca negara
Pada periode setelahnya, muslim datang dari para imigran yang datang dari
berbagai negara dengan latar belakang alasan dan tujuan. Di antaranya:
Muslim Melayu yang mulai pada tahun 1850 M dan berlanjut sampai 1930 M.
Gelombang migrasi ini membawa orang orang Melayu Muslim ke Timur-laut, utara
dan barat-laut pantai Australia. Orang orang Melayu ini datang sebagai penyelam
6
Dedeh Nur Hamidah, “Peran Komunitas MuslimAustralia dalam Perkembangan Islam di Australia Abad 20 M”
Tamaddun, Vol. 7 , No. 1, Januari - Juni 2019, hlm. 197
mutiara dan sebagai buruh-kontrak di perkebunan tebu di Australia Barat.13 Menurut
sensus koloni pada tahun 1871 mencatat bahwa ada sekitar 149 orang Melayu yang
bekerja di Australia sebagai penyelam mutiara di Australia.14 Imigran dari Malaysia
ini selain bekerja sebagai penyelam mutiara di pedalaman laut, ada juga yang bekerja
di pertambangan Australia Selatan, pertanian dan berkebun di ladang tebu di
Queensland. Meskipun permintaan tinggi untuk pekerja Melayu di Australia, namun
pengenalan Undang-undang Pembatasan Imigrasi pada tahun 1901 sangat membatasi
pertumbuhan komunitas ini.15 Tahun 1901 ada 932 penyelam mutiara Malaysia di
Australia. 7
Pada sekitar tahun 1960 M dan sekitar tahun 1970 M dalam jumlah yang cukup besar
terjadi migrasi Muslim dari Lebanon ke Australia. Migrasi pertama bangsa Lebanon
ke Australia terjadi pada sekitar tahun 1880-an. Gelombang kedua migrasi Bangsa
Lebanon ke Australia terjadi antara tahun 1947 M sampai dengan 1975 M, terutama
setelah terjadi perang antara bangsa Arab dan Israel pada tahun 1967 M. Gelombang
ketiga terjadi pada tahun 1976 M setelah terjadi perang sipil di Lebanon
Setelah Perang Dunia II, imigrasi Turki ke Australia tidak meningkat secara
signifikan seperti imigran dari Lebanon. Pada tahun 1966 ada kurang dari 1.000 orang
kelahiran Turki di Australia. Hal ini terjadi karena dampak persoalan White Australia
Policy. Namun, saat migrasi dari Eropa mengalami penurunan, maka pertimbangan
untuk menerima kembali imigran dari Turki tersebut dipertimbangkan oleh
pemerintah. Pada saat yang sama, Pemerintah Turki mendorong emigrasi untuk
mengatasi pengangguran dan kepadatan penduduk yang berlebihan.
Populasi Muslim yang berimigrasi ke Australia dari wilayah yang sekarang diakui
sebagai Bosnia-Herzegovina tergolong sedikit sampai setelah Perang Dunia II. Pada
tahun 1960-an dan 1970-an meningkatnya pengangguran di Republik Federal Sosialis
Yugoslavia kemudian menyebabkan pemerintah untuk meringankan pembatasan
emigrasi, yang memungkinkan peningkatan jumlah yang bermigrasi ke Australia.
Para imigran ini kemudian banyak yang menetap di Victoria.8
Hingga tahun 1947 M, Pakistan adalah negara bagian dari India yang diperintah oleh
penjajah Inggris. Imigran dari wilayah ini mulai berdatangan di Australia selama
pertengahan abad kesembilan belas, sebagian besar datang sebagai kamuflase disewa
7
Ibid, hlm. 198
8
Anonimous. History of Immigration from Bosnia. https://www.google.com/search?
q=google+translate&ie=utf8&oe=utf-8&client=firefox-b.
untuk kontrak jangka pendek. Namun banyak juga yang akhirnya menetap secara
permanen di Australia. Seperti para penunggang unta 'Afghan', mereka memainkan
peran penting dalam eksplorasi dan pengembangan area yang luas di Australia bagian
dalam Pada tahun 1901, ketika Undang-undang Pembatasan Imigrasi (dikenal sebagai
White Australia POlicy) diterapkan, populasi imigran dari Pakistan menjadi
berkurang, karena banyak dari mereka yang memutuskan meninggalkan Australia dan
kembali ke negara asal mereka.
