Keagamaan.
Setelah Perang Dunia kedua (1939-1945) jumlah umat Islam di Australia meningkat
dengan cepat.Jumlah warga muslim antara tahun 1947 -1971 dari 2.704 menjadi 22.331.Hal
ini terkadi akibat ledakan ekonomi sehingga membuka lapangan baru. Banyak muslim dari
Eropa terutama dari Turki ,Bosnia dan Kosovo berimigrasi ke Australia,Muslim Australia
sangat majemuk,berdasarkan sensus tahun 2006 berjumlah 340.000 orang dari jumlah ini
yang lahir di Australia sekitar 128.904 orang.Selain itu terdapat migran muslim dari
Libanon,Afganistan,Irak,Pakistan, Bangladesh dan Indonesia. Dalam dasawarsa terakhir
muslim imigran melalui program pengungsi atau kemanusiaan dari Afrika seperti Somalia
dan Sudan.Masyarakat Muslim di Australia terpusat di kota Sydney dan Melbourne,mereka
banyak membangun mesjid dan sekolah Islam dan memberikan sumbangan sehingga
merendra multibudaya dan etnik di Australia.
Berdasarkan sensus dari Australian Bureau of Statistics (ABS) pada tahun 2001,
jumlah Muslim di Australia sebesar 281.578 orang, atau 1,5 % dari populasi jumlah
penduduk Australia. Sedangkan menurut estimasi dari salah satu lembaga Islam di New
South Wales (NSW) mencapai 300.000 orang. Sensus juga menunjukkan bahwa Muslim di
Australia berasal dari berbagai Negara, dengan hanya 20,8 % berasal dari Lebanon dan 14.5
% berasal dari Turki, sedangkan 64.7 % berasal dari sekitar 9 negara (Indonesia, Afghanistan,
Bosnia, dsb). Sensus tersebut juga menunjukkan bahwa Muslim Australia mempunyai
pendidikan yang cukup baik dibandingkan dengan penduduk Australia secara keseluruhan,
21,7 % dari Muslim Australia yang berusia di atas 15 tahun mempunyai gelar sarjana
(bachelor degree) atau lebih tinggi, prosentase ini lebih tinggi dibandingkan dengan 12,4 %
dari penduduk Australia secara keseluruhan. Kesimpulan penting dari hasil statistik ini adalah
bahwa anggapan negatif tentang mayoritas Muslim Australia tidak berpendidikan terutama
yang berasal dari bangsa Arab adalah tidak berdasar. Di Benua Australia, Islam menggeliat
pelan namun pasti. Saat ini, Islam masih menjadi kelompok minoritas, mendudukki peringkat
keempat setelah Kristen (64%), atheis (18,7%), dan Buddha (2,1%), tidak termasuk 11,2%
yang tidak mau menjawab apa gerangan keyakinannya—berdasarkan sensus Australia tahun
2006. Diperkirakan saat ini, umat Muslim di Australia berjumlah sekitar 340.392 orang, atau
hanya 1,71% dari total populasi Australia.
Politik
Secara politik kaum Muslimin Australia belum memiliki saluran politik baik di
parlemen maupun di legislatif,sehingga dalam menyalurkan aspirasinya sangat sulit
diwujudkan sampai sekarang kaum Muslim Australia hanya sebagai pemilih saja
(voter).Belum ada penelitian yang signifikan ke partai mana mereka menyalurkannya,apakah
ke partai nasional,partai buruh atau partai liberal ? Isu-isu politik memberikan tantangan baru.
Setelah serangan teroris 11 September dan kemudian bom Bali, London dan Madrid,
pemerintah Australia yang liberal mengadopsi serangkaian kebijakan luar negeri dan dalam
negeri yang secara luas dianggap merugikan dan bias terhadap umat Islam.Aliansi pemerintah
Australia dengan Amerika Serikat dalam Perang melawan Teror mengambil tentara Australia
ke Irak dan Afghanistan-perang yang dianggap oleh banyak orang sebagai menjadikan umat
Islam target. Kasus Irak secara khusus telah menghasilkan kegelisahan di kalangan umat
Islam Australia.Mereka tidak dapat memahami mengapa Pemerintah Australia mengabaikan
sentimen mayoritas menentang perang, yang dinyatakan di publik jalan-jalan besar kota
Melbourne dan Sydney, dan memilih untuk terlibat dalam perang dengan dasar hukum yang
meragukan. Apakah aliansi dengan Amerika Serikat lebih penting daripada menghormati
hukum internasional?
Keterlibatan Australia dalam perang melawan teror merupakan pengalaman
pengasingan bagi banyak umat Islam. Hal ini menjadi lebih nyata dengan adopsi undang-
undang anti-teror. Undang-undang ini telah dikritik oleh organisasi sipil liberal dan kelompok
Muslim sebagai penargetan warga Muslim, daripada dugaan tidak bersalah bagi
mereka.Kekuatan badan-badan keamanan untuk menahan tersangka teror tanpa perlu
memberikan bukti atau mengenakan kasus itu kepada proses peradilan, melemahkan
tersangka untuk membela diri. Tersangka teroris menjadi tersangka bersalah sampai
dibuktikan sebaliknya. Membuktikan bahwa mereka bukan teroris adalah hal yang mustahil,
dan banyak mengkhawatirkan bahwa umat Islam diletakkan dalam posisi yang mustahil
tersebut.Pada tahun 2007 ketika seorang dokter tamu dituduh ada hubungan dengan sel teror
di Inggris, kekhawatiran itu terbukti. Dr. Haneef-nama orang itu-memang akhirnya
dibebaskan dari setiap tuduhan, tapi tidak sebelum ia kehilangan pekerjaan dan diusir dari
Australia. Ini adalah tragedi pribadi yang dirasakan oleh seluruh penduduk Muslim di
Australia. Kasus Haneef adalah kasus yang sangat efektif adalah meniup ke diri umat Muslim
rasa kepercayaan diri dan keyakinan di Australia.Dalam konteks ini, Pemerintah Australia di
bawah kepemimpinan John Howard telah terlibat dalam kampanye populis untuk
mempresentasikan dirinya sebagai pelindung terbaik bagi Australia. Penekanan pada nilai-
nilai Australia dan pengenalan ujian kewarganegaraan, di tengah laporan-laporan media akan
warga Irak dan Afganistan yang mencari suaka tiba di pantai Australia, membuat tegang
hubungan antara Muslim dan non-Muslim.
Sosial Budaya
Australia adalah tempat jumlah umat Islamnya terus bertambah. Menurut sensus
terakhir tahun 2006, lebih dari 340.000 orang mengidentifikasi diri sebagai umat Islam. Ini
adalah sekitar 1,7 persen dari total penduduk Australia. Islam secara tradisional yang terkait
dengan migran dan para pendatang baru.Hal ini terutama terjadi di tahun 1970-an, tahun
1980-an dan 1990-an ketika gelombang dari para pengungsi dan migran yang baru tiba dari
beberapa titik di Timur Tengah. Tetapi semakin lama komposisi umat Islam Australia
berubah dari imigran berkembang menjadi penduduk asli. Kini, hampir 40 persen dari umat
Islam Australia menganggap Australia sebagai tempat mereka lahir. Hal ini berakibat besar
pada bagaimana generasi baru dari umat Islam sendiri menentukan dan mengartikulasi
identitas mereka. Pada tingkat yang paling dangkal, mereka sering menggunakan bahasa
Inggris sebagai bahasa pilihan komunikasi. Di tingkat lebih dalam, mereka melihat Australia
sebagai rumah tinggal dan tidak lagi punya keinginan untuk kembali ke tanah leluhur mereka,
sebagaimana orang tua mereka lakukan.
Muslim Australia heterogen secara kesukuan dan bahasa. Yang terbesar adalah
kelompok etnis Libanon, Turki, dan Arab Afghan. Perbedaan suku dan bahasa mempunyai
perbedaan historis yang mempengaruhi inisiatif masyarakat, organisasi dan jamaahnya.
Akibatnya, masing-masing kelompok etnis cenderung condong ke arah perbedaan masjid
atau organisasi etnis yang jelas.Tetapi banyak umat Islam Australia yang telah mencoba
menjembatani etnis yang terbagi. Ironisnya, penggunaan bahasa Inggris telah menjadi ukuran
yang paling efektif untuk menyatukan umat Islam dari berbagai latar belakang etnis dan
linguistik.Integrasi Muslim di Australia menghadapi sejumlah tantangan. Beberapa tantangan
itu bersifat struktural dan terkait dengan kemampuan Muslim Australia untuk berpartisipasi
secara efektif dalam kegiatan ekonomi yang bermanfaat, sering merupakan hal yang sulit
bagi para pendatang baru yang baru saja tiba. Tantangan lain lebih subyektif dan terkait
dengan hambatan politik dan budaya.