B. Komunitas Muslim di Australia
Sebagian besar umat Islam yang tinggal dan menetap di Australia adalah kaum
imigran. Hal ini dapat menyimpulkan bahwa Muslim di Australia memiliki
keanekaragaman suku dan budaya. Saat ini bukan hanya masjid yang menjadi simbol
umum ke-islaman di Australia, tetapi dapat dilihat juga dari organisasi Muslim yang
ada di sana. Hingga saat ini Ada beberapa organisasi-organisasi Islam yang didirikan
oleh komunitas muslim berdasarkan asal negaranya. Misalnya, umat Islam Turki lebih
banyak berkumpul dengan sesama Muslim Turki dan selanjutnya membangun masjid
yang dikelola berdasarkan adat istiadat Turki. Meski organisasi organisasi Islam telah
banyak didirikan di negara-negara bagian Australia, namun sampai awal tahun 1960-
an, mereka sudah tidak melakukan pembentukan organisasi Muslim bersifat nasional
yang mampu menyatukan mereka, menyelesaikan persoalan mereka, serta
menggabungkan mereka dalam satu komunitas muslim yang dinamis. Hingga pada
suatu peristiwa terjadi tahun 1961. Ketika pemimpin keagamaan komunitas muslim
Adelaide, Imam Ahmad Shaka mengajukan kepada pemerintah Federal Australia
untuk menjadi penyelenggara pernikahan bagi Muslim seperti penyelenggaraan yang
dilakukan pendeta bagi pernikahan orang Kristen9. Namun permintaan itu sayangnya
ditolak oleh pemerintah Federal Australia dan ketua pengadilan menyatakan: “saya
tidak akan mengizinkan seorang Muslimpun untuk mengawini siapapun di negri ini.
Penolakan tersebut merupakan pukulan penghinaan bagi komunitas muslim imigran
baru. Saat kejadian ini di Australia sudah ada kurang lebih sekitar sepuluh komunitas
Muslim yang terorganisir di Adelaide, Melbourne, Shapperton, Sydney, Brisbane, dan
Mareeba. Mereka melakukan pertemuan umum pada April 1963 dengan
menghadirkan perwakilan dari setiap organisasi dalam rangka membahas penghinaan
yang tengah terjadi bagi komunitas Muslim. Dari pertemuan ini Federasi
9
Dedeh Nur Hamidah, PERAN KOMUNITAS MUSLIM AUSTRALIA DALAM PERKEMBANGAN ISLAM DI ASUTRALIA
ABAD 20 M, Vol. 7 , No. 1, Januari - Juni 2019
Perkumpulan Islam Australia (AFIS) didirikan. AFIS merupakan oganisasi Federasi
perkumpulan Islcam Australia yang pada tahun 1975 diubah menjadi Federasi Dewan
Islam Australia (AFIC). Jadi, setiap negara bagian dan teriatori Australia sekarang
membentuk dewan Islam dan setiap dewan terbentuk dari sejumlah perkumpulam
Muslim.
10
Indriana Kartin. MINORITAS MUSLIM DI AUSTRALIA
c) Mengadakan kerjasaama dengan Pemerintah Australia dalam proses penyembelihan
hewan-hewan yang dagingnya aakan diekspor ke nagara-negara Islam.
d) Mengangkat imam-iamam masjid yang berada di Australia. Imam-imam masjid yang
diangkat oleh AFIC ini digaji oleh pemerintah Saudi Arabia.
e) Mengusahakan dana adari negara-negara Arab, terutama dari Saudi Arabia untuk
pembangunan masjid-masjid dan Islamic Center.
f) Mengusahakan agar huakum-hukum Islam yang berkaitan dengan keluarga, seperti
perceraian, perkawinan,a kuburan Islam, hari libur, dan hari-hari Islam diakui oleh
pemerintah.
3. Moslem Women’s Center (MWA) Moslem Woamen’s Center (Pusat Wanita Islam)
adalah organisasi Islam yang didirikan dengan tujuan untauk memberikan pelajaran
keislaman bagi kaum Wanita. Organisasi ini juga aktif dalam menyelenaggarakan
pertemuan Islam dan berbagai kegiatan sosial yang konstruktif. Selain itu, organisasi
aini juga menerbitkan majalah bulanan yang isinya memuat tentang Islam itu sendiri,
pengeratian dan hakikatnya, kisah tentang masuknya mu’allaf wanita Australia yang
berlatar belakang aKristen dan hal-hal yang berkaitan dengan Islam dan Muslim.
Selain memberikan pemahamana tentang Islam kepada kaum wanita, organisasi ini
juga membantu kaum wanita untuk belajar bahasa Inggris terutama bagi mereka yang
baru datang ke Australia dan memiliki kemaampuan bahasa Inggris yang kurang.
Untuk memudahkan mereka hidup dan bergaul dengan waraga Australia yang rata-
rata menggunakan bahasa Inggris dan terkadang untuk mempermaudah saat mencari
pekerjaan.