Komposisi sosial-ekonomi umat Islam di Australia beragam. Ada beberapa umat
Islam yang telah berhasil mencapai posisi kewenangan dalam bisnis, politik dan pendidikan.
Tetapi mayoritas Muslim cenderung masih berada pada posisi rendah.Sensus Australia
terakhir disorot karena adanya kekhawatiran ketidakcocokan dalam hal standar hidup dan
akses terhadap kekayaan antara Muslim dan non-Muslim. Lebih dari 2 persen dari rumah
tangga muslim tidak terdaftar pendapatannya; ini adalah dua kali jumlah non-Muslim dalam
kategori tersebut. Dalam hal kepemilikan rumah, indikator keuangan dan keamanan sebuah
yayasan, dari ‘Australian dream,’ Muslim terdaftar hanya 15 persen. Kepemilikan rumah di
antara sisa penduduk ada pada 33 persen.Angka kerja memperkuat ketidakcocokan di atas
antara Muslim dan semua masyarakat Australia. Sedangkan untuk tingkat pengangguran non-
Muslim usia 25-45 ada pada 5 persen, tingkat pengangguran yang Muslim adalah 12 persen
untuk kelompok usia yang sama. Angka-angka ini menunjukkan bahwa keamanan finansial
dan kemiskinan merupakan masalah serius bagi umat Islam.Kenyataannya, angka berkaitan
dengan pendapatan rumah tangga menempatkan 40 persen dari rumah tangga Muslim di
bawah garis kemiskinan. Masalah sosial-ekonomi riil ini menjadi hambatan bagi integrasi
positif dan aktif dalam masyarakat Australia.
Angka kerja memperkuat ketidak cocokan di atas antara Muslim dan semua
masyarakat Australia. Sedangkan untuk tingkat pengangguran non-Muslim usia 25-45 ada
pada 5 persen, tingkat pengangguran yang Muslim adalah 12 persen untuk kelompok usia
yang sama. Angka-angka ini menunjukkan bahwa keamanan finansial dan kemiskinan
merupakan masalah serius bagi umat Islam.Kenyataannya, angka berkaitan dengan
pendapatan rumah tangga menempatkan 40 persen dari rumah tangga Muslim di bawah garis
kemiskinan. Masalah sosial-ekonomi riil ini menjadi hambatan bagi integrasi positif dan aktif
dalam masyarakat Australia.
3 Tantangan Muslim di Australia
Kondisi Muslim Australia Pasca Bom London 7 Juli 2005 Tidak lama setelah terjadi
peristiwa meledaknya bom di London 7 Juli 2005, pemerintahan Negara Barat segera
melakukan kampanye terus menerus untuk memberlakukan undang-undang khusus bagi umat
Islam yang tinggal di Negara Barat. Mereka mencoba membentuk opini menyesatkan kepada
masyarakat bahwa undang-undang baru tersebut dimaksudkan untuk melindungi dan
memerangi bahaya serangan terorisme di Negara mereka. Tetapi tidak bisa dielakkan, agenda
tersembunyi dari kampanye tersebut yaitu membidik serta melemahkan Islam dan Muslim di
Negara Barat segera terlihat nyata.
Strategi dan agenda tersembunyi yang ditunjukkan oleh Pemerintahan Negara Barat
mempunyai banyak kesamaan. Propaganda yang dimulai dengan alasan yang dicari-cari
untuk memerangi terorisme, segera diperluas untuk memerangi apa yang mereka sebut
dengan pendapat/ide radikal dan ekstrim, strategi ini ditargetkan untuk memecah belah
Muslim dengan memberi predikat muslim moderat dan muslim radikal/ekstrim.
Di Australia target juga diarahkan ke sekolah-sekolah muslim, dimana pemerintah
akan meninjau kembali kurikulum yang diajarkan di sekolah-sekolah tersebut. Rencana ini
segera mendapat reaksi keras dari sekolah-sekolah muslim, karena kurikulum yang diajarkan
saat ini tidak beda jauh dengan apa yang diajarkan di sekolah-sekolah lainnya, bahkan banyak
murid dari sekolah-sekolah muslim tersebut yang mempunyai prestasi lebih tinggi
dibandingkan dengan sekolah lainnya. Pemerintah juga mengusulkan agar di sekolah-sekolah
muslim lebih banyak diajarkan nilai-nilai kemasyarakatan Australia, seperti toleransi,
tanggung jawab dan sebagainya, dimana nilai-nilai tersebut juga ada dalam Islam dan sudah
diajarkan di sekolah-sekolah muslim tersebut, lebih dari itu sekolah-sekolah muslim dalam
kurikulum belajar tidak pernah mengajarkan tindakan terorisme. Sedangkan di masjid-
masjid, pemerintah mengusulkan agar para Imam masjid diberi pengarahan apa yang
seharusnya boleh mereka ceramahkan.