C. Masjid-masjid di Australia
Masjid Adelaide
Turut dikenal sebagai “Afghan Chapel”, Masjid Adelaide merupakan masjid tertua di
Australia yang masih berfungsi hingga kini. Masjid tersebut memiliki makna nasional.
Bahkan, menurut situs resminya, juga dianggap sebagai salah satu dari sedikit
peninggalan imigrasi warga Afghanistan ke Australia Selatan. Hal tersebut yang
menciptakan adanya budaya Afghanistan dan Islam di sana. Awalnya, Masjid
Adelaide didirikan oleh sekelompok penunggang unta dari Afghanistan dan India
Utara. Masjid tersebut didirikan pada sekitar tahun 1888 – 1889.Berawal dari dua
masjid yang dimapatkan.
Gaya arsitekturnya mencerminkan gaya bangunan tempat asal para penunggang unta
tersebut yaitu Afghanistan, Baluchistan, dan India Barat Laut yang kini merupakan
bagian dari Pakistan. Selanjutnya, dua masjid tersebut dibangun menjadi Masjid
Adelaide yang dipimpin oleh Haji Mullah. Mullah merupakan bagian dari
penunggang unta pertama yang tiba di selatan Australia pada 1865. Masjid Adelaide
pun selanjutnya menjadi tempat beribadah para migran Muslim asal Lebanon,
Pakistan, Indonesia, Malaysia, dan beberapa area bekas Yugoslavia. Masjid Adelaide
terletak di 28/20 Little Gilbert St, Adelaide SA 5000.
Masjid Bilal Bin
Rabbah
Masjid ini tergolong megah di Australia, dengan arsitektur bangunan mirip seperti
masjid-masjid di Timur Tengah. Berlokasi di Melbourn, tepatnya di Walker Street
Newport no 1, tak heran jika masjid ini banyak didatangi oleh para wisatawan
muslim, baik dengan tujuan ibadah maupunberwisata.
Masjid sunshine
Australia tidak mempunyai agama nasional yang resmi dan rakyat bebas untuk
memeluk agama apa pun yang mereka pilih, selama mereka mematuhi hukum.
Penduduk Australia juga bebas untuk tidak memeluk agama.Australia adalah Negara
dengan mayoritas penduduknya beragama Kristen, dengan sekitar 64 persen
penduduk Australia mengaku beragama Kristen. Namun, sebagian besar agama utama
juga memiliki penganut, yang mencerminkan masyarakat Australia yang
beranekaragam secara budaya.
Kebebasan agama dijamin oleh pasal 116 Undang- Undang Dasar Australia,
yang melarang pemerintah federal untuk membuat undang-undang mendirikan agama,
memaksakan ajaran agama, atau melarang pelaksanaan ajaran agama dengan bebas.
Orang bebas menyatakan keanekaragaman pandangan, selama mereka tidak
memancing kebencian agama11.Pemerintah Australia juga berbulat hati mendorong
saling menghormati, pemahaman dan toleransi antar berbagai agama dan budaya di
Australia dan di seluruh kawasan. Australia telah memupuk kerja sama antar-agama
di kawasan melalui keterlibatannya di Dialog Antar-Agama Kawasan— suatu proses
yang Australia sponsori bersama dengan Indonesia, Selandia Baru dan Filipina.
Dialog ini menghimpun para pemimpin dari banyak agama di kawasan untuk berbagi
pengalaman dan mengidentifikasi cara untuk memajukan perdamaian dan pengertian.
Dialog pertama diadakan di Indonesia pada 2004, dan dua dialog lagi juga telah
diselenggarakan (di Filipina pada 2006 dan Selandia Baru pada 2007). Kampuchea
akan menyelenggarakan Dialog Antar-Agama Kawasan keempat pada 2008.Agama
atau aliran kepercayaan paling awal Australia bermula dengan Penduduk Asli
Australia, yang telah mendiami Australia selama lebih dari 40.000 tahun.Terjadi
11
https://indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/kebebasan_beragama.html
kontak awal dengan Islam ketika nelayan dan pedagang Muslim dari kepulauan
sebelah timur Indonesia berkelana ke daratan utama Australia pada abad ke-16 untuk
mencari ikan dan berdagang dengan Penduduk Asli setempat.
12
Abdullah Saeed, Muslim Australians: Their Beliefs, Practices and Institutions, (Melbourne: Departement of
Immigration and Multicultural and Indigenous Affairs: University of Belbourne, 2004), hlm. 42.
13
https://religionsforpeaceaustralia.org.au/?p=4995
Pada hari raya Idul Fitri, masjid-masjid di seluruh australia akan menjadi
sangat penuh, jamaah datang berduyun-duyun untuk melaksanakan shalat Idul Fitri.
Banyak Muslim yang mengenakan pakaian terbaik mereka dan menghiasi rumah
mereka dengan lampu dan dekorasi lainnya. Banyak pula muslim yang bersedekah
kepada orang miskin di hari itu. Setelah shalat biasanya mereka akan makan bersama
dengan hidangan khusus bersama teman, kerabat, atau keluarga yang diundang dalam
perayaan tersebut. Hadiah dan kartu ucapan juga diberikan kepada anak-anak. Idul
Fitri menjadi peristiwa yang menggembirakan bagi siapa saja tetapi pada dasarnya
adalah untuk memuji dan bersyukur kepada Allah.
Pada khutbah Idul Fitri juga biasanya dijadikan waktu untuk memberikan
pesan agar bekerjasama menghentikan segala konflik keagamaan, konflik bersenjata,
erdagangan manusiam, dan migrasi paksa. Reeligions for Peace Australia
menyampaikan bahwa kesempatan ini merupakan yang terbaik untuk menyampaikan
tentang bekerjasama satu sama lain untuk membangun dunia yang damai dan
sejahtera di mana semua orang hidup damai berdampingan.
Salah satu keluarga Muslim Australia menceritakan kisah menarik mengenai
pengalamannya merayakan Idul Fitri di Australia14. Namanya adalah Saliha Ciftci,
seorang keturunan Turki yang tinggal di Australia. Pada perayaan Idul Fitri, Saliha
Ciftci dan Ibunya, Sevde, sibuk menyiapkan borek, yakni kue gurih tradisional Turki
yang biasa disajikan sebagai bagian dari perayaan Idul Fitri. Kue Borek sendiri
merupakan kue berlapis dengan varian isi; seperti bayam, keju, atau lainnyaMereka
membuat makanan itu sendiri. Kue Borek hanyalah salah satu dari banyak hidangan
yang disajikan dalam perayaan Idul Fitri oleh keluarga Saliha Ciftci. Kebetulan ia
mempunyai sebuah bisnis kue keluarga, yakni Turkish Kitchen Sydney, yang terletak
di pinggiran barat daya Edmondson Park.
Makanan lain yang juga biasa disajikan dalam momen Idul Fitri keluarga
Saliha Ciftci adalah Baklava Profiterolem dan kue tres leches, yakni kue bolu yang
dibuat dengan tiga jenis susuk. Sevde yang merupakan ibu Saliha Ciftci, mulai belajar
memasak saat usianya 14 tahun. Ia dibesarkan di Izmir, sebuah kota di ujung barat
Anatolia, Turki. Ia pindah bersama suaminya, Alper, dan anaknya Saliha Ciftci ke
Sydney pada tahun 2003. Pada perayaan Idul Fitri, keluarga Saliha Ciftci biasa
merayakan bersama teman-teman. Sevde mengatakan cukup senang bahwa kehidupan
14
https://www.sbs.com.au/news/australian-muslims-prepare-to-celebrate-eid-after-a-month-of-ramadan-
fasting
di Australia saat ini lebih baik dibanding tahun sebelumnya karena pembatasan
Covid-19. Tahun ini mereka bisa merayakan bersama keluarga lalu berkunjung ke
rumah teman-teman dan pada sore hari ia bisa menelepon keluarga yang berada di
Turki.
Keluarga Muslim yang berada di Australia selain merayakan Idul Fitri di
rumah, mereka juga bisa ke perayaan Idul Fitri di Bankstown Showground. Namun
sayangnya akibat pandemi Covid-19, acara tersebut sudah dua tahun belakangan tidak
diadakan. Padahal acara ini biasanya dipersiapkan selama satu tahun. Di dalam acara
tersebut biasanya terdapat gerai makanan halal, wahana, dan pertunjukan menarik
untuk keluarga bagi seluruh masyarakat Australia.
Sama seperti di Indonesia, perayaan Idul Fitri di Australia juga menjadi
momen untuk berbusana secara baik. Bahwa Muslim Australia merayakan Idul Fitri
dengan berdandan dan mengenakan pakaian terbaik mereka. Orang-orang biasanya
akan membeli pakaian terbaik menjelang Idul Fitri. Sikap penduduk Australia
terhadap penduduk muslim pada perayaan Idul Fitri cukup ramah. Bahkan orang
Australia kerap memberi ucapan selamat hari raya Idul Fitri kepada umat Islam. 15
Penduduk non Muslim Australia merasa turut bahagia dapat memberikan ruang
kebebasan kepada tetangga atau penduduk Muslim Australia dapat merayakan hari
raya Idul Fitri secara bebas.
V. Kesimpulan
15
M. Noor Harisudin, Islam di Australia, (Surabaya: Pustaka Radja, 2019), hlm. 97.
DAFTAR PUSTAKA