Tidak hanya sampai disitu, anggota parlemen dari partai Liberal Bronwyn Bishop
mengusulkan agar melarang pemakaian jilbab di sekolah-sekolah umum, karena jilbab
dianggap bertentangan dengan nilai-nilai kemasyarakatan Australia tentang persamaan dan
menyebabkan perpecahan di sekolah-sekolah. Usulan ini juga mendapat tantangankeras baik
dari muslim maupun non muslim, sebagian besar yang menentang usulan itu mengatakan
bahwa tidak ada bukti pemakaian jilbab di sekolah-sekolah menyebabkan perpecahan dan
persamaan hak. Kerry Cullen salah satu kepala sekolah menengah umum tingkat atas
(SMTA) di Sydney mengatakan bahwa di sekolahnya hanya ada satu orang yang
menggunakan jilbab merah kecoklatan dimana warna tersebut sesuai dengan seragam
sekolahnya, dan itubukan suatu masalah di lingkungan sekolahnya. Tidak pernah ada laporan
negatif dari guru-guru atau murid-murid yang disebabkan oleh pemakaian jilbab. Kepala
sekolah lainnya mengatakan bahwa kita tidak pernah melihat adanya perpecahan yang
disebabkan oleh pemakaian jilbab, kami melihatnya sebagai sebuah keragaman budaya.
4 Kegagalan dakwah di Australia
Dunia Islam saat ini sering diwarnai dengan kekerasan, komunitas muslim hampir
diseluruh bagian dunia ter-expose dengan kekerasan didalamnya dari dunia paling timur di
Afrika, asia dan bahkan di Eropa. Kita melihat kekerasan yang sering diasosiasikan dengan
konflik fisik, perang dan terorisme terjadi di Sudan dan Nigeria dimana terjadi konflik antara
muslim dan Kristen, di Pakistan dengan konflik perebutan kekuasan para elite politiknya
tiada akhir sampai saat ini, di Indonesia menarik perhatian dunia dengan serangkaian kasus
bom seperti: bali I dan II dan JW. Marriot, dan kelompok Abu Sayyap and MILF yang
meneror daerah selatan phlippina, serta di negara-negara ex-Uni soviet seperti Chechnya and
Rusia yang selalu di bayangi oleh gerombolan Chechen. Banyak lagi komunitas-komunitas
muslim lain yang intensitas konfliknya tidak juga mereda, seperti di Afganistan, Irak, dan
Palestina. Untuk menganalisa sekian banyak kasus konflik di dunia Islam diatas satu
jawaban karena setiap konflik kekerasan mempunyai motif dan latar belakang yang berbeda.
Jadi untuk mengatakan bahwa Islam adalah kekerasan bukanlah suatu kesimpulan yang tepat
untuk semua kejadian kekerasan tersebut. Akan tetapi kedekatan umat Islam dengan konflik
baik dalam internal muslim sendiri atau dengan pemeluk agama lain menyebabkan legitimasi
asumsi global akan kedekatan Islam dengan kekerasan.
Upaya yahudi menghalangi dakwah Islam di Australia. Permusuhan yahudi terhadap
Islam sudah terkenal dan ada sejak dahulu kala. Dimulai sejak dakwah rasulullah SAW. Dan
mungkin juga sebelumnya bahkan sebelum kelahiran beliau. Hal ini mereka lakukan karena
khawatir dari pengaruh dakwah Islam yang akan menghancurkan impian dan rencana mereka.
Namun dewasa ini banyak usaha menciptakan opini bahwa permusuhan yahudi dan Islam
hanyalah sekedar perebutan tanah dan perbatasan Palestina dan wilayah sekitarnya, bukan
permasalahan agama dan sejarah kelam permusuhan yang mengakar dalam diri mereka
terhadap agama yang mulia ini. Padahal pertarungan Islam dengan yahudi adalah pertarungan
eksistensi, bukan persengketaan perbatasan. Musuh-musuh Islam dan para pengikutnya yang
bodoh terus berupaya membentuk opini bahwa hakekat pertarungan dengan yahudi adalah
sebatas pertarungan memperebutkan wilayah, persoalan pengungsi dan persoalan air.
Diantara upaya yahudi dalam menghalangi dakwah Islam di masas-masa awal
perkembangannya:
Pemboikotan (embargo) ekonomi: kaum muslimin ketika awal perkembangan Islam di
Madinah sangat lemah perekonomiannya. Kaum muhajirin datang ke Madinah tidak
membawa harta mereka dan kaum anshor yang menolong mereka pun bukanlah
pemegang perekonomian Madinah. Oleh karena itu yahudi menggunakan kesempatan ini
untuk menjauhkan kaum musliman dari agama mereka dan melakukan embargo
ekonomi. Para pemimpin yahudi enggan membantu perekonomian kaum muslimin dan
ini terjadi ketika Rosulullah SAW. mengutus Abu Bakar menemui para pemimpin yahudi
untuk meminjam dari mereka harta yang di gunakan untuk membantu urusan beliau dan
berwasiat untuk tidak berkata kasar dan menyakiti mereka, bila mereka memberinya.
Ketika Abu Bakar masuk Bait Al Midras (tempat ibadah mereka) mendapati mereka
sedang berkumpul dipimpin oleh fanhaash toko besar bani Qanuiqa,-yang mrupakan
salah satu ulama besar mereka didampingi seorang pendeta yahudi bernama Asy-ya’.
Setelah Abu Bakar menyampaikan apa yang dibawanya dan memberikan surat rosulullah
SAW kepadanya. Maka ia membaca sampai habis dan berkata: Roob kalian butuh kami
bantu! Tidak hanya sampai disni saja, bahkan merekapun enggan menunaikan kewajiban
yang harus mereka bayar, seperti hutang, jual beli dan amanah kepada kaum muslimin.
Berdalih bahwa hutang, jual beli dan amanah tersebut adanya sebelum Islam dan
masuknya mereka dalam Islam menghapus itu semua. Oleh karena itu Allah berfirman
“Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang
banyak, dikembalikannya kepadamu, dan diantara mereka ada orang yang jika kamu
mempercayakan kepadanya satu dinar, dan dikembalikanya kepadamu, kecuali jika kamu
selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: tidak ada dosa bagi
kami terhadap orang-prang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka
mengetaui.(Qs. 3:75) ”
Membangkitkan fitnah dan kebencian: yahudi dalam upaya menghalangi dakwah Islam
menggunakan upaya menciptakan fitnah dan menebar kebencian antar sesama kaum
muslimin yang pernah ada di hati penduduk Madinah dari Aus dan Khodzraj pada masa
jahiliyah. Sebagian orang masuk Islam menerima ajakan yahudi, namun dapat
dipadamkan oleh Rosulullah SAW. diantaranya adalah kisah yang dibawakan Ibnu
Hisyam dalam Siroh Ibnu Hisyam (2/558) ringkas kisahnya: Seorang Yahudi bernama
Shaash bin Qais mengutus seorang pemuda Yahudi untuk duduk dan bermajlis bareng
dengan kaum Anshor, kemudian mengingatkan mereka tentang kejadian tentang Bu’ats
hingga terjadi pertengkaran dan mereka keluar membawa senjata masing-masing. Lalu
hal ini sampai pada Rosulullah SAW maka beliau segera berangkat beserta para sahabat
muhajirin menemui mereka dan bersabda: “wahai kaum muslimin alangkah keterlaluanya
kalian, apakah(kalian mengangkat dakwa jahiliah padahal aku di antara kalian setelah
Allah tunjuki kalian kepada Islam dan memuliakan kalian, memutus perkara jahiliyah
dan menyelamatkan kalian dari kekufuran dengan Islam serta menyatukan hati-hati
kalian. )”
Menyebarkan keraguan pada diri kaum muslimin: orang yahudi berusaha memasukkan
keraguan dihati kaum muslimin yang masih lemah imannya dengan melontarkan
syubhat-syubhat yang dapat menggoyahkan kepercayaan mereka terhadap Islam.
Memata-matai kaum muslimin: sejumlah orang yahudi yang memeluk Islam untuk
memata-matai kaum muslimin dan menukilkan berita rasulullah SAW dan yang ingin
beliau lakukan terhadap orang yahudi dan kaum musyrikin
Usaha memfitnah Rasulullah SAW.